PENDAHULUAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-
unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya
manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di
Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan
penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif
sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun
dengan meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, banjir, dan
kekeringan. Disisi lain tuntutan terhadap kemampuannya dalam menunjang sistem
kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir demikian besarnya (Susanto,
2012).
Erosi dapat terjadi karena sebab alami maupun karena aktivitas manusia.
Penyebab alami erosi antara lain karateristik hujan, kemiringan lereng, tanaman
penutup, dan kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air ke dalam lapisan
tanah dangkal. Erosi yang disebabkan oleh aktivitas manusia umumnya disebabkan
oleh adanya penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan, dan
perladangan (Suriawiria, 2003).
1
Untuk mengetahui besaran erosi di permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
dapat dilakukan secara kuantitatif dengan beberapa cara, salah satunya dengan
menggunakan metode empiris USLE. Metode ini paling umum digunakan untuk
memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur
dengan kondisi tertentu (Supirin, 2001). Metode ini dikembangkan oleh USDA dan
dapat dikembangkan pada lahan pertanian maupun non pertanian dengan segala
keterbatasan nya.
Salah satu cara untuk memprediksi besaran erosi adalah dengan metode USLE.
Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) digunakan untuk memprediksi besar
laju erosi dan tingkat bahaya erosi pada DAS Air Dingin.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Seberapa besar erosi yang terjadi di tahun 2011-2020 pada DAS Air Dingin.
2. Bagaimana klasifikasi tingkat erosi pada DAS Air Dingin di tahun 2011-
2020
Diharapkan dapat digunakan sebagai data pembantu atau data pembanding pada
penelitian serupa dan di lokasi penelitian yang sama.
1. Untuk mengetahui tentang pendugaan erosi dengan metode USLE pada DAS air
dingin.
2. Meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya tentang analisis pendugaan erosi
2
dengan metode USLE sehingga menjadi inspirasi dalam penelitian lebih lanjut.
3. Diharapkan dapat digunakan sebagai data pembantu atau data pembanding pada
penelitian serupa dan di lokasi penelitian yang sama.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai (DAS) termasuk wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami yang batas di darat merupakan pemisah topografis (punggung bukit) dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan
(PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai).
Proses pengeolaan DAS adalah upaya dalam mengelolah hubungan timbal balik
antar sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air dengan sumber daya manusia
di DAS dan segala aktivitasnya untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan jasa
lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian ekosistem DAS.
Tujuan -tujuan pengelolaan DAS meliputi :
1. Lahan yang produktif dan berkelanjutan sesuai dengan daya dukungnya
2. DAS yang mempunyai tutupan vegetasi tetap yang memadai dan aliran
(debit)
Air sungai stabil dan jernih tanpa adanya pencemaran air
3. Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan DAS semakin lebih baik
4. Kesejahteraan masyarakat lebih baik.
4
tertentu (Yuliana, 2008).
Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara
besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi
probabilitas. Analisis frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai atau data
hujan. Data yang digunakan adalah data debit atau hujan maksimum tahunan, yaitu data
yang terjadi selama satu tahun yang terukur selama beberapa tahun (Triadmodjo, 2008).
Sebagian besar analisis hidrologi memerlukan data curah hujan rata-rata daerah
aliran sungai (DAS). Hasil yang diperoleh dari pengukuran alat pengukur hujan adalah
kedalaman hujan pada satu tempat saja, sehingga hujan pada suatu luasan harus
diperkirakan dari titik pengukuran tersebut. Apabila pada suatu kawasan DAS memiliki
beberapa stasiun curah hujanyang ditempatkan secara berpencar maka, kedalaman hujan
yang tercatat di masing-masing stasiun dapat tidak sama. Dalam kondisi inilah Point
Rainfall (data hujan lokal) diubah menjadi Areal Rainfall (hujan rata-rata daerah aliran
sungai) yang dapat dilakukan dengan metode-metode berikut:
5
Isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman
hujan yang sama. Pada metode isohiet, dianggap bahwa hujan pada suatu
daerah di antara dua garis isohiet adalah merata dan sama dengan nilai rerata
dari kedua garis isohiet tersebut. Metode ini digunakan di daerah
data/pegunungan, stasiun hujan tersebar merata dan harus banyak, perlu
kerapatan yang cukup, dan perlu kerapatan jaringan yang cukup jika
membuat peta isohyet yang akurat.
2.3.2 Analisa Frekuensi Curah Hujan
Dari data curah hujan yang dimiliki, diperlukan analisa frekuensi curah hujan
untuk menentukan atau memperkirakan besar hujan menggunakan periode ulang
tertentu. Dari analisa frekuensi akan didapatkan kemungkinan tinggi curah hujan yang
terjadi pada periode ulang T tahun.
Sri Harto (1993) menyebutkan bahwa analisis IDF memerlukan analisis frekuensi
dengan menggunakan seri data yang diperoleh dari rekaman data hujan. Dalam statistik
dikenal empat macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam hidrologi,
yaitu distribusi Normal, Log Normal, Gumbel dan Log Person III.
