Anda di halaman 1dari 32

Laporan Akhir

Penyusunan Masterplan Drainase


Kota Rantauprapat

Bab IV
A
4.1.
NALISA HIDROLOGI
Analisa Curah Hujan

Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan hujan maksimum rata-rata


kawasan (areal rainfall) yang mewakili suatu DAS/Sub-DAS, dengan
mempertimbangkan besar curah hujan yang terjadi baik pada pos
pengamatan hujan di dalam maupun di sekitar DAS/Sub-DAS yang ditinjau.
Analisis curah hujan dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut :

pemilihan pos hujan yang akan digunakan


penyaringan data dan pengisian data kosong.
penghitungan curah hujan rencana.

Data yang digunakan adalah data curah hujan selama 10 tahun (tahun
2002-2011) dalam bentuk data hujan harian.

Metode yang digunakan untuk perhitungan curah hujan maksimum


tersebut adalah :
1. Gumbel
2. Haspers
3. Log Person III
4. Log Normal 2 Parameter
Stasiun hujan tidak selalu terletak pada aliran sungai, terkadang berada di
luar daerah aliran sungai. Dalam menganalisis curah hujan harian
maksimum.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 1|BAB IV


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

Gambar 4.1. Peta Hidrologi Kabupaten Labuhanbatu

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 2|BAB IV


Laporan Draft Akhir Penyusunan Masterplan Drainase Kota
Rantauprapat

Tabel IV.1. Data Curah Hujan Harian Maximum

Kota Rantauprapat Periode 2002-2011 (mm)

Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2002 63 5 47 127 105 41 78 73 75 80 91 41
2003 119 36 70 49 64 56 45 50 62 100 57 78
2004 78 60 68 23 63 32 140 33 100 98 227 102
2005 50 55 51 55 63 71 65 45 75 48 77 50
2006 50 20 43 50 36 50 65 115 50 49 64 48
2007 50 53 50 55 63 110 110 112 54 50 50 50
2008 50 50 67 118 21 29 27 50 57 20 31 50
2009 50 69 47 70 50 63 34 64 35 56 35 58
2010 51 38 39 27 25 75 65 25 18 54 63 59
2011 40 39 25 40 30 60 20 62 65 60 60 70
MAX 119 69 70 127 105 110 140 115 100 100 227 102

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 3|BAB IV


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Dari tabel IV.1 didapat nilai maksimum untuk masing-masing tahun
pengamatan

Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2002 127
2003 119
2004 227
2005 77
2006 115
2007 112
2008 118
2009 70
2010 75
2011 70

Tabel IV.2. Data Curah Hujan Maximum

Kota Rantauprapat Periode 2002-2011 (mm)

4.2. ANALISA FREKWENSI

Analisis frekuensi adalah analisa untuk memperkirakan harga besaran


hidrologi (variate) yang masa ulangnya panjang, atau digunakan untuk
peramalan dalam arti menentukan peluang terjadinya suatu peristiwa bagi
tujuan perencanaan di masa datang. Variate terbesar yang didapatkan dari
pengamatan hujan dan banjir, biasanya tidak ada sebesar atau lebih besar
dari pada variate yang besarnya diperkirakan sebelumnya. Karena itu suatu
ekstrapolasi secara tepat hanya mungkin jika persamaan matematis dari
lengkungannya diketahui. Analisis frekuensi dilakukan untuk mengetahui
distribusi yang sesuai dengan rentetan data hujan ekstrim yang ada.

Berdasarkan data hidrologi yang berhasil dikumpulkan, dilakukan analisa


curah hujan maksimum, yaitu analisa frekuensi untuk menghasilkan curah
hujan rencana titik dengan periode ulang 5,10, 20, 25 ,50 dan 100 tahun.

Analisa frekuensi yang dilakukan untuk memperkirakan/meramalkan curah


hujan maksimum digunakan Metode:

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 4|BAB IV


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat

4.2.1 Metode Gumbel

Data yang tersedia 10 tahun


Rumus :
Xt = X + K . SX

Yt Yn
K=
Sn
Yt Yn
Xt = X + SX
Sn

Sx=

( XiX )2
(n1)


2
Yt Yn (XiX )
Xt = X +
Sn (n1)
Dimana :
Xt = Curah hujan yang diharapkan terjadi T tahun
T = Return period
X = Harga pengamatan rata-rata arithmatic
K = Frequency factor
Sx = Standar deviasi
Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean
Sn = Reduced standard deviation
Xi = Harga besaran pada pengamatan tertentu
N = banyaknya pengamatan

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 5|BAB IV


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Sn dan Yn tergantung pada jumlah data (n), yang nilainya seperti dalam
tabel berikut :

n Yn Sn
0,495 0,949
10 2 6
0,499 0,967
11 6 6
0,503 0,983
12 5 3
0,507 0,997
13 0 1
0,510 1,009
14 0 5
0,512 1,020
15 8 6
0,515 1,031
16 7 6
0,518 1,041
17 1 1
0,520 1,049
18 2 3
0,522 1,056
19 0 5
0,522 1,062
20 5 8
0,525 1,069
21 2 6
Tabel IV.3. Nilai Yn dan Sn

Persamaan Ytr (reduced variate) merupakan fungsi periode ulang (T) :

[
Ytr= 0,834+2,3031 log
T
Tr ]
1

Periode Reduce Variate


Ulang (T) (Ytr)
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001

Tabel IV.4. Nilai Ytr pada berbagai periode Ulang

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 6|BAB IV


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat

Period Curah
Koefisi
e Hujan Standa
en Xt = Xi
T Yt Ulang Rata-rata r
Faktor + K.Sx
(Tahun Maksimu Deviasi
(K)
) m (mm)
-
0,3 0,1355 46,733 104,66
2 665 R2 111 3 29 62
1,4 1,0580 46,733 160,44
5 999 R5 111 24 29 5
2,2 1,8481 46,733
10 502 R10 111 47 29 197,37
3,1 2,8467 46,733 244,03
25 985 R25 111 78 29 93
3,9 3,5875 46,733 278,65
50 019 R50 111 11 29 62
4,6 4,3227 46,733 313,01
100 001 R100 111 67 29 71

Tabel IV.5. Curah Hujan Rencana Metode Gumbel

4.2.2. Distribusi Log Pearson III

Pearson telah banyak mengembangakan model matematika fungsi distribusi


untuk membuat persamaan empiris dari suatu distribusi. Ada 12 tipe
distribusi Pearson, namun hanya Log Pearson III yang banyak digunakan
dalam hidrologi, terutama dalam analisis maksimum. Bentuk distribusi Log
Perason III merupakan hasil transformasi dari distribusi Pearson III dengan
transformasi variat menjadi nilai logaritma.

