Anda di halaman 1dari 20

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada tugas akhir ini akan membahas tentang optimasi mengenai turunnya laju

produksi sumur VBT-10 yang diakibatkan oleh kerusakan pompa. Meski memiliki

banyak kelebihan, termasuk dapat memproduksikan fluida hingga 60.000 BFPD, ESP

juga memiliki banyak kekurangan dalam operasinya, salah satunya yang pernah

terjadi di sumur VBT-10 pada tanggal 14 Januari 2016, yaitu adalah Fluktuasi Daya

Listrik (lonjakan listrik). Masalah yang terkait dengan kualitas pasokan listrik dapat

dialami sebagai lonjakan daya listrik. Hal ini umumnya ditandai dengan lampu di

VSD berkedip, terang atau redup dan bahkan dapat menyebabkan pompa mati.

Gambar 5.1 menjelaskan tentang aktifitas produksi pada sumur VBT-10

dimulai pada tanggal 4 Juni 2015, hingga pada tanggal 14 Januari 2016 ESP yang

digunakan mengalami lonjakan setelah listrik yang tiba-tiba mati dan mengakibatkan

pompa mati. Sehingga mengakibatkan laju produksi menurun dan tidak sesuai pompa

yang digunakan. Meskipun masih bisa beroperasi pada laju produksi sebesar 1635

BFPD, namun dikhawatirkan akan menyebabkan downtrust dan akan merusak

rangkaian ESP yang lainnya terutama pompa. Oleh karena itu perlu dilakukannya

optimasi pada sumur VBT-10. Optimasi yang dilakukan meliputi laju produksi fluida,

pemilihan kembali jenis pompa, serta motor yang akan digunakan. Sehingga

diharapkan dari optimasi ini dapat menghasilkan kembali laju produksi yang

produktif.

34
35

Gambar 5.1 Tabel Aktifitas Produksi Sumur VBT-10


(Sumber : PT. Pertamina EP Aset 3 Field Jatibarang)
36

5.1. Bagan Perencanaan Optimasi Pada Sumur VBT-10

Optimasi Laju Produksi Pada Sumur VBT-10

Pencarian Data

Menghitung Nilai Productivity Index (PI)

Menghitung Laju Produksi Optimum Menggunakan Metode Pudjo Sukarno.


Mencari Nilai A0, A1, dan A2. Mencari Nilai Qmax dan Qo pada Pwf
tertentu, dan membuat tabulasi Asumsi

Menghitung Pump Setting Depth (PSD) Maksimum dan Minimum; Mencari


Nilai SFL dan DFL, Menghitung PSD Minimum dan PSD Maksimum

Menghitung Nilai SG Rata-

Menghitung Nilai Pump Intake Pressure (PIP)

Menghitung Presentasi Gas yang masuk ke dalam Intake

Menghitung nilai Total Dynamic Head (TDH)

Menentukan Tipe Pompa (Menghitung Jumlah Stages Pompa, dan


Menentukan Horse Power)

Pemilihan Motor

Pemilihan Transformer
37

5.2. Optimasi Laju Produksi Pada Sumur VBT-10

5.2.1. Data Sumur dan Produksi Sumur VBT-10

Tabel 5.1 Data Sumur VBT-10


Nama Sumur VBT-10
Tipe Sumur Vertikal
Casing OD : 7 inch
ID : 6.366 inch
Tubing OD : 2.875 inch
ID : 2.441 inch
TVD 7530 ft
Perforation 6411.20-6720.80 ft
Pump Setting Depth 5130.31 ft
Bottom Hole Pressure 290°F
Tubing Head Pressure 150 psi

Tabel 5.2 Data Produksi Sumur VBT-10


Pr 1800 psi
Pwf 1345 psi
Pb 2100 psi
Qgross 1635 BFPD
Qoil 79.81 BOPD
Water Cut 94%
SG Oil 0.83
SG Water 1.02
SG Gas 0.76
API 38.98° API
GOR 909.09 SCF/Bbl
38

Gambar 5.3 Profil Sumur VBT-10


(Sumber : PT Pertamina EP Aset 3 Field Jatibarang)

