Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data Daerah Penelitian


4.1.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai Batang Air Dingin memiliki luas wilayah 122.06
km2 atau 12206 ha meliputi hutan, perumahan warga, perkebunan warga.
Dilihat dari kondisi hidrologi sungai Batang Air Dingin merupakan sungai
utama dari DAS Batang Air Dingin yang terletak di Kota Padang. DAS
Batang Air Dingin berbatasan langsung dengan DAS Batang Kuranji, DAS
Batang Anai, dan DAS Indragiri dan bermuara di Samudera. Hindia.

Gambar 4. 1 Peta DAS Batang Air Dingin


(Sumber : ina geospesial)

4.1.2 Penentuan Luas Polygon Thiessen

Dalam penelitian ini penentuan luas stasiun hujan dihitung berdasarkan


metode Polygon Thissen. Berikut adalah gambaran pembagian luas pengaruh
stasiun hujan dengan metode Polygon Thiessen.

16
Tabel 4. 1 Luas Pengaruh Stasiun Hujan Terhadap DAS Batang Air Dingin

Stasiun Luas (Km2) Koefisien Thiessen %


Muaro Panjalinan 11.96 9.80
Koto Tuo 110.1 90.20
Jumlah 122.06 100%
(Sumber : Pengolahan Data )

4.1.3 Jenis Tutupan Lahan DAS Batang Air Dingin

Berdasarkan peta jenis tutupan lahan dapat diketahui DAS Batang Air
Dingin memiliki banyak jenis tutupan, antara lain :

Gambar 4. 2 Tutupan Lahan DAS Air Dingin


(Sumber : Balai Wilayah Sungai Sumatera V)

4.2 Analisa Hidrologi


Data curah hujan terlebih dahulu dianalisa untuk mendapatkan data curah
hujan harian maksimum, serta penentuan data curah hujan ini dilakukan dengan
cara menghitung koefiesien Thiessen dari masing-masing stasiun hujan. Lalu
dikelompokan dari semua stasiun sehingga didapatkan curah hujan maksimumnya.

4.2.1 Data Curah Hujan Harian Maksimum

17
Tabel 4. 2 Data Curah Hujan Maksimum
Data Curah Hujan Tahunan
NO Tahun Muaro
Koto Tuo
Panjalinan
1 2011 155 200
2 2012 152 143
3 2013 174 120,3
4 2014 153 70
5 2015 145 25
6 2016 218 75
7 2017 140 198
8 2018 151 197
9 2019 111 201
10 2020 143 245
(Sumber : Pengolahan Data)

4.2.2 Analisis Curah Hujan


Analisa frekuansi curah hujan diperlukan untuk menentukan jenis
sebaran (distribusi). Perhitungan analisa frekuensi curah hujan dapat dilihat
pada tabel berikut :
a. Frekuensi Curah Hujan Normal dan Gumbel
Tabel 4. 3 Analisa Frekuensi Curah Hujan Normal dan Gumbel
N
Tahun Xi (Xi-Xr) (Xi-Xr)2 (Xi-Xr)3 (Xi-Xr)4
o
1 2011 188,7 6,51 42,4 276,0 1796,7
2 2012 179,5 -2,68 7,2 -19,3 51,7
3 2013 199,0 16,85 284,0 4786,6 80667,7
4 2014 172,6 -9,61 92,4 -887,8 8532,8
5 2015 159,7 -22,50 506,2 -11389,7 256261,3
6 2016 238,1 55,93 3128,4 174977,4 9786840,8
7 2017 173,5 -8,71 75,8 -660,0 5746,5
8 2018 184,4 2,18 4,8 10,4 22,8
9 2019 144,8 -37,38 1397,3 -52233,0 1952508,7
10 2020 181,6 -0,60 0,4 -0,2 0,1
Jumlah 1821,8 5538,8 114860,4 12092429,1
Xr 182,18
(Sumber : Pengolahan Data)

