Anda di halaman 1dari 42

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN TUGAS BESAR

PERANCANGAN GEOMETRI JALAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Cantika Rahmalia Putri 1606833015


Yudha Wicaksana 1606822514

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

DEPOK

2018
2

BAB 1
TRASE JALAN ALTERNATIF 1

1.1 Menentukan Trase Jalan


Saat merancang suatu jalan baru, menentukan trase jalan adalah langkah
pertama yang dilakukan. Adapun, trase jalan adalah garis garis lurus yang saling
berhubungan dan terdapat pada peta topografi suatu muka tanah dalam perencanaan
jalan baru. Pada perancangan jalan, biasanya terdapat beberapa alternatif trase jalan
yang dirancang. Kemudian, berdasarkan alternatif trase jalan tersebut maka akan
dipilih trase terbaik yang memeuhi syarat dalam merancang jalan. Saat menentukan
trase jalan terdapat faktor yang dipertimbangkan diantaranya yaitu faktor topografi,
faktor tata guna lahan, jalur terpendek, gradien tidak terlalu curam, sudut luar tidak
terlalu besar, dan perhitungan volume pekerjaan tanah ( galian dan timbunan yang
seminimal mungkin ).
Pada tugas besar ini dalam menentukan trase, mula – mula penulis
menggunakan Google Earth untuk mencari lokasi yang tepat dengan ukuran 5 x 5
km , kemudian penulis mengekstrak data point. Setelah itu, menggunakan GPS
Visualizer untuk menambahkan data elevasi. Kemudian, menggunakan microsoft
excel untuk mengkonversi koordinat. Selanjutnya data hasil konversi, penulis input
ke openroads sehingga menjadi kontur jalan.

Universitas Indonesia
3

Adapun lokasi jalan yang penulis pilih yaitu di Kota Batam, tepatnya jalan
yang akan dirancang akan menghubungkan Jalan S.Parman, Kota Bagan dengan
Jalan Raya Kampung Bagan. Lokasi tersebut dipilih karena tidak terlalu padat
penduduk, selain itu kondisi medan jalan yang datar di lokasi tersebut.

Berikut merupakan alternatif pertama untuk trase jalan yang penulis


gunakan untuk merancang jalan

1.2 Klasifikasi Jalan


1.2.1 Klasifikasi menurut Fungsi Jalan
Pada tugas besar perancangan geometri jalan ini, jalan yang penulis desain
memiliki fungsi sebagai Jalan Arteri Primer. Adapun, berdasarkan Peraturan

Universitas Indonesia
4

Pemerintah No 34 Tahun 2006 Tentang jalan, Jalan Arteri Primer merupakan jalan
yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
Pada tugas besar ini, penulis menggunakan kecepatan rencana ( Vr )
sebesar 80 km/jam.

1.2.2 Klasifikasi menurut Medan Jalan


Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi jalan
tergantung dengan kondisi rencana trase yang digunakan. Penulis menghitung
kemiringan medan jalan menggunakan rumus :

% 𝐾𝑒𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 ( 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 ) = × 100%
𝑑
dimana h merupakan beda elevasi dan d merupakan jarak dari setiap station yang
akan dihitung kemiringannya.
Berdasarkan perhitungan kemiringan medan pada trase ini, penulis
memperoleh persentase kemiringan jalan ( slope ) rencana untuk trase ini yaitu :
No Station Elevasi Beda Tinggi Panjang Slope (%)
1 0 13 0 100 0
2 100 12.2 0.8 100 0.8
3 200 11.6 0.6 100 0.6
4 300 11.8 0.2 100 0.2
5 400 11.9 0.1 100 0.1
6 500 12.1 0.2 100 0.2
7 600 12.3 0.2 100 0.2
8 700 12.5 0.2 100 0.2
9 800 12.6 0.1 100 0.1
10 900 12.9 0.3 100 0.3
11 1000 13.2 0.3 100 0.3
12 1100 13.5 0.3 100 0.3
13 1150 13.6 1 50 2
14 1200 13.7 0.1 50 0.2
15 1250 13.9 0.2 50 0.4
16 1300 14.1 0.2 50 0.4
17 1350 14.2 0.1 50 0.2
18 1400 14.4 0.2 50 0.4
19 1450 13.8 0.6 50 1.2
20 1500 13.2 0.6 50 1.2

