Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
BAB III
DASAR TEORI
2. Heater
Merupakan proses pemanasan crude oil menggunakan panas api sebagai sumber
pemanasan. Pada proses ini alat pemanasan yang dipakai adalah Furnace. Target
temperature yang dicapai dari proses ini mencapai kurang lebih 398 derajat celcius
sebelum memasuki column distillation. Flow diagram proses heater dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
3.1.3.2 Furnace
Furnace berfungsi sebagai crude heater yaitu peralatan untuk menaikan temperatur
fluida di dalam tube, dimana panas yang timbul diperoleh dari hasil pembakaran fuel
gas/oil diluar tube. Panas yang timbul berupa panas konveksi dan panas radiasi. Panas dari
konveksi dinamakan dengan convection section, sedangkan panas dari radiasi dinamakan
dengan radiant section. Panas dari sisa fuel gas biasanya dipakai kembali untuk menaikan
temperature udara pembakaran atau untuk menaikan temperature fluida lain seperti steam.
Berdasarkan bentuk casingnya furnace dibagi menjadi dua macam, yaitu furnace
tipe box dan silindris.
1. Furnace Box
Yaitu furnace yang membunya badan casing berbentuk box atau kotak, seperti yang
terlihat pada Gambar 3.7.
Berdasarkan bentuk coilnya, furnace dibagi menjadi empat macam tipe seperti
berikut:
1. Vertikal
Merupakan furnace yang sebagian besar coil pemanasnya berupa tube vertikal dan
memiliki tube vertikal pada radiant sectionnya. Tube pada seksi konveksi dapat disusun
secara vertikal maupun horizontal. Kebanyakan dipanasi dari bawah dengan stack
langsung dipasang diatas heater. Untuk casing dapat berupa berbentuk box maupun
silinder. Furnace vertical dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Berdasarkan bentuk dan posisinya vessel dibagi menjadi tiga, tegak, datar dan
bulat.
1. Vessel tegak/ vertikal
Vessel jenis ini biasanya digunakan untuk memisahkan fluida yang mempunyai
kadar padatan tinggi, separator ini mudah dibersihkan serta mempunyai kapasitas cairan
dan gas yang besar. Kelebihan dari vessel ini yaitu tidak terlalu rumit dalam pengontrolan
level cairan. Selain itu, dapat menanggung pasir dalam jumlah yang besar, mudah
dibersihkan, serta sedikit sekali kecenderungan akan penguapan kembali. Sedangkan untuk
kekurangannya terdapat pada harga beli yang cukup tinggi, selain itu bagian-bagiannya
juga lebih sukar dalam pengirimannya/shipping serta membutuhkan diameter yang lebih
besar untuk kapasitas gas tertentu.
4. Reboiler
Merupakan alat untuk menguapkan suatu cairan atau memproduksi uap dari liquid,
dimana liquid tersebut dipanaskan dengan melewatkan uap air di dalam tube bundle.
5. Chiller
Merupakan alat yang digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu yang rendah
dengan media pendingin (bisa berupa propane, freon, ammonia, atau yang lainnya).
Arah aliran fluida dalam heat exchanger akan berpengaruh dalam performa dan
kemampuan perpindahan panasnya. Berdasarkan jenis alirannya heat exchanger dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
1. Parallel Flow
3. Box Cooler
Merupakan alat pendingin fluida yang terdiri dari suatu fluida berkas coil pipa yang
direndam dalam sebuah bak terbuka (umumnya berbentu segi empat). Fluida yang akan
didinginkan dialirkan ke dalam pipa coil kemudian coil masuk ke dalam bak yang dialirkan
air (fluida) pendinginnya.
Keterangan:
1. Stationary Head-Channel 14. Floating Head Cover
Tipe dasar heat exchanger shell and tube dibedakan menjadi beberapa macam
sebagai berikut:
1. Fixed Tube Sheet Exchanger
Berbagai konfigurasi / kombinasi dari ketiga variabel ini oleh TEMA dinyatakan
dalam kodifikasi konfigurasi dengan tiga huruf yang artinya sesuai dengan Gambar 3.20
berikut :
(a) (b)
Gambar 3.29 Dimentional Drawing (a) Stationary Tubesheet (b)Floating Tubesheet
4. Shell
Shell merupakan badan heat exchanger dimana di dalamnya terdapat tube bundle.
Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tube yang akan ditempatkan di dalamnya.
Shell dapat dibuat dari sebuah pipa yang berdiameter besar atau dapat juga dibuat dari
sebuah pelat logam yang di roll. Kedua ujung shell ini akan diberikan penutup yang
dipasangkan dengan flens. Bentuk shell yang di gunakan pada heat exchanger 011E120
adalah tipe H sesuai dengan standard TEMA. Gambar shell dapat dilihat pada Gambar
3.30.
7. Floating Head
Merupakan penutup pada bagian floating tubesheet yang berfungsi sebagai
pembalik arah aliran fluida pemanas pada tube bundle. Drawing floating head dapat dilihat
pada Gambar 3.33.
8. Shell Cover
Shell cover merupakan penutup bagian shell yang dapat dibuka untuk pembersihan.
Shell cover yang digunakan pada heat exchanger 011E120 adalah tipe T yang memiliki
penutup tubeshet tersendiri berupa floating head sesuai dengan standard TEMA. Gambar
shell cover heat exchanger 011E120 dapat dilihat pada Gambar 3.34.
9. Nozzle
Nozzle merupakan titik masuk fluida ke dalam heat exchanger, entah itu sisi shell
ataupun sisi tube, dibutuhkan sebuah komponen agar fluida kerja dapat didistribusikan
merata di semua titik. Komponen tersebut adalah nozzle. Nozzle ini berbeda dengan
nozzle-nozzle pada umumnya yang digunakan pada mesin turbin gas atau pada berbagai
alat ukur. Nozzle pada inlet heat exchanger akan membuat aliran fluida yang masuk
menjadi lebih merata, sehingga didapatkan efisiensi perpindahan panas yang tinggi.
