Anda di halaman 1dari 12

BAB VII

INFILTRASI DAN AIR TANAH

Tujuan Pembelajaran Umum :

1. Mahasiswa mengerti proses kerjadian infiltrasi, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


perjalanan infiltrasi.
2. Mahasiswa memahami kegunaan dari fenomena infiltrasi bagi konservasi airtanah dan
mencegah timbulnya bencana tanah longsor.
3. Mahasiswa mengenali berbagai jenis akifer pada statigrafi kulit bumi, untuk dapat
dimanfaatkan bagi hajat hidup manusia.

Tujuan Pembelajaran Khusus :

1. Mahasiswa mengerti proses kerjadian infiltrasi, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


perjalanan infiltrasi sebagai recharger airtanah menjadi cadangan airtanah di musim
kemarau.
2. Mahasiswa memahami kegunaan dari fenomena infiltrasi bagi konservasi airtanah dan
mencegah timbulnya bencana tanah longsor.
3. Mahasiswa mengenali berbagai jenis akifer pada statigrafi kulit bumi, dan parameter-
parameter akifer, serta mampu memanfaatkan akifer bagi hajat hidup manusia, melalui
teknologi pemompaan airtanah.
4. Mahasiswa mampu menghitung debit pemompaan airtanah, bila diketahui nilai-nilai
parameter akifernya serta karakteristik sumurnya.

Infiltrasi adalah proses masuknya air hujan kedalam lapisan permukaan tanah dan turun
ke permukaan airtanah. Mula-mula diserap (absorbsi) oleh lapisan tanah sehingga
kelembabannya meningkat, selebihnya turun kepermukaan airtanah dan mengalir
kesamping. Berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah hujan, setelah mencapai
limitnya akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbsi maksimum setiap
jenis tanah.

Hidrologi Rekayasa VII -1


7.1 Proses Infiltrasi

Laju Infiltrasi adalah kecepatan infiltrasi yang berubah-ubah sesuai dengan variasi
intensitas curah hujan, kelembaban tanah dan kandungan udara dalam tanah. Kapasitas
Infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum yang terjadi pada suatu kondisi tertentu, yang
berbeda-beda menurut jenis dan kondisi tanah. Pada jenis tanah yang sama berbeda-
beda tergantung dari kondisi muka tanah, struktur tanah, vegetasi, suhu dan lain-lain.

7.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi.


 Dalamnya genangan di atas muka tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
 Kelembaban tanah.
 Pemampatan (pukulan) oleh curah hujan.
 Penyumbatan oleh bahan-bahan yang halus.
 Pemampatan oleh orang dan hewan.
 Struktur dan tekstur tanah.
 Tumbuh-tumbuhan.
 Kandungan udara dalam tanah dll.

7.1.2 Kepentingan Praktis Infiltrasi.


 Pengurangan banjir.
 Pengurangan erosi tanah.
 Penyediaan air bagi tanaman/vegetasi.
 Pengisian (kembali) reservoir airtanah.
 Cadangan aliran sungai pada musim kemarau.

7.1.3 Penentuan Kapasitas Infiltrasi.

Secara umum, dua cara :


 Alat ukur infiltrasi
 Analisis hidrograf.

Hidrologi Rekayasa VII -2


7.2 Air Tanah

Airtanah adalah semua air yang terdapat dibawah permukaan tanah, dan berada didalam
ruang antar butir atau rekahan-rekahan serta celah-celah batuan, pada zona jenuh air.
Keberadaan serta potensi airtanah sangat tergantung dari sifat lapisan pembawa air yang
disebut akifer, yaitu suatu lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa,
sehingga mempunyai rongga baik antar butir maupun rekahan yang dapat diisi oleh air,
serta mempunyai kemampuan untuk meluluskan atau meneruskan air dalam jumlah yang
memadai dibawah kondisi lapangan.