5.2.2. Perhitungan Optimasi Laju Produksi Pada Sumur VBT-10

1. Menghitung nilai Productivity Index (PI)

Tahap pertama dalam memulai perhitungan desain untuk

laju produksi pada sumur VBT-10 adalah menentukan Indeks

Produktivitas suatu formasi. untuk memastikan Sumur VBT-10 ini


39

masih layak atau tidak di produksikan, maka untuk menghitung

angka indeks yang tepat adalah menggunakan perhitungan

Productivity Index (PI).

q
PI =
Pr-Pwf

1635
PI =
1800 - 1345

PI = 3.59

Maka, PI pada sumur VBT-10 yaitu sebesar 3.59. Angka

tersebut membuktikan bahwa sumur VBT-10 memiliki Productivity

Index yang tinggi dan masih bisa untuk diproduksi.

2. Menghitung nilai Inflow Performance Relationship (IPR)

Menggunakan Metode Pudjo Sukarno

a) Menentukan Water Cut yang sesuai dengan perubahan tekanan

alir dasar sumur pada suatu harga tekanan reservoir, maka perlu

dibuat hubungan antara tekanan alir dasar sumur dengan water

cut. Dengan menentukan P1 dan P2 terlebih dahulu.

P1 = 1.606207 – 0.130447 ln(WC)

= 1.606207 – 0.130447 In(94)

= 1.013547826

P2 = -0.517792 + 0.110604 ln(WC)


40

= -0.517792 + 0.110604 ln(94)

= -0.015285424

Maka :

WC
WC≈ Pwf =
Pwf
P1 Exp(P2 )
Pr

94
WC≈Pwf =
1345
1.013547826 Exp(-0.015285424 x( )
1800

WC≈Pwf = 93.80887953 %

b) Menentukan Nilai A0, A1 dan A2 dengan menggunakan tabel

persamaan konsatanta.

Diketahui menurut Tabel konstanta An yaitu :

a. A0 = C0 + C1 (WC) + C2 (WC)2

=0.980321+(-0.115661x10-1 x ¿ ))+(0.179050x10-4(93.80887953 )2)

= 0.052884014

b. A1 = C0 + C1 (WC) + C2 (WC)2

=-0.414360 + (0.392799x10-2 x (93.80887953)) + (0.237074x10-5


(93.80887953)2)

= -0.02516808

c. A2 = C0 + C1 (WC) + C2 (WC)2

=-0.564870 + (0.762080x10-2 (93.80887953)) + (-0.202079x10-4


(93.80887953)2)

= -0.02780295
41

c) Menentukan Qt max berdasarkan persamaan An yang sudah

diperoleh dari perhitungan sebelumnya.

Q oil test
Q t max = 2
Pwf Pwf
A0+A1 ( ) ( )
Pr
+A2
Pr

79.81
Qt max = 2
1345 1345
0.052884014 + (-0.02780295) ( 1800)+ (-0.02780295)(1800 )
Qmax=4275.37 BFPD

Sumur VBT-10 memiliki water cut yang tinggi yaitu

94%, dan kemungkinan akan terjadinya water coning lebih besar

dari pada terjadinya gas coning dan kepasiran. Maka diperlukan

untuk menentukan Q optimum.

Q Optimum = Qt max x SF

= 4275.37 x 0.6

= 2565.22 BFPD

Setelah menghitung laju alir optimum untuk menghindari

terjadinya water coning, maka dari itu didapatkan besar laju alir

optimum yang didapatkan yaitu 2166.52 BFPD pada tekanan alir

dasar sumur 1000 psi.


