Anda di halaman 1dari 38

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tahapan Perancangan Crude Distilling Unit

Skripsi ini akan membahas tentang perancangan CDU melalui 2 tahapan,

yaitu :

2.1.1 Penentuan Basis Perencanaan Unit

a. Umpan yang tersedia dan spesifikasinya

Umpan yang akan diolah di CDU merupakan minyak mentah yang berasal

dari China yaitu Panyu Crude oil dengan oAPI sebesar 28,99.

- Kapasitas operasional

Kapasitas desain unit sebesar 125 MBSD.

- Analisa produk Light End

Tabel 2.1 Analisa Produk Light End


CRUDE DATA
API Gravity 28,99
Light HC Analisis %WT %VOL
Methane - -
Ethane 0,10 0,14
Propane 0,13 0,17
Isobutane 0,07 0,09
n-Butane 0,05 0,07
Total C1-C4 0,35 0,47
I-pentane 0,03 0,04
n- Pentane 0,02 0,02
C6 + 0,07 0,10
CO2 0,28 0,37

7
- Distilasi TBP crude oil Panyu

Tabel 2.2 Data Distilasi TBP crude oil


TBP
%Volume o
C o
F
0 152,78 307
10 208,33 407
20 256,11 493
30 303,33 578
40 351,67 665
50 401,67 755
60 456,67 854
70 508,33 947
80 548,89 1020

b. Spesifikasi Produk

Produk-produk yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Produk-produk yang dihasilkan


CRUDE ASSAY SUMMARY / TBP DATA
Produk %WT %VOL
Gas 0,74 1,00
Straight Run Naphta 2,20 2,59
Kerosene 8,91 10,04
Gasoil 18,77 19,93
Residue 69,38 66,44
Total 100,00 100,00

c. Overflash

Overflash yang digunakan dalam perhitungan adalah sebesar 2% volume

umpan14:52). Yang dimaksud Overflash adalah hidrokarbon yang

mengalami overflow, naik ke atas sampai ke tray pertama kemudian turun

lagi ke seksi stripping.

8
2.1.2 Konfigurasi Proses

Proses yang akan digunakan adalah proses pemisahan Crude oil menjadi

fraksi-fraksinya secara fisis dengan kondisi operasi berdasarkan crude assay,

grafik TBP dan EFV crude oil.

 Temperature outlet furnace maximum sebesar 650 oF

 Temperature Operasi minimum di accumulator sebesar 140 oF

dengan tekanan sebesar 15 psia.

a. Blok Diagram

Rancangan flow diagram proses adalah sebagai berikut:

Refinery Fuel Gas


Stabilizer
Fractionator
Kolom

Kerosine

Gasoil

Furnace Straight Run Naphta

Residue
Crude Oil
Pre Heater

Gambar 2.1 Blok Diagram Crude Distilling Unit

9
b. Penyusunan Simplified Flow Diagram

Gambar 2.2 Simplified Flow Diagram Crude Distilling Unit

c. Material balance dan heat balance

Material balance akan dihitung berdasarkan umpan dan spesifikasi produk

yang dikehendaki sedangkan heat balance akan dihitung berdasarkan

kondisi operasi kolom fractionator.

10
d. Perencanaan peralatan utama proses

Peralatan utama yang digunakan dalam merancang CDU adalah :

 Kolom Fractionator

 Kolom Stripper

 Kolom Stabilizer

 Furnace

 Heat Exchanger

 Sistem Pemompaan

 Pressure vessel dan Tangki

Karena keterbatasan personil dan keterbatasan waktu, maka

performance desalter tidak dihitung. Akan tetapi desalter masuk ke dalam

biaya investasi.

2.2 Sekilas Crude Distilling Unit

CDU merupakan suatu unit proses pengolahan tahap pertama di kilang

minyak. Unit ini berfungsi memisahkan crude oil secara fisis dengan

menggunakan perbedaan trayek didih pada tekanan operasi sekitar satu atmosfer.

Dalam pemisahan secara distilasi atmosferik maka fraksi yang mempunyai trayek

didih rendah akan menguap terlebih dahulu, sedangkan fraksi yang mempunyai

trayek didih lebih tinggi akan turun ke bawah kolom fraksinasi.

Secara garis besar proses yang terjadi adalah sebagai berikut: crude oil

dalam tangki akan dipompa menuju furnace, namun sebelumnya akan

mendapatkan pemanasan pendahuluan di heat exchanger supaya tidak terjadi

11
pemanasan mendadak di furnace. Dari heat exchanger, crude oil masuk furnace

untuk dipanaskan sampai suhu yang diinginkan ± 350 ̊C, kemudian masuk kolom

fraksinasi untuk dipisahkan antara fraksi uap dan fraksi cair. Fraksi uap yang

berupa refinery fuel gas, straight run naphta, kerosene dan gasoil akan naik ke

atas kolom fraksinasi sedangkan fraksi cair yang berupa residue akan turun ke

bottom kolom. Fraksi uap nantinya akan mendapat pemisahan lebih tajam melalui

peralatan stripper, yang memisahkan fraksi ringan yang masih terikut oleh produk

yang diinginkan.

Hasil pengolahan secara distilasi atmosferik ini adalah berupa produk

sementara (intermediate product) karena hampir sebagian besar produknya belum

memenuhi spesifikasi yang diinginkan. Untuk mendapatkan produk jadi (finished

product) maka harus diolah lebih lanjut di proses sekunder.