Universitas Indonesia
5

21 1550 12.5 0.7 50 1.4


22 1600 12.1 0.4 50 0.8
23 1700 10.9 1.2 100 1.2
24 1800 9.7 1.2 100 1.2
25 1900 8.7 2 100 2
26 2000 7.6 1.1 100 1.1
27 2100 8.8 1.2 100 1.2
28 2200 10.5 1.7 100 1.7
29 2300 12.1 1.6 100 1.6
30 2400 14.1 2 100 2
31 2500 15.2 1.1 100 1.1
32 2600 15.1 0.1 100 0.1
33 2700 15 0.1 100 0.1
34 2800 14.9 0.1 100 0.1
35 2900 13.5 1.4 100 1.4
36 3000 11.7 1.8 100 1.8
37 3100 10.3 3 100 3
38 3200 8.2 2.1 100 2.1
39 3300 4.9 3.3 100 3.3
40 3400 4.2 0.7 100 0.7
41 3500 8.5 4.3 100 4.3
42 3600 13 4.5 100 4.5
43 3650 15.3 2.3 50 4.6
44 3700 17.7 2.4 50 4.8
45 3750 18.9 1.2 50 2.4
46 3800 18.8 0.1 50 0.2
47 3850 17.6 1.2 50 2.4
48 3900 15 2.6 50 5.2
49 4000 10 4 100 4
50 4100 4.7 5.3 100 5.3
51 4200 2.2 2.5 100 2.5
52 4300 2.5 0.3 100 0.3
53 4400 2.7 0.2 100 0.2
54 4500 3 0.3 100 0.3
55 4600 3.8 0.8 100 0.8
56 4700 4.5 0.7 100 0.7
57 4800 5.2 0.7 100 0.7
58 4900 5.9 0.7 100 0.7
59 5000 7 1.1 100 1.1
Rata - Rata 1.393220339

Universitas Indonesia
6

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka rata – rata persen kemiringan jalan


pada trase ini yaitu 1.39%, hal ini menunjukkan termasuk jenis medan Datar ( D )
karena mempunyai kemiringan medan <3 %.

1.3 JARAK PANDANG


1.3.1 Perhitungan Jarak Pandang Henti
Dengan menggunakan kecepatan rencana ( Vr ) yang penulis gunakan
yaitu 80 km/jam, penulis menghitung jarak pandang henti untuk trase ini :
𝑉𝑅 2 80 2
(3.6) (
𝐽ℎ =
𝑉𝑅
𝑇+ =
80
(2.5 ) + 3.6)
3.6 2𝑔𝑓 3.6 2𝑥9.81𝑥0.35
𝐽ℎ = 127.469 𝑚
Nilai jarak pandang henti yang diperoleh yaitu 127.469 m. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil perhitungan memenuhi standar yang terdapat pada
Peraturan Binamarga mengenai Jarak Pandang Henti minimum dengan kecepatan
rencana 80 km/jam yaitu minimum 120 m.

1.3.2 Perhitungan Jarak Pandang Mendahului


Penulis menggunakan rumus berikut, untuk menghitung jarak pandang
mendahului :
𝐽𝑑 = 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4

Keterangan :
d1 : jarak yang di tempuh kendaraan penyiap selama waktu reaksi dan waktu
kendaraan hendak membelok ke lajur kanan.
d2 : jarak yang di tempuh kendaraan penyiap pada lajur kanan.
d3 : jarak antara kendaraan yang mendahului dengan yang datang dari berlawanan
d4 : jarak yang ditempuh kendaraan dari arah berlawanan (2/3 d2)

t1 :waktu reaksi, tergantung pada kecepatan ( 2.12 + 0.026 V )


t2 : waktu selama dilajur kanan ( 6.56 + 0.048 V )
m : perbedaan kecepatan antara kendaraan penyiap dan yang disiap ( 15km/jam )
V : kecepatan kendaraan ( Vr = 80 km/jam )