42

d) Membuat Tabulasi Asumsi

Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Q dengan Pwf Asumsi

Pwf Qo Qw Qt
0 226.099 3542.213 3768.312
200 212.747 3333.04 3545.787
400 196.461 3077.884 3274.345
600 177.239 2776.747 2953.986
800 155.083 2429.627 2584.71
1000 129.991 2036.526 2166.517
1200 101.964 1597.443 1699.408
1400 71.0029 1112.379 1183.382
1600 37.1063 581.3323 618.4386
1800 0.27472 4.303918 4.578636

Kurva IPR Sumur VBT-10


2000
1800
1600
1400
1200
Pwf, Psi

1000
800
600
400
200
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Q , Bfpd & Bopd

Grafik 5.1 Kurva IPR VBT-10

3. Perhitungan Specific Gravity dan Fluid Gradient (GF)


43

SG rata-rata = (WC x SGw) + ((1-WC) x SGo)

= (0.94 x 1.02) + (1-0.94) x 0.83

= 1.0086

GF = 0.433 x SG rata-rata

= 0.433 x 1.0086

= 0.437 psi/ft

Maka diperoleh Gradien Fluida pada VBT-10 adalah

sebesar 0.437 pst/ft.

4. Perhitungan Pump Setting Depth Minimum, Maksimum, dan

Optimum

Pr
Static Fluid Level = D- (GF )
Static Fluid Leve = 6566 - (1800
0.437 )

Static Fluid Level = 2447.01 ft

Pwf
Dynamic Fluid Level = D- (GF )
Dynamic Fluid Level = 6566 - (1000
0.437 )

Dynamic Fluid Level = 4277.67 ft

Pc
PSD Min = DFL +
GF

0
PSD Min = 4277.67 +
0.437
44

P SD Min = 4277.67 ft

Pc
PSD Max =D-( ¿
GF

0
PSD Max = 6566 - ( ¿
0.437

PSD Max = 6566 ft

PSD Optimum = PSD Max – 100

PSD Optimum = 6566 – 100

PSD Optimum = 6466 ft

5. Perhitungan Pump Intake Pressure (PIP)

PIP = Pwf – (Mid Perfo – PSD) x GF

PIP = 1000 – (6566 –6466) x 0.437

PIP = 888.65 psi

6. Menentukan Presentase Gas yang larut dalam minyak.

a) Perhitungan kelarutan gas (Rs)

PIP 100.0125(API) 10.83


Rs = Sg( x 0.00091(T) )
18 10

888.65 100.0125(38.98) 10.83


Rs = 0.76( x 0.00091(290) )
18 10

Rs = 69.72 Scf/Stb

b) Perhitungan Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)

a. Perhitungan Korelasi Standing (F)


45

0.5
SG gas
[ ( )]
F= Rs ×
SG oil
+ (1.25 ×BHT ¿

0.5
0.76
[ ( )]
F = 69.72 ×
0.83
+ (1.25 ×290 ¿

F = 429.21

b. Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)

Bo = 0.972+ ( 0.000147 × F1.176 )

Bo = 0.972+ ( 0.000147 × 429.211.176 )

Bo = 1.15 stb

c) Perhitungn Faktor Volume Formasi Gas (Bg)

0.00504 ×Z×BHT
Bg =
PIP

0.00504 ×0.98×750
Bg =
372.60

Bg = 0.00417 bbl/scf

d) Perhitungan VTotal Gas (Vgas Total)

Vgas total = Q×(1-WC)×GOR

Vgas total = 2565.22×(1-0.94)×909.09

Vgas total = 139920.95 scf

e) Perhitungan Volume Total Gas pada PIP

Vgas Total @PIP=Rs×Q×(1-WC)

Vgas Total @PIP=69.72×2565.22×(1-0.94)


46

Vgas Total @PIP=10730.83 scf

f) Perhitungan Volume Gas (Vg)

Vg = (Vgas total-Vgas total @PIP) × Bg

Vg = (139920.95-10720.81]3)×0.00417

Vg = 538.72 scf

g) Perhitungan Volume Minyak (Vo)

Vo = Q×Bo×(1-WC)

Vo = 2565.22 ×1.15 × (1-0.94)

Vo = 177 stb

h) Perhitungan Volume Air (Vw)

Vw = Q×WC

Vw = 2565.22×0.94

Vw = 2411.31 stb

i) Perhitungan Volume Total (Vt)

Vt = Vgas+Vo+Vw

Vt = 538.72+177+2411.31

Vt = 3127.31 stb

j) Perhitungan Presentase Gas (%Gas)

