Anda di halaman 1dari 37

Departemen Teknik Mesin

Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
BAB III

DASAR TEORI

3.1 Proses FOC II


3.1.1 Sejarah FOC II
Fuel Oil Complex II (FOC II) merupakan kilang minyak II di PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit RU IV yang mulai resmi beroprasi pada tanggal 4 Agustus 1983
yang menghasilkan produk LPG, Gasoline/Premium, Naphtha, Kerosene, HDO/LDO,
IFO. Kompleks BBM (Fuel Oil Complex II) di kilang ini dirancang oleh Universal Oil
Product (UOP). FOC II dibangun bersamaan dengan dibangunnya Lube Oil Complex II
(LOC II), Lube Oil Complex III (LOC III), dan Utilities Complex II (UTL II) yang
tergabung dalam kilang minyak II sebagai perluasan dari kilang minyak I.
Kilang minyak ini dirancang untuk mengolah minyak mentah campuran (cooktail)
baik dari domestik maupun dari luar negeri. Kilang ini diproyeksikan tidak hanya
menghasilkan produk BBM, namun juga menghasilkan produk non BBM antara lain: LPG,
Base Oil, Minarex, Slack Wax, Naphta, dan aspal. Kilang ini awalnya memiliki kapasitas
awal 200.000 barel/hari.Sejalan dengan dilaksanakannya Debottlenecking Project Cilacap
pada tahun 1998/1999, maka kapasitasnya meningkat menjadi 238.000 barel/hari. Minyak
mentah dalam negeri yang memiliki kadar sulfur lebih rendah dari pada Arabian Light
Crude (ALC) . Minyak mentah ini merupakan campuran dengan komposisi 80% Arjuna
Crude dan 20% Attaka Crude yang pada perkembangan selanjutnya menggunakan crude
oil lain dengan komposisi yang menyerupai rancangan awal. Area kilang minyak II
meliputi :
a. Fuel Oil Complex II (FOC II) yang memproduksi BBM.
b. Lube Oil Complex II (LOC II) yang memproduksi bahan dasar minyak pelumas dan
aspal.
c. Lube Oil Complex III (LOC III) yang juga memproduksi bahan dasar minyak pelumas
dan aspal.
d. Utilities Complex II (UTL II) yang fungsinya sama dengan UTL I.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.1 Diagram Blok FOC II

3.1.2 Proses FOC II


3.1.2.1 Proses CDU (Crude Distilation Unit)
Crude Distilation Unit merupakan unit proses distilasi minyak mentah melalui
crude distillation tower untuk memecah fraksi-fraksi hidrokarbon dari minyak bumi. CDU
bertujuan untuk memisahkan crude oil menjadi fraksi Naphtha, Kerosene, Gasoil, Long
Residu, dan lain-lain.
Dalam proses CDU secara garis besar melewati tiga tahap yaitu:
1. Preheater
Preheater merupakan proses pemanasan awal crude oil sebelum crude oil
memasuki proses heater dengan tujuan untuk menaikkan temperature crude oil agar beban
kerja pemanasan pada heater berkurang. Alat yang digunakan dalam proses preheater
adalah Heat exchanger dengan fluida pemanas berupa oil yang telah melewati proses
pemanasan dan berasal dari crude oil tower.
Lewat pemanasan preheater, crude oil panas melewati proses disalter untuk
mengurangi kandungan garam mineral dalam crude oil untuk kemudian kembali
memasuki proses preheater sebelum masuk ke proses heater. Flow diagram proses
preheater dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.2 Proses Flow Diagram Preheat

2. Heater
Merupakan proses pemanasan crude oil menggunakan panas api sebagai sumber
pemanasan. Pada proses ini alat pemanasan yang dipakai adalah Furnace. Target
temperature yang dicapai dari proses ini mencapai kurang lebih 398 derajat celcius
sebelum memasuki column distillation. Flow diagram proses heater dapat dilihat pada
Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Proses Flow Diagram Heater

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
3. Column Distilation
Pemisahan di dalam column distillation terjadi secara atmosferik atau bertekanan
atmosfer, sehingga proses ini sering juga disebut distilasi atmosferik. Crude oil di dalam
kolom akan mengalami penguapan, dan uapnya akan tertampung pada susunan tray. Setiap
tray terletak pada titik didih tertentu, dan akan tertampung sesuai denganj titik didihnya.
Selanjutnya fraksi yang memiliki titik didih terendah (gas) akan berada pada bagian
atas kolom, begitupun dengan fraksi berat atau long residu akan terakumulasi pada bagian
dasar kolom (bottom column). Long residu tersebut biasanya akan diolah lebih lanjut
dengan menggunakan metode distilasi vakum. Selain long residue didapat pula Heavy Gas
Oil (HGO), Light Gas Oil (LGO), serta kero (jet fuel).
Selanjutnya fraksi yang telah dipisahkan dan terampung pada tray akan keluar
melalui pipa, dan dialirkan ke alat penukar panas untuk diserap panasnya oleh bahan baku
yang akan dimasukkan ke kolom CDU. Setelah panasnya terserap, maka akan didinginkan
dengan alat pendingin yang disebut dengan cooler, dan kemudian dialirkan ke unit-unit
berikutnya (secondary process) untuk diolah hingga menjadi produk bahan bakar. Flow
diagram proses column distilation dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Proses Flow Diagram Column Distilation

