Anda di halaman 1dari 34

Laporan e dewe

Tata Letak Kilang Pertamina RU IV CILACAP


Tabel 1 Utilities FOC I
No. Unit Nama Unit

51 Pembangkit tenaga listrik

52 Steam Generator Unit

53 Cooling Water System

54 Refinery Unit Air

55 Fire Water System Unit

56 Unit Sistem Udara Instrumen

57 Unit sistem Pengadaan Bahan Bakar Gas dan Minyak

Tabel Utilities FOC II


No.Unit Nama Unit

051 Pembangkit tenaga listrik

052 Steam Generator Unit

053 Cooling Water System

054 Refinery Unit Air

055 Fire Water System Unit

056 Unit Sistem Udara Instrumen

057 Unit sistem Pengadaan Bahan Bakar Gas dan Minyak

Tabel Jaringan Oil Movement dan Perpipaan


No.Unit Nama Unit

61 Jaringan pipa dari dan ke Unit Terminal Minyak Area 70

62 Cross Country PipeLine

63 Stasiun Pompa Air Sungai

64 Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG dan Paraxylene

66 Tangki-tangki Balas dan Bunker

67 Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG, dan Paraxylene

68 Dermaga Pengapalan LPG

Tabel Terminal Minyak Mentah dan Produk


No. Unit Nama Unit

71 Tangki – tangki minyak mentah feed FOC II dan Bunker

72 Crude Island Berth, di sebelah utara pantai Pulau


Nusakambangan
73
Dermaga pengapalan minyak putih dan minyak hitam, serta
fasilitas penerimaan Crude Oil

Tabel 1.21 Utilities LOC III


No.Unit Nama Unit

510 Pembangkit Tenaga Listrik

520 Steam Generator Unit

530 Cooling Water system

560 Unit Sistem Udara Tekan

Sarana Penunjang
Utilitas
Utilitas PT Pertamina RU IV Cilacap adalah semua bahan/sarana media yang
dibutuhkan untuk menunjang operasi pengolahan kilang seperti tenaga listrik,
tenaga uap, air pendingin, air bersih, bahan bakar cair/gas, angin instrumen, dan
lain-lain sehingga kilang dapat memproduksi BBM dan NBM. Pengadaan sistem
utilitas dalam industri, khususnya untuk operasional kilang BBM dan petrokimia di
Pertamina selama ini selalu diusahakan sendiri, mengingat kebutuhan yang
diperlukan belum dapat diperoleh dari sumber lain. Dalam pengoperasiannya,
utilitas harus handal agar tidak menyebabkan kehilangan produksi kilang berupa
BBM, NBM, maupun petrokimia serta mengakibatkan kerusakan seperti pada
katalis, peralatan operasi, dan keselamatan. Diagram alir sederhana Unit Utilities
pada PT Pertamina RU IV dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.8 Diagram Alir Unit Utilities PT Pertamina RU IV Cilacap

Utilitas bersifat operasional sehingga semua pelaksanaan berdasarkan


standar operasional, prosedur, system, dan tata kerja individu. Di PT Pertamina RU
IV Cilacap, kompleks utilitas terbagi menjadi:
a. Utilitas I (area 50) yang dibangun pada tahun 1973 dan mulai beroperasi pada
tahun 1976 untuk menunjang pengoperasian FOC I, LOC I, dan ITP/Off site area
30, 40, 60, dan 70 dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel/hari.
b. Utilitas II (area 05) yang dibangun pada tahun 1980 dan mulai beroperasi pada
tahun 1983 untuk menunjang pengoperasian FOC II, LOC II, ITP/Off site area
30, 40, 60, dan 70 dengan kapasitas 200.000 barrel/hari.
c. Utilitas KPC/Paraxylene yang sebagian besar unitnya terletak di utilitas I/area
50, yang mulai beroperasi pada tahun 1990 khusus untuk menunjang area kilang
Paraxylene dengan kapasitas produksi Petrokimia sebanyak 270.000 barrel/hari
d. Utilitas IIA (area 500) yang beroperasi pada tahun 1998 dengan sarana terbatas,
khusus dirancang untuk menunjang pengoperasian Debottlenecking kilang
Cilacap, sehingga total kapasitas pengolahan Kilang Cilacap dapat dinaikkan
dari 300.000 barrel/hari menjadi 348.000 barrel/hari.
Dalam memenuhi kebutuhan kilang Cilacap, maka PT Pertamina RU IV secara
operasional memiliki unit utilitas yaitu:
1. Unit Pembangkit Tenaga Listrik
Unit ini memiliki 8 buah turbine generator pembangkit tenaga listrik yang
digerakkan oleh tenaga uap yang beroperasi dengan sistem extractive
condensing turbine dengan high pressure steam (P= 60 kg/cm2, T= 460°C)
menghasilkan mediuim pressure steam (P= 18 kg/cm2, T= 330°C) dan kondensat
recovery sebagai air penambah pada tangki desuperheater dan tangki BFW.
Sistem pembangkit terdiri dari:
Tabel Daftar Generator
Area Jumlah Generator Power (MW) Total Power
Generator (MW)

Utilitas I 3 51 G 1/2/3 8 24

Utilitas II 3 051 G 101/102/103 20 60

Utilitas 3 51 G 201 20 20
Paraxylene

Utilitas IIA 3 510 G 301 8 8

Total 112
2. Unit Pembangkit Tenaga Uap
Uap bertekanan yang ada pada unit ini sebagian besar adalah untuk
menggerakkan unit turbin generator sebagai unit pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga uap sebagai tenaga penggeraknya. Unit ini memilki 9 buah
boiler yang memiliki tekanan kerja 60 kg/cm2 dan temperatur 460°C yang biasa
disebut High Pressure Steam (HP Steam) dengan total kapasitas terpasang saat
ini 790 ton/jam. Keseluruhan boiler dan steam yang dihasilkan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.9 Daftar Boiler
Area Jumlah Boiler Steam Capacity/boiler Total Steam Capacity

(ton/jam) (ton/jam)

Utilitas I 3 60 180

Utilitas II 4 110 440

Paraxylene 1 110 110

Utilitas IIA 2 85 170

Total 10 990

Sistem distribusi tenaga uap di Pertamina RU IV Cilacap terbagi atas:


a. High Pressure Steam dengan tekanan 60 kg/cm2 dan temperature 460°C yang
dihasilkan dari semua boiler di Utilitas dan Waste Heat Boiler Unit 014/FOC
II digunakan sebagai penggerak turbin generator.
b. Medium Pressure Steam dengan tekanan 18 kg/cm2 dan temperatur 330°C
yang dihasilkan dari ekstraksi turbin generator dan Waste Heat Boiler Unit
014/FOC II serta letdown station HP/MP digunakan sebagai penggerak turbin
pompa dan kompresor, pemanas heat exchanger, dan penarik sistem vakum
pada ejector di semua proses area.
c. Low Pressure Steam dengan tekanan 3,5 kg/cm2 dan temperature 220°C yang
dihasilkan dari back pressure turbine dan let down station MP/LP digunakan
sebagai pemanas, dan stripping steam. Pada unit ini terdapat juga sistem
kondensat yang bertugas dalam menampung seluruh condensate recovery dari
seluruh area kilang ke tangki observasi untuk selanjutnya dimanfaatkan
kembali sebagai boiler feed water untuk mengurangi water losses. Ada tiga
jenis kondensat yaitu HP condensate, LP condensate, dan clean condensate.
3. Unit Air Pendingin
Raw water untuk unit ini diambil dari Muara Bengawan Donan yang
bersifat payau dengan senyawa klor yang tidak terlalu tinggi. Distribusi air
pendingin dilakukan dengan dua cara yaitu sistem bertekanan (pressurized)
dan sistem gravitasi. Untuk sistem bertekanan, air pendingin didistribusikan
dengan pompa yang memiliki kapasitas sebagai berikut:

Tabel 3.10 Daftar Pompa Cooling Water


Area Jumlah Pompa Kapasitas Pompa Kapasitas
Pompa Total
(m3/jam)
(m3/jam)

Utilitas I 3 53 P 1 A/B/C 2000 6000

Utilitas II 3 053 P 101 A/B/C 5900 17700

Paraxylene 3 053 P 201 A/B/C 2300 6900

Utilitas IIA 2 530 P 301 A/B 4000 8000

Total 38600

Untuk mencegah timbulnya mikroorganisme, pada sistem air pendingin


diinijeksikan sodium hypochloride yang dihasilkan dari unit sodium hypochloride
generator.

4. Unit Pengadaan Air Bersih


Unit Pengadaan air bersih dilakukan di unit Sea Water Desalination
(SWD) dimana prinsip operasi unit ini adalah mengolah air laut menjadi air
tawar dengan spesifikasi tertentu dengan cara distilasi pada tekanan rendah
(vacuum). Ada dua sistem pembuatan air bersih di SWD yaitu dengan Multi
Stage Flash (MSF) through dan Multi Stage Flash Brine Recirculation. Utilitas
Pertamina Refinery Unit IV Cilacap memiliki 8 buah unit SWD yaitu:
a. UTL I : 54 WS 1/2/3 (3 unit) kapasitas @45 ton/jam (TypeMSF once
through), dan 54 WS 201 (1 unit) kapasitas 45 ton/jam (Type MSF brine
recirculation).
b. UTL II : 054 WS 101/102/103/105 (4 unit) kapasitas @ 90 ton/jam
(TypeMSF once through)
Produk unit SWD ini digunakan untuk:
a. Sebagian besar sebagai umpan boiler
b. Sebagai jacket water untuk pendingin sistem minyak pelumas pada rotating
equipment
c. Sebagai media pencampur bahan kimia untuk keperluan proses
d. Sebagai air minum di area kilang
5. Unit Udara Tekan
Fungsi unit ini untuk menggerakkan sistem instrumentasi di seluruh area
kilang. Instrumentasi angin dihasilkan oleh beberapa kompresor angin yang
bekerja secara paralel yang sebelum didistribusikan dilewatkan ke dalam suatu
pengering (dryer) untuk menghilangkan kandungan air yang ada. Tekanan angin
instrumen dihasilkan dari:
Tabel 3.11 Daftar Kompresor
Area Jumlah Kapasitas Kompresor Kapasitas Total
Kompresor (Nm2/min) (Nm2/min)

Utilitas I 3 23.00 69.00

Utilitas II 1 23.00 23.00

Paraxylene 1 21.67 21.67


Utilitas IIA 1 17.50 17.50

Total 131.17

Tabel 3.12 Daftar Dryer


Area Jumlah Dryer Kapasitas Dryer Kapasitas Total
(Nm2/min) (Nm2/min)

Utilitas I 2 30.00 60.00

Utilitas II 1 46.00 46.00

Paraxylene 1 21.67 21.67

Utilitas IIA 1 11.50 11.50

Total 139.17

6. Unit Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas


Sistem bahan bakar cair terdiri dari sistem HFO dan HGO. Sistem HFO
digunakan sebagai bahan bakar pada boiler dan furnace saat normal operasi,
sedangkan HGO digunakan pada start up dan shut down unit serta flushing oil
dan sealing system. Untuk mengatur viskositas dipakai sarana heat exchanger
dengan media pemanas MP steam. HFO didistribusikan dengan dua sistem yaitu
dengan tekanan tinggi 35 kg/cm2 untuk keperluan sistem High Vacuum Unit
dan tekanan medium 18 kg/cm2 untuk keperluan burner. HFO terdiri dari slack
wax, slop wax, heavy aromate dan IFO yang diperoleh dari proses area
Sedangkan untuk sistem bahan bakar gas dipakai dan dimaksimalkan untuk
pembakaran di boiler dan furnace. Bahan baku diperoleh dari unit proses dan
ditampung di mix drum 57V-2 dan 057V-102 selanjutnya didistribusikan
melalui pipa induk ke semua proses area dengan tekanan diatur 3,5 kg/cm2.
Apabila tekanan lebih dari 4 kg/cm2 akan dibuang ke flare dan apabila kurang
dari 2,5 kg/cm2 akan disuplai dari LPG vaporizer sistem dengan media
pemanas LP steam. LPG vaporizer berfungsi untuk menampung dan
memproses propana dan butana off spec. Pada sistem bahan bakar gas terdapat
waste gas kompresor yang berfungsi untuk memperkecil gas yang hilang ke
flare.
7. Unit Pengadaan Air Baku
Air baku diperoleh dari kali Donan dengan menggunakan pompa jenis
submersible tang terdiri dari:
1. UTL I : pompa 63 P1 A/B/C dengan kapasitas masing-masing 3800
m3/jam
2. UTL II : pompa 063P101 A/B/C dengan kapasitas masing- masing 7900
m3/jam
3. UTL KPC : pompa 063 P 201 dengan kapasitas masing-masing 7900
m3/jam
4. UTL IIA : pompa 063 P 301 dengan kapasitas masing-masing 7900 m3/jam
Dari kali Donan air sungai dipompakan ke Jetty Donan (area 60).
Ruangan pengambilan air baku dilengkapi dengan fixed bae screen, retractable
strainer dan floating gate yang berfungsi untuk menyaring kotoran seperti
sampah, serta suction screen, dari unit 63 dan 053 air baku tersebut kemudian
dialirkan melalui pipa ke dalam 3 buah tangki. Untuk mencegah terjadinya lumut
dan menghindari hidupnya kerang dan mikroorganisme lainnya, pada saluran
hisap semua pompa air baku diinjeksikan sodium hipokloride hasil dari sodium
hipokloride generator. Air baku ditampung dalam tangki selanjutnya digunakan
sebagai media system air pendingan bertekanan, sistem gravitasi untuk surface
condensor turbo generator dan air umpan sea water desalination.