2.3 Jenis Kolom Distilasi

Banyak jenis kolom distilasi yang dirancang untuk melakukan pemisahan

dengan tujuan tertentu dan sesuai dengan tingkat kesulitannya. Salah satu cara

yang digunakan untuk mengklasifikasikan kolom distilasi adalah berdasarkan cara

operasinya, yakni batch-column atau continuous-column.

a. Batch-Column

Cara pengoperasian batch-column dilakukan dengan memasukkan umpan

ke dalam kolom kemudian umpan diuapkan hingga mencapai suhu tertentu

sampai menghasilkan produk yang dikehendaki. Setelah itu sisa penguapan di

keluarkan dari kolom sampai bersih. Selanjutnya kolom diisi umpan lagi dan

12
dilakukan penguapan lagi seperti sebelumnya, dan cara ini dilakukan berulang-

ulang.

b. Continuous-Column

Umpan dimasukkan ke dalam kolom secara terus-menerus, demikian pula

hasil distilasi dikeluarkan dari kolom secara terus-menerus. Cara operasi seperti

ini banyak diterapkan karena lebih efektif dan efisien (lebih cepat dan lebih

murah).

2.4 Kolom Fractionator

Kolom fractionator adalah suatu bejana yang berbentuk bulat panjang

yang berdiri secara vertikal, yang berfungsi sebagai alat pemisahan crude oil

secara fisis. Kolom ini merupakan tahap awal dalam proses pengolahan minyak

bumi (primary process) yaitu proses pemisahan crude oil menjadi fraksi-fraksinya

sesuai dengan trayek didihnya. Proses distilasi tersebut sangat menentukan

kualitas produk dari pengolahan minyak bumi.

Menurut tekanan kerjanya, proses distilasi dibedakan dalam tiga macam

sebagai berikut:

• Distilasi atmosferik (Atmospheric distillation)

• Distilasi hampa (Vacuum distillation)

• Distilasi bertekanan (Presurized distillation)

Kolom fractionator adalah salah satu peralatan utama di unit pengolahan

minyak bumi atau biasa disebut Crude Dlistilling Unit (Distilasi Atmosferik).

Kolom ini dioperasikan pada tekanan antara 1 atm s/d 1,5 atm sehingga kolom ini

13
digolongkan bejana tekanan atmosferis. Agar kolom tersebut dapat berfungsi

sebagai mana mestinya dipasang suatu perlengkapan, salah satunya yaitu tray.

Tray adalah suatu alat yang dipasang didalam kolom yang berfungsi sebagai alat

kontak antara uap dan cairan sehingga uap yang melewati tray tersebut kontak

dengan cairan dan terjadi pengembunan sesuai dengan titik embun masing-masing

komponennya. Prinsip dasar distilasi adalah penguapan dan pengembunan

kembali uap yang terjadi.

- Proses penguapan :

Campuran larutan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga komponen-

komponen yang lebih ringan akan lebih banyak berubah fasenya menjadi uap.

- Proses pengembunan :

Uap yang terbentuk didinginkan kemudian berubah fasenya menjadi cair

kembali dan kemudian ditampung di dalam tempat penampungan (accumulator).

Didalam proses distilasi terjadi dua kejadian lain yaitu transfer panas dan transfer

masa. Transfer panas berlangsung pada saat campuran diberi panas dari sumber

panas tertentu. Transfer masa ditunjukkan oleh adanya perubahan fase cair

menjadi uap dan demikian juga sebaliknya, berkurangnya masa cairan sebanding

dengan bertambahnya masa uap. Fase uap kontak dengan fase cair dan sekaligus

terjadi transfer masa dari cairan ke uap dan dari uap ke cairan. Di dalam fase cair

dan uap biasanya mengandung komponen-komponen sama tetapi berbeda

jumlahnya.

14
2.5 Perancangan Kolom

Dalam perancangan kolom distilasi pada unit CDU ini bagian kolom yang

akan dibahas meliputi :

2.5.1 Evaluasi Umpan

Berikut ini adalah langkah-langkah prosedur untuk mengevaluasi crude oil

berdasarkan crude assay.

a. Crude assay

Dari crude assay yang terdapat pada lampiran 1 didapatkan beberapa

informasi tentang crude oil, antara lain :

- TBP cut point

- SG dan API crude oil dan produk-produknya

- Analisa Light End Hydrocarbon

b. TBP versus %volume pada crude oil

Jika data %volume pada TBP kasar dan titik potong diberikan dalam assay

kasar, TBP vs %volume minyak mentah dapat dibuat langsung dari itu,

berdasarkan data pemotongan yang yang ada.

c. TBP, EFV, DRL, FRL versus %volume dari total kurva distillate

Kurva ini dikembangkan oleh JB Maxwell.

1. Data TBP di volume 10 - 80% dari total hasil saringan dapat diperoleh

dengan interpolasi data alat tes minyak mentah.

2. Hitung slope DRL (Distillation Reference Line)

DRL slope (s) = (t70% - t10%) / 60, oF/%

15
3. Perhitungan 50% titik pada DRL

50% point of DRL = t10% + (50 – 10) s

Kemudian untuk %volume yang lain menggunakan rumus :

x % point of DRL = t 10% + (x -10) s

4. Tentukan slope FRL (Flash Reference Line) dan 50% titik pada FRL

dengan menggunakan lampiran 6.

Kemudian tentukan t* dengan menggunakan rumus :

t* (50% DRL – 50% DRL)

5. Untuk FRL pada %volume, dapat diperkirakan dengan rumus :

t% of FRL = t50% of FRL +/- (FRL slope x  %volume)

6. Setelah itu dapat di tentukan Equilibrium Flash Vaporization (EFV)

dengan menggunakan rumus :

EFV = FRL + t*

2.5.2 Evaluasi Produk

Evaluasi produk dapat dilihat dari kurva distilasi ASTM, TBP dan EFV.

Ketiga kurva tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda, antara lain:

a. Distilasi ASTM (American Society for Testing Material)

Ada dua jenis distilasi ASTM yaitu D 86 dan ASTM D 1160. Fungsi

distilasi ASTM adalah untuk quality kontrol produk1:12).

 Distilasi ASTM D 86.