3.1.3 Peralatan Stationary FOC II


3.1.3.1 Column
Column merupakan peralatan unit proses tempat terjadinya kontak antara dua jenis
atau lebih fluida secara counter current. Column berfungsi untuk pemisahan suatu
campuran menjadi komponen-komponennya. Didalam column terjadi reaksi-reaksi
pemisahan dengan cara distilasi (pemisahan secara fisika berdasarkan titik didih), absorbsi
Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.
Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
(pemisahan secara fisika berdasarkan perbedaan daya larut dua phasa berbeda), ekstraksi
(pemisahan secara fisika berdasarkan perbedaan daya larut dalam phasa yang sama), serta
adsorbsi (pemisahan zat dengan bantuan zat padat berpori dengan adsorben untuk
menyerap).
Berdasarkan susunan internal partnya kolom dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
1. Kolom dengan Tray (Plate Column)
Pada plate column, bagian dalam column dibagi menjadi beberapa segment oleh
plate atau yang umumnya dinamakan tray. Tray column dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Tray Column

2. Kolom dengan Packing (Packed Column)


Pada Packed column, bagian dalam column diisi oleh packing yang dibuat dari
keramik, logam ataupun plastik. Packed column dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.6 Packed Column

3.1.3.2 Furnace
Furnace berfungsi sebagai crude heater yaitu peralatan untuk menaikan temperatur
fluida di dalam tube, dimana panas yang timbul diperoleh dari hasil pembakaran fuel
gas/oil diluar tube. Panas yang timbul berupa panas konveksi dan panas radiasi. Panas dari
konveksi dinamakan dengan convection section, sedangkan panas dari radiasi dinamakan
dengan radiant section. Panas dari sisa fuel gas biasanya dipakai kembali untuk menaikan
temperature udara pembakaran atau untuk menaikan temperature fluida lain seperti steam.
Berdasarkan bentuk casingnya furnace dibagi menjadi dua macam, yaitu furnace
tipe box dan silindris.
1. Furnace Box
Yaitu furnace yang membunya badan casing berbentuk box atau kotak, seperti yang
terlihat pada Gambar 3.7.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.7 Furnace Box


2. Furnace Silindris
Yaitu furnace yang membunya badan casing berbentuk silindris atau tabung,
seperti yang terlihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Furnace Silindris

Berdasarkan bentuk coilnya, furnace dibagi menjadi empat macam tipe seperti
berikut:
1. Vertikal
Merupakan furnace yang sebagian besar coil pemanasnya berupa tube vertikal dan
memiliki tube vertikal pada radiant sectionnya. Tube pada seksi konveksi dapat disusun
secara vertikal maupun horizontal. Kebanyakan dipanasi dari bawah dengan stack
langsung dipasang diatas heater. Untuk casing dapat berupa berbentuk box maupun
silinder. Furnace vertical dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.9 Furnace Vertikal


2. Horizontal
Merupakan furnace yang sebagian besar coil pemanasnya berupa tube horizontal
dan memiliki tube horizontal pada radiant sectionnya. Tube pada seksi konveksi dapat
disusun secara horizontal. Kebanyakan dipanasi dari bawah dengan stack langsung
dipasang diatas heater. Untuk casing dapat berupa berbentuk box maupun silinder.
Furnace horizontal dapat dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10 Furnace Horizontal


3. Arbor
Kebanyakan digunakan pada unit katalitik reforming untuk preheat dan reheat gas
dan udara proses. Mempunyai seksi rasian terdiri dari heater inlet dan outlet yang
dihubungkan tube berbentuk L atau U dengan susunan parallel. Seksi Konveksi berupa coil
tube horizontal konvensional. Furnace arbor dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.11 Furnace Arbor


4. Helikal
Casingnya berbentuk silinder dengan coil berbentuk spiral pada seksi radian
mengikuti bentuk dinding furnace. Umumnya tidak memiliki seksi konveksi, apabila
terdapat permukaan konveksi dapat berbentuk spiral datar (flat spiral) atau berbentuk suatu
bank tube horizontal. Furnace helikal dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Furnace Helikal


3.1.3.3 Vessel
Vessel adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan fluida, baik itu dalam
kondisi bertekanan ataupun tidak bertekanan. Gambar vessel bisa dilihat pada Gambar
3.14, Gambar 3.15, Gambar 3.16 dan Gambar 3.17. Vessel berfungsi untuk memisahkan
dua jenis zat (air dan minyak) atau tiga jenis zat (air, minyak dan gas) yang memiliki
densitas yang berbeda. Proses pemisahan liquid dilakukan sesuai dengan densitas zat
tersebut, misalnya saja campuran antara air dan minyak, maka yang akan berada pada
bagian bawah adalah air sedangkan minyak akan berada pada bagian atas.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.13 Vessel

Berdasarkan bentuk dan posisinya vessel dibagi menjadi tiga, tegak, datar dan
bulat.
1. Vessel tegak/ vertikal
Vessel jenis ini biasanya digunakan untuk memisahkan fluida yang mempunyai
kadar padatan tinggi, separator ini mudah dibersihkan serta mempunyai kapasitas cairan
dan gas yang besar. Kelebihan dari vessel ini yaitu tidak terlalu rumit dalam pengontrolan
level cairan. Selain itu, dapat menanggung pasir dalam jumlah yang besar, mudah
dibersihkan, serta sedikit sekali kecenderungan akan penguapan kembali. Sedangkan untuk
kekurangannya terdapat pada harga beli yang cukup tinggi, selain itu bagian-bagiannya
juga lebih sukar dalam pengirimannya/shipping serta membutuhkan diameter yang lebih
besar untuk kapasitas gas tertentu.

Gambar 3.14 Vessel Tegak

2. Vessel datar/ horizontal

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Sangat baik untuk memisahkan fluida produksi yang mempunyai kadar padatan
tinggi dan cairan berbusa (foam). Vessel ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu single tube
dan double tube. Keuntungan dari vessel ini adalah lebih murah dari vessel vertikal, lebih
mudah dalam pengiriman bagian-bagian dan spareparts-nya, baik untuk minyak berbuih,
lebih ekonomis dan efisien untuk mengolah dengan volume gas yang lebih besar dan lebih
luas untuk setting bila terdapat dua fasa cair. Untuk kekurangannya, vessel horizontal lebih
rumit dalam pengontrolan level cairan dibanding vessel vertikal, sukar dalam
membersihkan lumpur, pasir, paraffin serta diameternya yang kecil untuk kapasitas gas
tertentu. Karena bentuknya yang panjang, separator ini banyak memakan tempat dan sulit
dibersihkan.