3.3.2 Oil Movement

Oil Movements pada awalnya bernama terminal dan merupakan bagian dari
proses pengilangan minyak yang ada di RU IV Cilacap. Bagian ini bertanggung
jawab dalam menangani pergerakan minyak baik kedalam maupun keluar kilang
terlebih dengan kondisi kilang yang memiliki kapasitas pengolahan 348.000
barrel/hari crude oil. Tugas dan tanggung jawab bagian ini antara lain:
 Menerima crude oil dan menyalurkannya ke unit FOC I dan FOC II.
 Menerima stream dari unit FOC I dan FOC II.
 Menyiapkan feed untuk secondary processing.
 Menerima stream dari secondary/tertiaery processing.
 Menyalurkan produksi dari kilang ke tangki penampungan.
 Melaksanakan blending produk menjadi finish product.
 Loading/transfer minyak ke kapal, Perbekalan Dalam Negeri (PDN), dan Own
Use.
Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut, tersedia
fasilitas dan peralatan operasi antara lain :
 Pipa-pipa, untuk penyaluran pergerakan minyak.
 Tangki-tangki, untuk penampungan crude, produk dan slops.
 Dermaga, untuk bongkar/muat crude oil, BBM dan NBM.
 Pompa-pompa, untuk pemompaan feed ke kilang, blending, dan lain-lain.
 Oil Catcher (CPI), untuk menampung minyak yang tercecer dari bocoran pipa-
pipa, drain tangki, dari parit dan holding basin.
 Holding basin yang berhubungan dengan CPI berfungsi untuk mengembalikan
atau memperbaiki kualitas air buangan, terutama mengembalikan kandungan
oksigen.
 Silencer untuk mengurangi kebisingan.
 Groyne sebagai sarana pelindung pantai dari kikisan gelombang laut.

3.3.3 Laboratorium

Bagian laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena dari


laboratorium ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Dengan
data-data yang diberikan maka proses produksi akan selalu dapat dikontrol dan
dijaga standar mutu sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Bagian laboratorium berada di bawah Senior Manager Operation and
Manufacturing yang mempunyai tugas pokok :
 Sebagai pengontrol kualitas bahan baku, apakah sudah memenuhi persyaratan
yang diperkenankan atau tidak.
 Sebagai pengontrol kualitas produk, apakah sudah memenuhi standar yang
berlaku atau belum.
Bahan-bahan yang diperiksa di laboratorium ini adalah :
• Crude Oil
• Stream product : FOC I/II, LOC I/II/IV, dan paraxylene
• Utilities : water, steam, fuel oil, fuel gas, chemical agent, dan katalis
• Intermediate product dan finishing product.
Dalam pelaksanaan tugas, bagian laboratorium dibagi menjadi
Laboratorium Pengamatan, Laboratorium Analitik dan Gas, Laboratorium Litbang,
dan Ren. ADM/ Gudang/ Statistik.
Program Kerja Laboratorium
a. Laboratorium Pengamatan
Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat fisis bahan baku,
intermediate product, dan finishing product. Sifat-sifat yang diamati antara lain:

1. Distilasi ASTM
2. Spesific gravity
3. Reid vapour pressure
4. Flash point dan smoke point
5. Convadson carbon residu
6. Warna
7. Cooper strip dan silver strip
8. Viscositas kinematic
9. Kandungan air
b. Laboratorium Analitik dan Gas
Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap raw material mengenai sifat-
sifat kimianya, termasuk didalamnya tentang kerak dan finishing product. Alat-
alat yang digunakan untuk analisa antara lain :
1. N2 analyzer, untuk menganalisa sulfur, Cl2, H2S
2. Atomic Absorption Spectrophotometer(AAS), untuk menganalisa semua metal
yang ada dalam sampel air maupun zat organik.
3. Polychromator, untuk menganalisa semua metal yang ada dalam sampel air
maupun zat organik.
4. Nuclear Magnitute Resonance(NMR), untuk menganalisa kandungan H2
dalam sampel avtur.
5. Portable Oxygen Tester(POT), untuk menganalisa kandungan oksigen dalam
gas pada cerobong asap.
6. Infra red Spectrophotometer(IRS), untuk menganalisa kandungan oil dalam
sampel air, juga menganalisa aromat dan minyak berat.
7. Spectro Fluorophotometer, untuk menganalisa kandungan oil dalam water
slop, menganalisa bahan baku, stream product, dan finishing product untuk
pabrik paraxylne.
c. Laboratorium Penelitian dan Pengembangan
Bagian ini bertujuan untuk mengadakan penelitian, misalnya :
1. Blending fuel oil.
2. Lindungan lingkungan (pembersihan air buangan).
3. Evaluasi crude.
4. Di samping mengadakan penelitian rutin, laboratorium ini juga mengadakan
penelitian yang sifatnya non-rutin, misalnya penelitian terhadap produk
kilang di unit tertentu yang tidak biasanya dilakukan penelitian, guna
mendapatkan alternatif lain tentang penggunaan bahan baku.
d. Ren. ADM/Gudang/Statistik
Bagian ini bertugas untuk mengatur administrasi laboratorium,
pergudangan, dan statistik.

e. Laboratorium Paraxylene
Laboratorium ini khusus menangani unit paraxylene yang mempunyai kerja
dan tugas menganalisa terhadap bahan baku, produk yang dihasilkan dan bahan
penunjang lainnya.

3.2 Penangan Limbah


Di dalam eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi negara, Pertamina
RU IV Cilacap tidak lepas dari penanganan limbah yang dihasilkan. Limbah yang
dihasilkan dalam pengolahannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: bahan
buangan cair, bahan buangan gas.
1. Pengolahan Buangan Cair
Pada dasarnya prinsip dari pengolahan air limbah adalah menghilangkan
unsur-unsur yang tidak diinginkan dalam air limbah secara fisik, kimia maupun
biologi. Pertamina RU IV Cilacap dalam mengolah limbah cairnya tidak digunakan
pada tiap-tiap unit, namun limbah dari beberapa unit digabung menjadi satu baru
kemudian diolah. Pengolahan limbah cair dilakukan secara bertahap sebagai
berikut:
a. Sour Water Stripper (SWS)
Unit ini dirancang untuk mengolah sour water dari Visbreaking Unit,
Naphta Hydrotrating Unit, High Vacuum Unit, Crude Distillation Unit, AH
Unibon, Distillate Hydrotreating Unit yang mengandung H2S, NH3, fenol,
CO2, mercaptan, cyanida, dan pada hydrocracking sour water terdapat fluoride.
Unit ini dirancang untuk dapatt membersihkan 97% dari H2S yang kemudian
dibakar di flare, sedangkan air bersih yang tersisa dapat digunakan kembali.
Dalam sour water H2S dan NH3 terdapat dalam bentuk NH4HS yang
merupakan garam dari basa lemah dan asam lemah. Di dalam larutan ini, garam
terhidrolisa menjadi H2S dan NH3.
Reaksi: NH4 + H2S → NH3 + H2S
H2S dan NH3 bebas sangat mudah menguap ke dalam fasa cair. Gas
H2S dan NH3 dapat dipisahkan dengan menggunakan steam sebagai stripping
medium atau steam yang terjadi dari pemanasan sour water itu sendiri (dalam
reboiler). Hidrolisa akan naiknya suhu. Kelarutan H2S pada unit 052 terdapat
empat boiler dengan kapasitas masing-masing 110 ton/jam HP steam. Jenis
boiler yang digunakan adalah water tube boiler yang mampu menghasilkan
HP steam pada tekanan 60 kg/cm2 dan temperatur 460°C. Penghasil HP
steam lainnya adalah Water Heat Boiler yang terdapat di unit 014 dan 019
menghasilkan MP steam dengan kapasitas masing-masing 30 ton/jam. MP
steam digunakan untuk pengabut bahan bakar minyak (steam atomizing),
vacuum ejector, soot blowing dan lain-lain. LP steam digunakan untuk
pemanas pipa, dan stripping steam pada distilasi.