7.2.1 Lapisan Pembawa Air

Berdasarkan sifat batuan dalam menghantarkan air, maka lapisan pembawa air dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu akifer, akitar dan akiklud.

Akifer adalah lapisan pembawa air yang komponen aliran vertikalnya sangat kecil bila
dibandingkan dengan komponen aliran horizontal. Oleh karena itu aliran airtanah didalam
akifer dianggap berarah horizontal. Jenis batuan yang dapat bertindak sebagai akifer,
umumnya adalah pasir dan kerikil lepas, batupasir, batugamping, batuan vulkanik dan
batuan kristalin yang banyak retakannya.

Akitar adalah lapisan pembawa air yang komponen aliran horizontalnya sangat kecil bila
dibandingkan dengan komponen aliran vertikal, sehingga komponen aliran horizontal
dapat diabaikan. Oleh karena itu aliran airtanah didalam akitar dianggap berarah vertikal.
Batuan yang umumnya dapat bertindak sebagai akitar adalah lempung, serpih, lanau dan
geluh.

Akiklud adalah lapisan pembawa air yang komponen aliran vertikal maupun horizontalnya
sangat kecil, sehingga keduanya dapat diabaikan. Oleh karena itu didalam akiklud
dianggap tidak ada aliran airtanah, atau disebut juga sebagai lapisan kedap air. Jenis
batuan yang termasuk jenis akiklud ini antara lain adalah lignit, batulempung.

Hidrologi Rekayasa VII -3


7.2.2 Jenis Akifer
Secara umum lapisan akifer dapat dibedakan menjadi empat macam utama, yaitu akifer
bebas (unconfined aquifer), akifer tertekan (confined aquifer), akifer semi tertekan (semi-
confined = leakage aquifer) dan akifer menggantung ( perched aquifer ).
 Akifer bebas adalah adalah lapisan lulus air yang hanya bagian bawahnya saja yang
jenuh air dengan batas atasnya adalah muka airtanah bebas dan biasanya terletak
diatas lapisan kedap air. Tekanan airtanah pada akifer bebas ini sama dengan tekanan
atmosfer.

 Akifer tertekan adalah lapisan akifer yang seluruhnya jenuh air dan diapit oleh dua
lapisan kedap air. Tekanan airtanah ini biasanya lebih besar dari tekanan atmosfer,
sehingga tekanan pizometriknya lebih tinggi dari muka air dalam lapisan akifernya,
bahkan kadang-kadang bisa mencapai lebih tinggi dari muka tanah setempat yang
disebut air artesis.

 Akifer semi tertekan, adalah akifer yang seluruhnya bersifat jenuh air, terletak diatas
lapisan kedap air atau lapisan semi lulus air, sedangkan bagian atasnya ditutupi oleh
lapisan akitar. Bila airtanah pada lapisan ini dipompa, maka akan terjadi aliran vertikal
dari lapisan semi lulus air yang ada diatasnya menuju ke lapisan akifer yang dipompa
tersebut.

 Akifer menggantung atau akifer tumpang adalah akifer yang mempunyai massa
airtanah yang terpisah dari massa airtanah induk oleh suatu lapisan yang relatif kedap
air, tidak begitu luas dan terletak diatas zona jenuh air.

Berdasarkan media pengaliran airtanah, akifer digolongkan menjadi tiga, yaitu :

 Akifer Antar Butir, airtanah mengalir melalui rongga yang terdapat antara butiran
tanah.
 Akifer Rekahan, airtanah mengalir melalui rongga yang diakibatkan oleh retakan atau
pecahan batuan.
 Akifer Karst, airtanah mengalir melalui rongga yang diakibatkan oleh pelarutan batuan.

Hidrologi Rekayasa VII -4


7.3 Parameter Akifer.

7.3.1 Porositas

Porositas tanah adalah perbandingan antara volume pori dengan volume total tanah.