Gambar 3.15 Vessel Datar

3. Vessel bulat /spherical


Vessel jenis ini mempunyai kapasitas gas dan surge terbatas sehingga umumnya
digunakan untuk memisahkan fluida produksi dengan kadar padatan kecil sampai sedang.
Namun, vessel ini dapat bekerja pada pressure yang tinggi. Terdapat dua tipe vessel bulat
yaitu tipe untuk pemisahan dua fasa dan tipe untuk pemisahan tiga fasa. Keuntungan dari
separator ini ada pada harga yang termasuk termurah dari kedua jenis separator yang
lainnya dan lebih mudah dalam pengeringan dan membersihkannya dari pada vessel
vertikal. Akan tetapi, untuk pengontrolan cairan cukup rumit dan mempunyai ruang
pemisah dan kapasitas surge yang lebih kecil.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.16 Vessel Bulat

3.1.3.4 Heat exchanger dan Fin Fan


Heat exchanger merupakan alat penukar panas antar dua fluida berbeda
temperaturnya dimana satu fluida memberikan panas dan yang lainnya menerima panas.
Berdasarkan penggunaan dan fungsinya heat exchanger dibagi menjadi beberapa
macam sebagai berikut:
1. Condensor
Merupakan peralatan kilang untuk menurunkan suhu dan merubah phasa fluida dari
uap/vapor menjadi cair dengan menyerahkan panasnya ke fluida panas.
2. Cooler
Merupakan alat untuk mernurunkan suhu fluida cair yang panas tanpa mengalami
perubahan phasa sampai ke suhu tertentu yang dikehendaki
3. Preheater
Merupakan alat untuk memanaskan suatu fluida sebelum digunakan untuk suatu
proses.

4. Reboiler
Merupakan alat untuk menguapkan suatu cairan atau memproduksi uap dari liquid,
dimana liquid tersebut dipanaskan dengan melewatkan uap air di dalam tube bundle.
5. Chiller
Merupakan alat yang digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu yang rendah
dengan media pendingin (bisa berupa propane, freon, ammonia, atau yang lainnya).

Arah aliran fluida dalam heat exchanger akan berpengaruh dalam performa dan
kemampuan perpindahan panasnya. Berdasarkan jenis alirannya heat exchanger dibagi
menjadi dua macam, yaitu:

1. Parallel Flow

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Merupakan heat exchanger dimana arah aliran fluida satu dan yang lainnya
bergerak dalam satu arah secara parallel.

Gambar 3.17 Parallel Flow

2. Counter Current Flow


Merupakan heat exchanger dimana arah aliran fluida satu dan yang lainnya saling
berlawanan arah.

Gambar 3.18 Counter Current Flow

Berdasarkan bentuk-bentuknya heat exchanger dibagi lagi menjadi beberapa tipe


seperti berikut:

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
1. Double Pipe Heat exchanger
Merupakan heat exchanger pipa didalam pipa yaitu dua pipa dipasang secara
konsentris dimana biasanya pipa didalamnya adalah pipa bersirip longitudingal untuk
mengoptimalkan perpindahan panasnya. Fluida panas dialirkan di pipa dalam, fluida
dingin dialirkan di pipa luar, fluida dengan koefisien perpindahan panas yang kecil selalu
dialirkan di pipa bagian luar.

Gambar 3.19 Double Pipe Heat exchanger

2. Air Cooled Heat exchanger


Merupakan fluida cair dengan udara sebagai fluida pendinginnya, dimana cairan di
dalam tube dan udara dialirkan kebagian luar tube. Exchanger ini biasa disebut dengan
finfan dikarenakan desain tube memiliki sirip yang berfungsi untuk memperbesar
permukaan perpindahan panas dan mempercepat pendinginan saat fluida udara yang ditiup
atau di dihisap fan melewati tube.
Berdasarkan cara pengaliran udaranya maka dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Sistem Tiup (Force Draft Fan)
Fan ditempatkan di bawah tube untuk meniup udara ke tube.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Gambar 3.20 Fin Fan Force Draft Fan

b. Sistem Hisap (Induced Draft Fan)


Fan ditempatkan di atas tube untuk menghisap udara dari bawah melewati tube.

Gambar 3.21 Fin Fan Induced Draft Fan

3. Box Cooler
Merupakan alat pendingin fluida yang terdiri dari suatu fluida berkas coil pipa yang
direndam dalam sebuah bak terbuka (umumnya berbentu segi empat). Fluida yang akan
didinginkan dialirkan ke dalam pipa coil kemudian coil masuk ke dalam bak yang dialirkan
air (fluida) pendinginnya.