Universitas Indonesia
7

a : percepatan ( 2.052 + 0.0036 V)

 d1 = 0,278 t1 (V-m + at1/2)


a = 2.052 + 0.0036 V = 2.052 + 0.0036 ( 80 ) = 2.34
t1 = 2.12 + 0.026 V = 2.12 + 0.026 ( 80 ) = 4.2
 d1 = 0,278 t1 (V-m + at1/2) = 81.6316 m

 d2 = 0.278 x V x t2
t2 = 6.56 + 0.048 V = 6.56 + 0.048 ( 80 ) = 10.4
 d2 = 0.278 x V x t2 = 231.296 m

 d3 berada di range 30 – 100 meter  d3 = 100 m


 d4 = 2/3 d2 = 154.197 m

Maka, diperoleh jarak pandang mendahului :


𝐽𝑑 = 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4 = 567.125 𝑚

Nilai jarak pandang mendahului yang diperoleh sebesar 567.125 m, hal ini
menunjukan bahwa nilai JPM memenuhi standar Bina Marga. Pada standar Bina
Marga untuk kecepatan rencana 80 km/jam, panjang JPM minimum yaitu 550 m.

1.4 Alinemen Horizontal


Alinemen horizontal merupakan proyeksi horizontal dari suatau jalan.
Dalam merencanakan alinemen horizontal, harus mempertimbangkan faktor
kenyamanan dan keamanan pengguna jalan. Alinemen horizontal harus memenuhi
standar yang telah ditentukan. Adapun langkah – langkah yang dilakukan untuk
memperoleh Alinemen Horizontal :
1. Menghitung Jari – Jari Tikungan Minimum ( Rmin )
𝑉𝑟 2
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127. (𝑒 + 𝑓)

Keterangan :
Vr = kecepatan rencana ( km/jam )

Universitas Indonesia
8

e = superlevasi ( % )
F = koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f = 0.14 – 0.24

Berdasarkan rumus tersebut, penulis menghitung Rmin dengan besar


elevasi 1% - 10 %, dimana 10% merupakan nilai superelevasi maksimum, dan
besar kecepatan rencana ( Vr ) yaitu 80 km/jam.
e fmax Rmin
0.01 0.14 335.958
0.02 0.14 314.9606
0.03 0.14 296.4335
0.04 0.14 279.965
LENGKUNG 1 & 0.05 0.14 265.23
LENGKUNG 2 0.06 0.14 251.9685
0.07 0.14 239.97
0.08 0.14 229.0623
0.09 0.14 219.103
0.1 0.14 209.9738
0.06 0.14 350
Dari tabel tesebut, terlihat bahwa nilai Rmin dengan menggunakan nilai
superlevasi 1% - 9%, diperoleh nilai Rmin untuk kecepatan rencana 80 km/jam
yang memenuhi standar Bina Marga. Superlevasi merupakan uatu kemiringan
melintang di tikungan yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima
kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pads kecepatan VR.
Adapun berdasarkan ketentuan Bina Marga, panjang jari – jari minimum (
dibulatkan ) dengan Vr 80 km/jam yaitu 210 m. Berdasarkan perhitungan tersebut,
penulis mengasumsikan nilai e sebesar 6 % dan R desain yang digunakan yaitu 350
m.

2. Menghitung Panjang Lengkung Peralihan ( Ls )


Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian
lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari jari tetap R; berfungsi mengantisipasi
perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian
lengkung jalan berjari jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada
kendaraan saat berjalan di tikungan berubah secara berangsur-angsur.

Universitas Indonesia
9

Dalam menghitung panjang lengkung peralihan, menggunakan 3 rumus


dimana rumus 1) berdasarkan waktu tempuh maksimum di lengkung peralihan,
rumus 2) berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, dan rumus 3) berdasarkan tingkat
pencapaian perubahan kelandaian.
Lengkung 1 Lengkung 2

1) 66.6667 66.6667

47.7331 47.7331
2)
35.5556 35.5556
3)

Berdasarkan perhitungan nilai Ls tersebut, nilai Ls yang penulis gunakan yaitu yang
terbrsar yaitu 66.67 m

3. Melakukan Pengecekan Nilai P ( Pcek )


Ls2
P=
24 x Rc
66,672
Pcek = = 0.5291
24 x 350
Pcek > 0.25, maka diperlukan lengkung peralihan