Bentuk kumulatif dari distribusi Log Pearson III dengan nilai variat X apabila
digambarkan pada kertas probabilitas logaritmatik akan membentuk
persamaan garis lurus. Persamaan tersebut mempunyai bentuk berikut :
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 7|BAB IV
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
yt = yi + Kj.sy (7)

dengan :

Yt = Nilai logaritmatik dari x dengan periode ulang T

Yi = Nilai rata-rata dari y

sy = deviasi standar dari y

Kt = faktor frekuensi, yang merupakan fungsi dari probabilitas (atau periode


ulang) dan koefisien kemencengan Csy yang diberikan pada table IV.4

Distribusi log Pearson III digunakan apabila parameter statistik Cs dan Ck


mempunyai nilai parameter statistik untuk distribusi yang lain (normal, log
normal, atau Gumbel). Penggunaan metode Log Pearson III dilakukan dengan
langkah-langkah berikut ini :

1. Data debit banjir / curah hujan maksimum tahunan disusun dalam tabel.

2. Hitung nilai logaritma dari data tersebut dengan transformasi y = ln x

3. Hitung nilai rerata yi , deviasi standar sy , koefisien kemencengan Csy dari


nilai logaritma y.

4. Hitung nilai yj untuk berbagai periode ulang yang dikehendaki dengan


persamaan (7).

5. Hitung Xt untuk setiap periode ulang dengan menghitung anti-lognya Xt =


arc ln y

Langkah pertama dalam penyusunan data curah hujan dengan analisis


frekuensi Log Pearson III adalah dengan mengubah nilai curah hujan ke nilai
logaritmanya.

Tabel IV.6 Curah Hujan dengan Analisis Frekuensi Log Pearson III

yn= ln
Tahun p p x- xi (x- xi)2 (x- xi)3
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
127,0
2002 0 4,844 0,20 0,040 0,008
119,0
2003 0 4,779 0,13 0,018 0,002
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 8|BAB IV
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
227,0
2004 0 5,425 0,78 0,609 0,476
2005 77,00 4,344 -0,30 0,090 -0,027
115,0
2006 0 4,745 0,10 0,010 0,001
112,0
2007 0 4,719 0,07 0,006 0,000
118,0
2008 0 4,771 0,13 0,016 0,002
2009 70,00 4,249 -0,40 0,156 -0,062
2010 75,00 4,318 -0,33 0,106 -0,035
2011 70,00 4,249 -0,40 0,156 -0,062
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel IV.7 Nilai KT untuk distribusi Pearson III (kemencengan positif)

Skew Return in period years


coefficie 2 5 10 25 50 100 200
nt Cs or Exceedence probability
Cw 0.50 0.20 0.10 0.04 0.02 0.01 0.005
3.0 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970
2.9 -0.390 0.440 1.195 2.277 3.134 4.013 4.909
2.8 -0.384 0.460 1.210 2.275 3.114 3.973 4.847
2.7 -0.376 0.479 1.224 2.272 3.093 3.932 4.783
2.6 -0.368 0.499 1.239 2.267 3.071 3.889 4.718
2.5 -0.360 0.518 1.254 2.262 3.048 3.845 4.652
2.4 -0.351 0.537 1.269 2.256 3.023 3.800 4.584
2.3 -0.341 0.555 1.284 2.248 2.997 3.753 4.515
2.2 -0.330 0.574 1.299 2.240 2.970 3.705 4.444
2.1 -0.319 0.592 1.314 2.230 2.942 3.656 4.372
2.0 -0.307 0.609 1.329 2.219 2.912 3.605 4.298
1.9 -0.294 0.627 1.344 2.207 2.881 3.553 4.223
1.8 -0.282 0.643 1.359 2.193 2.848 3.499 4.147
1.7 -0.268 0.660 1.374 2.179 2.815 3.444 4.069
1.6 -0.254 0.675 1.389 2.163 2.780 3.388 3.990
1.5 -0.240 0.690 1.404 2.146 2.743 3.330 3.910
1.4 -0.225 0.705 1.419 2.128 2.706 3.271 3.828
1.3 -0.210 0.719 1.434 2.108 2.666 3.211 3.745
1.2 -0.195 0.732 1.449 2.087 2.626 3.149 3.661
1.1 -0.180 0.745 1.464 2.066 2.585 3.087 3.575
1.0 -0.164 0.758 1.479 2.043 2.542 3.022 3.489
0.9 -0.148 0.769 1.494 2.018 2.498 2.957 3.401
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 9|BAB IV
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat

0.8 -0.132 0.780 1.509 1.993 2.453 2.891 3.312


0.7 -0.116 0.790 1.524 1.967 2.407 2.824 3.223
0.6 -0.099 0.800 1.539 1.939 2.359 2.755 3.132
0.5 -0.081 0.808 1.554 1.910 2.311 2.686 3.041
0.4 -0.066 0.816 1.569 1.880 2.261 2.615 2.949
0.3 -0.050 0.824 1.584 1.849 2.211 2.544 2.856
0.2 -0.033 0.830 1.599 1.818 2.159 2.572 2.763
0.1 -0.017 0.836 1.614 1.785 2.107 2.400 2.670
0.0 0.000 0.842 1.629 1.751 2.054 2.326 2.576

Tabel IV.8 Nilai KT untuk distribusi Pearson III (kemencengan negatif)