Gambar 3.22 Box Cooler


4. Shell and Tube
Merupakan heat exchagner yang paling umum dijumpai di industri perminyakan
karena murah, mudah pembersihan, available dalam beragam ukuran, dapat didesain pada
tekanan biasa sampai tinggi dengan biaya yang tidak berlebihan dalam suatu shell. Alat ini
terdiri dari sebuah shell (tabung/silinder besar) dimana di dalamnya terdapat satu bundle
(berkas) pipa dengan diameter yang relatif kecil. Satu jenis flluida mengalir di dalam pipa-
pipa sedangkan fluida lainnya mengalir di bagian luar pipa tetapi masih di dalam shell.
Gambar 3.23 menunjukkan bentuk potongan memanjang dari jenis shell and tube, disertai
dengan penamaan komponen-komponennya (standar). Bagian shell terdiri atas badan shell
dan penutupnya dimana bentuknya bermacam-macam disesuaikan dengan kebutuhannya.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.23 Bagian-bagian Heat exchanger tipe Shell and Tube

Keterangan:
1. Stationary Head-Channel 14. Floating Head Cover

2. Stationary Head-Bonnet 15. Floating Head Cover Flange

3. Stationary Head Flange Channel or 16. Floating Head Backing Device


Bonnet
17. Tierods and Spacers
4. Channel Cover
18. Transverse Baffles or Support
5. Stationary Head Nozzle Plates

6. Stationary Tubesheet 19. Impingement Plate

7. Tubes 20. Vent Connection

8. Shell 21. Drain Connection

9. Shell Flange Stationary Head End 22. Instrument Connection

10. Shell Flange Rear Head End 23. Support Saddle

11. Shell Nozzle 24. Lifting Lug


13. Shell Cover Flange Floating Tubesheet
25. Pass Partition

Tipe dasar heat exchanger shell and tube dibedakan menjadi beberapa macam
sebagai berikut:
1. Fixed Tube Sheet Exchanger

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Tube sheet dipasang pada shellnya secara fixed (tube bundle tidak dapat
dikeluarkan dari shell).

Gambar 3.24 Fixed Tube Sheet Exchanger

2. Floating Tube Sheet Exchanger


Tube sheet tidak dipasang secara fixed sehingga tube bundle dapat dikeluarkan dari
shellnya.

Gambar 3.25 Floating Tube Sheet Exchanger


3. U tube Exchanger
Menggunakan satu tube sheet yang terletak diujung channel dimana tubenya
dibending.

Gambar 3.26 U tube Exchanger

4. Shell And Tube Kettle


Dirancang khusus untuk proses penguapan/ pendidihan. Fluida yang berubah fasa
dari cair ke uap dialirkan di dalan shell diluar tube. Bentuk shell yang mengembang
dimaksudkan untuk menampung fluida yhang mengembang. Fluida panas dialirkan
didalam pipa-pipa.

Gambar 3.27 Shell And Tube Kettle

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Standar yang digunakan dalam heat exchanger model shell and tube adalah standar
TEMA (Tubuler Exchanger Manufactures Association). Ditinjau dari jenis konstruksinya,
penukar panas ini dapat beraneka ragam. TEMA telah membuat klasifikasi penukar panas
berdasarkan tiga variabel, yaitu :
1. Front Head
2. Shell
3. Rear Head

Berbagai konfigurasi / kombinasi dari ketiga variabel ini oleh TEMA dinyatakan
dalam kodifikasi konfigurasi dengan tiga huruf yang artinya sesuai dengan Gambar 3.20
berikut :

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.28 Standars of The Tubular Exchanger Manufactures Association

3.2 Heat exchanger Tagnumber 011E120


Jenis Heat exchanger 011E120 adalah Shell and Tube dengan model bentuk
floating tube sheet exchanger. Setiap unit pealatan memiliki tagnumber yang berbeda-
beda, arti dari tagnumber 011E120 adalah 011 menyatakan area dan unit suatu proses,
dimana 011 merupakan unit distilasi minyak mentah (crude distillation unit) yang berada
pada area 01 yaitu FOC II, huruf E menyatakan bahwa peralatan tersebut adalah Heat
exchanger, dan nomor 120 menyatakan nomor seri peralatan. Heat exchanger ini
digunakan sebagai stabilizer reboiler, dengan inlet shell berupa naphta sebagai fluida yang

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
akan dipanaskan dan inlet tube pemanasnya adalah Hight Diesel Oil (HDO) yang berasal
dari proses column distillation.

3.2.1 Bagian-bagian Heat exchanger 011E120


Bagian-bagian pada Heat exchanger ini sama seperti gambar 3.22, dengan bagian
utama cover shell, shell, dan chanel. Berikut bagian-bagian heat exchanger 011E120:
1. Head Channel
Merupakan tempat inlet dan outlet nozzle channel berada yaitu sebagai tempat
masuknya fluida kerja sebelum memasuki tube bundle dan sekaligus tempat keluarnya
fluida tersebut setelah melewati tube bundle. Antara inlet dan outlet dipisahkan oleh
sebuah plate bernama pass partition. Bentuk head channel yang di gunakan pada heat
exchanger 011E120 adalah tipe A sesuai dengan standard TEMA. Gambar head channel
dapat dilihat pada Gambar 3.29.

Gambar 3.29 Dimentional Drawing Head Channel


2. Flange
Flanges adalah suatu komponen yang digunakan untuk menggabungkan antara dua
element pipa dengan valve atau pipa dengan equipment lainnya menjadi satu kesatuan
yang utuh dengan menggunakan baut sebagai perekatnya.
3. Stationary dan Floating Tubesheet
Tubesheet merupakan tempat disatukannya pipa-pipa tube pada bagian ujungnya.
Tubesheet dibuat tebal, dan tube harus terpasang rapat tanpa adanya kebocoran. Dengan
konstruksi ini fluida mengalir pada badan shell tidak akan tercampur dengan fluida yang
mengalir di dalam tube.
Pada heat exchanger 011E120 terdapat dua buah tubesheet yaitu stationary
tubesheet dan floating tubesheet. Stationary tubesheet merupakan tubesheet yang berada

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
pada ujung head channel untuk menghubungkan tube dengan head channel, sedangkan
floating tubesheet berfungsi untuk menghubungkan tube dengan floating head. Gambar
tubesheet dapat dilihat pada Gambar 3.29.