4. Lengkungan Horizontal
 Pada tugas besar ini, penulis menggunakan lengkung SCS ( Spiral – Circle
– Spiral )

Universitas Indonesia
10

Berdasarkan rumus tersebut untuk menghitung lengkungan, maka diperoleh


data perhitungan lengkung untuk lengkung 1 dan lengkung 2 yaitu sebagai
berikut :
Lengkung 1 Lengkung 2
R 350.000 350.000
Sudut  54.932 44.776
Ls 66.667 66.667
𝜽s 5.460 5.460
𝜽c 44.013 33.857
Lc 268.724 206.714
L 402.057 340.048
P 0.528 0.528
K 33.304 33.304
Ts 215.516 177.690
Es 45.057 29.102
Xs 66.6065 66.606198

5. Posisi titik ST, TS pada trase jalan rencana dan panjang trase saat sudah ada
lengkung S-C-S
STA TS 1184.484
STA SC 1251.151
Lengkung
1 Tengah 1385.51252
STA CS 1519.87438
STA ST 1586.541
STA TS 3593.335

Universitas Indonesia
11

STA SC 3660.00204
Lengkung Tengah 3763.35881
2 STA CS 3866.71557
STA ST 3933.38257

1.5 Alinemen Vertikal


Pada alinemen vertikal komponen yang diperhatikan adalah jarak secara
vertikal atau elevasi. Adapun, saat merancang alinemen vertikal terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu gradien kemiringan jalan, panjang landai kritis,
dan biaya dalam hal pekerjaan volume jalan.

25
Alinemen vertikal
20
ELEVASI ASLI ELEVASI DESIGN Poly. (ELEVASI DESIGN)

15
ELEVASI

10

0 Jarak ( m )
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Berikut merupakan desain elevasi trase jalan dengan mempertimbangkan


kemiringan medan yang sudah terdapat pada kontur tanah eksisting :
Asli Rencana
Stasiun
Elevasi (m) Slope ( % ) Elevasi ( m ) Slope ( % )
0 13 0.8 13 0.5
100 12.2 0.6 13.5 0.5
200 11.6 0.2 14 0.5
300 11.8 0.1 14.5 0.5
400 11.9 0.2 15 0.5
500 12.1 0.2 15.5 0.5
600 12.3 0.2 16 0.5
700 12.5 0.1 16.5 0.5
800 12.6 0.3 17 0.5
900 12.9 0.3 17.5 0.5
1000 13.2 0.3 18 0.5

Universitas Indonesia
12

1100 13.5 0.118343195 18.5 0.5


1184.5 13.6 0.64516129 18.9225 0.5
1200 13.7 0.390625 19 0.5
1251.2 13.9 0.409836066 19.256 0.5
1300 14.1 0.116945387 19.5 0.5
1385.51 14.2 1.38026225 19.92755 0.5
1400 14.4 1.2 19.820324 -0.74
1450 13.8 0.858737656 19.450324 -0.74
1519.87 13.2 2.323265848 18.933286 -0.74
1550 12.5 1.09469075 18.710324 -0.74
1586.54 12.1 1.05764146 18.439928 -0.74
1700 10.9 1.2 17.600324 -0.74
1800 9.7 1 16.860324 -0.74
1900 8.7 1.1 16.120324 -0.74
2000 7.6 1.2 15.380324 -0.74
2100 8.8 1.7 14.640324 -0.74
2200 10.5 1.6 13.900324 -0.74
2300 12.1 2 13.160324 -0.74
2400 14.1 1.1 12.420324 -0.74
2500 15.2 0.1 11.680324 -0.74
2600 15.1 0.1 10.940324 -0.74
2700 15 0.1 10.200324 -0.74
2800 14.9 1.4 9.460324 -0.74
2900 13.5 1.8 8.720324 -0.74
3000 11.7 1.4 7.980324 -0.74
3100 10.3 2.1 7.240324 -0.74
3200 8.2 3.3 6.500324 -0.74
3300 4.9 0.7 5.760324 -0.74
3400 4.2 4.3 5.020324 -0.74
3500 8.5 4.821084208 4.280324 -0.74
3593.34 13 3.450345035 3.589608 -0.74
3660 15.3 6 3.096324 -0.74
3700 17.7 1.893939394 2.800324 -0.74
3763.36 18.9 0.272925764 2.33146 -0.74
3800 18.8 2.4 2.66122 0.9
3850 17.6 15.55023923 3.11122 0.9
3866.72 15 7.500750075 3.2617 0.9
3933.38 10 3.180890649 3.86164 0.9
4100 4.7 2.5 5.36122 0.9
4200 2.2 0.3 6.26122 0.9
4300 2.5 0.2 7.16122 0.9