Vv
n dimana : n = porositas.
V
Vv = volume pori.
V = volume total tanah.
Berdasarkan pembentukannya, Porositas dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

 Porositas Asli ( Primer ), adalah porositas yang terjadi oleh adanya rongga antar
butir, terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan, dipengaruhi oleh kepadatan,
sementasi, bentuk butir, ukuran butir, susunan dan sortasi butiran.
 Porositas Tidak Asli ( Sekunder ), adalah porositas yang terbentuk oleh rekahan,
pecahan dan atau pelarutan batuan, terbentuk setelah pembentukan batuan oleh
adanya gaya-gaya fisika dan kimia dalam proses geologi.

7.3.2 Specific Yield & Specific Retention.

 Specific Yield, adalah perbandingan volume air yang dapat keluar dari lapisan tanah
(batuan) yang jenuh dengan volume total tanah.

Wy
Sy  x 100 %
V

 Specific Retention, adalah perbandingan antara volume air yang tertahan (tidak dapat
lepas) setelah dilakukan pemompaan, dalam lapisan tanah jenuh dengan volime total
tanah.

Wr
Sr  x 100 %
V

 Jadi : n = Sy + Sr.

Hidrologi Rekayasa VII -5


7.3.3 Konduktivitas Hidrolik ( K ).

Konduktivitas hidrolik atau koefisien permeabilitas, adalah kemampuan suatu lapisan


tanah untuk melewatkan sejumlah air yang mengalir per satuan waktu persatuan luas
dibawah satu satuan landaian hidrolik . Koefisien permeabilitas di beri simbol K (m/dt
atau m/hari).

Koefisien permeabilitas dapat dibedakan menjadi koefisien permeabilitas lapangan (K f )


dan koefisien permeabilitas laboratorium atau standar ( K s ).

7.3.4 Transmissivitas ( T )

Transmissivitas atau keterusan adalah jumlah air yang mengalir melalui bidang vertikal
setebal akifer persatuan lebar. Bila dihubungkan dengan harga K, maka dapat ditulis ;

T = K * b , m2/dt atau m2/hari.

dimana T = transmissivitas.
K = koefisien permeabilitas.
b = tebal akifer.

7.3.5 Koefisien Simpanan

Koefisien Simpanan ( storage coefficient ) didefinisikan sebagai volume air yang dapat
disimpan atau dilepaskan persatuan luas permukaan akifer per satuan perubahan head
pada permukaan tersebut. Untuk nilai perkiraan besarnya koefisien penyimpanan dapat
ditaksir dengan persamaan

S = 3 * 10-6 b

dimana ; S = koefisien simpanan.


b = ketebalan zona saturasi akifer ( m ).

Hidrologi Rekayasa VII -6


Tabel 7.1 - Porositas Pada Batuan Sedimen ( Todd, 1980 ).
Material Porositas ( % )

Lempung 45 - 55
Lanau 40 - 50
Pasir sedang dan kasar. 35 - 40
Pasir seragam 30 - 40
Pasir halus dan sedang. 30 - 35
Kerikil 30 - 40
Kerikil dan pasir 20 - 35
Batu pasir 10 - 20
Serpih ( Shale ). 1 - 10
Batu gamping. 1 - 10

Tabel 7.2 - Specifik Yield berbagai jenis batuan ( Walton 1970 )


Material Sy ( % )

Lempung 1 - 10
Pasir 10 - 30
Kerikil 15 - 30
Pasir dan Kerikil 15 - 25
Batu pasir 5 - 15
Serpih ( Shale ). 0,5 - 5
Batu gamping. 0,5 - 5

Tabel 7.3 - Konduktivitas hidrolis berbagai jenis batuan.


