ANALISIS
CURAH HUJAN RENCANA
4.1.TAHAPAN ANALISIS CURAH HUJAN RENCANA
Tahapan dalam pekerjaan analisis curah hujan untuk menentukan besarnya curah hujan rencana,
debit banjir rencana dan debit andalan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung curah hujan wilayah harian maksimum yaitu curah hujan maksimum rata-rata
di seluruh daerah. Curah hujan wilayah ini diperkirakan dari beberapa titik pengamatan
curah hujan.
2. Melakukan uji konsistensi data curah hujan stasiun penakar hujan dengan menggunakan
metode double mass analysis dan RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) untuk
mengetahui adanya penyimpangan data hujan, sehingga dapat disimpulkan apakah data
tersebut layak dipakai dalam analisa hidrologi atau tidak.
3. Menghitung curah hujan rencana untuk mengetahui besarnya curah hujan terbesar tahunan
dengan peluang tertentu menggunakan metode EJ Gumbel, Log Pearson III. Iwai Kadoya.
Dari hasil perhitungan dilakukan uji frekuensi dengan mengambil nilai Delta maksimum
terkecil dari berbagai metode tersebut.
4. Melakukan uji kesesuaian distribusi terpilih untuk mengetahui kebenaran suatu hipotesa
dengan menggunakan uji Smirnov Kolmogorof dan uji Chi Square. Jika kedua uji distribusi
frekuensi tersebut diterima, maka besarnya curah hujan rencana tersebut juga dapat
diterima.
Tabel 4.1.
Curah Hujan Rata-rata Daerah
i=1
Yt =
n= t
Ri
DMCt = (Xt,Yt)
dengan:
Perhitungan double mass analysis selengkapnya disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5
Metode ini masih sering menimbulkan keraguan karena masih terdapat kemungkinan tidak
konsistennya stasiun-stasiun referensi. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan metode pembanding
yang menguji ketidaksesuaian data suatu stasiun dengan data dari stasiun itu sendiri, dengan
mendeteksi penggeseran nilai rata-rata. Metode RAPS dipakai menjadi pembanding dalam menguji
konsistensi data.
Dy2 = (Yi Y)
i 1
2
n
Nilai statistik Q dan R
Q = maks Sk * *
0 k n
R = maks Sk** - min Sk**
0 k n
Dengan melihat nilai statistik maka dapat dicari nilai Q / n dan R / n . Hasil yang dapat
dibandingkan dengan nilai Q / n syarat dan R / n . Sebagai syarat jika Q / n dan R /
n dihitung lebih kecil maka data masih dalam batasan konsisten. Syarat nilai Q / n
dan R / n dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.6
Nilai Q/n 0,5 dan R/n 0,5
Q/n 0,5 R/n 0,5
n 90
95 % 99 % 90 % 95 % 99 %
%
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60
30 1,12 1,24 1,48 1,40 1,50 1,70
40 1,31 1,48 1,52 1,44 1,55 1,78
100 1,17 1,52 1,55 1,50 1,62 1,85
Sumber : Sri Harto, 1990
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
dengan :
XT = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk
periode ulang T tahun
X = Harga rerata dari data
n
1
X =
n
Xi
i=1
Sx = Standard deviasi
n n
Xi 2 - X
i=1
Xi
i=1
Sx =
n - 1
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang (return periode)
dan tipe distribusi frekuensi.
Untuk menghitung faktor frekuensi E.J Gumbel Type I digunakan rumus :
Yt - Yn
K =
Sn
dengan :
Yt = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang
T (th)
= - Ln (-Ln (T - 1) / T)
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced Standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n
Jika :
1 Sx
=
a Sn
b = X - (Sx / Sn) . Yn
Persamaan diatas menjadi :
Xt = b + (1/a) . Yt
Tabel 4.11
Hubungan Reduced Mean Yn
Dengan Besarnya Sample n
n Yn n Yn n Yn n Yn
Tabel 4.12
Hubungan Reduced Mean Sn
Dengan Besarnya Sample n
n Sn n Sn n Sn n Sn
Tabel 4.13
Tabel 4.14
2 2
(log x) - ( log x) / n
log x =
n -1
Standard Deviasi :
n
(log X - Log X) 2
log x = n -1
i=1
Koefisien Asimetri :
n
n (log x - log x) 3
i=1
Cs =
(n -1) (n - 2) ( log x) 3
Faktor frekuensi K, diperoleh dari tabel untuk setiap Cs positif atau negatif seperti
pada tabel
Tabel 4.15
Faktor Frekuensi K Untuk Distribusi Log Pearson Type III
Koefisien Asimetri Cs Posisitf
Return period in years
Skew 2 5 10 25 50 100 200 1000
Coefficient Exceedence probability
Cs or Cw 0,5 0,2 0,1 0,04 0,02 0,01 0,005 0,001
Tabel 4.16
Faktor Frekuensi K Untuk Distribusi Log Pearson Type III
Koefisien Asimetri Cs Negatif
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Tabel 4.18.