Masing-masing mempunyai sifat yang khas, sehingga data curah hujan harus diuji
kecocokannya dengan sifat statistik masing-masing distribusi tersebut. Pemilihan
metode analisa frekuensi tergantung syarat yang dipenuhi pada tabel dibawah ini :
6
2.3.3 Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Metode Mononobe digunakan sebagai metode perhitungan intensitas curah hujan,
karena data curah hujan yang ada adalah data curah hujan harian (Joesron Loebis,
1992). Adapun persamaan yang digunakan seperti berikut :
R24 24 2
I
24 Tc ( ) 3
.................................................................................................... (2.1)
Keterangan :
I = Intensitas Curah Hujan
R24 = Curah Hujan Maksimum dalam 24 jam
Tc = Waktu Konsentrasi (jam)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang terjadi bila mana curah hujan pada titik
terjauhdari daerah pengalirantiba dan mengkonsentrasi pada titik yang ditinjau, dimana
debit banjir dari suatu perhitungan intensitas curah hujan rata-rata mencapai debit
maksimum (Menurut Hendi Haryadi,(2006)
Rumus menentukan waktu konsentrasi sebagai berikut :
[ ]
2 0,385
0,87 x L
Tc= ................................................................................. (2.2)
1000 xS
Keterangan :
Ts = Waktu Konsentrasi (jam)
L = Panjang Lintasan (km)
S = Kemiringan
The Soil Conservation Service (SCS, 1972, dalam Chow 1988) telah
mengembangkan metode untuk menghitung hujan efektif dari hujan deras, dalam
7
bentuk persamaan berikut :
Pe =¿ ¿....................................................................................... (2.3)
Dimana :
2.3 Erosi
8
Erosi terjadi karena adanya interaksi dari faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi
dan aktifitas manusia terhadap sumber daya alam (Arsyad, (2010).
9
melalui vegetasi.
5. Manusia
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi
lebih baik atau lebih buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah yang berlereng
curam merupakan pengaruh baik manusia karena dapat mengurangi erosi.
USLE dikembangkan di National Runoff and Soil Loss Data Centre yang
didirikan pada tahun 1954 oleh The Science and Education Administration Amerika
Serikat bekerja sama dengan Universitas Purdue. Meskipun terdapat kekurangan,
persamaan USLE hingga saat ini masih relevan dan paling banyak digunakan (Banuwa,
2013).
A = R K L S C P.................................................................................................(2.5)
10
bahwa nilai R yang merupakan daya perusak hujan (erosivitas hujan) tahunan
dapat dihitung dari data curah hujan yang didapat dari stasiun curah hujan
otomatik (ARR) atau dari data penangkar curah hujan biasa (Banuwa, 2013).
2. Erodibilitas Tanah (K)
Faktor erodibilitas tanah ialah kemampuan/ketahanan partikel tanah terhadap
pengelupasan dan pemindahan tanah akibat energi kinetik hujan. Nilai
erodibilitas tanah selain tergantung pada topografi, kemiringan lereng dan akibat
perlakuan manusia, juga ditentukan oleh pengaruh tekstur tanah, stabilitas
agregat, kapasitas infiltrasi, kandungan bahan organik dan non- organik tanah
(Sismanto, 2009).
3. Kemiringan Lereng (LS)
Dalam pembuatan nilai indeks panjang dan kemiringan lereng (LS) ini hanya
ditentukan dari kemiringan lereng saja atau bisa juga dengan cara menghitung
dengan melihat panjang dan kelerengan lahan (Asdak, 2002). Panjang lereng (L)
diukur dari suatu tempat pada permukaan tanah dimana erosi mulai terjadi
sampai pada tempat dimana terjadi pengendapan, atau sampai pada tempat
dimana aliran air di permukaan tanah masuk ke dalam saluran. Dalam praktek
lapangan nilai L sering dihitung sekaligus dengan faktor kecuraman (S)
sebagai faktor kemiringan lereng (LS) (Sismanto, 2009).
4. Pengelolaan Tanaman (C)
Dalam penentuan indeks pengelolaan tanaman ini ditentukan dari peta tata
guna lahan dan keterangan tata guna lahan pada peta topografi ataupun data yang
langsung diperoleh dari lapangan (Sismanto, 2009).
5. Konservasi Tanah (P)
Sedangkan penentuan indek konservasi tanah ditentukan dari interprestasi
jenis tanaman dari tata guna lahan yang dievaluasi dengan kemiringan lereng
serta pengecekan di lapangan (Sismanto, 2009).
11
Tabel 2. 2 Klasifikasi Tingkat Erosi
2 II 15-60 Ringan
4 IV 180-480 Berat
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Secara astronomis DAS Air Dingin terletak pada koordinat 100° 23' 35" -100°
30' 36" BT dan 0° 43' 31" -0° 50' 45" LS. Lokasi penelitian merupakan DAS yang
terletak di sebelah utara Kota Padang dengan batas wilayah yaitu diutara dengan
DAS Kandis Kota Padang, Selatan dengan DAS Kuranji Kota Padang, Timur dengan
DAS Air Dingin bagian tengah Kota Padang, dan Barat dengan Kabupaten Solok
(Gambar 1).
(Sumber:webgis:bws-sumatera5.com/)
13
3.3 Sumber Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang didapat dari survey langsung ke lokasi
penelitian. Data yang didapat untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya
dilapangan yang telah ditinjau.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari instansi terkait, data sekunder
dapat berupa foto, laporan tertulis, maupun data digital.
2. Analisis Erosi
14
3.4 Prosedur Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Distribusi
Probalitas Data
Tidak Sendimentasi
Chec Kesimpula
n dan
Saran
Selesai
15