Material Konduktivitas Hidrolis ( m/hari)

Lempung sangat kompak. 10-10 - 10-5


Lempung tak termampatkan. 10-7 - 10-3
Lempung pasiran. 10-3 - 100
Pasir halus kelanauan. 10-1 - 100
Pasir halus - sedang. 5 - 30
Pasir sedang - kasar. 20 - 70
Pasir kasar. 50 - 200
Kerikil 100 - 5 000

Namun nilai koefisien penyimpanan ini dapat dicari melalui uji pemompaan dan dapat
ditunjukkan dengan besarnya T yang dihitung berdasarkan persamaan Cooper - Jacob,
sebagai berikut ;

Hidrologi Rekayasa VII -7


2,25 T t
S 2
rw

dimana : S = koefisien penyimpanan.


T = Transmissivitas , m 2/dt.
t = waktu, detik.
rw = jari-jari efektif sumur.

7.4 Aliran Air Tanah dan Debit Sumur

7.4.1 Well Loss


Penurunan air tanah yang terjadi pada sumur pemompaan bukan hanya karena
kehilangan tinggi tekan di akifer akibat mengalirnya air tanah ke sumur pompa ( s ), tetapi
juga akibat penyadapan sebagian ( s 0 ), penurunan akibat aliran turbulen dari airtanah
melalui saringan, pipa dan pompanya sendiri ( s wl ), akibat pengeringan sebagian kecil
akifer atau dewatering (sd), pembatas-pembatas alami yang ada di akifer ( s b ) dan akibat
pengisian kembali kedalam akifer ( s r ). Maka penurunan total yang ada dadalam sumur
pemompaan, adalah ;

stot = s + swl + s0 + sd + sb -sr ( 4.6 ).

Well loss menyatakan karakteristik dari sumur pemompaan, baik penyadapan, gravel
packnya, lubang sumur maupun pompanya. Karena well loss berhubungan dengan
adanya aliran turbulen sehingga dapat dinyatakan sebanding dengan pangkat n dari debit
pompa (Q).
swl = C Qn ( 4.7 ).
dimana ; swl = well loss
C = konstanta well loss.
Q = debit pompa.
Jacob (1950) mengasumsikan bahwa n = 2 , tapi Rorabaugh (1953) menyatakan n tidak
selalu sama denga 2 dan harus dihitung dari uji pemompaan berkala. C adalah konstanta
well loss yang tergantung dari jari-jari, konstruksi dan kondisi sumur pompa.

Hidrologi Rekayasa VII -8


Dengan memperhatikam 3 suku pertama dari persamaan ( 4.6 ), maka penurunan airtanah
yang terjadi adalah ;
swt = sw + swl + s0
swt = B Q + C Qwn ( 4.8 ).

Untuk mendapatkan harga B, C dan n harus dilakukan uji pemompaan berkala. Hasil
pengamatan diplot pada kertas grafik dengan waktu sebagai sb. X dan Sw sebagai sb. Y.

Menurut Hantushh (1964), untuk menentukan harga B dan C untuk n = 2, langkah-


langkahnya adalah sebagai berikut, lihat gambar 4.1
 Plot Qw terhadap Sw/Qw pada kertas grafik skala linier dan tariklah garis lurus yang
paling baik (yang melalui/mendekati semua titik yang ada).
 Harga C adalah kemiringan dari garis lurus tersebut.
 Harga B adalah titik potong antara garis lurus tersebut dengan sumbu Sw/Qw

sw/ Qw

B
Qw
Gambar 6.1 - Cara untuk mendapatkan B dan C (Hantush)

untuk n = 2, maka persamaan ( 4.8 ) menjadi.


swt = BQw + CQw2
Bila kedua ruas dibagi denga Qw maka diperoleh ;
swt
------ = B + CQw2
Qw
Persamaan di atas adalah persamaan garis lurus dengan C sebagai kemiringan dari garis
lurus tersebut dan B adalah harga Sw/Qw untuk Qw = 0.