Jenis prosesnya adalah dengan menggunakan satu batch bertekanan

atmosfer, tanpa tray dan refluks tidak dikendalikan. Pada percobaan

ini labu gelas tidak diisolasi sehingga terdapat kemungkinan losses

16
cukup besar. Karena hanya menggunakan satu stage, pemisahan dari

komponen-komponennya tidak sempurna.

 Distilasi ASTM D 1160.

Prosesnya sama dengan distilasi ASTM D 86, namun dilakukan pada

tekanan hampa (10 mmHg abs)

b. Kurva distilasi TBP (True Boiling Point)

Fungsi dari distilasi TBP adalah untuk perhitungan material balance.

Pengukuran titik didih tiap % recovery dilakukan dengan complex batch,

dengan ratusan equilibrium.

c. Kurva distilasi EFV (Equilibrium Flash Vaporization)

Fungsi dari distilasi EFV adalah untuk menentukan kondisi operasi di

lapangan. Pelaksanaan percobaan dilakukan sedemikian rupa sehingga

mirip dengan kondisi lapangan.

Berikut ini adalah cara untuk mencari kurva TBP dan EFV berdasarkan

data distilasi ASTM yang telah diketahui. Cara ini sering disebut sebagai

Edmister Methode1:15).

  I.      Merubah kurva distilasi ASTM ke TBP :

Untuk mendapatkan grafik TBP dilakukan dengan mengkonversikan hasil

distilasi ASTM menggunakan grafik pada lampiran 7 dan lampiran 8.

A.     Menentukan temperature 50% recovery TBP :

 Gunakan kurva Fig 12.4, temperature ASTM 50% vs ΔT oF.

 Tarik garis vertical dari temperature ASTM 50% distilasi memotong

kurva, kemudian tarik garis ke kiri.

17
 Didapat ΔT oF.

 Temperature 50% TBP = ΔT oF + Temperature 50% ASTM.

B.     Menentukan temperature different (ΔT oF) TBP :

 Gunakan kurva Fig 12.4, ΔT oF ASTM vs ΔT oF TBP.

 Tarik garis vertical dari temperature ΔT oF ASTM memotong kurva %

volume distilasi sesuai dengan interval distilasi.

 Didapat ΔT oF TBP pada semua interval.

C.     Menentukan temperature (t oF) TBP :

 Menggunakan ΔT oF TBP, mulai dari interval 30% - 50% dan temperature

50% recovery.

 t oF TBP 30% rec = t oF TBP 50% vol.rec – t oF TBP pada interval 30% -

50% vol.recovery.

 Selanjutnya dapat dihitung harga T oF TBP pada tiap interval % recovery.

II.      Merubah kurva distilasi TBP ke EFV :

A.     Menentukan temperature 50% rec. EFV :

 Gunakan kurva Fig 12.6 (lampiran 8), temperature TBP 50% vs ΔT oF.

 Tarik garis vertical dari temperature TBP 50% distilasi memotong kurva,

(pada TBP 30% - TBP 10%) kemudian tarik garis ke kiri.

 Didapat ΔT oF, Temperature 50% rec.EFV = Temp.50% rec TBP + ΔT oF.

B.     Menentukan ΔT oF EFV :

 Gunakan kurva Fig 12.7, ΔT oF TBP 50% vs ΔT oF.

 Tarik garis vertical dari temperature ΔT oF TBP interval 30% - 50%

memotong kurva 30% - 50%.

18
 Didapat ΔT oF EFV pada semua interval.

C. Menentukan temperature (t oF) TBP :

 Menggunakan ΔT oF TBP, mulai dari interval 30% - 50% dan temperature

50% recovery.

 t oF TBP 30% rec = t oF TBP 50% vol.rec – t oF TBP pada interval 30% -

50% vol.recovery.

 Selanjutnya dapat dihitung harga T oF TBP pada tiap interval % recovery.

2.5.3 Perhitungan Characterzation Factor

Hal yang pertama dilakukan untuk menghitung characterzation factor

(KUOP) adalah menghitung berat molekul. Berat molekul dari suatu campuran

minyak bumi dan produk-produknya bergantung dengan komposisinya. Hal ini

sangat erat hubungannya dengan design dan perhitungan proses di pengolahan

atau operasi kilang, terutama sekali dalam perhitungan distilasi. Terdapat

hubungan antara MeABP (Mean Average Boilling Point), oAPI dan Berat

Molekul. Berat Molekul suatu campuran minyak bumi dan produk-produknya

dapat diperhitungkan dengan mencari slope dari suatu hasil analisa distilasi

kemudian mencari Volumetric Average Boiling Point (VABP), MeABP dan oAPI.

Selanjutnya dengan bantuan grafik dapat dicari Berat Molekul (Lampiran 12b).

t90%−t10%
Slope=
80 ...............................................................2-15:20)

 Volumetric Average Boiling Point (VABP)

T10%+( 2×T50% )+ T90%


VABP=
4 .....................................2-25:20)

19
 Mean Average Boiling Point (MeABP)

MeABP = VABP + (Faktor koreksi).......................................2-35:20)

Kemudian The American Petroleum Institute (API) mengemukakan suatu

cara untuk mengetahui berat atau ringan suatu senyawa minyak bumi dan produk-

produknya. Hal tersebut dinyatakan dengan API Gravity disingkat o


API.

Hubungan oAPI dan SG60/60 oF adalah sebagai berikut :

o 141. 5
API= −131. 5
SG o
60/60 F ..........................................................2-45:21)

SG60/60oF adalah specific gravity yang diperoleh dengan membandingkan

antara densitas minyak dengan densitas air pada suhu 60 oF sebagai standar untuk

perhitungan berat yang didapatkan dari hasil analisa laboratorium.

