Bab IV
A
4.1.
NALISA HIDROLOGI
Analisa Curah Hujan
Data yang digunakan adalah data curah hujan selama 10 tahun (tahun
2002-2011) dalam bentuk data hujan harian.
Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2002 63 5 47 127 105 41 78 73 75 80 91 41
2003 119 36 70 49 64 56 45 50 62 100 57 78
2004 78 60 68 23 63 32 140 33 100 98 227 102
2005 50 55 51 55 63 71 65 45 75 48 77 50
2006 50 20 43 50 36 50 65 115 50 49 64 48
2007 50 53 50 55 63 110 110 112 54 50 50 50
2008 50 50 67 118 21 29 27 50 57 20 31 50
2009 50 69 47 70 50 63 34 64 35 56 35 58
2010 51 38 39 27 25 75 65 25 18 54 63 59
2011 40 39 25 40 30 60 20 62 65 60 60 70
MAX 119 69 70 127 105 110 140 115 100 100 227 102
Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2002 127
2003 119
2004 227
2005 77
2006 115
2007 112
2008 118
2009 70
2010 75
2011 70
Sx=
( XiX )2
(n1)
2
Yt Yn (XiX )
Xt = X +
Sn (n1)
Dimana :
Xt = Curah hujan yang diharapkan terjadi T tahun
T = Return period
X = Harga pengamatan rata-rata arithmatic
K = Frequency factor
Sx = Standar deviasi
Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean
Sn = Reduced standard deviation
Xi = Harga besaran pada pengamatan tertentu
N = banyaknya pengamatan
n Yn Sn
0,495 0,949
10 2 6
0,499 0,967
11 6 6
0,503 0,983
12 5 3
0,507 0,997
13 0 1
0,510 1,009
14 0 5
0,512 1,020
15 8 6
0,515 1,031
16 7 6
0,518 1,041
17 1 1
0,520 1,049
18 2 3
0,522 1,056
19 0 5
0,522 1,062
20 5 8
0,525 1,069
21 2 6
Tabel IV.3. Nilai Yn dan Sn
[
Ytr= 0,834+2,3031 log
T
Tr ]
1
Period Curah
Koefisi
e Hujan Standa
en Xt = Xi
T Yt Ulang Rata-rata r
Faktor + K.Sx
(Tahun Maksimu Deviasi
(K)
) m (mm)
-
0,3 0,1355 46,733 104,66
2 665 R2 111 3 29 62
1,4 1,0580 46,733 160,44
5 999 R5 111 24 29 5
2,2 1,8481 46,733
10 502 R10 111 47 29 197,37
3,1 2,8467 46,733 244,03
25 985 R25 111 78 29 93
3,9 3,5875 46,733 278,65
50 019 R50 111 11 29 62
4,6 4,3227 46,733 313,01
100 001 R100 111 67 29 71
Bentuk kumulatif dari distribusi Log Pearson III dengan nilai variat X apabila
digambarkan pada kertas probabilitas logaritmatik akan membentuk
persamaan garis lurus. Persamaan tersebut mempunyai bentuk berikut :
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 7|BAB IV
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
yt = yi + Kj.sy (7)
dengan :