b. Corrugated Plate Interceptor (CPI)


Corrugated Plate Interceptor (CPI) adalah jenis alat atau bangunan
penangkap minyak yang berfungsi untuk memisahkan air dan minyak dengan
menggunakan plate sejajar, dibuat dari fyber glass yang bergelombang yang
dipasang dengan kemiringan tertentu bekerja secara gravitasi. CPI memiliki
kemampuan memisahkan lebih besar dibanding dengan alat pemisah lain,
mampu memisahkan partikel minyak sampai dibawah 150 mikron dengan
menggunakan permukaan pemisah tambahan berupa plat sejajar maka
didapatkan proses pemisahan dalam kondisi laminer dan stabil. Kecepatan
aliran dari plat yang bergelombang dan perbedaan spesific gravity antara
minyak dan air menyebabkan akan naik ke atas, sedangkan air akan turun ke
bawah yang kemudian masuk ke parit dan akhirnya ke Holding Basin untuk
diolah lebih lanjut sebelum dibuang ke badan penerima.

c. Holding Basin
Holding basin adalah kolom untuk menahan genangan minyak bekas
buangan pabrik supaya tidak lolos ke badan air penerima, dengan perantaraan
skimmer (penghisap genangan minyak di permukaan), floating skimmer
(penghisap minyak di bagian tengah), dan baffle (untuk menahan agar
minyaknya tidak terbawa ke badan air penerima). Selanjutnya genangan
minyak ditampung pada sump pit kemudian dipompakan ke tangki slops untuk
direcovery. Holding basin dibuat dengan tujuan mencegah pencemaran
lingkungan, khususnya bila oil water sampai lolos ke badan air penerima.
Genangan minyak berasal dari bocoran- bocoran peralatan pabrik atau lainnya.
Holding basin yang terdapat di Pertamina RU IV Cilacap ada dua yaitu
Exciting Holding Basin unit 49 dan New Holding Basin unit 66.

2. Pengolahan Buangan Gas


Untuk menghindari pencemaran udara dari bahan-bahan buangan gas, maka
dilakukan penanganan terhadap bahan buangan tersebut dengan cara:
a. Dibuat stack/cerobong asap dengan ketinggian tertentu sebagai alat untuk
pembuangan asap
b. Gas-gas hasil proses yang tidak dapat dimanfaatkan dibakar dengan
menggunakan flare
Salah satu sumber emisi polutan adalah dari kegiatan pembakaran gas - gas
sisa operasi dari keseluruhan proses dalam kilang dilakukan dalam flare. Pada
dasarnya gas-gas yang dibakar dalam flare terutama mengandung sulfur tereduksi
yang dalam pembakaran dioksidasi menjadi gas yang relative tidak berbau,
diantaranya adalah SO2, namun flare memberikan kemungkinan timbulnya asap
hitam (smoke) dan gas – gas lain, seperti CO, SO2, dan NOx. Smoke diakibatkan
oleh pembakaran yang menghasilkan asap hitam, maka pembakaran yang dilakukan
harus dilakukan pada kondisi sebagai berikut:
a. Nilai panas yang memadai untuk mencapai suhu pembakaran teoritis
minimum
b. Udara pembakaran yang cukup (excess air).
c. Percampuran yang memakai antara udara dan bahan bakar.
Sesuai dengan standar dari American Petroleum Institute (API), maka flare
yang ideal adalah suatu peralatan pembakar yang membakar gas-gas sisa secara
sempurna dan tidak menimbulkan asap hitam (smokeless). Oleh karena itu, dalam
sistem pembakaran flare PT Pertamina RU IV Cilacap dilengkapi dengan sistem
injeksi gas inert pada zona pembakaran untuk menghasilkan turbulensi dan
penambahan udara. Dalam hal ini, gas inert yang digunakan adalah uap air (steam).
Injeksi dengan steam ini memberikan keuntungan sebagai berikut :
a. Relatif murah dalam hal penyediaan energi untuk menghasilkan turbulensi
dan tambahan udara dalam flame/nyala api.
b. Steam bereaksi dengan bahan bakar membentuk senyawa yang teroksidasi
dan terbakar pada temperatur relatif rendah.
c. Reaksi antara gas dengan air dan juga terbakar pada temperatur rendah.
d. Steam dapat mereduksi tekanan parsial bahan bakar dan menghindari
terjadinya polimerisasi.
Tipe flare yang digunakan di Pertamina RU IV Cilacap adalah elevated
flares yang terdiri atas pembakar/burner, stack, seal, liquid trap, control pilot
burner, dan steam pembakaran. Seluruh gas-gas dari proses operasi dalam kilang
yang akan dibakar dikumpulkan dalam flare header menuju flare knock out-
drum (KO-drum). Sedangkan untuk pengontrolan laju aliran (flow) dan tekanan,
fasa gas dibawa ke flare water seal drum. Selanjutnya gas tersebut dialirkan dalam
stack untuk dibakar. Pada zona pembakaran diinjeksikan steam untuk menghindari
adanya pembakaran yang tidak sempurna yang dapat menimbulkan asap
hitam/smoke. Jumlah steam yang diinjeksikan sebanding dengan tekanan gas yang
dibakar dan komposisi kimianya. Pada flare tersebut juga dilengkapi dengan
molecular seal untuk mencegah terjadinya nyala balik (flashback) ke dalam flare
stack.
Pada keadaan emergency, emisi gas yang melalui flare stack akan
meningkat karena adanya buangan gas kilang untuk mencapai keseimbangan
proses. Pada kondisi demikian pembakaran harus diatur dengan memperkecil aliran
steam sehingga terjadi pembakaran gas H2S dan akan menurunkan emisi bau.
Sedangkan untuk menurunkan kadar NOx di udara akibat pembakaran dapat
dilakukan dengan cara pengaturan kondisi operasi seperti excess air dalam
pembakaran. Resirkulasi gas buang, pembakaran bertahap, dan kombinasi dari
cara-cara tersebut. salah satu cara yang dilakukan adalah dengan cara pengaturan
kondisi operasi pembakaran melalui excess air. Bila kandungan oksigen tinggi,
maka emisi gas CO akan menurun, karena terjadi pembakaran sempurna.
Sebaliknya jika terjadinya kenaikan gas NOx, langkah terbaik adalah dengan “low
excess air” dimana boiler dioperasikan pada 10-20% excess air.