T 1/T
500 0,00200 2,0352
400 0,00250 1,9840
300 0,00333 1,9227
250 0,00400 1,8753
200 0,00500 1,8214
150 0,00667 1,7499
100 0,01000 1,6450
80 0,01250 1,5851
60 0,01667 1,5049
50 0,02000 1,4522
40 0,02500 1,3859
30 0,03333 1,2971
25 0,04000 1,2379
20 0,05000 1,1631
15 0,06667 1,0614
10 0,10000 0,9062
8 0,12500 0,8134
5 0,20000 0,5951
4 0,25000 0,4769
3 0,333330 0,3045
2 0,50000
Sumber: Sosrodarsono,1989: 33
Tabel 4.19.
Perhitungan "b"
No xi xs xi . xs xi.xs - xo^2 xi + xs 2x0- (xi + xs) bi
1 173 56 14715.556 2797.702 251.000 -32.662 -85.656
2 139 67 14830.667 2912.813 249.333 -30.995 -93.975
3 114 77 15049.000 3131.146 250.000 -31.662 -98.892
Sumber: Hasil Perhitungan -278.5235
Tabel 4.20.
Perhitungan Hujan Rancangan Metode Iwai Kadoya
Dengan Berbagai Kala Ulang
T x 1/a * x 1/a * x +Xo x+b x
{1} {2} {2} + Xo {3} {3} - b
2 0.182 0.169 0.692 4.925 97.766
5 0.595 0.551 1.075 11.887 104.728
10 0.906 0.840 1.363 23.083 115.924
25 1.238 1.147 1.671 46.837 139.679
50 1.452 1.345 1.869 73.984 166.825
100 1.645 1.524 2.048 111.624 204.465
200 1.821 1.687 2.211 162.625 255.466
1000 2.291 2.123 2.646 443.037 535.878
Sumber: Hasil Perhitungan
Keterangan ;
Log x = nilai rata-rata variat log x
S log x = deviasi standard variat log x
Y = nilai variabel reduksi Gumbel
T 1
= - ln (-ln )
T
T = periode ulang
Berdasarkan persamaan-persamaan di atas maka besarnya nilai variat x yang dapat diharapkan
terjadi pada periode ulang tertentu dapat dihitung, sebagai berikut :
Tabel .
Perhitungan Curah Hujan Rancangan
Dengan Distribusi Frechert
No Xi Log Xi No Xi Log Xi
(mm/hari) (mm/hari)
1 173 2.198 11 103 2.106
2 139 2.180 12 97 2.095
3 114 2.173 13 96 2.095
4 108 2.172 14 90 2.037
5 107 2.140 15 90 2.028
6 107 2.136 16 81 2.028
7 107 2.131 17 81 2.027
8 106 2.124 18 77 2.004
9 105 2.121 19 67 1.991
10 105 2.118 20 56 1.970
Rata-rata = 2.094
SD = 0.06826
Persamaan Garis lurus Distribui Frechet
Y= a (Log X - Xo)
a = 1,282/SD = 18.7821
Xo = Log X - 0.445 SD = 2.06332
Log X = Y/a + X0
Y = - Ln (-Ln (T-1)/T)
T = Periode Ulang (Tahun)
Tabel
Hasil Perhitungan Hujan Rancangan Frechert
dengan Berbagai Kala Ulang
Tabel 4.21.
Harga Chi-Kuadrat untuk Chi – Kuadrat test
Degrees
Of Probability of deviation greater than X2
Freedom
0,20 0,10 0,05 0,01 0,001
1 1,642 2,706 3,841 6,635 10,827
2 3,219 4,605 5,991 9,210 13,815
3 4,642 6,251 7,815 11,345 16,268
4 5,989 7,779 9,488 13,277 18,465
5 7,289 9,236 11,070 15,086 20,517
6 6,558 10,645 12,592 16,812 22,457
7 9,803 12,017 14,067 18,475 24,322
8 11,030 13,362 15,507 20,090 26,125
9 12,242 14,684 16,919 21,666 27,877
10 13,442 15,987 18,307 23,209 29,588
11 14,631 17,275 19,675 24,725 31,264
12 15,812 18,549 21,026 26,217 32,909
13 16,985 19,812 22,362 27,688 34,528
14 18,151 21,064 23,685 29,141 36,123
15 19,311 22,307 24,996 30,578 37,697
16 20,465 23,524 26,296 32,000 39,252
17 21,615 24,769 27,587 33,409 40,790
18 22,760 25,989 28,869 34,805 42,312
19 23,900 27,204 30,144 36,191 43,820
20 25,038 28,412 31,410 37,566 45,315
Sumber: M.M.A. Shahin, 1976:283
Tabel 4.22.