Setelah harga VABP, MeABP dan oAPI diketahui maka dengan bantuan

lampiran 12b grafik Fig. 5-9 (Molecular weight, pseudo critical temperature,

Characerization Factor, and gravities of petroleum fractions)8:178) maka akan

didapatkan berat molekul minyak. Berat molekul ini dapat digunakan untuk

mengetahui jumlah mol dari suatu senyawa.

KUOP adalah cara untuk mengetahui karakteristik minyak bumi. KUOP dapat

diperoleh melalui perhitungan dengan rumus :

3
K UOP =
√T B
S ...........................................................................2-5 8:169)

Keterangan : KUOP = UOP Characterization Factor

TB = Average Boiling Point, oR

S = Specivic gravity 60/60 oF

20
2.5.4 Neraca Masa dan Neraca Panas.

Didalam proses distilasi terjadi dua kejadian yaitu transfer panas dan

transfer masa. Transfer panas berlangsung pada saat campuran diberi panas dari

sumber panas tertentu. Transfer masa ditunjukkan oleh adanya perubahan fase

cair menjadi uap dan demikian juga sebaliknya, berkurangnya masa cairan

sebanding dengan bertambahnya masa uap. Untuk perhitungan neraca massa dan

panas pada kolom fractionator menggunakan persamaan pada ”Petroleum

Refinery Distillation”, karangan R.N Watkins. Seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.3 Neraca massa dan panas pada Flash zone

21
Pada skripsi kali ini akan digunakan perhitungan neraca massa dan panas

dengan kolom type A, yang dimaksud type A yaitu menggunakan pump around.

Gambar 2.4 Neraca massa dan panas pada sidestream – Kolom Type A

22
Berikut ini adalah persamaan neraca massa dan panas pada top tray dan

condensor.

Gambar 2.5 Neraca massa dan panas pada top tray dan condensor

23
Keterangan gambar :

QFO = Kandungan panas umpan keluar furnace

QFZ1 = Kandungan panas umpan pada saat masuk flash zone

QV = Kandungan panas vapor

QL = Kandungan panas liquid

SW = Stripping steam

LO = Overflash

VSO = Stripping out vapor

VHCFZ = Uap hidrokarbon dari flash zone

∑D = Total produk distillate

P’HC = Tekanan parsial hidrokarbon

QR = Kandungan panas refluks

LD = Jumlah produk distillate

ΔQ = Selisih kandungan panas

QPA = Kandungan panas pumparound

H atau h= Kandungan panas

D = Produk distillate

V = Vapor

QH2O = Kandungan panas air

QC = Beban condenser

S1= Stripping steam yang berasal dari stripper

24
2.6 Perhitungan Diameter Kolom

Perhitungan diameter kolom melalui beberapa langkah, yaitu :

1. Menghitung Volume Uap

Untuk mengetahui volume uap yang tidak ideal menggunakan rumus :

( T + 460)o R 760 mmHg


o
x
Volume = n x 379 ft3 x ( 60+460 ) R P ....................2-68:496)

Keterangan : V = Volume Uap, ft3/jam

n = Mol gas, lbmol/jam

T = Temperature, oF

P = Tekanan operasi, mmHg

2. Mencari Densitas Uap

Densitas uap dapat dicari dengan menggunakan konversi sebagai berikut :

mv
ρV =
V .....................................................................................2-7

Keterangan : ρv = Densitas uap minyak, lb/ft3

mv = Massa minyak yang teruapkan, lb/jam

V = Volume uap minyak, ft3/jam

3. Menghitung Diameter Kolom

Diameter suatu kolom dapat diketahui dengan mengetahui luas permukaan

tray-nya. Maka dapat dirumuskan sebagai berikut :


A 2
D= πD
π A=
4 atau 4 ..............................................................2-8

25
Keterangan : A = Luas penampang kolom, ft2

D = Diameter Kolom, ft

Sedangkan luas penampang kolom dapat dicari dengan rumus :

Q
A=
V ..............................................................................................2-9

Keterangan : Q = Kapasitas, ft3/jam

V = Velocity (kecepatan alir), ft/jam

Diameter ditentukan berdasarkan massa, konstanta yang harganya

tergantung dari tray spacing dan jenis tray-nya serta densitas uap dan densitas

cairan dari suatu senyawa. Maka dapat dirumuskan :

W
Velocity =
a √
=K ρ ν ( ρl −ρν )
....................................................2-108: 493)

Keterangan : a = Luas penampang kolom bagian dalam, ft2

W = Massa persatuan waktu, lb/jam

K = Konstanta yang harganya tergantung dari tray

spacing dan jenis tray (Lampiran 10).

ρv = Densitas uap, lb/ft3

ρl = Densitas cairan, lb/ft3

2.7 Tipe Alat Kontak yang Digunakan

Dalam menentukan alat kontak yang digunakan, didasarkan pada performa

dan biaya, sehingga dapat ditentukan apakah akan menggunakan tray, random

packing atau structural packing dalam perancangannya. Secara khusus, tray lebih

26
banyak dipilih jika tekanan operasi dan aliran liquida tinggi dan jika kolom

mempunyai diameter yang besar.

