Anda di halaman 1dari 9

NABILA PUTERI WIDIYA

171121054

1 – KSI B

1. DATA CURAH HUJAN MAKSIMUM DAS CIRARAB TANGGERANG

Analisa data terdiri dari beberapa tahapan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Sebelum
tahapan analisa dilakukan, terlebih dahulu diperlukan data pendukung yang dapat membantu proses
analisa. Adapun data-data yang dipakai dalam proses analisa adalah data-data yang didapat dari
beberapa instansi terkait. Setelah data-data yang dibutuhkan didapat maka selanjutnya dilakukan
proses analisa data tersebut.

Data curah hujan yang digunakan dalam analisa terhadap alternatif penanganan banjir tersebut
adalah data curah hujan yang maksimum. Hal ini bertujuan agar analisa dapat mendekati kondisi
yang sebenarnya yang ada di lapangan. Data curah hujan tersebut didapat dari stasiun-stasiun
penakar hujan maupun stasiun-stasiun pos hujan yang terdapat di sekitar daerah aliran, yang dapat
mewakili frekuensi curah hujan yang jatuh dalam daerah tangkapan hujan (catchment area).

Stasiun penakar hujan yang dipakai untuk DAS Cirarab Tanggerang sebagai perhitungan debit
adalah Pos curah hujan Cengkareng Drain dan Pos curah hujan Bendungan Pasar Baru. Perencanaan
debit banjir rencana ini didasarkan pada besarnya curah hujan dalam periode ulang. Karena jumlah
hujan yang jatuh pada daerah tangkapan tidak selalu sama dan merata, maka berdasarkan data
curah hujan dari kedua stasiun di atas dapat diperhitungkan menjadi curah hujan rata-rata pada
suatu daerah tangkapan. Berikut adalah data curah hujan maksimum DAS Cirarab Tanggerang pada
tabel 1.1

DATA CURAH HUJAN MAKSIMUM DAS CIRARAB TANGGERANG


Tahu
Pos CH Cengkareng Drain (mm) Pos CH Bend. Pasar Baru (mm)
n
2003 87 66
2004 114 97
2005 60 92
2008 131 88
2009 54 125
2010 139 107
2011 75 114
2012 83 78
2013 54 94
2014 91 66
Tabel 1 Data Curah Hujan Maksimum Das Cirarab Tanggerang

2. Curah Hujan Kawasan


Dari beberapa stasiun hujan yang berpengaruh dan digunakan, harus ditentukan suatu harga
sebagai harga rata-rata kawasan yang mewakili suatu daerah pengaliran. Ada beberapa cara untuk
menentukan curah hujan rata-rata ini, antara lain :

a) Cara Rata-Rata Aljabar

Cara ini digunakan bila daerah pengaruh dan curah hujan rata-rata dari tiap stasiun hampir
sama atau bila stasiun hujannya memang terbatas. Besar curah hujan rata-rata dapat dihitung
sebagai berikut ;

b) Cara Poligon Thiessen

Cara ini terutama dipakai bila daerah pengaruh dan besaran curah hujan rata-rata tiap stasiun
jauh berbeda. Cara perataannya adalah sebagai berikut : Mula-mula posisi masing-masing stasiun
diplot pada peta daerah pengaliran. Setiap stasiun saling dihubungkan satu sama lain sehingga
terbentuk suatu jaringan segitiga atau poligon. Selanjutnya buat garis berat dari masing-masing sisi
segitiga, sehingga saling bertemu pada suatu titik. dengan demikian masing-masing stasiun hujan
mempunyai daerah pengaruh dengan luas tertentu. Selanjutnya curah hujan rata-rata kawasan
dihitung sebagai berikut :