18
b. Frekuensi Curah Hujan Log Normal dan Log Person III
Tabel 4. 4 Analisa Frekuensi Curah Hujan Log Normal dan Log Person III
(LogXi- (LogXi- (LogXi- (LogXi-
No Tahun Xi Log Xi
LogXr) LogXr)2 LogXr)3 LogXr)4
1 2011 188,7 2,28 0,01870 0,00035 0,00001 0,00000
2 2012 179,5 2,25 -0,00299 0,00001 0,00000 0,00000
3 2013 199,0 2,30 0,04188 0,00175 0,00007 0,00000
4 2014 172,6 2,24 -0,02009 0,00040 -0,00001 0,00000
5 2015 159,7 2,20 -0,05380 0,00289 -0,00016 0,00001
6 2016 238,1 2,38 0,11974 0,01434 0,00172 0,00021
7 2017 173,5 2,24 -0,01782 0,00032 -0,00001 0,00000
8 2018 184,4 2,27 0,00863 0,00007 0,00000 0,00000
9 2019 144,8 2,16 -0,09628 0,00927 -0,00089 0,00009
10 2020 181,6 2,26 0,00202 0,00000 0,00000 0,00000
Jumlah 1821,8 22,57 0,00000 0,02941 0,00074 0,00030
Xr 182,18 2,257
(Sumber : Pengolahan Data)
c. Perbandingan Syarat Distribusi dengan Hasil Perhitungan
Tabel 4. 5 Perbandingan Syarat Distribusi dengan Hasil Perhitungan
no Jenis Sebaran Syarat Perhitungan Keterangan
Cs≤1,1396 1,04
1 Metode gumbel Tidak Memenuhi
Ck≤5,4 6,33
Metode Log Cs=3Cv+Cv^2=0,432 0,55
2 Tidak Memenuhi
Normal Ck=3 5,63
Cs≈0 1,04
3 Metode Normal Tidak Memenuhi
Ck≈3 6,33
Metode Log
4 Cs≠0 0,55 Memenuhi
person III
(Sumber : Pengolahan Data)

19
d.Faktor-faktor Dalam Penentuan Jenis Sebaran

Tabel 4. 6 Faktor-faktor Dalam Penentuan Jenis Sebaran


Analisa Frekuensi Hujan
Log
No Nama Rumus Normal
Normal dan
dan Log
Gumbel
Person
Type III
1 Standar Deviasi (Sd) 24,81 0,06

2 Koef Skewnes (Cs) 1,04 0,55

3 Koef Kurtosis (Ck) 6,33 5,63

4 Koef Variasi (Cv) Sd/X 0,14 0,03

(Sumber : Pengolahan Data)

e. Perhitungan Curah Hujan Untuk Debit Banjir Dengan Metoda Gumbel


Adapun nilai dari Sn,Yn dan Yt dapat dilihat dari lampiran sedangkan nilai curah
hujan maksimum (Xt) dihitung dengan rumus :

Tabel 4. 7 Perhitungan Curah Hujan Untuk Debit Banjir Dengan Metoda Gumbel

No Periode Xr Sd K XT
1 2 182,18 0,06 -0,09 182,17
2 5 182,18 0,06 0,81 182,22
3 10 182,18 0,06 1,33 182,25
4 25 182,18 0,06 2,42 182,31
5 50 182,18 0,06 2,33 182,31
6 100 182,18 0,06 2,72 182,33

(Sumber : Pengolahan Data)

20
4
4.1
4.2
4.3 Analisa Perkiraan Besarnya Erosi dengan metode USLE

Sebelum USLE dikembangkan lebih lanjut, prakiraan besarnya erosi ditentukan


berdasarkan data atau informasi kehilangan tanah di suatu tempat tertentu, dengan
demikian perkiraan besarnya erosi tersebut dibatasi oleh faktor-faktor
topografi/geologi, vegetasi, dan meteorologi (Asdak, 2007). Menyadari adanya
keterbatasan dalam menentukan besarnya erosi untuk tempat-tempat di luar lokasi
yang telah diketahui spesifikasi tanahnya, maka dikembangkan cara untuk
memperkirakan besarnya erosi dengan menggunakan persamaan matematis seperti
dikemukakan oleh Wischmei dan Smith (1978) dan dikenal sebagai persamaan
USLE.

𝐸𝑎 = 𝑅 ∗ 𝐾 ∗ 𝐿𝑆 ∗ 𝐶 ∗ 𝑃
Diamana :
𝐸𝑎 = Banyaknya tanah tererosi per satuan luas dan per satuan waktu
(ton/ha/tahun)
R = Faktor erosivitas hujan
K = Faktor erodibilitas tanah
LS = Faktor panjang-kemiringan lereng
C = Faktor pengelolaan tanaman
P = Faktor Konservasi Praktis

4
4.1
4.2
4.3.1 Faktor erosivitas hujan menggunakan metode SCS (R)
Pada metoda USLE, prakiraan besarnya erosi adalah dalam kurun waktu