Pengujian Nilai Distribusi Frekuensi Metode E.J Gumbel
Dengan Metode Chi Square
Apabila nilai max yang terbaca pada kertas kemungkinan ( cr yang didapat dari tabel
kritis untuk Tes Smirnov Kolmogorov) Untuk derajat nyata (level of significance) dan
banyaknya varian yang tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa penyimpangan yang terjadi
hanya karena kesalahan-kesalahan yang terjadi secara kebetulan (by chance). Urutan test ini
adalah sebagai berikut :
1) Susun data curah hujan harian rerata tiap tahun dari kecil ke besar atau sebaliknya
2) Hitung probabilitas untuk masing-masing data hujan dengan persamaan Weibull
sebagai berikut
m
P x100%
n 1
dimana :
P = Probabilitas (%)
m = nomor urut data dari seri data yang telah disusun
n = banyak data
3) Gambarkan (plot) distribusi empiris maupun distribusi teoritis pada kertas grafik
probabilitas yang sesuai
4) Kemudian cari harga mutlak perbedaan maksimim antara distribusi empiris (P empiris)
dengan distribusi teoritis (P teoritis).
5) Maks = maksimum | P teoritis – P empiris|
6) Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test) tentukan nilai kritis (lihat
tabel)
7) Apabila Maks kritis , maka distirbusi teroritisnya dapat diterima dan bila
terjadi sebaliknya maka distribusi teoritisnya tidak dapat diterima
Tabel 4.25.
Nilai Delta Kritis ( cr) Untuk Uji Smirnov – Kolmogorov
0,2 0,1 0,05 0,01
n
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,67
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
1,07 1,22 1,36 1,63
n>50
n n n n
Sumber: M.M.A. Shahin, 1976:hal 188
Tabel 4.26.
Pengujian Nilai Distribusi Frekuensi
Metode EJ Gumbel Dengan Metode Smirnov Kolmogorov
200.00
150.00
Curah Hujan (mm)
100.00
50.00
0.00
1 10 100
Probabilitas (%)
Tabel 4.29.
Dari hasil perhitungan analisa frekuensi curah hujan di atas dapat dilihat beberapa hal
sebagai berikut:
1) Nilai debit banjir yang diperoleh untuk masing-masing metode
menunjukkan adanya perubahan yang cukup stabil dari berbagai kala ulang, kecuali
pada metode Iwai Kadoya terjadi perubahan nilai yang sangat drastis untuk periode
ulang 1000 tahun.
2) Secara keseluruhan hasil perhitungan metode Frechert
memberikan hasil yang paling besar dari semua periode ulang
3) Untuk perhitungan debit banjir sampai dengan periode ulang 50
Tahun secara rata-rata Iwai Kadoya memberikan hasil yang paling kecil, sedang kan
untuk periode ulang 50 tahun keatas metode Log Person Type III yang paling kecil
4) Dari 2 (dua) metode yang umum dipergunakan dilapangan yaitu
E.J Gumbel dan Log Person Type III, jika dibandingkan hasilnya ternyata E>J Gumbel
memberikan hasil yang lebih besar
Selanjutnya untuk perhitungan banjir rencana akan digunakan data hujan dari hasil hujan rencana
metode E.J Gumbel dengan periode ulang 10 Th, 25 Th, 50 Th dan 100 Th
ANALISIS
BANJIR RENCANA
2.1.DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN
Distribusi hujan (agihan hujan) jam-jaman ditetapkan dengan cara pengamatan langsung
terhadap data pencatatan hujan jam-jaman pada stasiun yang paling berpengaruh pada DPS.
Bila tidak ada maka bisa menirukan perilaku hujan jam-jaman yang mirip dengan daerah
setempat pada garis lintang yang sama. Distribusi tersebut diperoleh dengan pengelompokan
tinggi hujan ke dalam range dengan tinggi tertentu.
Dari data yang telah disusun dalam range tinggi hujan tersebut dipilih distribusi tinggi hujan
rancangan dengan berdasarkan analisis frekuensi dan frekuensi kemunculan tertinggi pada
distribusi hujan jam-jaman tertentu.
2.2.KOEFISIEN PENGALIRAN
Besarnya koefisien pengaliran suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi karakteristik, sebagai
berikut (Subarkah, 1980: 51) :
1. Keadaan hujan.
2. Luas dan bentuk daerah pengaliran.
3. Kemiringan daerah pengaliran dan kemiringan dasar pegunungan.
4. Daya infiltrasi tanah dan perkolasi tanah.
5. Kebasahan tanah.
6. Suhu, udara, angin dan evaporasi.
7. Letak daerah aliran terhadap arah angin.
8. Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya.