3. Pengolahan Buangan Sludge


Sludge merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak
yang tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas karena mencemari lingkungan.
Pada sludge selain mengandung lumpur/pasir dan air juga masih mengandung
hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat direcovery ke dalam proses maupun bila
dibuang ke lingkungan tidak akan terurai secara alamiah dalam waktu singkat.
Perlu dilakukan pemusnahan hidorkarbon tersebut untuk menghindari pencemaran
lingkungan. Dalam usaha tersebut di Pertamina RU IV Cilacap, sludge dibakar
dalam suatu ruang pembakaran (incinerator) pada temperatur tertentu sehingga
lumpur pasir yang tidak terbakar dapat digunakan untuk landfill atau dibuang di
suatu area tanpa mencemari lingkungan sekitar yang dapat berdampak buruk pada
kesehatan masyarakat.
Dari MONICA

Secara Umum
Unit Utilities pada PERTAMINA RU-IV adalah semua bahan/sarana/media yang
dibutuhkan untuk menunjang operasi pengolahan kilang seperti tenaga listrik, tenaga uap, air
pendingin, air bersih, bahan bakar cair/gas, air instrument, dan lain-lain sehingga kilang dapat
memproduksi BBM dan NBM.
Pengadaan sistem Utilities dalam industri, khususnya untuk operasional kilang BBM dan
petrokimia di Pertamina selama ini selalu diusahakan sendiri, mengingat kebutuhan dukungan
pasokan yang kontinyu belum dapat diperoleh dari sumber lain. Utilities harus handal karena bila
terjadi kegagalan dalam pengoperasian Utilities, tidak saja akan mengakibatkan kehilangan
produksi kilang berupa BBM, NBM, dan Petrokimia tetapi juga dapat menimblakn kerusakan
katalis, peralatan operasi, dan keselamatan (safety).
Hampir semua industri, terutama pada industri perminyakan, uap banyak dipakai karena
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Mempunyai kandungan panas (heat content) yang tinggi.
2. Dihasilkan dari air, bahan baku mudah didapat dan relatif murah.
3. Bersih, tidak berwarna dan tidak berbau
4. Dapat menimbulkan tenaga dan kemudian dapat digunakan sebagai media pemanas
5. Mudah didistribusikan dan dikontrol
Untuk menghasilkan uap dengan tekanan dan temperatur tertentu dibutuhkan suatu
peralatan yang dinamakan Ketel Uap atau Boiler

II.2 STEAM GENERATION (BOILER)


Boiler adalah suatu pesawat yang dapat menghasilkan uap dengan spesifikasi tertentu
sesuai yang dibutuhkan. Biasanya boiler dilengkapi dengan beberapa alat khusus seperti safety
valve, non return valve, block valve , gelas duga dan beberapa alat bantu lainnya.

Uap yang dihasilkan dapat digunakan sebagai :


1. Pada tekanan rendah : Untuk media pemanas
2. Pada tekanan menengah : Untuk tenaga penggerak turbin uap pada pompa,
kompressor dan steamjet ejector.
3. Pada tekanan tinggi : Untuk tenaga penggerak dari turbin uap pada pembangkit
tenaga listrik.
Agar boiler dapat beroperasi dengan aman dan handal, maka setiap operator harus
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang boiler, baik mengenai operasi maupun
instrumentasinya. Disamping itu seorang operator harus mempunyai sertifikasi dari departemen
yang berwenang dan mengerti serta menguasai prosedur menjalankan dan prosedur mematikan
boiler. Air umpan boiler harus memenuhi syarat yang telah ditentukan sesuai dengan operasi boiler
tersebut.
Untuk mendapatkan air umpan boiler ( Boiler Feed Water/BFW) yang memenuhi syarat ,
maka sebelum dimasukkan kedalam boiler air harus diolah dulu dalam suatu unit yang disebut
Water Treating Plant (WTP). Feed dari WTP dapat berasal dari air tanah, air sungai maupun air
laut. Seperti diketahui Kilang Cilacap dibangun disepanjang Sungai Donan yang airnya adalah air
laut yang dikategorikan sebagai brakish water (air payau).
Salah satu proses penjernihan air yang ada di RU.IV Cilacap adalah proses desalinasi
dengan menggunakan Multi Flash Stage Sea Water Desalination (MSF SWD). Sebagaimana kita
ketahui bahwa untuk menghasilkan uap dengan tekanan dan temperatur tertentu serta harus
memenuhi kualitas uap yang ditentukan, maka diperlukan air umpan boiler yang memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu.
Air tersebut dinamakan air umpan boiler atau Boiler Feed Water yang diperoleh melalui
beberapa cara :
1. Purification
2. Demineralizer
3. Sea Water Desalination
Pemilihan jenis treatment tergantung dari :
1. Raw Water Characteristic
2. Boiler pressure
3. Steam purity
4. Type dari boiler
Sedangkan tujuan utama dari water treatment pada BFW adalah untuk :
1. Mencegah pembentukan scale atau deposit pada boiler tubes
2. Mengurangi corrosion pada metal tube
3. Mencegah terjadinya carry over pada steam product.
Boiler atau sering juga disebut orang “ketel uap” adalah suatu bejana yang tertutup dan
terbuat dari logam yang fungsinya untuk memindahkan/mentransfer panas yang dihasilkan oleh
pembakaran bahan bakar pada air yang ada dalam bejana tersebut yang akhirnya akan diubah
menjadi uap /steam bertekanan.
II.3 Prinsip Keja Boiler