Skew Return in period years


coefficie 2 5 10 25 50 100 200
nt Cs or Exceedence probability
Cw 0.50 0.20 0.10 0.04 0.02 0.01 0.005
-0.1 0.017 0.846 1.270 0.716 2.000 2.252 2.482
-0.2 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178 2.388
-0.3 0.050 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104 2.294
-0.4 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029 2.201
-0.5 0.081 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955 2.108
-0.6 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 1.016
-0.7 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926
-0.8 0.132 0.856 1.166 1.488 1.606 1.733 1.837
-0.9 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.660 1.749
-1.0 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664
-1.1 0.180 0.848 1.107 1.324 1.435 1.518 1.581
-1.2 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449 1.501
-1.3 0.210 0.838 1.064 1.240 1.324 1.383 1.424
-1.4 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318 1.351
-1.5 0.240 0.825 1.018 1.157 1.217 1.256 1.282
-1.6 0.254 0.817 0.994 1.110 1.166 1.197 1.216
-1.7 0.268 0.808 0.970 1.075 1.116 1.140 1.155
-1.8 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087 1.097
-1.9 0.294 0.788 0.920 0.996 1.023 1.037 1.044
-2.0 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990 0.995
-2.1 0.319 0.765 0.869 0.923 0.939 0.946 0.949
-2.2 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905 0.907

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 10 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat

-2.3 0.341 0.739 0.819 0.855 0.864 0.867 0.869


-2.4 0.351 0.725 0.795 0.823 0.830 0.832 0.833
-2.5 0.360 0.711 0.771 0.793 0.798 0.799 0.800
-2.6 0.368 0.696 0.747 0.764 0.768 0.769 0.769
-2.7 0.376 0.681 0.724 0.738 0.740 0.740 0.741
-2.8 0.384 0.666 0.702 0.712 0.714 0.714 0.714
-2.9 0.390 0.651 0.681 0.683 0.689 0.690 0.690
-3.0 0.396 0.636 0.666 0.666 0.666 0.667 0.667

Dari hasil tabel di atas dan perhitungan, maka didapat :


Yn rata-rata = 4,644
Standar Deviasi s = 0,366
Nilai kemencengan Cs = 0,859

Maka dapat dihitung besaran intensitas hujan rencana dengan periode ulang
tertentu seperti dalam tabel berikut

Tabel IV.9 Curah Hujan dengan periode ulang tertentu Metode Log
Pearson III
Periode Ulang Nilai KT untuk
Yj Xj
(Tahun) Cs =0,859
2 -0,141 4,592 98,962
5 0,774 4,928 138,103
10 1,338 5,135 169,864
25 2,008 5,380 217,022
Sumber : Hasil Perhitungan

4.3. Hujan Rencana


Dalam analisis hujan-aliran untuk memperkirakan debit banijr rencana
diperlukan masukan hujan rencana ke dalam suatu sistem DAS. Hujan
rencana tersebut dapat berupa kedalaman hujan di suatu titik atau hietograf
hujan rencana yang merupakan distribusi hujan sebagai fungsi waktu selama

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 11 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
hujan deras. Perencanaan bangunan air didasarkan pada debit banjir rencana
yang diperoleh dari analisis hijan-aliran tersebut, yang bisa berupa banjir
rencana dengan periode ulang tertentu. Debit banjir rencana dapat dihitung
dari kedalaman hujan titik dalam penggunaan metode rasional untuk
menentukan debit puncak pada perencanaan drainase dan jembatan
(gorong-gorong).

Untuk menghitung kurva IDF (Intensitas-Durasi-Frekuensi) sebagai acuan


analisis hujan rencana, dan dengan data hujan harian maksimum, Mononobe
mengusulkan persamaan berikut ini untuk menurunkan kurva IDF :

R24 24 2
It = ( )
24 t
3

(8)
Dimana :
I = Intensitas curah hujan untuk lama hujan t (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm) yang sesuai dengan periode ulang tertentu (Xj)

Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :


Tabel IV.10 Intensitas Hujan Metode Mononobe
Durasi Periode Ulang (tahun)
(menit) 2 5 10 25
179,3 250,9 308,6 394,3
5 4 5 6 6
112,9 158,0 194,4 248,4
10 7 9 5 3
120,6 148,3 189,5
15 86,22 4 9 9
122,4 156,5
20 71,17 99,59 9 0
45 41,45 58,00 71,34 91,14
60 34,21 47,88 58,89 75,24
120 21,55 30,16 37,10 47,40
180 16,45 23,02 28,31 36,17
240 13,58 19,00 23,37 29,86
300 11,70 16,37 20,14 25,73
Sumber : Hasil Perhitungan

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 12 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat

450

400

350

300

250
Intensitas Hujan (mm/jam)
200

150

100

50

0
5 10 15 30 45 60 120 180 240 300

Durasi Hujan (menit)

Periode Ulang 2 Tahun Periode Ulang 5 Tahun


Periode Ulang 10 Tahun Peiode Ulang 25 Tahun

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 13 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat

Gambar 4.2 Intensitas Hujan Model Mononobe berdasarkan Stasiun Pengamatan


Diperta Rantau Prapat

4.4. Debit Banjir Rencana Berdasarakan Intensitas Hujan

Metoda yang digunakan untuk menghitung besar debit puncak pada


sarana drainase dalam kajian ini adalah Metoda Rasional Praktis (Sumber:
Metode, Spesifikasi dan Tata Cara, Dep. Permukiman dan Prasarana
Wilayah).
Persamaan yang digunakan adalah :
Qp = 0,00278.C.Itc.A (9)
Dengan :
Qp = Besarnya debit puncak rencana
C = Koefisien Pengaliran
Itc = Intensitas hujan (mm/jam) pada waktu konsentrasi (t c)
tc = 0,0915. I0,77.S-0,385
A = Luas Catchment Area tinjauan
Besar debit banjir maximum didalam suatu kawasan tergantung
pada beberapa variabel, antara lain Luas Cathment Area (A), Koefisien
Pengaliran (C) dan besar intensitas hujan yang terjadi pada kawasan
tersebut. Besar intensitas hujan yang digunakan untuk memperoleh debit

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 14 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
banjir maksimum adalah besar intensitas hujan yang terjadi selama waktu
Konsentrasi (tc) di kawasan catchment area.