Universitas Indonesia
13

4400 2.7 0.3 8.06122 0.9


4500 3 0.8 8.96122 0.9
4600 3.8 0.7 9.86122 0.9
4700 4.5 0.7 10.76122 0.9
4800 5.2 0.7 11.66122 0.9
4900 5.9 1.1 12.56122 0.9
5000 7 1 13.46122 0.9

 Menghitung Panjang Lengkung Vertikal


Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi puncak lengkung
dimana terdapat perbedaan kemiringan antara sisi jalan bagian kanan dan kiri.
Fungsi lain lengkung vertikal antara lain untuk menyediakan Jarak Pandang Henti
(JPH/Jh/S)

Universitas Indonesia
14

Lengkung Jenis g1 g2 A S Y
1 Cembung 0.5 -0.74 1.24 127.469 8
2 Cekung -0.74 0.9 1.64 127.469 8

Lengkung L>S L>S L<S L<S L=A.Y L=S^2/405 L rencana


-
Cembung 49.7480222 50.49611 66.8362 9.92 40.11937274 100
-
Cekung 47.06825 7.98678 90.2702 13.12 40.11937274 100

1.6 Lengkung Parabolik


Setelah penulis memperoleh lengkung vertikal, maka perlu melakukan
koreksi terhadap elevasi lengkung vertikal. Koreksi tersebut dapat dicari dengan
persamaan:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋 + 𝑐𝑥 2

Keterangan :
X = jarak stasiun ke VPC
A = elevasi VPC
B = gradien 1
𝑔2−𝑔1
C= 2𝑥𝐿

1. Lengkung 1
Jarak Elevasi Lengkung
Rencana
0 24.76608 24.76608
25 25.42 25.45875
50 26.56583 26.720834
25 26.40934 26.448092
0 25.86934 25.869342

Universitas Indonesia
15

LENGKUNG 1
27

26.5

26
Elevasi

25.5 lengkung
alignment
25

24.5
1240 1260 1280 1300 1320 1340 1360
Jarak

2. Lengkung 2
Jarak Elevasi Lengkung
Rencana
0 2.001342 2.001342
25 1.569342 1.620592
50 0.885054 1.090054
25 1.346718 1.397968
0 1.976718 1.976718

LENGKUNG 2
2.5

1.5
Elevasi

lengkung
1
alignment
0.5

0
3600 3650 3700 3750 3800 3850 3900
Jarak

Universitas Indonesia
16

1.7 Galian dan Timbunan ( Cut and Fill )


Galian Dan timbunan merupakan pemindahan sejumlah volume tanah
karena ada perbedaan ketinggian antara muka tanah asli dengan ketinggian rencana
trase di suatu tempat. Adapun, jika elevasi tanah asli berada di atas elevasi rencana
jalan maka perlu dilakukan pekerjaan galian, namun jika elevasi tanah asli berada
di bawah elevasi jalan rencana maka dilakukan pekerjaan timbunan.

Berikut merupakan perhitungan galian dan timbunan pada trase ini :