Bila tidak terdapat pengukuran limpasan yang terjadi maka untuk DPS tertentu besarnya
koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel berikut (Sosrodarsono, 1978: 145) :
Tabel 5.1.
Koefisien Pengaliran menurut Dr. Mononobe
Tabel 5.2.
Q = 1 /3.6 x C x I x A
Dengan
Q = debit banjir maksimum (m3/dt)
C = koefisien pengaliran / limpasan
I = intensitas hujan rata-rata saat tiba banjir (mm/jam)
A = daerah pengaliran (km2)
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yg jatuh untuk mengalir
dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dn
depresi-depresi kecil terpenuhi. Waktu konsentrasi (tc) oleh Kirpich (1940) , yg dapat ditulis adalah
sebagai berikut :
Contoh soal : Berdasarkan perhitungan intensitas hujan DAS Tukad Mati sebelumnya, hitung debit
banjir rencana dengan kala ulang 5 tahun (Q 10th) dengan metode rasional untuk DAS Tukad Mati,
bila diketahui :
L = 13 km
A = 129,25 km2
S = 0.001
C = 0.70
Maka
Intensitas hujan :
Maka :
Hitung banjir :
Dari ke empat metode di atas yang paling banyak dipakai adalah metode hidrograf satuan (unit
hydrograph). Pada analisa kali ini metode penentuan debit banjir rencana akan dilakukan
dengan metode hidrograf satuan sintetik metode Nakayasu
Penggunaan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu, diperlukan beberapa karakteristik
parameter daerah alirannya, seperti:
1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to peak magnitude)
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time log)
3. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
4. Luas daerah aliran
5. Panjang aliran sungai terpanjang (length of the longest channel)
6. Koefisien pengaliran
Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah:
Dimana:
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T 0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak
Tp = Tg + 0,8 Tr
T 0,3 = x Tg
Tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam) Tg dihitung
dengan ketentuan sebagai berikut:
Sungai dengan panjang lebih dari 15 km maka
Tg = 0,40 + 0,058 L
Sungai dengan panjang kurang dari 15 km, maka
Tg = 0,21 L 0,70
L = panjang sungai
Persamaan satuan hidrograf adalah:
Pada kurva naik
0 t Tp
t
Qt Qmaks 24
Tp
Rumus tersebut di atas merupakan rumus empiris, oleh karena itu dalam penerapannya terhadap
suatu daerah aliran harus didahului dengan pemilihan parameter-parameter yang sesuai dengan
tipe dan pola distribusi hujan agar didapatkan suatu pola hidrograf yang mendekati dengan
hidrograf banjir yang diamati.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
Tabel 5.6.
Tabel 5.7.
I. PENDAHULUAN
Kendala yang sering dijumpai dalam pekerjaan perencanaan pengembangan sumber daya air
adalah terbatasnya data yang tersedia baik dari jenis data maupun dari jumlah tahun data,
bahkan sering dijumpai tidak tersedia data samasekali. Data debit sungai merupakan data yang
harus tersedia dalam setiap pekerjaan pengembangan sumber daya air, namun kenyataan di
lapangan tidak selalu tersedia data debit dari hasil pengukuran, oleh karena itu berbagai model
telah dikembangkan untuk mengalih ragamkan hujan-aliran yaitu membuat simulasi data hujan
sehingga menjadi data debit. Salah satu metode yang telah banyak dipakai di Indonesia adalah
metode F.J. Mock, yang digunakan untuk menghitung ketersediaan debit sungai yang
umumnya dipakai untuk memperkirakan debit andalan.
Debit andalan didefinisikan sebagi debit yang diharapkan selalu tersedia untuk keperluan
tertentu (seperti rigasi, PLTA, air minum, dan lain-lain) sepanjang tahun dengan kemungkinan
kegagalan yang telah diperhitungkan. Pada umumnya debit andalan untuk pemenuhan
kebutuhan air minum diambil besarnya 90 %, artinya bahwa untuk sepanjang tahun 90 %
kemungkinan debit yang terjadi akan lebih besar atau sama dengan debit yang diperkirakan
sebagai debit andalan, atau 10 % kemungkinan akan terjadi debit yang nilainya lebih kecil dari
debit yang diperkirakan.