Besar koefisien pengaliran (c) pada suatu kawasan sangat


tergantung pada type kawasan Cathment area. Bila daerah pengaliran
terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai nilai C yang
berbeda, maka harga C rata-rata ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
C1 . A1 + C2 . A2 + C3 . A3 + .
C= (10)
A1 + A2 + A3 + ..
Dimana :
C1, C2, C3 . = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi
permukaan

A1, A2, A3 . = Luas daerah pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi
permukaan

Tabel IV.11. Harga C berdasarkan type catchment area

Type Daerah Aliran Keterangan Harga C


1 Rerumputan Tanah pasir, datar 2% 0,05 0,10
Tanah pasir, rata-rata 2-7% 0,10 0,15
Tanah pasir, curam 7% 0,15 0,20
Tanah gemuk, datar 2% 0,13 0,17
Tanah gemuk, rata-rata 2-7% 0,18 0,22
Tanah gemuk, curam 7% 0,25 0,35
2 Business Daerah kota lama 0,75 0,95
Daerah kota pinggiran 0,50 0,70
3 Perumahan Daerah single family 0,30 0,50
multi unit terpisah-pisah 0,40 0,60
multi unit tertutup 0,60 0,75
sub-urban 0,25 0,40
Daerah rumah-rumah 0,50 0,70
apartemen
4 Industri Daerah ringan 0,50 0,80

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 15 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Daerah berat 0,60 0,90
5 Pertamanan, kuburan 0,10 0,25
6 Tempat bermain 0,20 0,35
7 Halaman Kereta Api 0,20 0,40
8 Daerah yang tidak 0,10 0,30
dikerjakan
9 Jalan Beraspal 0,70 0,95
Beton 0,80 0,95
Batu 0,70 0,85
1 Sidewalk (Trotoar) 0,75 0,85
0
1 Atap 0,75 0,95
1

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan yang jatuh di
titik terjauh di Cathment Area untuk sampai pada pada titik tinjau.
Langkah perhitungan debit banjir maksimum dapat dilihat pada gambar
berikut:

Luas Catchment Area (A)Koefisien Pengaliran (C ) Lama Hujan (t) Intensitas

Waktu konsentrasi (tc)

Intensitas Hujan pada waktu Kons

Q = 0,278.C.Ic.A

Gambar 4.3. Langkah Perhitungan Debit Banjir Maksimum Drainase


PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 16 | B A B I V
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat

Dalam perhitungan waktu konsentrasi pada suatu catchment area


digunakan persamaan Kirpich (1940) yang mempunyai bentuk persamaan
sebagai berikut :
tc = 0,0195. I0,77.S-0,385 (11)
Dimana :
tc = Waktu konsentrasi dalam menit
I = Panjang saluran dalam meter
S = Gradien kemiringan saluran

Debit banjir rencana yang akan digunakan dalam perencanaan


drainase di Kota Rantauprapat akan digunakan Debit puncak 5,10 dan 25
tahunan. Besar debit tersebut selanjutnya menjadi dasar dalam
penentuan dimensi saluran drainase pada lokasi perencanaan. Untuk
mengakomodasi perkembangan, direncanakan bentuk drainase
bertingkat, dengan tujuan mengakomodir debit minimum dan maksimum
sekaligus.

Dalam perencanaan drainase kota pada dasarnya terdapat 2 macam


perhitungan :
1. Perhitungan perencanaan sistem drainase
2. Perhitungan evaluasi sistem drainase yang telah ada

Pada dasarnya kedua perhitungan ini hampir sama. Perbedaannya hanya


pada perhitungan luas saluran yang digunakan untuk mengevaluasi luas
saluran yang telah ada.

4.5. Analisis Data

4.5.1 Analisis Kondisi Eksisting Sistem Drainase

Sejalan dengan perkembangan kota-kota dan ilmu pengetahuan sistem


drainase kota berkembang secara intensif. Pada awalnya sistem drainase
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 17 | B A B I V
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
yang direncanakan secara konvensional sudah tidak mampu memberikan
pelayanan yang optimal. Pengelolaan drainase dilakukan seadanya,
penyelesaian permasalahan drainase diselesaikan kasus-perkasus dan
cenderung memindahkan masalah ke masalah yang lain. Saat ini yang
berkembang adalah sistem drainase kota yang berkelanjutan
(sustainable urban drainage system) yang dikelola secara terpadu
(integrated urban drainage management).

Bila ditinjau kasus kota Rantauprapat dimana masih terdapat


banyak titik genangan air, kemungkinan penyebabnya secara manajemen
(pengelolaan) adalah kelemahan-kelemahan yang terjadi pada organisasi
yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan drainase, pemutakhiran
dan kapasitas sistem drainase, permasalahan dalam pengoperasian dan
perawatan dan perubahan penggunaan lahan di sekitar daerah sumber air
(daerah tangkapan) serta kondisi sosial masyarakat.
Secara fisik wilayah kota Rantauprapat menunjukkan beda tinggi
yang relatif kecil, surplus air dari daerah hulu lebih besar dibandingkan
daerah hilir, kemampuan meresapkan air kedalam tanah daerah kota
semakin mengecil oleh karena lahan terbuka semakin sedikit, perubahan
pemanfaatan lahan kosong menjadi perumahan akan meningkatkan debit
aliran air melalui sistem drainase dan sungai.