%Gas = ( Vgas
V total )
×100

%Gas = (538.72
3127.31 )
×100
47

%Gas = 17.23 %

Maka presentase gas yang kemungkinan masuk

kedalam intake adalah sebesar 18%. Akan tetapi teori lapangan

mengemukakan bahwa tidak seluruh gas akan masuk kedalam

intake dan ikut terproduksikan bersama dengan minyak maka

digunakanlah perhitungan :

Vgas asumusi = 10%×Vg

Vgas asumusi = 10%×538.72

Vgas asumusi = 53.87 scf

Maka :

Vtotal = Vg+Vo+Vw

Vtotal = 53.87+177+2411.31

Vtotal = 2642.18 stb

Dan Presentase Gas yang didapat adalah :

%Gas = ( Vgas
V total )
×100

%Gas = (53.87
2642.18 )
×100

%Gas = 2.04%

Kemungkinan presentase gas yang akan masuk dengan

asumsi perhitungan lapangan adalah sebesar 2.04% maka


48

digunakan Gas Separator sebagai pemisah gas dan sebagai

lubang masuk untuk fluida sebelum masuk ke pompa.

7. Perhitungan Total Dynamic Head (TDH)

a. Menghitung Vertical Lift (HD)

(Pwf-2.31)
HD = D-
SGrata-rata

(1000-2.31)
HD = D-
1.0086

HD = 5576.82 ft

b. Menghitung Friction Loss


2
Qtarget
F 100 1.85 (
34.3 )
10 0 0ft
= 2.083 x
C ( )
x 4.8655
ID
2
2565.22
F 100 1.85 (
34.3 )
100ft
= 2.083 x
120 ( )
x
2.4414.8655

108.18
F =
1000 ft

Sehingga Friction Loss pada tubing adalah :

F x PSD
FL =
1000

108.18 x 6466
FL =
1000

FL = 699.49 ft

c. Perhitungan Tubing Head (HT)


49

Ptb
HT =
GF

150
HT =
0.437

HT = 343.25 ft

d. Perhitungan Total Dynamic Head (TDH)

TDH = HD + FL + HT

TDH = 5576.82 + 699.49 + 343.25

TDH = 6619.55 ft

8. Penentuan Tipe Pompa

Berdasarkan target produksi 2166.52 BFPD pada Pwf 1000

psi dan besarnya laju produksi pada sumur ini yaitu 4275.37 BFPD,

maka pemilihan jenis pompa yang digunakan dapat dilihat dari

Pump Performane Curve dengan acuan effisiensi yang tertiggi.

Maka dipilih popma tipe REDA SN-2600, 538 Series, 60 Hz 3500

RPM dengan spesifikasi pompa sebagai berikut :

Optimum Operating Range : 1600-3200 BFPD

Nominal Housing Diameter : 5.38 inch

Shaft Diameter : 0.875 inch

Minimun Casing Size : 7 inch


50

Head Stage : 48 ft

a. Penentuan Jumlah Stage

TDH
Stage =
Head/Stage

6619.55
Stage =
48

Stage = 137.91 Stages

b. Penentuan Horse Power (HP)

HP = HP x Stages x SGrata-rata

= 1.3 x 137.91 x 1.0086

= 180.82 Hz

9. Pemilihan Motor

Pemilihan motor dipilih berdasarkan tenaga (Horse Power)

yang dibutuhkan pompa dan ketersediaan motor. Maka dipilih

motor :

Series : 540

OD : 5.43 inch

HP : 200 HP

Voltage : 2386 V

Ampere : 52.7 A

Perhitungan Fluid Velocity


51

0.0119 x Q opt
FV =
(IDcasing)2 - (ODmotor)2

0.0119 x 2565 .22


FV =
(6.366)2 - (5.4 3)2

FV = 2.76 ft/s

Karena Fluid Velocity lebih dari 1ft/s, maka memenuhi

syarat jenis motor yang dipilih.