c) Cara Isohiet

Isohiet adalah garis yang menyatakan/menghubungkan titik-titik di atas permukaan bumi yang
mempunyai harga curah hujan yang sama besar (seperti garis tinggi pada peta topografi).
Berdasarkan data curah hujan yang tersebar pada masing-masing stasiun, dibuatkan garis-garis
isohiet debgan cara menginterpolasi harga-harga antar stasiun tersebut, sehingga diperoleh suatu
peta isohiet. Dari peta tersebut diambil curah hujan rata-rata antara dua garis isohiet yang
mempunyai daerah pengaruh seluas daerah yang terdapat di antara dua garis isohiet bersangkutan.
Selanjutnya curah hujan rata-rata dihitung dengan rumus :
Perhitungan curah hujan dengan menggunakan metode rata-rata aljabar dapat dilihat pada
Tabel 2.1 sebagai berikut :
CURAH HUJAN RATA-RATA KAWASAN
Tahu Pos CH Cengkareng Drain Pos CH Bend, Pasar Baru CH maks rata-rata (Ṝ)
n (mm) (mm) (mm)
2003 87 66 76,5
2004 114 97 105,5
2005 60 92 76
2008 131 88 109,5
2009 54 125 89,5
2010 139 107 123
2011 75 114 94,5
2012 83 78 80,5
2013 54 94 74
2014 91 66 78,5
rata-
88,8 92,7 90,75
rata

Tabel 2 Curah Hujan Rata-Rata Kawasan

3. Analisis Frekuensi Curah Hujan

Analisis frekuensi curah hujan diperlukan untuk menentukan jenis sebaran (distribusi).
Perhitungan analisis frekuensi curah hujan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.

ANALISIS FREKUENSI CURAH HUJAN


Tahun Xi (Xi - X) (Xi - X)² (Xi - X)³ (Xi - X)⁴
2003 76,5 -14,25 203,0625 -2893,640625 41234,37891
105,
2004 14,75 217,5625
5 3209,046875 47333,44141
2005 76 -14,75 217,5625 -3209,046875 47333,44141
109,
2008 18,75 351,5625
5 6591,796875 123596,1914
2009 89,5 -1,25 1,5625 -1,953125 2,44140625
2010 123 32,25 1040,0625 33542,01563 1081730,004
2011 94,5 3,75 14,0625 52,734375 197,7539063
2012 80,5 -10,25 105,0625 -1076,890625 11038,12891
2013 74 -16,75 280,5625 -4699,421875 78715,31641
2014 78,5 -12,25 150,0625 -1838,265625 22518,75391
JUMLAH 907, 2581,125 29676,375 1453699,852
5
90,7
RATA-RATA
5
Tabel 3 Analisis Frekuensi Curah Hujan

Dari hasil perhitungan di atas selanjutnya ditentukan jenis sebaran yang sesuai, dalam
penentuan jenis sebaran diperlukan parameter statistik sebagai berikut :

1) Standar Deviasi (S)

S = 16,935

2) Koefisien Skewness (Cs)

Cs = 0,848655

3) Koefisien Kurtosis (Ck)

Ck = 3,51

4) Koefisien Variasi (Cv)

Cv = 0,18661
4. Pemilihan Jenis Distribusi

Dalam statistik terdapat beberapa jenis sebaran (distribusi), diantaranya yang sering digunakan
dalam hidrologi adalah :

1. Distribusi Gumbel

Untuk menentukan besarnya debit banjir rencana yang akan terjadi, maka terlebih dahulu dicari
kemungkinan curah hujan harian maksimum. Metode yang digunakan dalam perhitungan curah
hujan maksimum ini adalah metode Gumbel.

Untuk nilai Yn dan Sn didapat dari tabel hubungan Mean of Reduced Variate (Yn) dan Standard
Deviation of The Reduce Variate (Sn) serta dengan jumlah tahun pengamatan (n). Sedangkan nilai Yt
didapat dari tabel hubungan periode ulang (T) dengan Reduced Variate (Yt).
Berikut ini adalah salah satu perhitungan curah hujan harian maksimum dengan menggunakan
metode Gumbel pada periode ulang 2 tahun :

Data yang ada : = 90,75 mm

S = 16,935

Yt = 0,3665

Yn = 0,4592

Sn = 0,9496
+S
X t= ( Yt −Yn )
Sn

Xt = 89,09680444

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini :

PERIODE HUJAN
NO ULANG   S Yt Yn Sn MAKSIMUM
(TAHUN) (mm)
1 2 0,3665 89,09680444
2 5 1,4999 109,3096614
3 10 2,2504 122,6939469