Hujan
Surface Storage
Aliran Permukaan
(SS)
Perhitungan debit andalan (dependable flow) dengan metode neraca air dikembangkan oleh
Dr. F.J. Mock. Data yang dibutuhkan dalam perhitungan metode neraca air F.J. Mock antara
lain :
1. Hujan bulanan, mm
2. Jumlah hari hujan bulanan rata-rata, hari
3. Evapotranspirasi potensial bulanan, mm
4. Limpasan permukaan (run off) m3/dt/km2
E d
.m
Ep 30
Dengan ;
E = Perbedaan antara evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi terbatas
Ep = Evapotranspirasi potensial
d = Jumlah hari kering aau anpa hujan dalam sebulan
m = Prosentase lahan yang tak tertutup vegetasi, ditaksir dari peta tataguna lahan,
diambil :
0 % untuk lahan dengan huta lebar
0 % pada akhir musim hujan, dan prtambahan 10 % setiap bulan kering
untuk lahan dengan hutan sekunder
10 – 40 % untuk lahan tererosi
30 – 40 % untuk lahan pertanian yang diolah (misalnya sawah, ladang)
Berdasarkan frekuensi curah hujan di Indonesia dan sifat infiltrasi serta penguapan dari
tanah permukaan, didapat hubungan ;
3 3
d atau d 27 n
2.(18 n) 2
Dengan ;
d = jumlah hari kering dalam setahun
n = jumlah hari ujan dalam setahun
Dengan mensubstitusi persamaan sebelumnya diperoleh ;
E m / 20
Ep (18 n)
Et = Ep – E
Dengan ;
E = perbdaan antara evaporasi potensial dengan evaporsi terbatas (mm/bulan)
Ep = evapotranspirasi potensial
Et = evapotranspirasi terbatas
m = persentasi lahan yang tertutup vegetasi
n = jumlah hari hujan dalam sebulan
Soil water surplus adalah volume air yang akan masuk ke dalam tanah, dihitung dengan cara
sebagai berikut ;
Bila P-Et > 0 maka Soil water surplus = P-Et, sedangkan bila P-Et < 0 maka soil water
surplus = 0.
Initial storage adalah besarnya volume air pada saat permulaan mulainya perhitungan,
ditaksir sesuai dengan keadaan musim.
Evapotranspirasi potensial dihitung tersendiri, dengan menggunakan metode Penman
Modifikasi, seperti analisis pada sub bab 2.4. di bawah.
Aliran dasar = infiltrasi dikurangi perubahan volume aliran air dalam tanah.
Aliran permukaan = water surplus – infiltrasi
Aliran sungai = aliran permukaan +aliran dasar
Debit efektif = aliran sungai dinyatakan dalam m3/det
L = 595 – 0,51*T
P = 1013 – 0,1055*E
D = 2(0,00738T+0,8072)T-0,00116
Rn = Rns - Rn1
Rns = ( 1 - ) * Rs
Rs = ( a + b n/N ) * Ra
dimana :
n/Nc = lama penyinaran matahari terkoreksi
n/N = lama penyinaran matahari terukur
Ll = elevasi lokasi perencanaan
a & b = konstanta yang tergantung kepada letak suatu tempat di atas bumi
Tabel 3.2.
Hubungan Suhu (t) dengan nilai ea (mbar), w, (1-w) dan f (t)
Suhu ea W (1-w) f(t)
('C) (mbar) el. 0-250 m
24.00 29.85 0.74 0.27 15.40
24.20 30.21 0.74 0.26 15.45
24.40 30.57 0.74 0.26 15.50
24.60 30.94 0.74 0.26 15.55
24.80 31.31 0.74 0.26 15.60
25.00 31.69 0.75 0.26 15.65
25.20 32.06 0.75 0.25 15.70
25.40 32.45 0.75 0.25 15.75
25.60 32.83 0.75 0.25 15.80
25.80 33.22 0.75 0.25 15.85
26.00 33.62 0.76 0.25 15.90
26.20 34.02 0.76 0.24 15.94
Tabel 3.4
Perhitungan Evapotranspirasi Penman Modifikasi
No Keterangan Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Rata-rata
DATA
o
1 Rata-rata temperatur T C 26.500 26.236 26.657 26.943 26.786 26.229 25.750 25.557 26.164 27.129 27.136 26.686 26.481