(a) (b)
Gambar 3.29 Dimentional Drawing (a) Stationary Tubesheet (b)Floating Tubesheet

4. Shell
Shell merupakan badan heat exchanger dimana di dalamnya terdapat tube bundle.
Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tube yang akan ditempatkan di dalamnya.
Shell dapat dibuat dari sebuah pipa yang berdiameter besar atau dapat juga dibuat dari
sebuah pelat logam yang di roll. Kedua ujung shell ini akan diberikan penutup yang
dipasangkan dengan flens. Bentuk shell yang di gunakan pada heat exchanger 011E120
adalah tipe H sesuai dengan standard TEMA. Gambar shell dapat dilihat pada Gambar
3.30.

Gambar 3.30 Dimentional Drawing Shell


5. Tube
Tube merupakan bidang pemisah kedua jenis fluida yang mengalir di dalamnya dan
sekaligus berfungsi sebagai bidang perpindahan panas. Tubes memegang peranan yang

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
sangat penting di dalam heat exchanger. Bahan dan ketebalan dinding pipa harus mampu
bekerja pada tekanan operasi fluida kerjanya. Selain itu bahan pipa juga tidak boleh mudah
terkorosi atau tererosi oleh fluida kerja. Gabungan dari banyak tube dinamakan tube
bundle seperti yang terlihat pada Gambar 3.31.

Gambar 3.31 Dimentional Drawing Tube Bundle

6. Baffle and Support Plat


Baffle berfungsi untuk mengubah dan mengaur arah aliran di dalam shell dan
sekaligus dapat berfungsi sebagai support berkas pipa dan mengatur spacing dari pipa-
pipa. Baffle ini berupa piringan yang dilubangi untuk penempatan pipa dan bentuknya
dibuat sedemikian rupa agar aliran fluida di luar pipa dapat menyentuh permukaan luar
pipa secara efektif untuk perpindahan panas. Pada 011E120 mempunyai empat variasi
baffle yang berbeda-beda yang disusun sedemikian rupa untuk mengatur flow fluida agar
alirannya turbulen. Gambar baffle heat exchanger 011E120 dapat dilihat pada Gambar
3.32.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.32 Dimentional Drawing Baffle

7. Floating Head
Merupakan penutup pada bagian floating tubesheet yang berfungsi sebagai
pembalik arah aliran fluida pemanas pada tube bundle. Drawing floating head dapat dilihat
pada Gambar 3.33.

Gambar 3.33 Dimentional Drawing Floating Head

8. Shell Cover
Shell cover merupakan penutup bagian shell yang dapat dibuka untuk pembersihan.
Shell cover yang digunakan pada heat exchanger 011E120 adalah tipe T yang memiliki
penutup tubeshet tersendiri berupa floating head sesuai dengan standard TEMA. Gambar
shell cover heat exchanger 011E120 dapat dilihat pada Gambar 3.34.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Gambar 3.34 Dimentional Drawing Shell Cover

9. Nozzle
Nozzle merupakan titik masuk fluida ke dalam heat exchanger, entah itu sisi shell
ataupun sisi tube, dibutuhkan sebuah komponen agar fluida kerja dapat didistribusikan
merata di semua titik. Komponen tersebut adalah nozzle. Nozzle ini berbeda dengan
nozzle-nozzle pada umumnya yang digunakan pada mesin turbin gas atau pada berbagai
alat ukur. Nozzle pada inlet heat exchanger akan membuat aliran fluida yang masuk
menjadi lebih merata, sehingga didapatkan efisiensi perpindahan panas yang tinggi.

Gambar 3.35 Dimentional Drawing Nozzle

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
10. Gasket
Gasket dapat diartikan sebagai lapisan yang digunakan untuk berfungsi untuk
melapisi sambungan antar flange atau dua permukaan benda pada pengerjaan pipa ataupun
pada peralatan-peralatan yang berkaitan dengan mesin. Pada umumnya gasket digunakan
untuk mencegah kebocoran dari sambungan (joined) di bawah kondisi fluida yang
bertekanan (compression). Pada saat dilakukan pengencangan baut pengikat antara dua
buah flange, maka gasket akan bereaksi dengan perubahan bentuk sesuai tingkat
elastisitasnya. Perubahan bentuk ini akan mengisi ruang yang dihasilkan oleh kedua flange
karena pengerjaan yang tidak rata. Perubahan bentuk inilah yang menyebabkan sambungan
antara kedua flange menjadi rapat dan memungkinkan untuk mencegah kebocoran.

Gambar 3.36 Dimentional Drawing Gasket


11. Tie rod and Spacer
Tie rod dipasang pada berkas pipa untuk menetapkan ajarak antar support dan jarak
antar tube. Tie rod dipasangkan pada tube sheet dengan sambungan ulir. Jumlah tie rod
harus cukup agar baffle dan tube support terpasang dengan baik dan kokoh sehingga tidak
terjadi getaran atau chatter yang dapat mempercepat kerusakan tube.

Gambar 3.37 Dimentional Drawing Tie Rod and Spacer

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
12. Support Saddles
Support Saddle merupakan dudukan heat exchanger yang berfungsi
mendistribusikan beban berat di seluruh permukaan dari shell untuk mencegah terjadinya
local stress yang berlebihan dalam shell di titik-titik support.

Gambar 3.38 Dimentional Support Saddle

3.2.2 Spesifikasi Desain Heat exchanger 011E120


Tabel 3.2 berikut merupakan data spesifikasi desain Heat exchanger 011E120
Stabilizer Reboiler.