4.5.2 Analisis Topografi

Genangan air ini terjadi karena terdapat permasalahan topografi


yaitu tidak berfungsinya drainase yang ada sebagaimana mestinya,
kapasitas drainase tidak cukup, kapasitas drainase menurun, intensitas
hujan yang tinggi dan terjadinya peningkatan debit sungai. Pembangunan
antar infrastuktur kota dan hubungan antar instansi yang terkait yang
tidak terkoordinasi dengan baik yang menimbulkan infrastruktur tidak
dapat berfungsi secara optimal merupakan salah satu aspek non teknis.
Jika dilihat lebih jauh permasalahan ini terjadi disebabkan oleh banyak
aspek yang saling terkait disamping aspek teknis antara lain aspek sosial,
ekonomi, hukum, lingkungan dan kelembagaan.

Terkait dengan berbagai aspek tersebut di atas dalam


permasalahan drainase Kota Rantauprapat khususnya terdapat
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 18 | B A B I V
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
permasalahan yang menyangkut kurangnya informasi pengelolaan,
koordinasi antara institusi pengelola yang kurang baik, kurangnya peran
serta masyarakat dalam pengelolaan, keterbatasan pendanaan dan
peraturan. Oleh karena terdapatnya beberapa permasalahan ini maka
perlu dikelola dan dipertimbangkan dan direncanakan suatu pengelolaan
yang baik, terpadu dan berkelanjutan.

Ditinjau dari topografi, kondisi topografi dan kemiringan Kota


Rantauprapat dapat dikelompokan dalam 2 (dua) klasifikasi yaitu :
Tingkat kemiringan 0 15 %, pada kawasan atau lahan seluruh wilayah
Kota Rantauprapat yang berada pada ketinggian antara +43 hingga +50
m di atas permukaan laut (dpl).
Tingkat kemiringan 15 40 %, berada pada kawasan sebelah barat dan
selatan yaitu di Kelurahan Cendana, Binaraga terletak pada ketinggian
antara +25 sampai +405 m dpl.

Melihat kondisi topografi berbukit yang dimiliki kota Rantauprapat,


kecil kemungkinan terjadinya genangan yang lama, namun di sisi lain juga
mempunyai kelemahan pada daerah cekungan-cekungan periuk sehingga
air hujan terperangkap jika tidak segera ditangani.

4.5.3 Review Kriteria Desain

Kriteria perancangan adalah suatu kriteria yang dipakai perancang


sebagai pedoman untuk merancang. Perancang diharapkan mampu
menggunakan kriteria secara tepat dengan membandingkan kondisi
sebenarnya dengan parameter yang tertulis dalam kriteria berikut ini.
Nilai-nilai yang digunakan dalam kriteria ini diambil dari hasil penelitian
terdahulu yang kemudian dikelompokkan dalam parameter yang
umum. Contoh :
Koefisien pengaliran (run off coeficient). Makin kedap permukaan
tanah, maka makin tinggi koefisien pengaliran (lantai beton lebih
kedap air daripada permukaan tanah).
Koefisien kekasaran Manning. Makin halus permukaan, maka makin
kecil nilai koefisien Manning (beton lebih halus dari tanah).

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 19 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Kemiringan tebing saluran. Makin kaku (stiff) suatu tanah, tebing
saluran bisa tegak (cadas lebih kaku dari pada tanah berpasir).

Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mengalirkan genangan air


sesaat yang terjadi pada saar musim hujan serta dapat mengalirkan air
kotor dan buangan dari rumah tangga. Kelebihan air atau genangan air
sesaat terjadi karena keseimbangan aliran air pada daerah tersebut
terganggu, yang disebabkan oleh air yang masuk dalam daerah
tersebut lebih besar daripada air yang keluar.

Pada daerah perkotaan, kelebihan air ini terjadi biasanya


dikarenakan oleh kelebihan air hujan. Kapasitas infiltrasi pada daerah
perkotaan sangat kecil (akibat besarnya area terbangun), sehingga
menyebabkan terjadinya limpasan air sesaat setelah hujan turun. Oleh
sebab itu dimensi saluran yang sesuai diperlukan untuk membuang
kelebihan air hujan yang terjadi, sebelum hal tersebut dapat
menimbulkan petaka yang merugikan bagi kawasan kota dan
penduduknya.

Dalam perancangan saluran drainase, akan dipakai dasar-dasar


perencanaan saluran tahan erosi, yaitu saluran yang mampu menahan
erosi dengan memuaskan, dengan mengatur kecepatannya maupun
dengan menggunakan dinding dan dasarnya diberi lapisan yang
berguna baik untuk menahan erosi maupun mengontrol kehilangan
rembesan.

a. Aspek aliran / teknis

Faktor faktor yang perlu dipertimbangkan untuk perancangan


saluran tahan erosi adalah :
Macam material yang membentuk tubuh saluran untuk
menentukan koefisien kekasarannya.
Kecepatan aliran minimum yang diijinkan agar tidak terjadi
pengendapan apabila air mengandung lumpur dan sisa-sisa
kotoran .
Kemiringan dasar saluran dan dinding saluran.
Tampang yang paling efisien, baik hidrolis maupun empiris.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 20 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Dimensi saluran dihitung dengan menggunakan rumus-rumus
untuk perhitungan aliran seragam (beraturan) dengan
mempertimbangkan :
Efisiensi hidrolis
Praktis
Ekonomis

Koefisien limpasan (run off)


Ketepatan dalam menetapkan besarnya debit air yang harus dialirkan
melalui saluran drainase pada daerah tertentu, sangatlah penting dalam
menentukan dimensi saluran. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti
tidak ekonomis, namun bila terlalu kecil akan mempunyai tingkat
ketidakberhasilan yang tinggi. Menghitung besarnya debit rencana
drainase perkotaan umumnya dilakukan dengan memakai Metode
Rasional. Hal ini karena relatif luasan daerah aliran tidak terlalu luas,
kehilangan air sedikit dan waktu konsentrasi relatif pendek.

