Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI HUTAN

ANALISA DATA CURAH HUJAN WILAYAH

Kelompok A10
Figo Valentino Indra E1401201024
Windi Tri Astuti E1401201037
Sharla Martiza E1401201041
Syifa Putri Ramadhani E1401201083
Farrel Ardan E1401201105

Dosen Praktikum:
Dr. Ir. Hendrayanto M.Agr.Sc.
Wahyu Iskandar S.Hut., M.Agr.
Priyanto S.Hut., M.Si.

Asisten Praktikum:
Muh. Fikruddin Aslam E14190065
Yazid Ramdhani E14190073
Azhar Rais Guritno E14190070

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
HASIL

Tabel 1 Hasil pengukuran identitas pohon dan luas proyeksi tajuk


Pengukuran Nila
Keliling (cm) 53
Diameter (cm) 16,9
Tinggi (m) 6,45
Tajuk terpanjang (m) 7,35
Tajuk terpendek (m) 6,8
Luas proyeksi tajuk/Ac (m )
2
39,29
Luas penampang alat/Apt (m )2
1,2
Perbandingan luas 33:1

Contoh Perhitungan:

a. Mencari Diamater Batang


Keliling 53 cm
D= = =16,9 cm
π 3,14

b. Mencari Diameter Tajuk


Tajuk terpanjang +tajuk tegak lurus 7 ,35 cm+6 , 8 cm
Dc= = =7,075 meter
2 2

c. Mencari Luas Proyeksi Tajuk (Ac)


1 2 1 2 2
Ac = π D = ( 3,14 )( 7 , 075 ) =39 , 294 m
4 4

d. Mencari Luas Penampang Alat (Apt)


A pt = p x l=120 cm x 100 cm=12000 cm2=1.2 m2

e. Perbandingan Luas
2 2
Ac : A pt =39 ,294 m :1, 2 m
Ac : A pt =32, 745 :1
Ac : A pt ≈ 33:1
Tabel 2 Hasil pengukuran throughfall dan stemflow
throughfall Intersepsi Tajuk
hujan (Pg)
Tanggal (Pt) stemflow (Ps) (IC)
(mm) (mm) (mm) mm %Pg
3/10/2012 10 2.5 3.5 4 40.00
4/10/2012 12 3 3.4 5.6 46.67
5/10/2012 9 2.7 3.2 3.1 34.44
8/10/2012 8 2.4 2.8 2.8 35.00
10/10/201
2 15 3.8 4.2 7 46.67
11/10/201
2 16 4 4.5 7.5 46.88
13/10/201
2 19 4.8 5.4 8.8 46.32
14/10/201
2 22 5.5 6.2 10.3 46.82
15/10/201
2 7 2.1 2.5 2.4 34.29
16/10/201
2 4 1.4 1.7 0.9 22.50
19/10/201
2 10 2.5 3.5 4 40.00
20/10/201
2 12 3 3.4 5.6 46.67
21/10/201
2 15 3.8 4.2 7 46.67
25/10/201
2 18 4.5 5.1 8.4 46.67
26/10/201
2 12 3 3.4 5.6 46.67
27/10/201
2 12 3 3.4 5.6 46.67
29/10/201
2 16 4 4.5 7.5 46.88
30/10/201
2 16 4 4.5 7.5 46.88
31/10/201
2 6 1.8 2.1 2.1 35.00

Contoh Perhitungan:

Intersepsi(Ic)=Pg –(Pt + Ps)


Persen intersepsi( % Ic)=(Ic/ Pg) x 100 %

o Tanggal 03/10/2012
Ic=10 – ( 2,5+ 3,5 )=10 – 6
Ic=4,0 mm
% Ic = ( )
4
10
x 100 %

% Ic=40 %

o Tanggal 04/10/2012
Ic=12 – ( 3,0+3,4 )=10 – 6.4
Ic=5,6 mm

% Ic = ( 5,612 ) x 100 %
% lc=46,7 %

o Tanggal 05/10/2012
Ic=9 – ( 2,7+3,2 )=9 – 5,9
lc=3,1mm
% Ic = ( )
3,1
9
x 100 %

% lc=34,4 %

o Tanggal 30/10/2012
Ic=16 – ( 4,0+ 4,5 )=16 – 8,5
lc=7,5 mm
% Ic = ( )
7,5
16
x 100 %

% lc=46 ,9 %

o Tanggal 31/10/2012
Ic=6 – ( 1,8+2,1 )=6 – 3,9
lc=2, 1 mm
% Ic = ( )
2,1
6
x 100 %