Tabel 3.2 Data Spesifikasi Desain Heat exchanger 011E120 Stabilizer Reboiler
1 Item No. 011E120 Service Stabilizer Reboiler
2 Duty 24.755.000 Kcal/m2hr Exchanger Type: Horiz. Beu
Vendor: Western Exchanger
3
Company
Shell Side Tube Side
4 Fluid Stabilizer Bottoms HGO Pumparound
5 Total Flow 804.230 555.780
Inlet Outlet Inlet Outlet
6 Liquid (Kg/Hr) 804.230 474.496 555.780 555.780
7 Molecular Weight 97,7 102,2 241,5 241,5
8 Density (kg/m3) 534 536 669 725
9 Thermal Cond (Kcal/KgoC) 0,095 0,093 0,062 0,069
10 Spesific Heat (Kcal/KgoC) 0,694 0,699 0,695 0,644
11 Viscosity (Centipoised) 0,120 0,120 0,230 0,350
12 Surface Tension (Dynes/cm) 5,1 4,9 10,4 15,1

13 Vapor (Kg/Hr) 329,734


14 Molecul Weight 91,8
15 Density (kg/m3) 38,431
16 Thermal Cond (Kcal/KgoC) 0,030
17 Spesific Heat (Kcal/KgoC) 0,623
18 Viscosity (Centipoised) 0,012
19 Latern Heat (Kcal/kg) 51,6

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

20 Steam Flow (Kg/h)


21 Water Flow (kg/h) 51 51

22 Temperature (oC) 196 210 302 235


23 Pressure (Kg/cm2G) 12,3 7,7
24 Pressure Drop (Kg/Cm2g) Allow:1,10 Calc: 0,07 Allow:1,40 Calc: 0,34
25 Velocity (m/s) 1,63
Fouling Resistance
26 0,0002 0,0005
(m3hroC)/Kcal

27 Bubble Point (oC) 196


28 Dew Point(oC)
29 Critical Pressure, (kg/cm3A) 32,2
30 Critical Temperature (oC) 270
31 Design Presure (kg/cm3G) 13,5 16
32 Test Presure (kg/cm3G) CODE CODE
33 Design Temperature (oC) 223 338
34 Corrosion Allowance (mm) 3,175 6,35
35 Number of Passes DOUBLE SPLIT 2
Min. Design Metal Temp.
36 o 18 18
( C)
37 Flow Arrangement Parallel 2 Series 1 Parallel 2 Series 1
CONSTRUCTION
Wt Bundle & Shell
38 Shell Dia., I.D. 1300mm Baffle Type SUPPORT
18.300 kg
Wt Bundle
39 No. Tubes/Shell 1402 Crosspasses
11.130 kg
OD x Length Wt Fult of Water
40 Spacing Center
19,05 mm x 6096 mm 28.910 kg
Tube Thickness (1) V2 Inlet Nozzle
41 (In/Out)
14 BWG / 2,11 mm min. kg/m/sec2
Tube Pitch 25,4 mm, V2 Bundle Entry
42 Peripheral Seals
Layout 45 Deg. kg/m/sec2
V2 Bundle Exit
43 Tube/TS Joint Roll Expand No. Pairs
kg/m/sec2
Impingement Protection
44 Pass Lanc Seals TEMA Class R
YES
Expansion joint Code Reqd ASME Sect
45 No.
NO VIII Div 1
Remocable Tube Bundle
46 Dia. Code Stamp NO
YES
Stacking Insulation, mm
47 Natl Board NO
NO Shell 76 Chan. 76
Specification Paint:
48 Lethal Service NO
SP-429400-44-1 Shell (2) Chan. (2)

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Material Heat exchanger 011E120 Stabilizer Reboiler dapat dilihat pada Tabel 3.3
berikut:

Tabel 3.3 Material Heat exchanger 011E120


No
Bagian Material
.
1. Tube A-199-TS
2. Tube Sheet A-105
3. Baffle/ Tube Support A-285-C
5. Tie Rods and Spacers Carbon Steel
6. Gasket Shell Side Spiral wound Grafoil filled
7 Gasket Tube Side Spiral wound Grafoil filled
8 Gasket Float, Head Cover Soft Iron
9 Shell A-516-70 (Existing)
10 Shell Cover A-516-70 (Existing)
11 Shell Flange A-105 (Existing)
12 Channel A-516-70
13 Channel Cover A-105
14 Channel Flange A-105
15 Floating Head Cover A-516-70

Spesifikasi nozzle pada Heat exchanger 011E120 Stabilizer Reboiler dapat dilihat
pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Spesifikasi nozzle


Shell Side Tube Side
No No. Size, Rating & No. Size, Rating &
Nozzle
. NPS Facing NPS Facing

1 Inlet 2 2 300#RF 1 10 300#RF


2 Outlet 2 18 300#RF 1 10 300#RF
3 Vent 1 2 300#RF/BLD
4 Drain 1 2 300#RF/BLD
5 Pressure Gauge 1 0.75 6000#CPLG 1 0.75 6000#CPL
(Each Nozzle) G
/PLG
6 Thermowell (Each 1 1 6000#CPLG 1 1 6000#CPL
Nozzle) G
/PLG
7 Interconnecting

3.3 Perhitungan
3.3.1 Menghitung neraca panas
Didalam perhitungan, besarnya jumlah panas yang dilepas Fluida dari dalam shell
sama dengan yang diterima fluida yang ada didalam tube, atau sebaliknya, jadi

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
diasumsikan tidak ada panas yang hilang dan tidak terjadi perubahan fase, dapat dihitung
dengan rumus sbb 7;88) :
Q fluida shell = Q fluida tube... (2.1a)
Q fluida shell = W fluida shell x CP fluida shell x T...(2.1b)
Q fluida tube = W fluida tube x CP fluida tube x t (2.1c)

Keterangan:
Q = Panas yang dilepas atau yang diterima, BTU/ jam
W = Laju aliran massa fluida panas atau fluida dingin, Lb/ jam
Cp = Panas jenis fluida panas atau fluida dingin, BTU / Lb 0F
T = Beda temperatur masuk dan keluar fluida panas, 0F
t = Beda temperatur masuk dan keluar fluida dingin, 0F

3.3.2 Menghitung LMTD (log mean temperature difference)


Karena beda temperatur disepanjang alat pendingin (cooler) bervariasi, maka beda
suhu tersebut disebut Log mean Temperature Difference (LMTD).Seperti terlihat pada
Gambar 3.39 dibawah ini, maka dapat dilakukan perhitungan LMTD.