Bentuk bentuk tampang saluran


Bentuk bentuk tampang saluran untuk drainase tidak terlalu jauh
berbeda dengan saluran air irigasi pada umumnya. Dalam perancangan
dimensi saluran harus diusahakan dapat memperoleh tampang yang
ekonomis. Bentuk tampang saluran drainase itu antara lain adalah :

bentuk trapesium
bentuk empat persegi panjang
bentuk lingkaran, parabol dan bulat telur.
bentuk tersusun

Efektifitas penggunaan dari berbagai bentuk penampang saluran


drainase tersebut, yang dikaitkan dengan fungsi saluran adalah sebagai
berikut :

Bentuk trapesium
Saluran drainase dengan bentuk tampang trapesium pada umumnya
adalah saluran dari tanah. Tapi dimungkinkan juga bentuk ini dari
pasangan batu. Saluran ini membutuhkan ruang yang cukup dan berfungsi
untuk pengaliran air hujan, air buangan rumah tangga maupun air irigasi.
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 21 | B A B I V
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Bentuk empat persegi panjang
Saluran drainase dengan bentuk tampang empat persegi panjang tidak
banyak membutuhkan ruang. Sebagai konsekuensi dari saluran bentuk ini
adalah bahwa saluran ini sebaiknya dari pasangan batu atau konstruksi
beton. Bentuk saluran demikian berfungsi sebagai saluran air hujan, air
buangan rumah tangga, maupun air irigasi.

Bentuk lingkaran, parabola, bulat telur


Saluran drainase dengan bentuk demikian adalah berupa saluran dari
pasangan batu atau kombinasi pasangan batu dan pipa beton. Dengan
bentuk dasar saluran yang bulat akan memudahkan pengangkutan bahan
endapan / limbah. Bentuk saluran ini berfungsi sebagai saluran air hujan,
air buangan rumah tangga maupun air irigasi.

Bentuk tersusun
Saluran drainase dengan bentuk tersusun dapat berupa bangunan dari
tanah maupun dari pasangan batu. Tampang saluran yang bawah
berfungsi mengalirkan air rumah tangga pada kondisi tidak ada hujan,
apabila terjadi hujan maka kelebihan air dapat ditampung pada saluran
bagian atas. Tampang saluran ini membutuhkan ruang yang cukup dan
dapat digunakan untuk saluran air hujan, saluran air rumah tangga
ataupun saluran irigasi.

Jenis material

Lapisan tanah dasar dan tanah dinding saluran drainase dapat menjadi
erosi bila saluran dibuat dari beton, pasangan batu kali, batu merah, aspal,
kayu, besi cor, baja, plastik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk
kondisi saluran drainase perkotaan yang cenderung menggunakan bentuk
tampang segi empat, alternatif pemilihan material yang sesuai dengan
kondisi tanah dan lingkungan sekitar, akan menjadi bahan pertimbangan
yang penting dalam menyusun rencana biaya pembangunan. Pilihan
material ini akan sangat ditentukan oleh faktor harga, kecukupan bahan
serta cara konstruksi yang akan dipakai.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 22 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Koefisien kekasaran Manning
Koefisien Manning dapat mengacu pada tabel berikut :

Tabel IV.12. Koefisien Berdasarkan struktur dan kondisi saluran

Kondisi
Type saluran
Baik Cukup Buruk
Saluran buatan :
Saluran tanah, lurus beraturan 0.020 0.023 0.025
Saluran tanah, digali biasanya 0.028 0.030 0.025
Saluran batuan, tidak lurus dan tidak beraturan 0.040 0.045 0.045
Saluran batuan, lurus beraturan 0.030 0.035 0.035
Saluran batuan, vegetasi pada sisinya 0.030 0.035 0.040
Dasar tanah, sisi batuan koral 0.030 0.030 0.040
Saluran batuan berliku-liku kecepatan rendah 0.025 0.028 0.030
Saluran alam :
Bersih, lurus, tetap tanpa pasir dan tanpa celah 0.028 0.030 0.033
Berliku, bersih, berpasir dan berlubang 0.035 0.040 0.045
Berliku, bersih, berpasir, dangkal, tidak beraturan 0.045 0.050 0.065
Aliran lambat, banyak tanaman dan lubang dalam 0.060 0.070 0.080
Tumbuhan tinggi dan padat 0.100 0.125 0.150
Saluran dilapisi :
Batu kosong tanpa adukan semen 0.030 0.033 0.035
Batu kosong dengan adukan semen 0.020 0.025 0.030
Lapisan beton sangat sangat halus 0.011 0.012 0.013
Lapisan beton biasa dengan tulangan baja 0.014 0.014 0.015
Lapisan beton dengan tulangan kayu 0.016 0.016 0.018

Kemiringan saluran

Kemiringan dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah


0,005 0,008 tergantung pada bahan saluran yang digunakan.
Kemiringan yang lebih curam dari 0,002 bagi tanah lepas sampai
dengan 0,005 untuk tanah padat akan menyebabkan erosi
(penggerusan).

Kecepatan minimum yang diijinkan


Kecepatan minimum yang diijinkan adalah kecepatan terkecil aliran
yang tidak menimbulkan pengendapan dan tidak merangsang
pertumbuhan tanaman aquatic serta lumut. Pada umumnya dalam
praktek, kecepatan aliran terkecil adalah 0,60 0,90 meter/detik, yang
mana dapat digunakan dengan aman apabila prosentase lumpur yang
ada di air cukup kecil. Kecepatan 0,75 meter/detik bisa mencegah
tumbuhnya tumbuh-tumbuhan yang dapat memperkecil daya angkut
saluran.
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 23 | B A B I V
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Jagaan (freeboard)
Jagaan ini direncanakan untuk mencegah luapan air akibat
gelombang, serta fluktuasi permukaan air, misalnya berupa gerakan-
gerakan angin serta pasang surut. Jagaan tersebut biasanya
direncanakan antara kurang dari 5% sampai dengan 30% lebih dari
dalamnya aliran.

b. Aspek biaya

Disamping kriteria-kriteria yang disiapkan berdasarkan kondisi alam di


atas, adapula kriteria-kriteria yang dibuat berdasarkan kondisi batas yang
lain. Kondisi batas ini meliputi antara lain aspek biaya, sosial, lingkungan dan
lain sebagainya. Salah satu kriteria yang mendasarkan pada aspek biaya dan
manfaat adalah kala ulang untuk debit rencana, yaitu sebagai berikut :

Tabel IV.13. Besar Kala Ulang Perencanaan Sistem Penyaluran Air


Hujan
Jenis saluran Tata guna tanah Kala ulang (tahun)
Permulaan Permukiman 2
Komersial 5
Industri 5
Utama Saluran drainase 25

c. Aliran pada saluran terbuka

Penggolongan jenis aliran berdasarkan perubahan kedalaman alliran


sesuai dengan perubahan ruang dan waktu.