Asli Rencana Beda Tinggi
Stasiun Elevasi Super Slope Slope Elevasi
Selisih Tengah Cut/Fill
(m) Elevasi (%) (%) (m) Selisih
0 13 0 0.00 0.8 0.5 13 0 0 0
100 12.2 -0.8 -3.20 0.6 0.5 13.5 0.5 1.3 65
200 11.6 -0.6 -2.40 0.2 0.5 14 0.5 2.4 185
300 11.8 0.2 0.80 0.1 0.5 14.5 0.5 2.7 255
400 11.9 0.1 0.40 0.2 0.5 15 0.5 3.1 290
500 12.1 0.2 0.80 0.2 0.5 15.5 0.5 3.4 325
600 12.3 0.2 0.80 0.2 0.5 16 0.5 3.7 355
700 12.5 0.2 0.80 0.1 0.5 16.5 0.5 4 385
800 12.6 0.1 0.40 0.3 0.5 17 0.5 4.4 420
900 12.9 0.3 1.20 0.3 0.5 17.5 0.5 4.6 450
1000 13.2 0.3 1.20 0.3 0.5 18 0.5 4.8 470
1100 13.5 0.3 1.20 0.11834 0.5 18.5 0.5 5 490
1184.5 13.6 0.1 0.40 0.64516 0.5 18.9225 0.4225 5.3225 436.126
1200 13.7 0.1 0.40 0.39063 0.5 19 0.0775 5.3 82.3244
1251.2 13.9 0.2 0.80 0.40984 0.5 19.256 0.256 5.356 272.794
1300 14.1 0.2 0.80 0.11695 0.5 19.5 0.244 5.4 262.446
1385.51 14.2 0.1 0.40 1.38026 0.5 19.9276 0.4276 5.72755 475.758
1400 14.4 0.2 0.80 1.2 -0.74 19.8203 -0.107 5.420324 80.7663
1450 13.8 -0.6 -2.40 0.85874 -0.74 19.4503 -0.37 5.650324 276.766
1519.87 13.2 -0.6 -2.40 2.32327 -0.74 18.9333 -0.517 5.733286 397.686
1550 12.5 -0.7 -2.80 1.09469 -0.74 18.7103 -0.223 6.210324 179.93
1586.54 12.1 -0.4 -1.60 1.05764 -0.74 18.4399 -0.27 6.339928 229.293
1700 10.9 -1.2 -4.80 1.2 -0.74 17.6003 -0.84 6.700324 739.773

Universitas Indonesia
17

1800 9.7 -1.2 -4.80 1 -0.74 16.8603 -0.74 7.160324 693.032


1900 8.7 -1 -4.00 1.1 -0.74 16.1203 -0.74 7.420324 729.032
2000 7.6 -1.1 -4.40 1.2 -0.74 15.3803 -0.74 7.780324 760.032
2100 8.8 1.2 4.80 1.7 -0.74 14.6403 -0.74 5.840324 681.032
2200 10.5 1.7 6.80 1.6 -0.74 13.9003 -0.74 3.400324 462.032
2300 12.1 1.6 6.40 2 -0.74 13.1603 -0.74 1.060324 223.032
2400 14.1 2 8.00 1.1 -0.74 12.4203 -0.74 -1.67968 -30.9676
2500 15.2 1.1 4.40 0.1 -0.74 11.6803 -0.74 -3.51968 -259.968
2600 15.1 -0.1 -0.40 0.1 -0.74 10.9403 -0.74 -4.15968 -383.968
2700 15 -0.1 -0.40 0.1 -0.74 10.2003 -0.74 -4.79968 -447.968
2800 14.9 -0.1 -0.40 1.4 -0.74 9.46032 -0.74 -5.43968 -511.968
2900 13.5 -1.4 -5.60 1.8 -0.74 8.72032 -0.74 -4.77968 -510.968
3000 11.7 -1.8 -7.20 1.4 -0.74 7.98032 -0.74 -3.71968 -424.968
3100 10.3 -1.4 -5.60 2.1 -0.74 7.24032 -0.74 -3.05968 -338.968
3200 8.2 -2.1 -8.40 3.3 -0.74 6.50032 -0.74 -1.69968 -237.968
3300 4.9 -3.3 -13.20 0.7 -0.74 5.76032 -0.74 0.860324 -41.9676
3400 4.2 -0.7 -2.80 4.3 -0.74 5.02032 -0.74 0.820324 84.0324
3500 8.5 4.3 17.20 4.82108 -0.74 4.28032 -0.74 -4.21968 -169.968
3593.34 13 4.5 18.00 3.45035 -0.74 3.58961 -0.691 -9.41039 -636.115
3660 15.3 2.3 9.20 6 -0.74 3.09632 -0.493 -12.2037 -720.397
3700 17.7 2.4 9.60 1.89394 -0.74 2.80032 -0.296 -14.8997 -542.067
3763.36 18.9 1.2 4.80 0.27293 -0.74 2.33146 -0.469 -16.5685 -996.913
3800 18.8 -0.1 -0.40 2.4 0.9 2.66122 0.3298 -16.1388 -599.198
3850 17.6 -1.2 -4.80 15.5502 0.9 3.11122 0.45 -14.4888 -765.689
3866.72 15 -2.6 -10.40 7.50075 0.9 3.2617 0.1505 -11.7383 -219.258
3933.38 10 -5 -20.00 3.18089 0.9 3.86164 0.5999 -6.13836 -595.829
4100 4.7 -5.3 -21.20 2.5 0.9 5.36122 1.4996 0.66122 -456.301
4200 2.2 -2.5 -10.00 0.3 0.9 6.26122 0.9 4.06122 236.122
4300 2.5 0.3 1.20 0.2 0.9 7.16122 0.9 4.66122 436.122
4400 2.7 0.2 0.80 0.3 0.9 8.06122 0.9 5.36122 501.122
4500 3 0.3 1.20 0.8 0.9 8.96122 0.9 5.96122 566.122
4600 3.8 0.8 3.20 0.7 0.9 9.86122 0.9 6.06122 601.122
4700 4.5 0.7 2.80 0.7 0.9 10.7612 0.9 6.26122 616.122
4800 5.2 0.7 2.80 0.7 0.9 11.6612 0.9 6.46122 636.122
4900 5.9 0.7 2.80 1.1 0.9 12.5612 0.9 6.66122 656.122
5000 7 1.1 4.40 1 0.9 13.4612 0.9 6.46122 656.122
Total 6769.58