Tabel 3.2 Data Spesifikasi Desain Heat exchanger 011E120 Stabilizer Reboiler
1 Item No. 011E120 Service Stabilizer Reboiler
2 Duty 24.755.000 Kcal/m2hr Exchanger Type: Horiz. Beu
Vendor: Western Exchanger
3
Company
Shell Side Tube Side
4 Fluid Stabilizer Bottoms HGO Pumparound
5 Total Flow 804.230 555.780
Inlet Outlet Inlet Outlet
6 Liquid (Kg/Hr) 804.230 474.496 555.780 555.780
7 Molecular Weight 97,7 102,2 241,5 241,5
8 Density (kg/m3) 534 536 669 725
9 Thermal Cond (Kcal/KgoC) 0,095 0,093 0,062 0,069
10 Spesific Heat (Kcal/KgoC) 0,694 0,699 0,695 0,644
11 Viscosity (Centipoised) 0,120 0,120 0,230 0,350
12 Surface Tension (Dynes/cm) 5,1 4,9 10,4 15,1
Spesifikasi nozzle pada Heat exchanger 011E120 Stabilizer Reboiler dapat dilihat
pada Tabel 3.4 berikut:
3.3 Perhitungan
3.3.1 Menghitung neraca panas
Didalam perhitungan, besarnya jumlah panas yang dilepas Fluida dari dalam shell
sama dengan yang diterima fluida yang ada didalam tube, atau sebaliknya, jadi
Keterangan:
Q = Panas yang dilepas atau yang diterima, BTU/ jam
W = Laju aliran massa fluida panas atau fluida dingin, Lb/ jam
Cp = Panas jenis fluida panas atau fluida dingin, BTU / Lb 0F
T = Beda temperatur masuk dan keluar fluida panas, 0F
t = Beda temperatur masuk dan keluar fluida dingin, 0F
10;178)
Rumus yang digunakan :
t1 t 2 (T 1 t 2) (T 2 t1 )
t1 T1 t2
ln ln
t 2 T 2 t1
LMTD = (2.2)
Keterangan:
t1 = Perbedaan suhu pada terminal yang suhunya rendah.
t 2 t1
S
T 1 t1
...........................................................................................................(2.4)
Keterangan :
Tc = Suhu rata-rata fluida panas, 0F
T2 = Suhu fluida panas keluar, 0F
T1 = Suhu fluida panas masuk,0F
Keterangan :
tc = Suhu rata-rata fluida dingin, 0F
t2 = Suhu fluida dingin keluar, 0F
t1 = suhu fluida dingin masuk, 0F
untuk mencari Fc adalah dari hubungan antara 0API dan (T1 T2) diperoleh Kc dan
hubungan Kc dan tc / th, diperoleh harga Fc.
Keterangan :
Fc = Kalorik Faktor
Keterangan :
as = Luas penampang aliran bagian shell, ft2
ID = Diameterr dalam shell, inchi
C= Jarak antar Tube, inchi
B = Jarak baffle, inchi
Pt = Jarak antara sumbu Tube (Tube Pitch)
Keterangan :
at = Luas penampang aliran bagian tube tiap pass, ft2
Nt = Jumlah tube
n = Banyaknya pass pada bagian tube
at = luas aliran tiap tube, ft2
Keterangan :
Gs = Kecepatan massa perluasan bagian shell, lb/jam ft2
Ws = Laju aliran massa pada bagian shell, lb/jam
as = Luas penampang aliran bagian shell, ft2
Keterangan :
Gt = Kecepatan massa perluasan bagian tube, lb/jam ft2
wt = Laju Aliran massa pada bagian tube, lb/jam
at = Luas penampang aliran bagian tube, ft
Keterangan :
Keterangan :
Res = Bilangan Reynolds
Gt = Kecepatan aliran massa pada tube (lb / ft2 jam)
Di = Diameter dalam tube (ft)
t
= Viskositas fluida di dalam tube (lb/ft jam)
Keterangan :
Ho/Qs = Koefisien transfer panas bagian luar tube, BTU/Jam ft2 OF
JHs = Faktor transfer panas shell
ks = Konduktifitas pada fluida bagian shell, BTU/Jam (ft2)( OF/ft)
Des = Diameter equivalent bagian shell, ft
Prs = Bilangan Prandtl pada shell
0.14
s
w
Keterangan :
s = Viskositas fluida bagian shell pada suhu Tc, lb/ft jam
Keterangan :
Hi/Qt = Koefisien transfer panas pada air dalam tube, BTU/Jam ft2 OF
JHt = Faktor transfer panas pada tube
kt = Konduktifitas panas fluida bagian tube, BTU/Jam ft2( OF/ft)
IDt = Diameter tube bagian dalam, ft
Prt = Bilangan Prandtl pada tube
0.14
Qt
w
Keterangan :
= Viskositas fluida bagian shell pada suhu Tc, lb/jam ft
w = Viskositas fluida bagian shell pada suhu dinding tube tws lb/jam ft
Sehingga besarnya harga temperatur pada dinding tube (tw) untuk fluida di dalam
tube, dapat digunakan rumus dibawah ini 10:211)
ho / s
tw tc Tc tc
ho / s hio / t
...........................................................................(2.16)
f .Gt2 L.n
Pt
5,22.1010.ID L .SG.t
..(2.23)
4.n.V 2 62.5
Pt
s.2 g 144
..(2.24)
Pt Pt Pt
(2.25)