Bubble cap tray Sieve tray

Valve tray

Gambar 2.6 Jenis tray yang biasa digunakan

Jenis tray yang umum digunakan adalah Bubble-cap tray, sieve tray, dan

valve tray. Dalam membandingkan unjuk kerja dari ketiga tray tersebut, dasar

pertimbangannya meliputi : biaya, kapasitas, rentang operasi, efisiensi, dan

penurunan tekanan (pressure drop). Dari segi kapasitas, urutan mulai dari

kapasitas yang paling besar sampai paling kecil adalah sieve tray, valve tray, dan

bubble-cap tray. Selanjutnya tray properties dapat dilihat ditabel berikut:

27
Tabel 2.4 Tray Properties

No Parameter Sieve Tray Buble Cap Tray Valve Tray


1 Efficiency High Efficiency High Efficiency High Efficiency
Reasonable Reasonable
2 Flexibility High Flexibility
Flexibility Flexibility
3 Capacity High Capacity Low Capacity High Capacity
Pressure Limited Pressure
4 Relatively low High Pressure Drop
drop Drop
Maintenace Low Maintenance High Maintenance High Maintenance
5
Cost Cost Cost Cost
Capital 20% more than
6 Low Capital Cost 3 Times Sieve Tray
Cost Sieve Tray
Dirangkum dari: UOP Engineneering Design Seminar dan Shell Process Engineering

Seminar

 Penentuan Tipe Alat Kontak yang digunakan

Untuk menentukan alat kontak yang akan digunakan, desainer harus

membuat seleksi mendasar pada performa dan biaya dalam menentukan apakah

akan menggunakan tray, random packing atau structural packing yang paling

baik digunakan dalam rancangannya. Secara khusus, tray lebih banyak dipilih jika

tekanan operasi dan aliran liquida tinggi dan jika kolom mempunyai diameter

yang besar.

Tray type yang umum digunakan adalah Bubble-cap tray, sieve tray, dan

valve tray. Untuk membandingkan unjuk kerja dari ketiga tray tersebut didasarkan

pada pertimbangan : biaya, kapasitas, rentang operasi, efisiensi, dan penurunan

tekanan (pressure drop).

Dari segi biaya, Bubble-cap tray lebih mahal dari pada sieve tray atau valve

tray. Harga relatifnya tergantung dari material dan konstruksi yang digunakan.

28
Untuk bahan mild steel, rasio antara Bubble-cap tray, valve tray, dan sieve tray

adalah 3.0 : 1.5 : 1.0.

Dari segi kapasitas, urutan mulai dari kapasitas yang paling besar sampai

paling kecil adalah sieve tray, valve tray, dan bubble-cap tray.

Rentang operasi merupakan faktor yang paling menentukan. Rentang

operasi disini berarti batasan aliran antara uap dan cairan yang melalui tray

dimana tray masih dapat beroperasi dengan baik.

Bubble-cap tray mempunyai operasi yang efisien pada aliran uap yang

sangat rendah. Sieve tray tidak dapat dioperasikan pada aliran uap yang sangat

rendah, namun dengan desain yang baik, dapat dioperasikan pada rentang

kapasitas antara 50% s/d 120% dari kapasitas desain.

Valve tray dapat memberikan fleksibilitas operasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan sieve tray.

Penurunan tekanan (pressure drop) yang melalui tray merupakan sesuatu

yang sangat penting dalam mempertimbangkan perancangan kolom. Penurunan

tekanan pada tray tergantung pada desain secara detail dari alat kontak tersebut,

namun secara umum, sieve tray mempunyai penurunan tekanan yang paling

rendah, diikuti oleh valve tray, serta bubble-cap tray mempunyai penurunan

tekanan paling tinggi.

Dari uraian tersebut, direncanakan perancangan kolom fractionator di

CDU akan digunakan valve tray sebagai alat kontaknya.

29
2.8 Tebal Plat dinding Kolom

Dalam penentuan tebal dinding kolom akan digunakan berdasarkan

ASME, API - ASME dan mendasarkan pada kombinasi beban (Wind Ward Side)

2.8.1 Menghitung Tebal Dinding (Shell) Kolom

Tebal dinding kolom dihitung dengan persamaan:

PR
t= + C ....................................................................2-1110:201)
SE−0.6 P

Keterangan : t = Tebal dinding, inch

P = Internal pressure , psig

R = Inside radius, inch

E = Longitudinal weld joint efficiency factor

S = Allowable stress, psi

C = Corrosion allowable, inch

2.8.2 Menghitung Tebal Top Head dan Bottom Head

Tutup atas dan dasar dari kolom dipilih yang berbentuk ellipsoidal dengan

rasio 2:1, dengan pertimbangan10:199) :

 Lebih murah biaya pembuatanya

 Lebih banyak tersedia dipasaran.

 Ketebalan tutup kurang lebih sama dengan ketebalan dinding

Ketebalan tutup menurut ASME untuk head tipe ellipsoidal :

PD
t= +C ..................................................................... 2.1210:201)
2 SE- 0.2 P

Keterangan:

D = Inside diameter shell, inch

30
Setelah ditemukan ketebalan minimum dari pelat yang dihitung, kemudian

ditambahkan imbuhan korosi (corrosion allowance) yang nilainya tergantung

pada kondisi fluida. Umumnya untuk kilang minyak sekitar 5 mills pertahun (

1
∈¿ untuk 12 tahun) untuk fluida yang tidak korosif sudah memuaskan.
16

2.8.3 Perhitungan Tebal Dinding karena Faktor Angin

Dengan memperhitungkan kecepatan angin untuk sisi windward, ketebalan

kolom dihitung dengan persamaan :


2
2 Pw h W P Dm
t= - + .................................................................2-
πD' S π Dm S 4 S

1310:202)

Tebal berdasarkan buckling dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

2 Pw h2 W
t= + ....................................................................2-1410:208)
πD ' S B π D m S B

Keterangan : t = Tebal shell, inch

Pw = Tekanan angin pada permukaan datar, psf

P = Tekanan kerja , psi

S = Allowance working pressure, psi.

D’ = Out side diameter shell termasuk isolasi, inch

Dm = Diameter shell rata-rata, inch

h = Distance from top of vessel to point consideration, ft

W = Weight of vessel, lb

SB = Allowance working pressure based on Buckling, psi.