Gambar 3.39 Distribusi temperatur aliran berlawanan

Hot Fluid Note Cold Fuid Difference


T1 Higher Temp t2 th
T2 Lower Temp t1 tc

10;178)
Rumus yang digunakan :
t1 t 2 (T 1 t 2) (T 2 t1 )

t1 T1 t2
ln ln
t 2 T 2 t1
LMTD = (2.2)

Keterangan:
t1 = Perbedaan suhu pada terminal yang suhunya rendah.

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
t2 = Perbedaan suhu pada terminal yang suhunya tinggi
T = Ft x T LMTD
Untuk mendapatkan Faktor Koreksi (Ft) maka harus menghitung R dan S terlebih
dahulu3;149)
T1 T 2
R
t 2 t1
..........................................................................................................(2.3)

t 2 t1
S
T 1 t1
...........................................................................................................(2.4)

3.3.3 Menghitung Temperatur Kalorik


Temperatur kalorik adalah temperatur rata-rata yang dipakai untuk menentukan
sifat-sifat fisik fluida yang mengalir, baik yang melalui shell maupun melalui tube,3;96)

3.3.3.1 Temperatur kalorik sisi shell


Temperatur kalorik pada shell didapat dengan persamaan berikut 10;208):
Tc = T2 + Fc (T1 T2) ..(2.5)

Keterangan :
Tc = Suhu rata-rata fluida panas, 0F
T2 = Suhu fluida panas keluar, 0F
T1 = Suhu fluida panas masuk,0F

3.3.3.2 Temperatur kalorik sisi tube


Temperatur kalorik pada tube didapat dengan persamaan berikut 10;208):
tc = t1 + fc (t2 t1).....(2.6)

Keterangan :
tc = Suhu rata-rata fluida dingin, 0F
t2 = Suhu fluida dingin keluar, 0F
t1 = suhu fluida dingin masuk, 0F

untuk mencari Fc adalah dari hubungan antara 0API dan (T1 T2) diperoleh Kc dan
hubungan Kc dan tc / th, diperoleh harga Fc.

Keterangan :
Fc = Kalorik Faktor

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
tc = T2 - t1
th = T2 t2
tc = perbedaan suhu pada terminal dingin
th = perbedaan suhu pada terminal panas

3.3.4 Menghitung Luasan Aliran


3.3.4.1 Luasan Aliran Fluida Tube
Pada alat penukar kalor terdapat 2 macam aliran fluida yaitu aliran aksial dan aliran
melintang, karena disebabkan adanya baffle atau sekat didalam shell.Sehingga luas daerah
aliran dari shell dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. 10:208)
ID C B
as
144 Pt
...(2.7)

Keterangan :
as = Luas penampang aliran bagian shell, ft2
ID = Diameterr dalam shell, inchi
C= Jarak antar Tube, inchi
B = Jarak baffle, inchi
Pt = Jarak antara sumbu Tube (Tube Pitch)

3.3.4.2 Luasan Aliran Fluida Tube


Fluida pada tube akan mengalami tiga hal, yaitu kontraksi dan pembelokan aliran
pada saat fluida masuk, pembelokan pass dan keluar tube. Untuk itu dapat digunakan
rumus sebagai berikut. 10:211)
Nt a`t
at
144n
..(2.8)

Keterangan :
at = Luas penampang aliran bagian tube tiap pass, ft2
Nt = Jumlah tube
n = Banyaknya pass pada bagian tube
at = luas aliran tiap tube, ft2

3.3.5 Menghitung Kecepatan Aliran Massa

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Kecepatan aliran massa sangat diperlukan dalam perhitungan awal dalam
mendisain suatu alat penukar panas yang dipengaruhi oleh faktor seperti aliran massa dan
luasan. Sehingga dapat digunakan rumus sebagai berikut:

3.3.5.1 Kecepatan Aliran Massa pada Shell


Kecepatan aliran massa pada shell dapat menggunakan rumus berikut 7:138) :
Ws
Gs
as
.....................(2.9)

Keterangan :
Gs = Kecepatan massa perluasan bagian shell, lb/jam ft2
Ws = Laju aliran massa pada bagian shell, lb/jam
as = Luas penampang aliran bagian shell, ft2

3.3.5.2 Kecepatan Aliran Massa pada Tube


Menentukan kecepatan aliran massa pada tube dapat menggunakan rumus
berikut 7:138) :
wt
Gt
at
.... ..........................................(2.10)

Keterangan :
Gt = Kecepatan massa perluasan bagian tube, lb/jam ft2
wt = Laju Aliran massa pada bagian tube, lb/jam
at = Luas penampang aliran bagian tube, ft

3.3.6 Menghitung Bilangan Reynold


Bilangan Reynold digunakan untuk menyatakan sebuah aliran, merupakan aliran
turbulence atau laminar dan bilangan Reynold dipengaruhi oleh diameter, kecepatan aliran
massa dan viscositas fluida, sehingga dapat digunakan rumus sebagai berikut :

3.3.6.1 Bilangan Reynold pada Shell


Menentukan bilangan Reynold pada shell dapat menggunakan rumus sebagai
berikut 10:208):
De.Gs
Re s
s
(2.11)

Keterangan :

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Res = Bilangan Reynolds
Gs = Kecepatan aliran massa pada shell (lb / ft2 jam)
De = Diameter equivalent shell (ft)
s = Viskositas fluida di dalam shell (lb/ft.jam)

3.3.6.1 Bilangan Reynold pada Tube


Menentukan bilangan reynold pada tube dapat menggunakan rumus berikut10;:208)
Di.Gt
Re t
t
........................(2.12)