21
per tahun (tahunan), dan dengan demikian angka rata-rata factor R dihitung
dari data curah hujan tahunan sebanyak mungkin untuk menghitung erosivitas
hujan menggunakan metode SCS maka digunakan rumus sebagai berikut :

( P−0,2 S )2
Pe=
P+ 0,8 S
Dimana :
Pe = Kedalaman hujan efektif (mm)
P = Kedalaman hujan (mm)
S = Retensi potensial maksimum air olehtanah (mm)
Nilai S di dapatkan dengan rumusan sebagai berikut :
25400
S= −254=82
CN

Nilai CN didapatkan dari kurva, dan di dapatkan nilai CN = 75,7

Maka untuk contoh perhitungan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :
( P−0,2 S )2
Pe=
P+ 0,8 S

( 188,7−0,2 x 85 )2
Pe= =117,0257 mm
188,7+0,8 x 85
Untuk perhitungan tahun selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama
dan ditabelkan pada table dibawah ini :

Tabel 4.8 Analisa Erosivitas Hujan


Tahun P Pe
2011 188,69 117,0257
2012 179,49 108,8172
2013 199,03 126,3433
2014 172,56 102,6790
2015 159,68 91,3928
2016 238,11 162,1813

22
2017 173,47 103,4775
2018 184,36 113,1536
2019 144,79 78,6059
2020 181,60 110,6916

(Sumber : Pengolahan Data)

4
4.1
4.2
4.3.2 Faktor Erobilitas Tanah (K)
Berdasarkan hasil analisis laboratorium dari Balai Pengkajian Teknologi
Bertani (BPTP) Sumatra Barat untuk menentukan nilai erodibilitas
menggunakan metode clay ratio (Wang, 2013), terdapat 2 jenis tanah pada
lokasi penelititan yaitu Andosol dan Latosol dan diambil persentase
terbesarnya yaitu Latosol. Maka didapatkan koefisien dari erodibilitasnya
adalah 0,56.
Tabel 4.9 Analisa Faktor Erobilitas Tanah (K)
Faktor
No Jenis Tanah
K
1 Latosol Coklat kemerahan dan litosol 0,43
2 Latosol kuning kemerahan dan litosol 0,36
3 Komplek mediteran dan litosol 0,46
4 Latosol kuning kemerahan 0,56
5 Grumosol dan andosol 0,2
6 Alluvial 0,47
7 Regosol 0,4
(Sumber : Pengolahan Data)

4.3.3 Faktor Panjang-Kemiringan Lereng (LS)


Pada prakteknya,variable S dan L dapat disatukan, karena erosi akan
bertambah besar dengan bertambah besarnya kemiringan permukaan medan
(lebih banyak percikan air yang membawa buti-butir tanah, limpasan
bertambah besar dengan kecepatan yang lebih tinggi), dan dengan
bertambah panjangnya. Seringkali dalam prakiraan erosi menggunakan

23
persamaan USLE komponan panjang dan kemiringan lereng (L dan S)
diintegrasikan menjadi LS dan dihitung dengan rumus :

1
LS = L 2 (0,00138 S 2+ 0,00965 S+ 0,0138)

Dimana :
LS = Panjang Lereng (m)
S = Kemiringan Lereng
LS = 25,870,5 (0,00138 x 0,002152 +0,00965 x 0,00215+ 0,0138)
LS = 9,24

Tabel 4.10 Analisa Faktor Kemiringan Lereng (LS)

Kemiringan Nilai
Kelas Lereng
Lereng LS
I 0-8 0,4
II 8-15 1,4
III 15-25 3,1
IV 24-40 6,8
V >40 9,5
(Sumber : Pengolahan Data)
4.3.4 Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
Faktor C menunjukan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah,
kondisi permukaan tanah dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah
yang hilang atau erosi (Asdak, 2007). Untuk factor pengelolaan tanaman
dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4.11 Analisa Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

24
tata guna lahan C A CxA
pemukiman/bangunan 0,3 5,49 1,64781
perkebunan 0,02 2,69 0,05371
tegalan 0,45 2,44 1,09854
sawah 0,05 6,96 0,34787
semak 0,45 4,88 2,19708
hutan 0,02 97,53 1,95052
Total 119,98 7,29553
Nilai C 0,061
(Sumber : Pengolahan Data)