2 Kecepatan angin U2 km/ hari 67.321 73.343 70.929 52.886 48.729 54.493 41.043 47.093 56.493 62.657 56.279 70.264 58.461
3 Kelembaban Relatif Rh % 86.721 85.814 88.736 86.014 88.150 87.907 88.079 88.657 87.400 87.014 88.757 86.593 87.487
4 Kelembaban Maks Rh max % 96.500 95.857 96.643 95.286 95.500 95.929 96.857 95.786 96.214 96.000 96.214 95.929 96.060
5 Penyinaran Matahari n/N % 34.921 36.821 52.936 63.114 67.064 65.071 62.021 64.464 71.943 72.971 61.986 45.729 58.254
6 Nilai Angot Ra mm/har 16.100 16.087 15.474 14.348 13.035 12.426 12.583 13.375 13.505 15.540 15.913 16.000 14.532
KOREKSI DATA
7 Rata-rata temperatur Tc C 26.647 26.383 26.804 27.090 26.933 26.376 25.897 25.704 26.311 27.276 27.283 26.833 26.628
8 Kecepatan Angin U2C km/hari 65.628 71.498 69.145 51.556 47.503 53.122 40.011 45.908 55.072 61.081 54.863 68.497 56.990
9 Penyinaran Matahari n/N % 35.171 37.071 53.186 63.364 67.314 65.321 62.271 64.714 72.193 73.221 62.236 45.979 58.503
ANALISIS DATA
10 ea mbar 34.082 33.683 34.321 34.759 34.518 33.673 32.960 32.676 33.575 35.047 35.058 34.365 34.060
11 ed mbar 29.556 28.905 30.455 29.898 30.428 29.601 29.031 28.970 29.345 30.496 31.117 29.758 29.796
12 d 2.216 2.103 2.287 2.424 2.347 2.100 1.915 1.846 2.074 2.519 2.523 2.300 2.221
13 P 999.760 999.760 999.760 999.760 999.760 999.760 999.760 999.760 999.760 999.760 999.760 999.760 999.760
14 L 581.41 581.5447 581.33 581.1841 581.2642 581.5482 581.7925 581.891 581.5814 581.0892 581.0857 581.3152 581.420
15 y 0.633 0.633 0.633 0.633 0.633 0.633 0.632 0.632 0.633 0.633 0.633 0.633 0.633
16 W 0.778 0.769 0.783 0.793 0.788 0.769 0.752 0.745 0.766 0.799 0.799 0.784 0.777
17 f(T) 15.998 15.942 16.031 16.091 16.058 15.940 15.840 15.799 15.927 16.131 16.133 16.037 15.994
18 f(U) 0.447 0.463 0.457 0.409 0.398 0.413 0.378 0.394 0.419 0.435 0.418 0.455 0.424
19 f(ed) 0.101 0.103 0.097 0.099 0.097 0.101 0.103 0.103 0.102 0.097 0.095 0.100 0.100
20 f(n/N) 0.417 0.434 0.579 0.670 0.706 0.688 0.660 0.682 0.750 0.759 0.660 0.514 0.627
21 Rs mm/hari 5.611 5.692 6.173 6.133 5.716 5.379 5.340 5.767 6.106 7.071 6.751 6.060 5.983
22 Rns mm/hari 4.208 4.269 4.630 4.599 4.287 4.034 4.005 4.325 4.580 5.303 5.063 4.545 4.487
23 Rn1 mm/hari 0.672 0.715 0.902 1.072 1.103 1.103 1.077 1.112 1.214 1.188 1.007 0.824 0.999
24 Rn mm/hari 3.536 3.554 3.728 3.527 3.184 2.931 2.928 3.213 3.366 4.115 4.056 3.721 3.488
25 c 1.100 1.100 1.000 0.900 0.900 0.900 0.900 1.000 1.100 1.100 1.100 1.100 1.017
Eto (Evapotranspirasi) mm/hari 3.520 3.568 3.303 2.888 2.568 2.378 2.313 2.766 3.292 4.055 3.931 3.708 3.191
Eto (Evapotranspirasi) mm / bl 109.130 98.569 102.385 86.637 79.619 71.343 71.699 85.742 98.773 125.706 117.918 114.933 96.871
Tabel. 4.1. Contoh Analisa Alih Ragam Hujan-Aliran Metode F.J. Mock
Tukad Batu Lantang – Besakih (Data Tahun 1997)
No Uraian Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct
1 Curah hujan, P 592.000 479.000 78.000 102.000 28.000 16.000 120.000 14.000 0.000 20.000
2 Hari Hujan, n 22.000 24.000 5.000 5.000 3.000 2.000 8.000 2.000 0.000 3.000
3 Evapotranspirasi, Ep 109.130 98.569 102.385 86.636 79.619 71.342 71.699 85.743 98.773 125.705
4 P. Lahan/ vegetasi, m% 30.000 30.000 30.000 40.000 40.000 40.000 50.000 50.000 50.000 50.000