31
Jika berat kolom dan jumlah serta jenis tray serta jenis material peralatan

telah ditentukan, maka harga kolom dapat ditaksir berdasarkan diameter dan

tinggi kolom dengan menggunakan lampiran 14, Figure 15.11 Purchased cost of

vertical columns9:793), untuk harga tray diperkirakan dari lampiran 15, Figure

15.13 Purchased cost of trays in tray columns 9:794). Sedangkan untuk harga isolasi

menggunakan lampiran 16, Figure 15.179:797)

Namun apabila pada grafik tersebut tidak mengakomodir hasil

perhitungan, maka harga peralatan dapat dicari dengan memakai formulasi Six –

Tenths Factor Rule .


9:242)

( )
0,6
XA
Harga Peralatan A = Harga Peralatan B
XB
...........................2-15

Penentuan harga saat ini dapat dilakukan dengan melakukan ekstrapolasi

dari harga tahun sebelumnya dapat ditentukan harga peralatan ditahun berikutnya

saat unit dibangun. Parameter interpolasi yang banyak digunakan adalah Nelson

Farrar Index.

2.9 Sistem Pengendalian Proses

Hampir semua proses dalam dunia industri membutuhkan peralatan-

peralatan otomatis untuk mengendalikan parameter-parameter prosesnya.

Otomatisasi tidak saja diperlukan demi kelancaran operasi, keamanan, ekonomi,

maupun mutu produk, tetapi lebih merupakan kebutuhan pokok.

Proses disuatu pengilangan minyak tidak mungkin dapat dijalankan tanpa

bantuan fungsi sistem pengendalian. Ada banyak parameter yang harus

32
dikendalikan didalam suatu proses diantaranya yang paling umum adalah tekanan

(pressure) didalam sebuah bejana atau pipa, aliran (flow) didalam pipa, suhu

(temperature) di unit seperti heat exchanger, atau permukaan zat cair (level)

disebuah tangki. Ada beberapa parameter lain diluar keempat parameter diatas

yang cukup penting dan juga perlu dikendalikan karena kebutuhan spesifik

proses, diantaranya : pH di industri petrokimia, water cut (BS&W) di ladang

minyak mentah, warna produk di suatu fasilitas pencairan gas (NGL), dan

sebagainya4).

2.9.1 Alasan Dilakukan Pengendalian Proses

Alasan dilakukan pengendalian proses karena adanya gangguan pada

proses seperti :

 Komposisi umpan berubah

 Temperatur umpan berubah

 Tekanan umpan berubah

 Laju alir Umpan berubah

Untuk menjaga kondisi operasi sesuai dengan kebutuhan maka gangguan

proses harus dikendalikan dengan cara memasang alat pengendali proses4).

2.9.2 Tujuan Pengendalian Proses

Tujuan pengendalian proses adalah :

 Menghilangkan pengaruh gangguan pada proses

 Supaya bisa mencapai kondisi yang baru pada saat ada perubahan

kondisi operasi (set point) yang dinginkan.

33
Jadi tujuan pengendali proses adalah untuk menjaga kondisi operasi yang

ditetapkan atau yang diinginkan.

2.9.3 Sasaran Pengendalian Proses

Sasaran pengendalian proses adalah :

 Menjaga keselamatan proses.

 Menjaga operasi plant lancar.

 Menjaga kualitas produk.

 Mencegah kerusakan peralatan plant dengan tujuan untuk :

 Mencegah kerusakan lingkungan.

 Mengoptimalkan pengoperasian plant.

 Memonitor dan menganalisa kondisi operasi.

2.9.4 Alat Pengendali Proses

Dalam kilang minyak alat pengendali proses disebut intrumentasi.

Intrumentasi digunakan untuk memonitor, mengontrol dan mengatur kondisi

operasi suatu refinery. Secara umum instrumentasi yang akan dipasang pada di

CDU adalah :

 Pressure .

 Pressure Transmitter ( PT )

 Pressure Indicator ( PI )

 Pressure Indicator Controller ( PIC )

 Pressure Control Valve ( PCV )

34
 Pressure Alarm Low / High ( PAL / H )

 Pressure Alarm Low Low / High High ( PALL / HH )

 Pressure Safety Low / High ( PSL / H )

 Pressure Safety Low Low / High High ( PSLL / HH )

 Temperature .

 Temperature Transmitter ( TT ) / Termocouple.

 Temperature Indicator ( TI ).

 Temperature Alarm High / low ( TAH / L)

 Flow .

 Flow Orifice ( FO )

 Flow Transmitter ( FT )

 Flow Indicator ( FI )

 Flow Indicator Controller ( FIC )

 Flow Control Valve ( FCV )

 Flow Alarm Low ( FAL )

 Flow Alarm High ( FAH )

 Level.

 Level Transmitter ( LT )

 Level Glass ( LG )

 Level Indicator ( LI )

 Level Indicator Controller ( LIC )

 Level Control Valve ( LCV )

35
 Level Alarm Low ( LAL )

 Level Alarm High ( LAH )

36
2.9.5 Keselamatan Proses

Dalam perancangan suatu kilang minyak salah satu hal yang sangat

penting adalah keselamatan proses, untuk penilaian kemungkinan terjadinya

bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan atau yang bisa menimbulkan

kerugian dalam melangsungkan kegiatan proses produksi digunakan metode

Hazard and Operability Study (Hazops).

Hazops adalah suatu metode yang diterapkan untuk mengadakan

pengujian secara sistimatik terhadap suatu proses dan tujuan rancangan proses

dari pabrik baru guna menilai potensi bahaya akibat terjadinya penyimpangan dari

peralatan dalam sistim dan pengaruh yang ditimbulkan. Hal yang penting

ditekankan dalam Hazops adalah melakukan indetifikasi bahaya, tidak mencari

jawaban dari persoalan untuk mengurangi bahaya. Untuk memudahkan dalam

pelaksanaan teknik Hazops menggunakan pendekatan kata pedoman (guide

words) yang dapat dikombinasikan dengan parameter yang perlu dipertimbangkan

dan penentuan diambil berdasarkan pemikiran tim (brain storming) atau diskusi

kelompok.