Hidrologi Rekayasa VII -9


7.4.2 Efisiensi Sumur.
Efisiensi sumur pompa adalah perbandingan antara kapasitas khas yang didapat dari hasil
uji dilapangan (Qw/Sw) dengan kapasitas khas secara teoritis (Qw/BQw) .
Qw/Sw
Ew = --------------- x 100 % atau
Qw/BQw

B Qw
Ew = --------- x 100 % ( 4.11 ).
Sw

7.4.3 Debit Optimum Sumur Pompa


Debit maksimum yang diperoleh dari sumur pompa tergantung dari penurunan maksimum
yang dapat terjadi pada sumur tersebut. Hal ini dapat terlihat dari persamaan 4.8 diatas.
Ini berarti untuk setiap sumur pemompaan akan mempunyai penurunan maksimum yang
diperbolehkan yang tergantung pada kapasitas pompa, letak penempatan dari pompa itu
sendiri. Untuk mendapatkan debit optimum dan penurunan optimum dari suatu sumur
pompa Seichardt memberikan cara grafis sebagai berikut
Sw

Sw mak

sw opt.

Qw opt. Qw mak. Qw

Cara Menentukan Debit Optimum.

Hidrologi Rekayasa VII -10


Drainase
Tujuan :  Pengeringan
 Stabilitas tanah

 Drainase Permukaan

Dibedakan antara :  Lokal


 Kawasan
 Regional

Rumus Umum ( Rumus Rasional )


Q = k.c.I.A
dimana Q= debit, m3/dt.
k = Konstanta konversi
c = koefisien pengaliran, tergantung dari keadaan topografi dan penutupnya,
untuk penyederhanaan dianggap tetap ( rata-rata).
I = Intensitas curah hujan.
A= Luas daerah pengaliran.

Koefisien Pengaliran ( kp )
Kondisi Daerah Pengaliran (DAS) Harga kp
Daerah pegunungan yang curam. 0,75 - 0,90
Daerah pegunungan tersier. 0,70 - 0,80
Tanah bergelombang dan hutan 0,50 - 0,75
Tanah dataran yang ditanami 0,45 - 0,60
Persawahan yang diairi 0,70 - 0,80
Sungai di daerah pegunungan 0,75 - 0,85
Sungai kecil di dataran 0,45 - 0,75
Sungai besar yang lebih dari separoh DAS nya terdiri dari dataran 0,50 - 0,75

Daerah Kecil
Debit banjir Q = k.c.I.A

Daerah Besar ( Kawasan ) > 80 ha.


Q = k . c . cs . I . A
dimana : cs = koefisien penampungan.
Untuk Q dalam m3/dt, I dalam mm/jam dan A dalam ha  k = 0,00278

Hidrologi Rekayasa VII -11


Koefisien Pengaliran ( c )
Kondisi Topografi Harga c
Daerah perumahan
 tidak begitu rapat ( s.d 20 rumah / ha ) 0,25 - 0,40
 kerapatan sedang ( 20 - 60 rumah / ha ) 0,40 - 0,70
 sangat rapat ( > 60 rumah / ha ) 0,70 - 0,80
Taman dan daerah terbuka 0,20 - 0,30
Daerah industri 0,80 - 0,90
Daerah perniagaan 0,90 - 0,95

Koefisien penampungan ( cs )

2t c
cs 
2t c  t d

tc = t0 + td

di mana tc = waktu konsentrasi


t0 = waktu konsentrasi di permukaan tanah
td = waktu konsentrasi di dalam saluran

Intensitas curah hujan ( I ) diambil periode ulang 2 sampai 5 tahun

Nilai td, tergantung dari kemiringan dasar saluran / sungai.

Kemiringan Rata-Rata Dasar Saluran Kecepatan Rata- Rata


(%) ( m /dt )
<1 0,4
1-2 0,6
2-4 0,9
4-6 1,2
6 - 10 1,5
10 - 15 2,4

 Drainase Bawah Tanah (Dewatering)


………………………… Silakan membaca Perencanaan Sistem Drainase Jalan Pd. T-
2006B dan Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-3424–1994.

Hidrologi Rekayasa VII -12

Anda mungkin juga menyukai