5 (m/20)*(18 - n) -0.060 -0.090 0.195 0.260 0.300 0.320 0.250 0.400 0.450 0.375
6 E (5 * 3) -6.548 -8.871 19.965 22.525 23.886 22.830 17.925 34.297 44.448 47.139
7 Et = Ep - E (3 - 6) 115.678 107.440 82.420 64.111 55.733 48.513 53.774 51.446 54.325 78.565
8 P - Et (1 - 7) 476.322 371.560 -4.420 37.889 -27.733 -32.513 66.226 -37.446 -54.325 -58.565
9 Kemampuan menyerap air 0 0 -4.420 0 -27.733 -32.513 0 -37.446 -54.325 -58.565
10 Lengas Tanah 50,000 50,000 45.580 50,000 22.267 17.487 50,000 12.554 -4.325 -8.565
11 Vol. Air lebih 476.322 371.560 0.000 37.889 0.000 0.000 66.226 0.000 0.000 0.000
12 Infiltrasi, I (11 * i) 119.081 92.890 0.000 9.472 0.000 0.000 16.556 0.000 0.000 0.000
13 0,5 * (1 + k) * I 83.356 65.023 0.000 6.631 0.000 0.000 11.589 0.000 0.000 0.000
14 k *Vn - 1 20.000 41.343 42.546 17.018 9.460 3.784 1.514 5.241 2.096 0.839
15 V. Tampungan (13 + 14) 103.356 106.365 42.546 23.649 9.460 3.784 13.103 5.241 2.096 0.839
16 dVn = Vn - Vn -1 53.356 3.009 -63.819 -18.897 -14.189 -5.676 9.319 -7.862 -3.145 -1.258
17 Aliran dasar (12 - 16) 65.724 89.881 63.819 28.369 14.189 5.676 7.237 7.862 3.145 1.258
18 Aliran permk. (11 - 12) 357.242 278.670 0.000 28.417 0.000 0.000 49.669 0.000 0.000 0.000
19 Aliran Sungai (17 + 18) 422.966 368.551 63.819 56.786 14.189 5.676 56.906 7.862 3.145 1.258
20 Debit, Q (m^3/detik) 0.336 0.293 0.051 0.045 0.011 0.005 0.045 0.006 0.002 0.001
21 V. aliran (m^3/bln) 900,071.13 784,275.61 135,807.46 120,841.22 30,195.15 12,078.06 121,096.88 16,729.94 6,691.97 2,676.79
Sumber: hasil perhitungan
Keterangan: Koefisien infiltrasi, i : 0.25
Faktor resesi aliran tanah, k : 0.4
Tampungan air tanah permulaan, IS : 50
Kelembaban air tanah, SMC : 50 mm
Luas Daerah Aliran Sungai, CA : 2.128 km2
Volume Aliran Total : 3006510.835 m^3/tahun
Prosedur Analisa :
1. kolom (1 ) s/d ( 4 ) data diketahui
2. kolom (5) ; dihitung dengan memasukkan angka ke rumus tersedia
3. kolom (6) ; kolom (5) x (3)
4. kolom (7) ; kolom (3) – (6)
5. kolom (8) ; kolom (1) – (7)
6. kolom (9) ; jika nilai (8)>0 maka nilinya 0,jika < 0 maka nilainya = (8)
7. kolom (10); jika nilai (8)>0 maka nilainya 50, jika < 0 nilainya (8) + 50
8. kolom (11) ; jika nilai (8) > 0 maka nilainya = (8), jika < 0 nilainya 0
9. kolom (12) ; kolom (11) x koefisien infiltrasi
10. kolom (13) ; masukan ke rumusnya
11. kolom (14) ; untuk bulan januari k*50 (50 adalah Initial storage)
12. kolom (14) ; untuk bulan februari = k*(15) januari, identik untuk seterusnya
13. kolom (15) ; kolom (13) + (14)
14. kolom (16) ; untuk bln januari =(15)-50 (50 adalah initial storage)
15. kolom (16) ; untuk bln februari = (15) februari – (15) januari, identik untuk seterusnya
16. kolom (17), (18), (19) ; masukkan nilainya sesuai dengan di tabel
17. kolom (20) ; konversi satuan dari mm pada (19) menjadi m3/det
18. kolom (21) ; konversi satuan dari m3/det pada (20) menjadi m3/bulan
Selanjutnya dengan prosedur analisa seperti perhitungan dalam tabel di atas, maka besarnya
debit aliran yang dihitung dengan F.J.Mock dari 20 tahun data hujan pada sungai Tukad
Batu-Lantang Besakih diperoleh seperti ditunjukkan dalam tabel 4.2. berikut ;
Tabel 4.2.