10. Pemilihan Kebutuhan Tegangan

a. Perhitungan kehilangan voltage

Voltage drop dapat di lihat pada gambar Cable Voltage

Drop Chart, pada garis tipe #4. Dari gambar tersebut di dapat

35V/1000ft pada 61.7 A.

L x Voltage Drop /1000ft


Cable Voltage Drop=
1000

( 6466+300)x 21
Cable Voltage Drop=
1000

Cable Voltage D =¿ 142.09 Volt

Perhitungan Surface Voltage

VS = Vmotor + Cable Voltage Drop

VS = 2386 + 142.09

VS = 2528.09 Volt

b. Pemilihan Transformer

Vs x Ampere Motor x 1.73


KVA =
1000
52

2528.09×52.7 × 1.73
KVA =
1000

KVA =¿ 230.49 KVA

5.3. Pembahasan

Tabel 5.4 Perbandingan Parameter Sumur VBT-10


Sebelum dan Setelah Dilakukan Optimasi Laju Produksi

Parameter Sebelum Sesudah

Q max 2100 BFPD 4275.37 BFPD


Q optimum 1635 BFPD 2565.22 BFPD
Pump Setting Depth (PSD) 5130.31 ft 6466 ft
Pump Intake Pressure (PIP) 129.3 psi 888.65 psi
Presentase Gas 0.54% 2.04%
Pump REDA SN2600 60Hz (Stages) 101 stages 138 stages
Motor (Volt) 1267 V 2386 V
Transformer (KVA) 150.46 KVA 230.49 KVA
Perencanaan petalatan pompa ESP yang dilakukan pada sumur VBT-10

bertujuan untuk meningkatkan rate produksi yang telah ada dan mengganti

pompa yang rusak akibat serangan petir dan mengakibatkan pompa rusak.

Sebelum dilakukan optimasi, sumur VBT-10 harus diketahui terlebih dahulu

Indeks Produktivitasnya (PI), hal ini bertujuan untuk mengetahui bahwa sumur

tersebut masih memiliki kemampuan atau tidak dalam memproduksikan fluida.

Productivity Index (PI) yang di dapat pada sumur VBT-10 adalah sebesar 3.59

(termasuk PI yang tinggi dan menandakan sumur tersebut masih bisa

berproduksi). Kemudian setelah menentukan PI adalah menentukan laju alir

optimum dalam sebuah sumur. Laju alir sebelumnya adalah 1635 BFPD, laju
53

alir ini terlalu rendah untuk ukuran sebuah pompa yang sedang digunakan,

setelah dilakukan optimasi laju alir optimum bertambah menjadi 2565.22

BFPD. Pump Setting Depth (PSD) sebelumnya dipasang dikedalaman 5130.31

ft, dan setelah dilakukan optimasi maka PSD berubah dikedalaman 6466 ft.

Dengan PSD yang semakin dalam, maka Pump Intake Pressure (PIP) akan

semakin besar menjadi 888.65 psi dari yang seblumnya sebesar 129.3 psi.

Sesuai laju alir optimum (q opt) yang didapatkan, maka dilakukanlah

pemilihan untuk pompa yaitu pompa dengan tipe yang sama seperti sebelumnya

REDA SN2600 60Hz, hanya saja ada penambahan jumlah stages yaitu 138

stages dari yang sebelumnya adalah 101 stages. Pemilihan pada motor yang

tepat adalah melihat dari Hourse Power (HP) yang dibutuhkan dari sebuah

pompa, maka dipilihlah pompa yang masih sama yaitu REDA 540 Series tipe

DX/DK dengan jumlah tegangan yang dibutuhkan maksimal sebesar 2386 V

dari yang sebelumnya adalah 1267 V. Dan tahap akhir pada kegiatan optimasi

ini adalah menentukan tegangan untuk transformer. Pada desain sebelumnya

tegangan yang dibutuhkan adalah sebesar 150.46 KVA, namun dengan adanya

perubahan penempatan pada rangkaian ESP sendiri dilihat dari pompa dan

motor maka tegangan yang dibutuhkan untuk optimasi laju produksi ini sebesar

230.49 KVA.

Anda mungkin juga menyukai