4.3.5 Faktor Pengelolaan Lahan Konservasi Praktis (P)


Faktor P adalah nisbah antara tanah tererosi rata-rata dari lahan yang
mendapatkan perlakuan konservasi tertentu terhadap tanah tererosi rata-rata
dari lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi, dengan catatan faktor-
faktor penyebab erosi yang lain di asumsikan tidak berubah. Pengaruh
aktivitas pengelolaan dan konservasi tanah (P) terhadap besarnya erosi
dianggap berbeda dari pengaruh yang ditimbulkan oleh aktivitas pengelolaan
tanaman (C), oleh karenanya dalam rumus USLE factor P tersebut
dipisahkan dari factor (C). Tingkat erosi yang terjadi sebagai akibat
pengaruh aktivitas pengelolaan dan konservasi tanah (P) bervariasi, terutama
pada kemiringan lereng (Asdak, 2007).
Tabel 4.12Analisa Pengelolaan Lahan Konservasi Praktis
tata guna lahan P A PxA

pemukiman/bangunan 0,15 5,49 0,82391

perkebunan 0,6 2,69 1,61119

Tegalan 0,25 2,44 0,6103

25
Sawah 0,35 6,96 2,4351

Semak 0,25 4,88 1,2206

Hutan 0,6 97,53 58,5156

Total 119,98 65,2167

Nilai P 0,544
(Sumber : Pengolahan Data)
a. Perhitungan USLE
Untuk perhitungan USLE pada tahun 2011-2020 dapat dilihat pada
table dibawah ini :
Tabel 4.13 Analisa Erosi dengan Metoda USLE

Tahun R K LS A C P Erosi Aktual


2011 117,02565 0,56 1,4 12206 0,061 0,544 3,030310056
2012 108,81723 0,56 1,4 12206 0,061 0,544 2,817757776
2013 126,34326 0,56 1,4 12206 0,061 0,544 3,271584111
2014 102,67901 0,56 1,4 12206 0,061 0,544 2,658812398
2015 91,392831 0,56 1,4 12206 0,061 0,544 2,366563332
2016 162,18134 0,56 1,4 12206 0,061 0,544 4,199590008
2017 103,47753 0,56 1,4 12206 0,061 0,544 2,679489546
2018 113,15355 0,56 1,4 12206 0,061 0,544 2,930044398
2019 78,605897 0,56 1,4 12206 0,061 0,544 2,035453239
2020 110,69155 0,56 1,4 12206 0,061 0,544 2,866292353
Jumlah (Ton) 28,85589722
Rata -Rata (Ton) 2,885589722
(Sumber : Pengolahan Data)

26
EROSI AKTUAL (tON)
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 4. 3 Grafik Erosi Aktual Pertahun


(Sumber : Pengolahan Data)
4.3.6 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi
Setelah dilakukan perhitungan besarnya erosi pada DAS Air Dingin
pada tahun 2011-2020 dan didaptkan jumlah erosi adalah 28,856(ton).
Untuk klsifikasi tingkat bahaya erosidapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 4.14 Klasifikasi tingkat Bahaya Erosi

Kelas Bahaya Erosi


No Keterangan
Erosi (ton)
1 I <15 Sangat Ringan
2 II 15-60 Ringan
3 III 60-80 Sedang
180-
4 IV Berat
480
5 IV >480 Sangat Berat

(Sumber : Pengolahan Data)

4.4 Distribusi Ukuran Butiran


Data- data yang diperoleh selama proses penelitian tanah adalah sebagai berikut
1. Data berat sampel

27
1 Berat total contoh tanah basah/lembab yang akan diperiksa 50,00
2 Berat kadar air 50,46
3 100
Berat total contoh tanah kering oven yang diperiksa
Berat total contoh tanah kering oven yang berdiameter >0,075
98,12
4 mm
5 Berat total tanah berdiameter <0,075mm 1,88

2. Data pemeriksaan kadar air


1 Piknometer no. 1 1
Mass of M1
2 48,91 35,56
piknometer gram
M2
3 Mass of dry soil + piknometer 58,91 45,56
gram
Mass of dry soil + water + M3
4 156,42 144,63
piknometer gram
M4
5 Mass of water + piknometer 146,64 134,81
gram
6 Temperature t C o
30,00
7 A = M2 - M1 10,00 10,00
8 B = M3 - M4 9,78 9,82
9 C=A-B 0,22 0,18
10 Specific Gravity, G1 = A/C 45,45 55,56
11 Average specific gravity, G1 50,51
12 Gwater at toC 0,9956
13 G for 27,5 oC = G = (Gwater at toC)/(Gwater at 27.5oC) 50,46