Rekapitulasi Debit Aliran Sungai Tukad Batu Lantang - Besakih
Dengan Metode analisa F.J Mock
Debit (m^3/det)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des Total
1986 0.3234 0.4398 0.5423 0.1192 0.0391 0.0254 0.0317 0.0061 0.0076 0.0016 0.0739 0.0799 1.6900
1987 0.1645 0.2667 0.0249 0.0238 0.0725 0.0505 0.0238 0.0238 0.0238 0.0345 0.1649 0.5190 1.3928
1988 0.1175 0.3197 0.1344 0.0261 0.0651 0.0238 0.0366 0.1067 0.0887 0.0238 0.0971 0.1021 1.1415
1989 0.1885 0.2300 0.1927 0.0566 0.0478 0.0936 0.0341 0.0944 0.0238 0.0373 0.0423 0.3190 1.3600
1990 0.2346 0.0948 0.1437 0.0449 0.0292 0.0238 0.0238 0.0238 0.0238 0.0238 0.0238 0.1750 0.8652
1991 0.1595 0.1073 0.0238 0.0238 0.0238 0.0238 0.0461 0.0238 0.0238 0.0238 0.2181 0.0792 0.7771
1992 0.0759 0.0957 0.1550 0.0590 0.0141 0.0057 0.0023 0.0009 0.0004 0.0765 0.3922 0.3328 1.2105
1993 0.3760 0.1630 0.0466 0.0156 0.0063 0.0490 0.0178 0.0272 0.0046 0.1377 0.0639 0.1745 1.0822
1994 0.3623 0.2295 0.4870 0.1687 0.1485 0.0303 0.0153 0.0052 0.0021 0.0008 0.0216 0.1654 1.6367
1995 0.3719 0.3478 0.4122 0.1880 0.0646 0.0387 0.0224 0.0057 0.0023 0.2381 0.2475 0.2930 2.2322
1996 0.3042 0.4503 0.2206 0.1134 0.0541 0.0158 0.0547 0.0633 0.0104 0.2340 0.2191 0.2783 2.0182
1997 0.3360 0.2928 0.0507 0.0451 0.0113 0.0045 0.0452 0.0062 0.0025 0.0010 0.1701 0.1569 1.1225
1998 0.3456 0.3683 0.2708 0.1223 0.0925 0.0273 0.0883 0.0484 0.1986 0.1213 0.2554 0.2759 2.2149
1999 0.4416 0.4295 0.2829 0.3755 0.0629 0.0252 0.0148 0.0046 0.0019 0.4004 0.3186 0.3340 2.6920
2000 0.2742 0.3918 0.5063 0.5180 0.5256 0.2927 0.1131 0.0313 0.0125 0.0356 0.9296 0.5303 4.1610
2001 0.5436 0.2574 0.3957 0.1814 0.0408 0.2476 0.0716 0.0189 0.0527 0.0914 0.1152 0.5122 2.5284
2002 0.5929 0.5587 0.5323 0.1849 0.0230 0.0230 0.0230 0.0384 0.1103 0.0230 0.1229 0.4746 2.7068
2003 0.5462 0.5736 0.0230 0.0230 0.0230 0.0616 0.1163 0.0276 0.0230 0.0230 0.3285 0.8921 2.6606
2004 0.6546 0.7516 0.5803 0.0744 0.3468 0.0230 0.0230 0.0230 0.0230 0.0738 0.2443 0.7179 3.5357
2005 0.0230 0.4974 0.3805 0.0230 0.0230 0.0230 0.2305 0.1698 0.1700 0.0230 0.3546 0.4403 2.3579
Besarnya debit yang dapat diandalkan dari alih ragam hujan-aliran diatas dilakukan dengan
menetapkan nilai probabilitas untuk masing-masing data tahunannya, dengan mengurutkan
data dari besar ke kecil dan menghitung probabilitasnya dengan persamaan Weibull,
m
P 100 kemudian ditetapkan keandalan yang diinginkan (misalnya 90 %, 85 %, 80 %
n 1
dst) lalu cek tahun yang bersesuaian dengan keandalan yang ditetapkan. Dari analisa dalam
tabel berikut untuk keandalan 90 % maka bersesuaian dengan Tahun 1990, untuk keandalan
80 % bersesuaian dengan data debit Tahun 1997 dan seterusnya. Lalu untuk mengetahui
debit bulanan yang diandalkan maka besarnya dapat dilihat pada data debit bulanan hasil
perhitungan F.J. Mock untuk tahun yang dimaksud, seperti ditunjukkan pada tabel 5.2.
Tabel 5.1.
Debit Aliran Sungai Batu Lantang Besakih
Dengan Probabiltas Keandalannya
Tabel 5.2.
Debit Aliran Sungai Tukad Batu lantang Besakih
Dengan Keandalan 80 %, 85%, 90%
CATATAN :
Karena banyaknya parameter empiris yang digunakan dalam alih ragam hujan ke debit,
maka sebelum data hasil analisis alih ragam hujan-aliran dipergunakan, sebaiknya dilakukan
kalibrasi terhadap data debit yang pernah ada, untuk dapat melakukan koreksi terhadap
beberapa parameter yang digunakan sehingga hasil analisis alih ragam dapat mendekati pola
debit yang terjadi sesunguhnya.