Aliran tunak (steady flow)


Aliran tunak adalah aliran yang mempunyai kedalaman aliran tetap
untuk selang waktu tertentu. Aliran tunak diklasifikasikan sebagai :

Aliran seragam (uniform flow)


Aliran saluran terbuka dikatakan seragam apabila kedalaman
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 24 | B A B I V
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
air sama pada setiap penampang saluran.

Aliran berubah (varied flow)


Aliran saluran terbuka dikatakan berubah apabila kedalaman
air berubah di sepanjang saluran.

Aliran tidak tunak (unsteady flow)

Aliran tidak tunak adalah aliran yang mempunyai kedalaman aliran


tidak tetap (berubah) tidak sesuai dengan waktu. Banjir merupakan
salah satu contoh aliran tidak tunak. Aliran tidak tunak diklasifikasikan
sebagai berikut :

Aliran seragam tidak tunak (unsteady uniform flow)

Aliran saluran terbuka dimana alirannya mempunyai


permukaan yang berfluktuasi sepanjang waktu dan tetap sejajar
dengan dasar saluran. Aliran ini jarang dijumpai dalam praktek.

Aliran berubah tidak tunak (unsteady varied flow)

Aliran saluran terbuka dimana kedalaman aliran berubah


sepanjang waktu dan ruang.

4.5.4 Analisa Model Saluran

Sebelum merencanakan dimensi saluran, langkah pertama yang


harus diketahui adalah berapa debit rencananya. Untuk menghitung
debit rencana perlu diketahui berapa luas daerah yang harus
dikeringkan oleh saluran tersebut atau berapa besar air yang akan
dibuang berdasarkan tata guna lahan daerah tersebut. Jadi langkah
pertama adalah merencanakan tata letak.

Tata letak direncanakan berdasarkan peta kota dan peta topografi.


Tentukan letak saluran- saluran, kemudian hitung beban saluran-
saluran tersebut dari yang terkecil sampai ke saluran induk. Setelah
besarnya debit untuk masing-masing saluran diketahui, barulah
dilakukan perhitungan dimensi saluran.

Untuk merencanakan dimensi penampang pada saluran drainase


digunakan perdekatan rumus-rumus aliran seragam, yang mempunyai
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 25 | B A B I V
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
sifat-sifat sebagai berikut :
Dalamnya aliran, luas penampang lintang aliran, kecepatan aliran
serta debit selalu tetap pada setiap penampang lintang saluran.

Garis energi dan dasar saluran selalu sejajar.

Bentuk penampang melintang saluran drainase dapat merupakan


saluran terbuka maupun saluran tertutup, tergantung dari kondisi
daerahnya. Rumus kecepatan rata-rata pada perhitungan dimensi
penampang saluran menggunakan rumus Manning, karena rumus ini
mempunyai bentuk yang sangat sederhana tetapi memberikan hasil
yang cukup memuaskan.
Oleh karena itu rumus ini dapat secara luas penggunaannya sebagai
rumus aliran seragam dalam perhitungan saluran

V= . R2/3 . S1/2 (12)

Q=A.V=A. . R2/3 . S1/2


(13)

Dimana :
V = kecepatan aliran (m/detik)
n = angka kekasaran saluran
R = jari-jari hidrolis saluran (m)
S = kemiringan dasar saluran
Q = debit saluran (m3/detik)
A = luas penampang basah saluran (m2)

4.5.5. Analisa Perancangan Bangunan Pelengkap

Dalam perancangan drainase perkotaan, diperlukan pula


bermacam-macam bangunan yang berfungsi sebagai sarana untuk :
Memperlancar surutnya genangan yang mungkin timbul di atas
permukaan jalan, karena Q hujan = Q rencana.

Memperlancar arus saluran.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 26 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Mengamankan terhadap bahaya degradasi pada dasar saluran.

Mengatur saluran terhadap pasang surut, khususnya di daerah


pantai.

Adapun bangunan-bangunan tersebut adalah :

a. Inlet Tegak

Bangunan inlet tegak ditempatkan pada jarak-jarak tertentu di


sepanjang tepi jalan (kerb) atau pada pertemuan kerb di
perempatan jalan. Perlu diperhatikan bahwa tinggi jagaan (F)
minimal harus dipertahankan sehingga air dalam saluran tidak
keluar ke permukaan jalan melewati inlet tegak tersebut.

b. Inlet Datar

Bangunan inlet datar ditempatkan pada pertigaan jalan,


dimana pada arah melintang jalan terdapat jaringan saluran
drainase. Perlu diperhatikan bahwa tinggi jagaan (F) minimal
harus dipertahankan, sehingga air dalam saluran tidak sampai
meluap melalui inlet datar tersebut.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 27 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat

c. Grill

Bangunan grill ditempatkan pada perempatan melintang


jalan, dimana di bawahnya terdapat saluran yang berfungsi
menerima air yang lewat grill tersebut. Perlu diketahui
penempatan grill tersebut harus berada pada tempat yang
terendah dari jalan yang menurun (BE). Persyaratan tinggi jagaan
minimum (F) juga harus dipertahankan. Kecuali itu permukaan
atas dari grill harus sama dengan permukaan jalan, sehingga
nyaman bagi pemakai jalan di atasnya.

d. Manhole

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 28 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Bangunan manhole ditempatkan pada jarak-jarak tertentu di
sepanjang trotoar. Perlu diperhatikan bahwa ukuran manhole
harus cukup untuk keluar masuk orang ke saluran, sehingga
mudah dalam pemeliharaan saluran. Kecuali itu berat tutup
manhole juga harus dapat dengan mudah diangkat maksimum
oleh dua orang.