Gambar 2. 1 Prinsip Kerja Boiler 35

Prinsip Kerja boiler yang paling sederhana adalah memanaskan air agar menjadi uap dan
memanaskan uap kembali pada tingkat lanjut agar menjadi uap kering.
Pada ketel uap pipa air prinsip kerjanya adalah, udara disedot menggunakan forced draft
fan ( FD fan) melalui air duct, kemudian masuk ke dalam wind box casing dimana ada burner
sebagai media penyalaan untuk membakar bahan bakar dan udara. Panas hasil pembakaran antara
bahan bakar dan udara di dalam wind casing dihembuskan ke combustion chamber. Panas
pembakaran setelah digunakan di combustion chamber dengan perpindahan panas secara radiasi,
dilepaskan melalui cerobong setelah digunakan untuk memanaskan saturated steam menjadi
superheated steam di pipa superheater. Akan tetapi sebelum panas tersebut dilepaskan melalui
cerobong, panas tersebut dilepaskan melalui cerobong, panas tersebut digunakan pada economizer.
Pada economizer, air umpan boiler ( BFW) mengalami pemanasan awal (preheating) oleh
gas panas sisa pembakaran (flue gas) yang telah memberikan panasnya pada air yang bersikulasi
di dalam dinding pipa air ( water tube) dalam ruang bakar (combustion chamber) sebelum akhirnya
gas tersebut dibuang melalui stack (cerobong). Selanjutnya air umpan dalam boiler tersebut masuk
ke dalam steam drum.
Didalam steam drum ini terdapat 2 (dua) fasa yaitu, fasa air dan fasa uap yang dipisahkan
oleh cyclone separator. Didalam steam drum juga terjadi pertukaran panas dari hasil pembakaran
yang diserap secara konveksi dan radiasi sehingga terbentuk gelembung-gelmbung uap air yang
lebih ringan dibandingkan dengan air. Air yang mempunyai densitas lebih besar akan turun ke
mud drum melalui downcomer tube. Selama mengalir, air mengalami pemanasan. Sebagian air
berubah menjadi gelembung-gelumbung uap air dan naik menuju steam drum melalui riser tube.
Sedangkan yang masih berwujud air akan turun menuju mud drum. Kemudian dari mud drum
masuk ke dalam header wall tube melalui feeder tube yang selanjutnya menuju ke wall tube yang
ada di dinding ketel uap. Di wall tube, air mengalami pemanasan sehingga merubah fasa air
menjadi uap basah ( wet steam). Uap basah tersebut menuju ke steam drum melalui riser tube.
Sirkulasi ini terjadi secara kontinyu. Setelah terjadi pemisahan oleh separator, 36
akan keluar sebagai uap jenuh (saturated steam) dari steam drum dan setelah itu saturated
steam ini masuk ke dalam superheater untuk mendapatkan pemanasan lanjut. Dari superheater ini
dihasilkan superheated steam yang nantinya dikumpulkan dalam header untuk selanjutnya
dialirkan sebagai sumber energi untuk proses.
II.4 BAGIAN TERPENTING DARI BOILER
1. Safety Valve (Pressure Safety Valve)
Adalah Katup pengaman yang dipasang pada steam drum, superheater dan economizer.
Katup pengaman ini disebut juga Pressure Safety Valve (PSV) dan akan bekerja apabila
tekanan pada boiler lebih tinggi dari setting PSV dan ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada boiler serta melindungi pekerja dari kecelakaan. Biasanya PSV
dipasang pada outlet secondary superheater sebelum NRV (66,5 kg/cm²), pada steam drum
2 buah (77 dan 76 kg/cm²), pada outlet economizer 1 buah (84 kg/cm²).
2. Steam Drum/Upper Drum
Steam Drum yang terletak pada bagian atas fungsi utamanya adalah untuk menyediakan
volume yang cukup dan velocity yang rendah dalam pemisahan uap dari air.
Dalam steam drum terdapat :
Ruang penampungan campuran uap dan air.
Campuran uap dan butir-butir air yang dihasilkan dari steam generating tubes (riser
tubes, furnace wall tubes dan front wall tubes), dimana campuran uap dan air akan melewati
vertical baffle panel yang berfungsi memisahkan butir-butir air yang terikut dalam uap dan
masuk kedalam ruangan inlet boiler feed water.
Ruang inlet boiler feed water.
Butir-butir air yang terpisah dari uap akan jatuh kembali keruangan BFW dan bercampur
dengan feed water inlet dan seterusnya akan sirkulasi kembali melalui down comer.
Sedangkan butir-buitr uap yang bersifat saturated akan naik ke bagian atas steam drum
melalui primary screen dan screen dryer.
Fungsi primary screen dan screen dryer adalah untuk memisahkan dengan sempurna
antara butir-butir uap dengan butir-butir air.
Tujuannya untuk mencegah carry over, yaitu terikutnya butir-butir air kedalam aliran
steam.
3. Mud Drum / Lower Drum :
Drum yang terletak dibagian bawah dan terisi penuh oleh air. Dalam mud drum juga
terdapat saluran untuk intermitten blowdown. Mud drum juga berfungsi untuk menampung
sludge yang terbentuk dan membuangnya secara periodik melalui intermitten blowdown.
4. Superheater :
Adalah alat pemanas lanjut pada boiler dimana fungsinya adalah untuk menaikkan
temperatur uap pada tekanan tetap.
Uap basah (saturated steam) yang keluar dari steam drum dimasukkan kedalam
superheater yang terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu :
Primary Superheater
Secondary Superheater
Antara primary dan secondary diinjeksikan air tekanan tinggi (desuperheater water)
untuk mengatur dan mengontrol temperatur uap yang keluar dari secondary superheater
agar steam yang keluar dari boiler memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Temperatur HP Steam ini dapat diatur secara automatic dari Control Room melalui
Temperatur Indicator Controller (TIC). Superheater ini terletak pada Radiant Section atau
Convection Section
5. Economizer :
Alat ini berfungsi untuk memanaskan BFW sebelum masuk kedalam steam drum,
dengan memanfaatkan gas panas hasil pembakaran (flue gas) sebelum dibuang ke
cerobong.
Hal ini ada dua keuntungan :
Naiknya effesiensi boiler
Turunnya temperature gas buang sehingga tidak mengganggu lingkungan.