Keterangan :
Res = Bilangan Reynolds
Gt = Kecepatan aliran massa pada tube (lb / ft2 jam)
Di = Diameter dalam tube (ft)
t
= Viskositas fluida di dalam tube (lb/ft jam)

3.3.7 Menghitung Koefisien Perpindahan Panas


3.3.7.1 Koefisien Perpindahan Panas pada Shell
Menentukan koefisien perpindahan panas pada sisi Shell dapat digunakan rumus
sebagai berikut 10:211) :
ho ks 1
JHs prs 3
s Des
.(2.13)

Keterangan :
Ho/Qs = Koefisien transfer panas bagian luar tube, BTU/Jam ft2 OF
JHs = Faktor transfer panas shell
ks = Konduktifitas pada fluida bagian shell, BTU/Jam (ft2)( OF/ft)
Des = Diameter equivalent bagian shell, ft
Prs = Bilangan Prandtl pada shell

0.14

s
w

Keterangan :
s = Viskositas fluida bagian shell pada suhu Tc, lb/ft jam

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
w = Viskositas fluida bagian shell pada suhu dinding tube tws lb/jam ft

3.3.7.2 Koefisien Perpindahan Panas pada Tube


Menentukan koefisien perpindahan panas pada sisi tube dapat di gunakan rumus
sebagai berikut 10:213) :
hi kt 1
JHt Prt 3
Qt IDt
.(2.14)

Keterangan :
Hi/Qt = Koefisien transfer panas pada air dalam tube, BTU/Jam ft2 OF
JHt = Faktor transfer panas pada tube
kt = Konduktifitas panas fluida bagian tube, BTU/Jam ft2( OF/ft)
IDt = Diameter tube bagian dalam, ft
Prt = Bilangan Prandtl pada tube

0.14

Qt
w

Keterangan :
= Viskositas fluida bagian shell pada suhu Tc, lb/jam ft
w = Viskositas fluida bagian shell pada suhu dinding tube tws lb/jam ft

3.3.8 Menghitung Temperatur pada Dinding Tube (tw)


Untuk menentukan harga temperatur pada dinding tube (tw) untuk fluida dalam
tube, maka sebelumnya perlu ditentukan dahulu harga hio/t dapat diperoleh dengan
persamaan 10:213).
hio hi IDt

t t ODt
... (2.15)

Sehingga besarnya harga temperatur pada dinding tube (tw) untuk fluida di dalam
tube, dapat digunakan rumus dibawah ini 10:211)
ho / s
tw tc Tc tc
ho / s hio / t
...........................................................................(2.16)

3.3.9 Menghitung Rasio Viskositas


3.3.9.1 Rasio Viskositas shell

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Rasio viskositas pada sisi shell merupakan perbandingan antara viskositas pada
temperatur rata-rata dengan viskositas pada dinding tube, dengan bantuan temperatur
dinding tube dapat digunakan rumus, seperti dibawah ini 10:211) :
0.14

s
w
...(2.17)

3.3.9.2 Rasio Viskositas Tube


Rasio viskotas pada sisi tube adalah perbandingan antara temperatur rata rata
dengan viskotas pada dinding tube, dengan bantuan temperatur dinding tube dapat
digunakan rumus, seperti dibawah ini 10:211) :
0.14
t
Qt
w
.(2.18)

3.3.10 Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh pada saat bersih


Koefisien perpindahan panas dari heat exchanger pada saat bersih dan sebelum
terdapat endapan atau kotoran. Untuk itu dapat digunakan rumus berikut 10:211):
hio ho
Uc
hio ho
.......................................................................................................(2.19)

3.3.11 Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh pada Saat Design


Overall Heat Transfer Coefficient Design (Ud) merupakan hantaran perpindahan
panas dari heat exchanger setelah dioperasikan dan sudah terdapat endapan atau kotoran.
Untuk menghitungnya dapat digunakan rumus berikut 7:107).
Qt
Ud
A TLMTD
... (2.20)

3.3.12 Menghitung Faktor Kekotoran


Faktor kekotoran (Rd) adalah hambatan perpindahan panas akibat adanya endapan
atau kotoran pada dinding perpindahan panas. Hal ini terbentuk setelah alat penukar panas
tersebut beroperasi. Faktor kekotoran dapat dihitung dengan rumus dibawah ini 7:108):
Uc Ud
Rd
Uc Ud
. (2.21)

3.3.13 Menghitung Pressure Drop

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Pressure drop terjadi karena adanya hambatan aliran fluida, baik didalam maupun
tube, hal ini terjadi karena adanya baffle pass. Dan ini merupakan suatu kerugian sehingga
harus diperhitungkan dalam perhitungan dalam merancang peralatan ini.

3.3.13.1 Pressure Drop pada Shell


Pressure Drop pada shell dipengaruhi oleh faktor seperti gesekan aliran fluida,
kecepatan massa, diameter, jumlah baffle, panjang tube, sehingga dapat digunakan rumus
seperti dibawah ini 10;215):
f .Gs 2 .ID . N 1
P s
5,22.1010.Des.s
. (2.22)

3.3.13.2 Pressure Drop pada Tube


Ada dua macam pressure drop pada sisi tube, yaitu pressure drop karena
disebabkan oleh faktor gesekan aliran fluida dalam bentuk tube dan akibat adanya
pembelokkan pada passnya. Untuk itu dapat digunakan rumus seperti dibawah ini 10;215) :

f .Gt2 L.n
Pt
5,22.1010.ID L .SG.t
..(2.23)
4.n.V 2 62.5
Pt
s.2 g 144
..(2.24)

Sehingga besarnya penurunan tekanan total untuk tube adalah 10;215) :

Pt Pt Pt
(2.25)

Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer Reboiler 011E120 di PT.


Pertamina (Persero) RU IV Cilacap

Anda mungkin juga menyukai