e. Gorong - Gorong

Bangunan gorong-gorong biasanya dibuat untuk


menghubungkan saluran di kaki bukit melintang jalan di
bawahnya dan berakhir di sisi bawah dari bangunan penahan
tanah yang mendukung struktur jalan tersebut.

f. Pintu Air

Bangunan pintu air dapat berupa pintu air manual dan pintu
air otomatis, yang berfungsi sebagai penahan air pasang atau
banjir dari sungai.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 29 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat

4.6. EVALUASI KONDISI EKSISTING

Dalam menentukan kriteria dimensi awal saluran drainase serta


jenis material apa yang digunakan pada suatu daerah, besarnya debit
aliran yang masuk maupun elevasi lahan merupakan salah satu faktor
penting yang harus diperhatikan. Sebab dengan mengetahui besarnya
debit yang mengalir kita akan dapat memperkirakan besarnya dimensi
saluran minimum yang dibutuhkan air agar tidak melimpas. Dan dengan
mengetahui kemiringan dari nilai elevasi yang ada, kita dapat
memperkirakan besarnya kecepatan air yang melimpas sehingga kita
dapat memilih jenis material yang tepat bagi saluran tersebut.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara jenis bahan yang
baik digunakan dengan kecepatan aliran air berbeda-beda.

Tabel IV.14. Kecepatan Aliran yang Diijinkan (m/s)


Jenis Bahan Kecepatan aliran air yang diijinkan
(m/s)
Pasir halus O,45
Lempung kepasiran 0,50
Lanau Aluvial 0,60
Kerikil Halus 0,75
Lempung Kokoh 0,75
Lempung Padat 1,10
Kerikil Kasar 1,20
Batu-batu besar 1,50

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 30 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
Pasangan Batu 1,50
Beton 1,50
Beton Bertulang 1,50

Saluran-saluran primer yang terdapat dalam kota Rantauprapat terbagi


kepada 3 arah aliran, yaitu :
1. Dari Simpang Jl. K.H. Ahmad Dahlan menuju ke arah utara dengan
saluran akhir pada Sei Bilah.
2. Dari Simpang Jl. K.H. Ahmad Dahlan ke arah Selatan-Barat dengan
saluran akhir di Aek Tapa di desa Padang Bulan.
3. Dari Jl. Binaraga ke arah Selatan-Barat dengan saluran akhir di Jl. Sei
Tawar sebelum diarahkan selanjutnya ke Aek Tapa.

I. Saluran Primer I : Dari Simpang Jl. K.H. Ahmad Dahlan ke Sei Bilah
a) Berawal dari bangunan persilangan di Jl. K.H. Ahmad Dahlan menuju
jalan Abdurrahman dan seterusnya menuju jalan Chik di Tiro dan
menurun tajam hingga ke Sei Bilah.
b) Kondisi umum cukup baik
c) Kawasan tangkapan (Catchment Area) seluas 29 Ha, dengan area
tertinggi di Jalan cendana.
d) Untuk mengurangi kecepatan aliran, perlu didesain sistem bertingkat
agar kecepatan aliran di daerah extreme tidak merusak saluran.
II. Saluran Primer II : Dari Simpang Jl. K.H. Ahmad Dahlan ke Aek
Tapa
a) Berawal dari bangunan persilangan di Jl. K.H. Ahmad Dahlan menuju
Gang Durian dan memotong jalan Imam Bonjol menuju Jalan Cokro
dan melewati bekas Pajak Lama, selanjutnya ke Jalan Padi dan
melewati jembatan di Jalan Mesjid hingga masuk ke desa Padang
Bulan dan berakhir di Aek Tapa.
b) Kondisi secara umum masih layak digunakan, namun banyak terjadi
penumpukan-penumpukan sampah di beberapa lokasi, terutama di
gorong-gorong di Jalan Imam Bonjol, persimpangan jalan padi jalan
kartini dan daerah kumuh di jalan mesjid.
c) Perlu direncanakan saluran pengalih menuju Sei Bilah pada
persimpangan Jalan Padi Jalan Kartini diarahkan ke Gang Aman,

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 31 | B A B I V


Laporan Draft Akhir
Penyusunan Masterplan
Drainase
Kota Rantauprapat
memotong Jalan Ahmad Yani. Hal ini dilakukan dengan tujuan
mengurangi beban saluran.
d) Diperlukan adanya penegasan terhadap konstruksi-konstruksi
bangunan yang dibangun di atas saluran drainase. Misalnya Vihara di
Jalan KH Ahmad Dahlan, dan Rumah / Pertokoan di kawasan Jalan
Imam Bonjol yang mengakibatkan terkendalanya operasional dan
pemeliharaan saluran drainase.
e) Dibutuhkan penjadwalan berkala untuk pengecekan dan pembersihan
saluran dan gorong-gorong minimal 3 bulan sekali oleh dinas terkait.

III. Saluran Primer III : Dari Lapangan Binaraga menuju Sei Tawar
a) Berawal dari Jalan Binaraga menuju ke Jalan Tanjung, melalui Pajak
Glugur dan berakhir di jalan Sei Tawar.
b) Dimensi saluran sudah tidak memadai untuk mengatasi limpasan.
Dibutuhkan perencanaan DED untuk menambah kapasitas saluran
drainase, terutama di Jalan Nangka, Pajak Glugur dan di Sei Tawar.
c) Kondisi umum saluran sudah banyak terjadi endapan
d) Dibutuhkan perencanaan bangunan air di kawasan Pajak Glugur yang
berfungsi sebagai penguras.
e) Untuk Sei Tawar, dibutuhkan perencanaan DED untuk pembuatan
kolam retensi. Hal ini disebabkan kawasan tersebut termasuk daerah
genangan yang cukup parah akibat konflik saluran dari Binaraga dan
limpasan dari Jalan By pass.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 32 | B A B I V

Anda mungkin juga menyukai