4 20 2,9702 135,530734
5 25 90,75 16,935 3,1985 0,4592 0,9496 139,6021962
6 50 3,9019 152,1465085
7 100 4,6001 164,598085
8 200 5,2958 177,0050769
9 1000 6,907 205,7389353
Tabel 4.1 Perhitungan Curah Hujan Maksimum Distribusi Gumbel

2. Distribusi Normal

Untuk menentukan besarnya debit banjir rencana yang akan terjadi, maka terlebih dahulu dicari
kemungkinan curah hujan harian maksimum. Metode yang digunakan dalam perhitungan curah
hujan maksimum ini adalah metode normal.

X tr =X + SKt

Salah satu contoh penghitungan pada distribusi ini adalah :

X = 90,75

S = 16,935

Kt = 0

Xtr =90,75+16,935 x 0

Xtr = 90,75
Untuk hasil selengkapnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini

DISTRIBUSI NORMAL

NO PERIODE ULANG (TAHUN) X S K Xt

1 2 0 90,75
2 5 0,84 104,975
3 10 1,28 112,4268
4 20 1,64 118,5234
5 25 90,75 16,935 1,98 124,2813
6 50 2,05 125,46675
7 100 2,33 130,20855
8 200 2,58 134,442
9 1000 3,09 143,079
Tabel 4.2 Perhitungan Curah Hujan Maksimum Distribusi Normal

3. Distribusi Log Pearson III

Perkiraan besarnya probabilitas hujan rencana dengan periode ulang T tahun


dengan metode ini menggunakan perumusan :
Log XTr =log´ X +k. S . log
´ X...........................................................(II.17)
Keterangan:
n

∑ log Xi ...........................................................................(II.18)
log´ X = i=1
n
n

´ X=
S . log

n
√ ∑ (log Xi− log´ X ) ² ..................................................(II.19)
i=1
n−1

n ∑ ( log X i − log X )3
i=1
Cs = ..........................................................(II .20)
( n−1 ) ( n−2 ) ( S̄ log x )3
XT = Curah Hujan Rencana Periode Ulang T Tahun ( mm ).
S = Standar Deviasi.
n = Jumlah Data.
Cs = Koefisien Kemencengan.
Salah satu contoh untuk mencari nilai K:
( x−x 1)
K = y 1+ (y2 - y1)
( x 2−x 1)
(0,667 -0,,6 )
K = 0,800+   x  ( 0,790 -0,800 )
(0,7 -0,6 )
K = 0,793

log Xtr =log X + KSlog x


log Xtr =1,951+ ( 0,793 x 0,776 )
log Xtr=2 , 0125368
Xtr =102,9288

DISTRIBUSI LOG PEARSON III


Cs log X Slogx K Log Xtr Xtr
-0,091 1,9439384 87,8898
0,793 2,0125368 102,9288
1,331 2,0542856 113,3145
1,749 2,08672 122,1019
0,677 1,9510 0,07760 1,957 2,10286 126,7253
2,395 2,13685 137,0415
2,808 2,16890 147,5369
3,202 2,19948 158,2979
4,072 2,26699 184,9214
Tabel 4.3 Perhitungan Curah Hujan Maksimum Distribusi Log Pearson III

4. Distribusi Log Normal

Transformasi dari distribusi normal dengan mengubah varian X menjadi nilai logaritmix
varian X, dapat juga dari distribusi Log Person Tipe III. Koefisien kemencengan atau CS = 3
CV + CV3, dan nilai kortosis: Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3.

XDISTRIBUSI LOG NORMAL


Cs log X S log x z Log Xtr Xtr
0,677 1,9510 0,07760 0,000 1,951 89,33054837
0,842 2,01632368 103,8301975
1,290 2,051104 112,4874314
1,650 2,07904 119,9609786
1,760 2,087576 122,3421195
2,060 2,110856 129,0791212
2,330 2,131808 135,459042
2,580 2,151208 141,6472019
3,090 2,190784 155,1615109

Tabel 4.4 Perhitungan Curah Hujan Maksimum Distribusi Log Normal

Anda mungkin juga menyukai