3. Data pemeriksaan hydrometer


Time Elapsed R1 R2 t R'= L K D= R= P=
time
min. R1+m K*L/T R1-R2 K2*R%
10,1 15,96519 -
5 2 1,011 0 29,5 2 6 -0,16467 0,465 1,01 -17,31
15,96503 -
10,2 5 1,012 0 29,5 2 2 -0,16467 0,294 1,01 -17,33
10,5 15,96503
0 30 1,012 0 29,5 2 2 -0,16467 -0,12 1,01 -17,33
11,5 15,96519 -
0 60 1,011 0 29,5 2 6 -0,16467 0,085 1,01 -17,31
14.0 15,96519 -
0 250 1,011 0 29,5 2 6 -0,16467 0,042 1,01 -17,31
10,1 -
5 1440 1 0 29,5 2 15,967 -0,16467 0,017 1 -17,13

4. Data hasil analisa saringan


Openin
Sieve g Mass Mass % finer

28
No. retained passing by mass
e/W x
(mm) (gr) (gr) 100%
4 4,750 d1 = 0,00 e1= 50,00 100,00 e7=W-d

10 2,000 d2 = 0,43 e2= 49,57 99,14 e6=d7+e7

20 0,850 d3 = 1,88 e3= 47,69 95,38 e5=d6+e6

40 0,425 d4 = 5,39 e4= 42,30 84,60 e4=d5+e5

60 0,250 d5 = 8,26 e5= 34,04 68,08 e3=d4+e4

140 0,106 d6 = 17,29 e6= 16,75 33,50 e2=d3+e3

200 0,074 d7 = 2,35 e7= 14,40 28,80 e1=d2+e2


d
= 35,6

4
4.1
4.2
Distribusi ukuran butir-butir tanah untuk tanah yang tidak mengandung butiran
4.2
4.3
Perhitungan analisis ukuran butiran
a. Berat benda uji
 Hitungan berat kering contoh tanah yang diperiksa
W
Wd=
1+w
Diaman W = berat basahcontoh tanah yang diperiksa = kadar air tanah
 Hitungan beart kering bagian tanah lewat saringan no. 200
B 2=Wd−B 1
Diaman B1 adalah berat butiran yang tertahan saringan no. 200
b. Analisis bagian butir lewat saringan no. 200
 Hitung ukuran butir terbesar D mm, yang ada dalam suspense pada
kedalaman efektif L(cm) untuk setiap saat pembacaan T (menit) dengan
rumus;

D=k
√ L
T
29
 Hitung persentase berat P dari butir yang lebih kecil dari D terhadap berat
kering seluruh tanah yang diperiksa dengan rumus sebagai berikut;
Jika digunakan hydrometer 151 H

P= ( 100.000
W
x
G−1 )
G
(R−1)

Jika digunakan hydrometer 152 H


R.a
D= x 100
W

c. Analisi bagian yang tertahan saringan no. 200


 Hitunglah berat bagian yang lewat masing-masing saringan yang
digunakan. Apabila berat bagian yang tertahan pada saringan dengan no 4,
10, 20, 40, 60 dan 200 berturut-turut masing-masing adalah d1, d2, d3, d4,
d5, d6 dan d7 gram, maka jumlah bagian yang lewat masing-masing
saringan adalah;
Saringan Jumlah berat saringan
10 c1 = c2 + b2
20 c2 = c3 + b3
40 c3 = c4 + b4
60 c4 = c5 + b5
140 c5 = c6 + b6
200 c6 = B2
 Hitung persentase berat lewat masing-masing saringan terhadap berat
kering seluruh contoh tanah yang diperiksa (Wd).

d. Grafik
Grafik gabungan dari hasil analisa pada b dan c tersebut diatas dalam grafik,
yang menunjukan hubungan antara ukuran butir dalam mm (pada absis skala
logaritma) dengan persentase lebih kecil atau lolos (pada koordinat).

30
100
90
80

Percent Finer, % 70
60
50
40
30
20
10
0
10 1
Grain Diameter, mm

Gambar 4. 3 Grafik Erosi Aktual Pertahun

Finer # 200 = 28,80 %

Gravel = 0,00 %
Sand = 71,20 % Cc
Silt/Clay = 28,80 % Cu = =(D30)2/(D10
D10 D30 D60 D60/D10 x D60)

0,0410 0,25 0,51 12,44 2,99

31

Anda mungkin juga menyukai