2.10 Tinjauan Keekonomian

Untuk evaluasi keekonomian perancangan kolom Fractionator ini

dilakukan dengan cara perhitungan secara keseluruhan dari CDU dengan terlebih

dahulu dihitung investasi total dari pembangunan CDU dengan mengacu pada

harga masing-masing peralatan.

37
2.10.1 Pengertian Umum

Tinjauan ekonomi merupakan suatu evaluasi yang ditinjau dari segi

ekonomi terhadap rencana proyek investasi. Hasil evaluasi dapat memberikan

gambaran apakah proyek tersebut layak untuk dilanjutkan atau ditolak. Jika tidak

ada faktor-faktor lain seperti kebijakan pemerintah, tuntutan pelanggan atau yang

lain-lain, keputusan akhir merupakan keputusan yang bersifat ekonomis yaitu

keputusan yang bertujuan untuk mendapatkan profit.

Profitability (kemampuan untuk mendapatkan keuntungan) menyangkut

masalah permodalan, yaitu kemampuan suatu dana untuk membangkitkan

keuntungan atau laba. Bila jumlah dana yang tersedia terbatas, sedangkan ada

beberapa alternative proyek investasi memerlukan dana yang besar dengan yang

tersedia, maka dengan cara tertentu dapat diputuskan proyek investasi mana yang

akan diprioritaskan untuk dilaksanakan. Perkiraan profitability dari suatu proyek

investasi dapat diperoleh dengan beberapa macam metode. Dari perhitungan-

perhitungan dengan menggunakan metode yang modern dapat diperoleh

gambaran bagaimana kira-kira kemampuan proyek investasi tersebut, apakah

proyek tersebut akan dilanjutkan atau tidak.

2.10.2 Tujuan Evaluasi Ekonomi

Tujuan dari pelaksanaan evaluasi keekonomian adalah untuk mengetahui

nilai kelayakan dari sebuah kegiatan usaha atau proyek yang akan dilaksanakan

berdasarkan perhitungan profitability yang dikaitkan dengan analisa ekonomi.

Pada analisa ini yang perlu diperhatikan adalah hasil total atau keuntungan yang

didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek tersebut.

38
2.10.3 Capital Investment

Capital Investment adalah semua pengeluaran atau modal yang diperlukan

untuk mendirikan proyek hingga proyek dapat menghasilkan produk yang

diinginkan. Dasar perhitungan capital investment adalah harga peralatan utama

(purchase equipment delivered)9:273). Harga ini tergantung dari jenis dan ukuran

alat yang akan dibangun. Penentuan harga dapat dilakukan dengan ekstrapolasi

dari harga tahun lalu berdasarkan index yang dipakai, umumnya Nelson Farrar

Refinery Index. Unsur-unsur yang termasuk dalam capital investment meliputi

Direct Cost (untuk pendirian proyek), Indirect Cost dan Working Capital.

Besarnya persentasi harga terhadap purchase equipment delivered adalah9:273):

Tabel 2.5 Direct Cost Estimation


No Cost %
1 Purchase Equipment Delivered Cost (PEC) 100 % PEC
2 Equipment Instalasi 25 – 55 % PEC
3 Instruments dan control 8 – 50 % PEC
4 Instalasi Listrik 10 – 40 % PEC
5 Bangunan 10 – 70 % PEC
6 Piping Installed 10 – 80 % PEC
7 Services Facilities 40 – 100 % PEC
8 Land 4 – 8 % PEC
Total Direct Cost (DC) 65 – 85 % FCI

Tabel 2.6 Indirect Cost Estimation


No Cost %
1 Engineering and Supervision 5 – 30 % DC
2 Legal Expenses 1 – 3 % FCI
3 Contractor fee and construction 10 – 20 % FCI
4 Contingency 5 – 15 % FCI
Total Indirect Cost 15 – 35% FCI

39
Tabel 2.7 Total Capital Investment Cost Estimation
No Capital %
1 Fixed Capital Investment (FCI) DPC + IPC
2 Working Capital (WC) 10 – 20 % FCI
Total Fixed Capital Investment FCI + WC

2.10.4 Production Cost

Production cost adalah biaya-biaya yang timbul untuk menggerakkan

proses produksi. Biaya – biaya ini meliputi Manufacturing Cost dan General

Expense. Manufacturing Cost terdiri dari Direct Production Cost, Fixed Charge

dan Plant Overhead Cost. Perkiraan komponen pada Production Cost bisa

dilakukan berdasarkan persen terhadap Fixed Capital Investment serta Total

Capital Investment. Komponen – komponen Production Cost 9:273) meliputi :

Tabel 2.8 Direct Production Cost Estimation

No Cost %
1 Raw Material 10 – 80 % TPC
2 Operation Labor 10 – 20 % TPC
3 Supervision 10 – 20 % Operation Labor
4 Utilities 10 – 20 % TPC
5 Maintenance 2 – 10% FCI
6 Royalty / patent 0 – 6% TPC
7 Operating Supplies 10 – 20% Maintenance
8 Laboratory 10 - 20% Operation Labor
Total Direct Production Cost 60 – 66 % TPC
(DPC)

Tabel 2.9 Fixed Charge Estimation


No Cost %
1 Local Taxes 1 – 4% FCI
2 Depreciation 10 – 40 % FCI
3 Insurance 0,4 – 1% FCI
4 Rent 8 – 12 % Land and Building
5 Financing (interest) 0 – 10 % TPC
Total Fixed Charges (FC) 10 – 20 % TPC

40
Tabel 2.10 General Expense Estimation
No Cost %
1 Administration 2 – 5% TPC
2 Research and Development 2 – 5% TPC
3 Distribusi and Marketing 2 – 20 % TPC
Total General Expenses (GE) 15 – 25 % TPC