UPPER & LOWER DRUM


SATURATED STEAM
TO SUPERHEATER

PI

WATER 17 23 39 LEVEL
COLOUMN GLASS

LT STEAM DRUM LT

29
INJEKSI PHOSPHATE

CONTINUOUS BLOW DOWN


BFW EX ECONOMIZER
FURNACE FURNACE
LOWER LOWER
HEADER HEADER
34 WATER DRUM
34

38 36 DRAIN 38
MUD
DRUM

INTERMITTEN BLOW DOW N


1
RUDY ADI BUDIARTO / 426508
CILACAP 29 MEI 2013

Gambar 2. 2 Steam Drum dan Mud Drum


ECONOMIZER

BFW EX ECONOMIZER
TO STEAM DRUM

ECONOMIZER PI

FLUE GAS NC
TO STACK

DRAIN
VALVE

BFW EX DEAERATOR
RUDY ADI BUDIARTO / 426508 2
CILACAP 29 MEI 2013

Gambar 2. 3 Economizer
SUPERHEATER
TO SILINCER
HPS HEADER

PI 47
43
44

NRV

45
56
SAMPLING

42
SECONDARY SEPERHEATER PRIMARY SUOERHEATER

FLUE GAS FLUE GAS

FROM STEAM DRUM


SATURATED STEAM
54

53 50 51 52 50 49 48

DESUPERHEATER
WATER TIMUR BARAT
3
RUDY ADI BUDIARTO / 426508
CILACAP 29 MEI 2013

Gambar 2. 4 Superheater

6. Combustion Chamber
Adalah ruang pembakaran bahan bakar dimana terjadi perpindahan panas dari panas
yang dihasilkan pembakaran bahan bakar ke air didalam tube secara radiasi. Combustion
chamber ini disebut juga Radiant Section.
7. Soot Blower
Perlengkapan pada boiler yang berfungsi untuk membuang jelaga yang menempel pada
dinding bagian luar tubes akibat adanya pembakaran yang tidak sempurna sehingga
menghambat perpindahan panas, dan effesiensi boiler akan turun. Alat ini umumnya
dipasang pada convection section. Media yang digunakan untuk membuang jelaga adalah
uap dengan tekanan menengah (Medium Pressure Steam).
8. Forced Draft Fan
FD Fan adalah atau blower merupakan perlengkapan pada boiler yang berfungsi
memasukkan udara kedalam combustion chamber untuk memenuhi kebutuhan udara
pembakaran agar proses pembakaran pada boiler dapat berjalan dengan sempurna. Jumlah
udara yang masuk kedalam combustion chamber dapat diatur secara automatic sesuai
kebutuhan agar diperoleh pembakaran sempurna. Penggerak dari FD Fan ini biasanya
turbin uap atau motor listrik.
II.4.1 Komponen Pendukung Boiler
Komponen pendukung boiler terdiri dari:
A. Boiler Feed Water Pump (Pompa Air Umpan Boiler)
Pompa air umpan boiler (boiler feed water pump) berfungsi untuk mengalirkan air umpan
dari deaerator tank menuju boiler dan menambah tekanannya untuk dialirkan ke drum boiler,
digunakan juga untuk spray water atau injeksi temperatur pada uap. Biasanya pompa yang
digunakan pompa jenis sentrifugal. Pompa air umpan ini terdapat dua tipe yakni pompa yang
digerakkan oleh turbin dan pompa yang digerakkan oleh motor.
B. Sea Water Desalination
Sea Water Desalination merupakan alat untuk memurnikan air, yaitu memisahkan air
dengan kadar garam yang dikandungnya agar diperoleh air dengan kadar garamyang rendah (fresh
water)
C. Softener
Softener merupakan alat yang berfungsi untuk mengeliminasi unsur-unsur Mg dan Ca yang
terdapat pada air umpan. Unsur-unsur tersebut harus diminimalkan memperlambat pembentukan
kerak (scale) pada pipa-pipa evaporator yang akan meneruskan perpindahan panas.Prinsip
kerjanya dengan cara pertukaran ion.
D. Deareator
Deareator mempunyai fungsi utama yaitu menghilangkan kandungan-kandungan oksigen
dan gas-gas lainnya yang masih terkandung didalam air pengisi boiler.Karena oksigen dapat
menyebabkan terjadinya korosi pada pipa-pipa dan dinding boiler.Cara kerja deareator yakni air
disemprot dengan menggunakan low pressure steam sehingga kandungan oksiges dan gas lain
hilang dan temperatur air meningkat.
E. Induced Draft Fan (IDF)
Induced Draft Fan yakni alat bantu boiler yang berfungsi sebagai penghisap gas asap sisa
pembakaran bahan bakar yang keluar dari boiler.
F. Forced Draft Fan (FDF)
Force Draft Fan adalah alat bantu boiler yang berfungsi sebagai penghembus udara, dan
force draft fan ini boleh dijalankan apabila induced draft fan sudah dijalankan terlebih dahulu.
Udara yang dihembuskan force draft fan dilewatkan melalui air heater terlebih dahulu, supaya
mendapatkan udara penghembus yang bersuhu tinggi antara 250°C - 350°C.
II.5 PERPINDAHAN PANAS PADA BOILER
Perpindahan panas pada boiler dapat terjadi dengan tiga cara atau kombinasi dari
ketiganya, yaitu:
II.5.1 Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan panas melalui kontak
secara fisik, dimana panas mengalir dari suatu bagian ke bagian lain dalam satu material atau
material yang saling bersentuhan. Besarnya kemampuan logam untuk menyerap panas tergantung
pada konduktivitas panasnya.Pada boiler proses konduksi ini terjadi pada:
 Dinding ruang bakar
 Dinding pipa gas asap
 Dinding pipa air
II.5.2 Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang dialirkan dari benda
panas ke benda dingin melalui pergerakan benda pembawa panas tersebut. Pada boiler, yang
berperan sebagai benda panas adalah flue gas (udara hasil pembakaran) dan benda dingin adalah
tube boiler yang berisi air.
Pada boiler proses konveksi terjai pada:
 Gas asap dengan dinding pipa gas asap
 Dinding pipa gas asap ke air
II.5.3 Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas oleh pancaran panas dari suatu
benda bertemperatur tinggi ke benda bertemperatur rendah yang terpisah satu sama lain tanpa
media penghantar. Radiasi bergantung kepada perbedaan temperature serta warna dari benda yang
menerima panas. Pada boiler, proses radiasi terjadi pada ruang bakar yaitu dari api pembakaran ke
dinding ruang bakar.
II.6 PROSES PEMBAKARAN
Seperti telah diketahui bersama bahwa terjadinya api disebabkan oleh tiga faktor yaitu
udara, bahan bakar, dan sumber panas. Api terdapat dalam furnace karena adanya proses
pembakaran sebagai akibat bereaksinya antara bahan bakar, udara dan sumber panas.
Proses ini menghasilkan :
1. Panas
2. Gas-gas sisa pembakaran
Besar kecilnya nyala lidah api tinggi rendahnya panas api yang terjadi selama proses
pembakaran tergantung dari :
1. Baik tidaknya pemcampuran uap bahan bakar dengan udara
2. Perbandingan antara banyaknya uap bahan bakar dengan udara
3. Besar kecilnya ruang pembakaran.
Pembakaran adalah reaksi antara bahan bakar yang umumnya terdiri dari atom Carbon,
Hydrogen, dan Sulphur dengan atom Oksigen yang ada dalam udara. Hasil reaksi adalah
Eksotermis yaitu menghasilkan panas, sedangkan atom Nitrogen adalah inert atau tidak ikut
dalam reaksi diatas.
Semua bahan bakar biasanya mengandung hidrogen, yang apabila dibakar akan
menghasilkan uap air. Panas yang dihasilkan sebagian akan digunakan untuk mengubah air
menjadi uap tentunya akan menghasilkan panas yang lebih dari yang didapatkan, kemudian
jumlah total panas yang dihasilkan per satuan bahan bakar dinyatakan sebagai Gross atau
Higher Heating Value (HHV).
Dalam bahan bakar pada umumnya mengandung beberapa senyawa, yaitu:
 Kadar sulphur (dapat menurunkan panas pembakaran dan bersifat korosif)
 Kadar abu (dapat membentuk deposit pada batu tahan api dan pada pipa air boiler)
 Kadar air (dapat membuat korosi pada pipa saluran dan tangki penampung, panas
pembakaran turun dan menurunkan efisiensi pembakaran)
Didalam proses pembakaran bahan bakar penyedian oksigen yang cukup dapat
menghasilkan pembakaran yang sempurna. Pembakaran yang sempurna akan menghasilkan
jumlah panas yang maksimum dari panas pembakaran bahan bakar. Massa oksigen yang
diperlukan dapat dihitung melalui masing-masing komponen gas yang dapat bereaksi dengan
oksigen.
Dalam kebanyakan proses pembakaran bahan bakar oksigen yang diperlukan diambilkan
dari udara bebas dapat ditentukan kebutuhan udara untuk pembakaran bahan bakar. Untuk
perhitungan teknis komposisi udara adalah sebagai berikut :
 Komposisi berat Nitrogen : 77% dan Oksigen 23%
 Komposisi volume Nitrogen : 79% dan Oksigen 21%
Pada bahan bakar cair (Fuel Oil)
Sebelum reaksi pembakaran, terjadi dahulu thermal dekomposisi atau cracking pada Fuel
Oil hingga terbentuk atom-atom Carbon, Hydrogen, dan Sulphur dalam reaksi bertingkat
sebagai berikut:

C + O2 = CO2
2C + O2 = 2CO
2H2 + O2 = 2H2O
S + O2 = SO2
Indikasi bahwa reaksi pembakaran Fuel Oil berlangsung sempurna adalah dari warna api,
yaitu kuning cerah.
Pada bahan bakar gas (Fuel Gas)
Oksigen dalam udara panas mixing chamber melakukan penetrasi terhadap molekul
hydrokarbon dalam fuel gas (fuel gas tidak terjadi dekomposisi), dalam reaksi:

CH4 + 2O2 = CO2 + 2H2O


Indikasi bahwa reaksi pembakaran Fuel Gas berlangsung sempurna adalah dari warna api,
yaitu biru atau putih.
II.6.1 Burner
Didalam boiler terdapat alat-alat yang dipakai untuk mengatur campuran bahan bakar
dengan udara sehingga proses pembakaran berjalan dengan seoptimum mungkin. Alat tersebut
disebut BURNER.
Burner bertugas mencampur bahan bakar dengan udara dengan perbandingan tertentu,
sehingga reaksi pembakaran dapat berjalan dengan baik dan bahan bakar yang dibakar
menghasilkan energi panas yang maksimal.
Macam-macam Burner :
a. Gas Burner
b. Oil Burner
c. Kombinasi Gas dan Oil Burner.
A. Gas Burner :
Klasifikasi gas burner tergantung dari tekanan gasnya
- Tekanan rendah : 0.4 -1.6 PSIG
- Tekanan menengah : 1.6 - 2.0 PSIG
-Tekanan tinggi : 2.0 – 2.5 PSIG
B. Oil Burner
Tugas oil burner adalah :
a. Mengkabutkan fuel oil (bahan bakar cair)
b. Mencampur kabut fuel oil dengan udara sebaik mungkin sehigga proses pembakaran
berjalan dengan baik.
c. Menghasilkan nyala api yang baik
Pengabutan fuel oil dilakukan dengan cara :
a. Pressurized atomizing yaitu fuel oil dipompakan dengan tekanan yang relatif tinggi,
sehingga pada waktu fuel oil keluar dari burner tip langsung berubah menjadi kabut.
b. Dengan bantuan media lain yaitu steam atau udara atau sering disebut Steam Atomizing
atau Air Atomizing. Tekanan steam atau udara lebih besar dari tekanan fuel oil,
sehingga steam atau udara tadi dapat memecah molekul fuel menjadi kabut. Cara ini
biasanya dilakukan pada tekanan fuel oil yang rendah.
Gambar 2. 5 Air Atomizing atau Steam Atomizing
C. Kombinasi Gas & Oil Burner
Type burner ini dilengkapi dengan burner gas dan burner oil. Burner ini dapat membakar
gas atau fuel oil sendiri atau bersama-sama dalam waktu yang bersamaan.
Dalam operasinya burner ini akan bekerja dengan baik bila :
a. Pembersihan burner dilakukan secara periodik dan disamping itu bila terlihat kotor
harus langsung dibersihkan.
b. Letak burner tepat pad tempatnya.
c. Pengaturan pemasukan udara primair & sekunder tepat
d. Bahan bakar bersih, tekanan dan suhunya mantap
e. Bila memakai atomizing, differential pressurenya di jaga konstan

II.6.2 Combustion Air


Combustion adalah udara yang diperlukan untuk proses pembakaran bahan bakar. Prinsip
pencampuran udara dengan bahan bakar untuk proses pembakaran dilakukan dengan dua tahap.
Pertama : dengan udara primair yaitu pencampuran udara dengan bahan bakar sebelum terjadi
proses pembakaran.
Kedua : dengan udara secondary yaitu pencampuran udara dengan bahan bakar selama proses
pembakaran berlangsung untuk menyempurnakan jalannya proses pembakaran didalam
combustion chamber.

II.7 Penarikan Udara


Dalam operasi boiler penarikan udara bertujuan untuk memberikan sejumlah udara yang
cukup untuk proses pembakaran dan untuk menarik gas panas hasil pembakaran melalui jalan
tertentu dan akhirnya dibuang ke atmosfir melalui cerobong. Untuk mendapat tarikan udara harus
ada selisih tekanan yang dapat menyebabkan mengalirnya gas panas. Perbedaan ini dapat terjadi
akibat dari pebedaan berat jenis antara gas panas didalam boiler / cerobong dengan udara dingin
diluar boiler.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tarikan udara adalah :
1. Banyaknya pembakaran
2. Jenis bahan bakar
3. Metode pembakaran
4. Hambatan pada aliran gas panas ( superheater, economizer, air preheater )
5. Tinggi cerobong asap
6. Keadaan cuaca
Jenis Penarikan Udara :
3. Penarikan alam ( Natural Draft )
4. Penarikan mekanik ( Mechanical Draft )
Natural Draft (Penarikan Alam).
Penarikan udara dilakukan dengan hanya menggunakan bantuan cerobong dan penarikan udara
ini disebabkan oleh adanya perbedaan temperature antara gas panas didalam cerobong dan udara
diluar cerobong dan ketinggian cerobong itu sendiri.
Banyaknya udara yang dibutuhkan dalam suatu boiler atau dapur yang menggunakan tarikan
alam tergantung dari tingginya cerobong.
Makin tinggi cerobong makin tinggi tarikan alamnya dan makin besar pula biaya
pembuatannya.
Mechanical Draft (Penarikan Mekanik).
Udara yang dibutuhkan untuk proses pembakaran dipaksa masuk kedalam combustion
chamber dengan menggunakan fan atau blower yang digerakkan oleh turbin uap atau motor listrik
dan dikenal sabagai mechanical draft.
Ada tiga macam mechanical draft :
a. Tarikan Isap ( Induced Draft )
b. Tarikan Tekan ( Forced Draft )
c. Tarikan Isap Tekan ( Balanced Draft )
Didalam induced draft, fan atau blower ditempatkan pada flue gas duct (lorong gas asap)
sebelum memasuki cerobong. Flue gas dari combustion chamber ditarik oleh induce fan dan
dibuang keudar melalui cerobong.
Boiler yang menggunakan forced draft, fan atau blower ditempatkan pada lorong udara (air
duct) sebelum masuk ke ruang pembakaran, dengan kata lain udara tersebut didorong dengan
menggunakan fan untuk masuk kedalam ruang pembakaran.
Sedangkan balanced draft adalah kombinasi antara induced draft dan forced draft, sehingga
penarikan udara dilakukan oleh kedua fan secara serentak.
Keuntungan dari mechanical draft :
a. Tidak tergantung cuaca
b. Jumlah udara yang diberikan untuk pembakaran dapat lebih banyak dan memungkinkan
pembakaran bahan bakar yang lebih banyak, sehingga menghasilkan steam yang lebih
banyak.
c. Adanya air preheater akan lebih ekonomis

II.7.1 Excess Air (Udara berlebih)


Untuk meyakinkan bahwa pembakaran dapat berjalan secara cepat dan sempurna, maka
jumlah udara yang diperlukan dibuat melebihi dari kebutuhan teoritis yang harus diberikan. Bila
udara hanya diberikan dalam jumlah kebutuhan teoritis, maka sebagian udara tidak dapat kontak
dengan bahan bakar, sehingga sebagian bahan bakar tidak dapat terbakar dengan sempurna.
Excess air ini biasanya antara 10% sampai 20%
Pengontrolan terhadap excess air pada operasi boiler merupakan hal yang penting, karena
excess air yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kerugian panas yang besar, dan bila excess air
tidak diberikan pembakaran menjadi tidak sempurna, dan asap yang keluar dari cerobong berwarna
hitam karena adanya jelaga. Kedua kondisi ini akan menurunkan effesiensi boiler, karena
perpindahan panas yang terjadi tidak semuanya dapat diserap oleh air.
Excess air yang terlalu rendah akan menyebabkan :
1. Pembakaran kurang sempurna
2. Nyala api kurang baik, lidah api tidak tetap dan ujung api akan menjilat water tubes
yang ada di combustion chamber.
3. Pada cerobong akan keluar asap hitam.
4. Effesiensi boiler rendah.
Untuk mengetahui seberapa besar excess air yang terjadi, maka secara periodik flue gas
yang keluar dari cerobong dianalisa dengan menggunakan orsat (Analisa orsat), dengan
perkembangan teknologi yang semakin maju maka boiler buatan tahun 1970 an sudah dilengkapi
dengan “Online Oxygen Analyzer”

Anda mungkin juga menyukai