1. Data debit banjir / curah hujan maksimum tahunan disusun dalam tabel.
Tabel IV.6 Curah Hujan dengan Analisis Frekuensi Log Pearson III
yn= ln
Tahun p p x- xi (x- xi)2 (x- xi)3
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
127,0
2002 0 4,844 0,20 0,040 0,008
119,0
2003 0 4,779 0,13 0,018 0,002
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 8|BAB IV
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
227,0
2004 0 5,425 0,78 0,609 0,476
2005 77,00 4,344 -0,30 0,090 -0,027
115,0
2006 0 4,745 0,10 0,010 0,001
112,0
2007 0 4,719 0,07 0,006 0,000
118,0
2008 0 4,771 0,13 0,016 0,002
2009 70,00 4,249 -0,40 0,156 -0,062
2010 75,00 4,318 -0,33 0,106 -0,035
2011 70,00 4,249 -0,40 0,156 -0,062
Sumber : Hasil Perhitungan
Maka dapat dihitung besaran intensitas hujan rencana dengan periode ulang
tertentu seperti dalam tabel berikut
Tabel IV.9 Curah Hujan dengan periode ulang tertentu Metode Log
Pearson III
Periode Ulang Nilai KT untuk
Yj Xj
(Tahun) Cs =0,859
2 -0,141 4,592 98,962
5 0,774 4,928 138,103
10 1,338 5,135 169,864
25 2,008 5,380 217,022
Sumber : Hasil Perhitungan
R24 24 2
It = ( )
24 t
3
(8)
Dimana :
I = Intensitas curah hujan untuk lama hujan t (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm) yang sesuai dengan periode ulang tertentu (Xj)
450
400
350
300
250
Intensitas Hujan (mm/jam)
200
150
100
50
0
5 10 15 30 45 60 120 180 240 300
A1, A2, A3 . = Luas daerah pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi
permukaan
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan yang jatuh di
titik terjauh di Cathment Area untuk sampai pada pada titik tinjau.
Langkah perhitungan debit banjir maksimum dapat dilihat pada gambar
berikut:
Q = 0,278.C.Ic.A
bentuk trapesium
bentuk empat persegi panjang
bentuk lingkaran, parabol dan bulat telur.
bentuk tersusun
Bentuk trapesium
Saluran drainase dengan bentuk tampang trapesium pada umumnya
adalah saluran dari tanah. Tapi dimungkinkan juga bentuk ini dari
pasangan batu. Saluran ini membutuhkan ruang yang cukup dan berfungsi
untuk pengaliran air hujan, air buangan rumah tangga maupun air irigasi.
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 21 | B A B I V
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Bentuk empat persegi panjang
Saluran drainase dengan bentuk tampang empat persegi panjang tidak
banyak membutuhkan ruang. Sebagai konsekuensi dari saluran bentuk ini
adalah bahwa saluran ini sebaiknya dari pasangan batu atau konstruksi
beton. Bentuk saluran demikian berfungsi sebagai saluran air hujan, air
buangan rumah tangga, maupun air irigasi.
Bentuk tersusun
Saluran drainase dengan bentuk tersusun dapat berupa bangunan dari
tanah maupun dari pasangan batu. Tampang saluran yang bawah
berfungsi mengalirkan air rumah tangga pada kondisi tidak ada hujan,
apabila terjadi hujan maka kelebihan air dapat ditampung pada saluran
bagian atas. Tampang saluran ini membutuhkan ruang yang cukup dan
dapat digunakan untuk saluran air hujan, saluran air rumah tangga
ataupun saluran irigasi.
Jenis material
Lapisan tanah dasar dan tanah dinding saluran drainase dapat menjadi
erosi bila saluran dibuat dari beton, pasangan batu kali, batu merah, aspal,
kayu, besi cor, baja, plastik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk
kondisi saluran drainase perkotaan yang cenderung menggunakan bentuk
tampang segi empat, alternatif pemilihan material yang sesuai dengan
kondisi tanah dan lingkungan sekitar, akan menjadi bahan pertimbangan
yang penting dalam menyusun rencana biaya pembangunan. Pilihan
material ini akan sangat ditentukan oleh faktor harga, kecukupan bahan
serta cara konstruksi yang akan dipakai.