Tabel 2.11 Manufacturing Cost Estimation


No Cost %
1 Total Direct Production Cost (DPC) 60 – 66 % TPC
2 Total Fixed Charges (FC) 10 – 20 % TPC
3 Plant Overhead Cost (POC) 5 – 15 % TPC
Total Manufacturing Cost (MC) DPC + FC + PO

Tabel 2.12 Total Production Cost Estimation


No General Expense %
1 Total Manufacturing Cost (MC) DPC + FC + PO
2 Total General Expenses (GE) 15 – 25 % TPC
3 Total Production Cost (TPC) MC + GE

2.10.5 Keuntungan

Keuntungan didefinisikan sebagai total income dikurangi dengan total

production cost. Keuntungan menjadi syarat mutlak untuk sebuah proyek. Dengan

keuntungan akan didapatkan nilai tambah dari sebuah investasi sekaligus untuk

pengembangan investasi itu sendiri. Keuntungan sendiri dibedakan menjadi

keuntungan kotor (gross earning) dan keuntungan bersih yang telah dipotong oleh

biaya pajak (profit after tax) 9:274).

2.10.6 Parameter Evaluasi Keekonomian

Evaluasi keekonomian suatu proyek dapat dilakukan dengan beberapa

parameter, yaitu : Pay Out Time (POT), % Rate of Return (ROR), Net Present

Value (NPV), Interest Rate of Return (IRR) dan Break Even Point (BEP).

41
1. Rate of Return (ROR)

Rate of Return yaitu perbandingan keuntungan setelah dipotong pajak

dengan Fixed Capital Investment (investasi modal tetap) dalam periode umur

tertentu dari peralatan yang di rancang.

ROR menggambarkan kemampuan sebuah proyek dalam mengembalikan

modal investasi setiap tahunnya. Semakin besar nilai ROR, maka proyek semakin

baik dan layak untuk dilaksanakan.

Keuntungan setelah pajak


ROR= ×100% ..............................................2-16
Total Capital Investment

2. Pay out Time (POT)

Pay Out Time digunakan untuk mengukur kemampuan kembalinya dana

investasi proyek (dalam hitungan tahun). Untuk petroleum industri berkisar antara

5 sampai 10 tahun. Diharapkan harga POT sekecil mungkin, karena makin kecil

makin menguntungkan untuk dilaksanakan. Selain itu petroleum industri

merupakan industri dengan resiko tinggi, sehingga memerlukan safety yang tinggi

pula.

¿ Capital Investment
POT = ....................................................2-17
Profit after tax

3. Internal Rate of Return (IRR)

Adalah besarnya keuntungan dalam persen suatu investasi dengan

membandingkan bunga bank. Nilai yang diperoleh dari IRR adalah gambaran

interest rate (bunga) dari investasi. Perhitungan nilai IRR dilakukan dengan cara

trial and error sampai diperoleh harga NPV = 0. Nilai ini harus lebih besar dari

MARR (Minimum Acceptabel Rate of Return). Biasanya MARR mengacu pada

42
besarnya bunga bank saat proyek dibangun, atau dapat diperoleh pada tabel 8.1

Max S Peter, halaman 322.

Disini perlu kejelian dari investor untuk mempertimbangkan investasi,

karena bunga bank tidak akan selalu sama pada setiap tahunnya bahkan berubah

setiap hari. Semakin tinggi perbedaan IRR dengan bunga bank, proyek semakin

bagus, sehingga dapat mengantisipasi kenaikan bunga bank.

4. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah suatu cara untuk mengukur keuntungan proyek

investasi dengan mempertimbangkan interest rate atau bunga bank yang dihitung,

atau dikembalikan semua proyeksi keuntungan pertahun selama umur proyek,

menjadi nilai uang tahun saat proyek dibangun. Pendeknya NPV adalah nilai

sekarang dari seluruh keuntungan pertahun selama umur investasi (proyek).

Keuntungan dapat dilihat dari harga present value. Makin besar harga NPV,

proyek lebih menguntungkan, sehingga diharapkan harga NPV positif (+).

5. Break Even Point (BEP)

Permintaan pasar, jumlah produksi dan waktu operasi sangat erat

hubungannya. Apabila unit sudah dijalankan, hal ini akan menjadi faktor yang

juga menentukan biaya, untuk itu dalam melakukan design sebuah pabrik,

penentuan kapasitas, penentuan kemudahan maintenace (menentukan berapa lama

alat akan tidak beroperasi apabila dilakukan perbaikan) dan permintaan pasar akan

produk kita harus juga diperhitungkan.

Gambar 2.7 memperlihatkan efek dari biaya dan keuntungan dengan dasar

aliran produksi. Seperti yang dapat terlihat dari figure tersebut, Fixed Cost akan

43
selalu konstan sedangkan total biaya produksi akan terus meningkat apabila

produksi di tingkatkan. Titik dimana total produksi sebanding dengan total

pendapatan dapat dikatakan sebagai break even point (BEP). Dengan

memperhatikan penjualan dan permintaan yang sesuai dengan kapasitas dan

karakteristik dari peralatan, engineer dapat memberikan rekomendasi design

kapasitas yang akan diolah sehingga dapat memberikan biaya yang optimal9:231).

BEP didefinisikan sebagai kapasitas minimum, saat biaya produksi total

sama dengan pendapatan dari hasil penjualan produk. BEP merupakan titik impas

yang menunjukkan bahwa dengan kapasitas produksi tertentu (pada BEP),

keuntungan yang diperoleh sama dengan nol. Semakin kecil nilai BEP, semakin

baik. BEP yang menjadi pertimbangan dilaksanakannya suatu proyek lebih baik

biasanya berkisar antara 30 % sampai 60 %.

Gambar 2.7 Grafik Break Even untuk Pabrik Pemproses Bahan Kimia

44

Anda mungkin juga menyukai