Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS CURAH HUJAN

DAN DEBIT ANDALAN


BANGUNAN AIR IRIGASI 2017 - 2018
Curah Hujan Harian

Curah hujan merupakan salah satu parameter hidrologi yang sangat penting untuk perancangan jaringan irigasi
selain evapotranspirasi, debit puncak dan debit harian, serta angkutan sedimen.
Analisis mengenai curah hujan sangat penting dalam Perancangan bendung untuk jaringan irigasi. Salah satu elemen
penting dalam Perancangan bendung tersebut adalah mengetahui debit banjir rancangan. Untuk menentukan debit
banjir rancangan yang dimaksud, maka diperlukan data hujan maksimum untuk beberapa tahun. Dalam kasusu ini,
data curah hujan diambil dari Kantor Dinas Perairan. Data yang didapat berupa data curah hujan selama 12 tahun
Daerah Aliran Sungai ( DAS )

Peta batas DAS telah diberikan sebelumnya dengan skala 1:25000. Pertama kali lokasi bendung ditentukan dahulu.
Sehingga diperoleh  batas DAS dari hulu sampai lokasi bendung. Untuk mengetahui hujan maksimum setiap tahun
dari 4 stasiun secara bersama diperlukan bobot yang dicari melalui pengukuran luas DAS.
Terdapat tiga macam metode perhitungan luas DAS, yaitu Metode Poligon Thiessen, Metode Aljabar, dan Metode
Isohyet. Di antara ketiga metode tersebut dipilih Metode Poligon Thiessen karena pengerjaannya lebih mudah dan
hasil yang diberikan lebih akurat.
Langkah-langkah perhitungan luas DAS adalah sebagai berikut:
1.    Buat garis lurus yang menghubungkan setiap stasiun dan diusahakan sedemikian rupa sehingga setiap ujungnya
membentuk segitiga-segitiga (apabila banyak stasiun) dengan sudut yang lancip dan tidak tumpul.
2.    Dari bentuk segitiga tersebut untuk setiap sisinya dibuat garis tegak lurus tepat pada pertengahan garis, maka
akan didapatkan bentuk-bentuk luasan yang dimiliki setiap stasiun.
3.    Hitung luas masing-masing stasiun.
4.    Hitung bobot setiap stasiun dengan cara analisis sederhana
Contoh perhitungan:
Dari hasil perhitungan luas, diketahui luas Stasiun Prumpung sebesar 20,6278125 km2 sedangkan total luas DAS
adalah 59,56875 km2. Sehingga diperoleh bobot untuk Stasiun Prumpung adalah:
Bobot Stasiun Prumpung= 20,6278125/59,56875.
Perhitungan bobot masing-masing stasiun pada wilayah DAS disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Luas DAS dan Bobot Masing-masing Stasiun

Stasiun Luas (km2) Bobot Persentase (%)


Santan 15,075 0,253 25,3
Kemput 21,01875 0,3528 35,28
Prumpung 20,6278125 0,3467 34,67
Bronggang 2,821875 0,0047 4,7
Total 59,56875 1 100
Data Hujan Harian Rata – Rata dan Maksimum Daerah

Jumlah bobot harus 1 atau dalam persen harus 100% (Tabel 1). Bobot inilah yang kemudian dikalikan dengan data
hujan harian setiap stasiun untuk setiap hari pada setiap tahun, dari data hujan harian rata-rata daerah maka akan
dihasilkan data hujan maksimum (Hmaks) daerah setiap tahun (1988-2004).

Contoh perhitungan hujan harian rata-rata daerah pada 05 Februari 1988;


L. Santan x R Santan = 63,756
L. Kemput x R Kemput = 18,3456
L. Prumpung x R Prumpung = 6,934
L. Bronggang x R. Bronggang = 0,0047 +
Total = 89,0356 mm.km2
Hujan rata-rata = 89,0356mm.km2/Luas Das
= 89,0356/59,56875
= 1,4947 mm
Maka dari perhitungan tsb di atas, dapat di ketahui hujan harian rata-rata daerah pada tanggal 5 Februari 1988
adalah 1,4947 mm.

Data curah hujan hujan maksimum daerah didapat dengan mencari nilai maksimum dari curah hujan harian
rata-rata daerah pada setiap tahunnya.

No Tahun Hujan (mm)


1 1988 89,0356
2 1989 78,5385
3 1990 46,6747
4 1991 79,8789
Contoh : 5 1992 68,4085
6 1993 45,8742
Tabel 2 Hujan Harian Maksimum Daerah
7 1994 45,4063
8 1995 78,4154
9 1997 70,6674
10 2000 92,1903
11 2003 58,2555
12 2004 47,6414
Rata-rata 66,7488

Anda mungkin juga menyukai