Kondisi
Type saluran
Baik Cukup Buruk
Saluran buatan :
Saluran tanah, lurus beraturan 0.020 0.023 0.025
Saluran tanah, digali biasanya 0.028 0.030 0.025
Saluran batuan, tidak lurus dan tidak beraturan 0.040 0.045 0.045
Saluran batuan, lurus beraturan 0.030 0.035 0.035
Saluran batuan, vegetasi pada sisinya 0.030 0.035 0.040
Dasar tanah, sisi batuan koral 0.030 0.030 0.040
Saluran batuan berliku-liku kecepatan rendah 0.025 0.028 0.030
Saluran alam :
Bersih, lurus, tetap tanpa pasir dan tanpa celah 0.028 0.030 0.033
Berliku, bersih, berpasir dan berlubang 0.035 0.040 0.045
Berliku, bersih, berpasir, dangkal, tidak beraturan 0.045 0.050 0.065
Aliran lambat, banyak tanaman dan lubang dalam 0.060 0.070 0.080
Tumbuhan tinggi dan padat 0.100 0.125 0.150
Saluran dilapisi :
Batu kosong tanpa adukan semen 0.030 0.033 0.035
Batu kosong dengan adukan semen 0.020 0.025 0.030
Lapisan beton sangat sangat halus 0.011 0.012 0.013
Lapisan beton biasa dengan tulangan baja 0.014 0.014 0.015
Lapisan beton dengan tulangan kayu 0.016 0.016 0.018
Kemiringan saluran
b. Aspek biaya
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/detik)
n = angka kekasaran saluran
R = jari-jari hidrolis saluran (m)
S = kemiringan dasar saluran
Q = debit saluran (m3/detik)
A = luas penampang basah saluran (m2)
a. Inlet Tegak
b. Inlet Datar
c. Grill
d. Manhole
e. Gorong - Gorong
f. Pintu Air
Bangunan pintu air dapat berupa pintu air manual dan pintu
air otomatis, yang berfungsi sebagai penahan air pasang atau
banjir dari sungai.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara jenis bahan yang
baik digunakan dengan kecepatan aliran air berbeda-beda.
I. Saluran Primer I : Dari Simpang Jl. K.H. Ahmad Dahlan ke Sei Bilah
a) Berawal dari bangunan persilangan di Jl. K.H. Ahmad Dahlan menuju
jalan Abdurrahman dan seterusnya menuju jalan Chik di Tiro dan
menurun tajam hingga ke Sei Bilah.
b) Kondisi umum cukup baik
c) Kawasan tangkapan (Catchment Area) seluas 29 Ha, dengan area
tertinggi di Jalan cendana.
d) Untuk mengurangi kecepatan aliran, perlu didesain sistem bertingkat
agar kecepatan aliran di daerah extreme tidak merusak saluran.
II. Saluran Primer II : Dari Simpang Jl. K.H. Ahmad Dahlan ke Aek
Tapa
a) Berawal dari bangunan persilangan di Jl. K.H. Ahmad Dahlan menuju
Gang Durian dan memotong jalan Imam Bonjol menuju Jalan Cokro
dan melewati bekas Pajak Lama, selanjutnya ke Jalan Padi dan
melewati jembatan di Jalan Mesjid hingga masuk ke desa Padang
Bulan dan berakhir di Aek Tapa.
b) Kondisi secara umum masih layak digunakan, namun banyak terjadi
penumpukan-penumpukan sampah di beberapa lokasi, terutama di
gorong-gorong di Jalan Imam Bonjol, persimpangan jalan padi jalan
kartini dan daerah kumuh di jalan mesjid.
c) Perlu direncanakan saluran pengalih menuju Sei Bilah pada
persimpangan Jalan Padi Jalan Kartini diarahkan ke Gang Aman,
III. Saluran Primer III : Dari Lapangan Binaraga menuju Sei Tawar
a) Berawal dari Jalan Binaraga menuju ke Jalan Tanjung, melalui Pajak
Glugur dan berakhir di jalan Sei Tawar.
b) Dimensi saluran sudah tidak memadai untuk mengatasi limpasan.
Dibutuhkan perencanaan DED untuk menambah kapasitas saluran
drainase, terutama di Jalan Nangka, Pajak Glugur dan di Sei Tawar.
c) Kondisi umum saluran sudah banyak terjadi endapan
d) Dibutuhkan perencanaan bangunan air di kawasan Pajak Glugur yang
berfungsi sebagai penguras.
e) Untuk Sei Tawar, dibutuhkan perencanaan DED untuk pembuatan
kolam retensi. Hal ini disebabkan kawasan tersebut termasuk daerah
genangan yang cukup parah akibat konflik saluran dari Binaraga dan
limpasan dari Jalan By pass.