% lc =35 %
Grafik Hubungan Antara Intersepsi
dengan Curah Hujan
12.0

10.0
Intersepsi tajuk (mm)

8.0

6.0

4.0

2.0

0.0
0 5 10 15 20 25
Curah hujan (mm)
PEMBAHASAN

Intersepsi curah hujan merupakan jumlah air hujan yang tertangkap oleh tajuk tanaman
yang kemudian diuapkan lagi ke atmosfer melalui proses evaporasi atau proses sublimasi.
Intersepsi air hujan terjadi ketika air hujan yang jatuh pada vegetasi/tajuk tanaman dan tertahan
beberapa saat, lalu kemudian diuapkan kembali ke atmosfir atau terserap oleh vegetasi tersebut
(Sari et al. 2021). Intersepsi curah hujan juga berperan penting untuk menentukan besarnya
aliran permukaan tanah dalam suatu area. Ketika curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah
telah melebihi kapasitas tampung tajuk pohon, maka kelebihan air hujan tersebut akan menjadi
air lolosan tajuk tanaman (throughfall) dan sebagian akan mengalir melalui batang tanaman
(stemflow) yang memiliki potensi menjadi aliran permukaan tanah sehingga dapat menimbulkan
erosi tanah pada area tersebut. Banyaknya air hujan yang terintersepsi oleh tajuk tanaman sangat
bervariasi tergantung kepada tipe daun, bentuk, kecepatan angin/ penyinaran matahari, suhu dan
kelembaban udara pada suatu area. Berdasarkan hasil penelitian pengukuran intersepsi tanaman
Eucalyptus pellita di Riau yang dilakukan oleh (Supangat et al. 2012) menyatakan bahwa
Besaran intersepsi hujan, lolosan tajuk dan aliran batang pada tanaman E. pellita menunjukkan
kecenderungan yang jelas dengan bertambahnya umur tanaman. Hal ini disebabkan karena faktor
utama yang mempengaruhinya yaitu tajuk tanaman dengan parameter luas penutupannya.
Komponen penyusun intersepsi air hujan oleh tanaman ada dua macam, yaitu aliran
batang (stemflow) dan curahan/ lolosan tajuk (throughfall). Aliran batang atau stemflow (Sf)
merupakan proses dimana air hujan secara langsung dilewatkan oleh batang dan cabang tanaman
ke bawah/tanah. Air berasal dari stemflow ini akan meningkatkan kandungan lengas tanah.
Banyaknya air yang menjadi stemflow dipengaruhi oleh bentuk batang dan daun tanaman serta
bentuk/ arsitektur percabangan dari tanaman. Secara umum, tanaman daun lebar mampu
menghasilkan stemflow lebih banyak dibanding tanaman daun jarum (konifer). Aliran batang
adalah air hujan yang tertahan oleh vegetasi kemudian mengalir ke bawah melalui permukaan
batang tanaman (Chanpaga dan Watchirajutipong. 2000). Aliran batang merupakan bagian
presipitasi yang mencapai tanah dengan mengalir ke bawah melalui batang pohon.Percabangan
pada pohon berpengaruh terhadap sisa air jatuhan yang tertahan pada posisi lebih atas. Semakin
banyak percabangan maka air hujan yang tertahan akan semakin banyak.
Faktor lainnya yaitu kemiringan cabang pada suatu pohon, hal tersebut berpengaruh
terhadap aliran hujan yang akan menuju batang, hingga jatuh ke tanah sebagai aliran batang.
Penelitian yang dilakukan oleh Ford dan Deans (1978), kemiringan cabang sebesar + 30° ideal
untuk mengalirkan air menuju batang utama. Namun besarnya kemiringan pada cabang pohon
tidak selalu sama tiap tahunnya. Aliran batang (stemflow) ditampung dengan menggunakan
selang berdiameter 1 cm yang mengelilingi batang yang diatur sedemikian rupa dengan salah
satu ujung selang diletakkan lebih rendah untuk memudahkan air mengalir, kemudian
disambungkan ke drum air.
Throughfall menjelaskan proses dari air hujan yang jatuh menerobos tajuk tanaman.
Proses ini dipengaruhi berbagai faktor, antara lain kerapatan batang dan daun tanaman, jenis
hujan, intensitas hujan dan lama kejadian hujan. Jumlah air yang menjadi throughfall bervariasi
tergantung jenis vegetasi tanaman (Chanpaga dan Watchirajutipong. 2000). Lolosan tajuk
(throughfall) merupakan air hujan yang jatuh langsung ke permukaan tanah melalui ruang antar
tajuk juga daun atau menetes melalui daun dan cabang. Lolosan tajuk dan aliran batang
merupakan dua proses mekanis dari jatuhnya air hujan dari permukaan tajuk vegetasi sampai
mencapai permukaan lantai hutan. Dengan demikian, beda antara curah hujan total dan hasil
pertambahan antara lolosan tajuk dan aliran batang disebut intersepsi (Asdak 2014).
Curahan tajuk nilainya akan berbeda pada setiap jenis tegakan tanaman, tergantung dari
kerapatan penutupan tajuk, ketebalan tajuk, dan luas tajuk. Penelitian yang dilakukan oleh Ford
dan Deans (1978) menunjukkan nilai intensitas curahan tajuk terbesar terjadi di dekat batang
pohon berdasarkan penakar hujan yang diletakkan di bawah tajuk dengan letak yang berbeda.
Faktor-faktor lain seperti arah angin saat terjadi hujan, kondisi alam, arah angin saat terjadi
hujan, dan variasi kondisi iklim sepanjang tahun mempengaruhi perbedaan curahan tajuk pada
waktu tertentu (Heryansah 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 2014. Hidrologi & Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Chanpaga, U. dan Watchirajutipong, T. (2000). Interception, throughfall and stemflow
of mixed deciduous with teak forest..
Heryansah EL. 2008. Intersepsi hujan pada hutan tanaman Agathis loranthifolia Sal. di
das Cicatih hulu Sukabumi [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sari VP, Yulnafatmawita, Gusmini. 2021. Pengukuran intersepsi curah hujan pada tanaman aren
(Arenga pinnata. Merr) di Kecamatan Lintau Buo Utara, Sumbar. 6(1): 36 - 43.
Supangat AB, Sudira P, Supriyo H, Poedjirahajoe E. 2012. Studi Intersepsi Hujan pada Tanaman
eucalyptus pellita di Riau. Agritech. 32(3): 318–324.

Anda mungkin juga menyukai