Universitas Indonesia
18

Selanjutnya penulis membuat diagram massa ( mass diagram ). Diagram


massa merupakan grafik yang menunjukkan hubunan antara panjang setiap stasiun
dengan volume kumulatif. Adapun, volume kumulatif merupakan hasil dari total
volume galian dan volume timbunan yang terakumulasi.

MASS DIAGRAM
mass diagram Log. (mass diagram) Poly. (mass diagram)

1000

500

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

-500

-1000

-1500

Universitas Indonesia
19

BAB 2
TRASE JALAN ALTERNATIF 2

2.1 Perencanaan Jalan


 Lokas Eksisting : Jalan S. Parman, Kota Bagan, Jalan Raya
Kampung Bagan, Kota Batam
 Klasifikasi Jalan : 4/2 D Arteri Primer
 Kecepatan Rencana : 80 Km/jam
 Kelandaian Maksimum :8%

2.2 Alternatif Trase Jalan


Alternatif 1 (SCS – SCS)

Universitas Indonesia
20

2.3 Perencanaan Jalan


Vr = 80 km/jam

𝑉𝑟²
JPH = 0.278 𝑥 𝑉𝑟 𝑥 𝑇 + 0.039 𝑎

80²
= 0.278 x 80 x 2.5 + 0.039 3.4

= 128 m

JPM= 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4

a = 2.052 + 0.0036 Vr = 2.052 + 0.0036 (80) = 2.34

t1 = 2.12 + 0.026 Vr = 2.12 + 0.026 (80) = 4.2

t2 = 6.56 + 0.048 Vr = 6.56 + 0.048 (80) = 10.4

𝑎𝑡1
𝑑1 = 0,278 𝑡1 (𝑉𝑟 − 𝑚 − )
2

2.34𝑥4.2
= 0.278 (4.2) (80 - 10 - ) = 87.5 m
2

𝑑2 = 0,278 𝑉𝑟 𝑥 𝑡2 = 0,278 (80)(10.4) =253.3 m

𝑑3 = 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 30 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 100 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟  55 m

2 2
𝑑4 = 3 𝑑2 = 3 𝑥 253.3 = 154.2 m

JPM = d1 + d2 + d3 + d4 = 87.5 + 231.3 + 55 + 154.2 = 528 m

Universitas Indonesia
21

2.4 Alinyemen Horizontal

 Lengkung 1 (S-C-S)

Gambar 2.1. Lengkung Horizontal 1 (S-C-S)

Universitas Indonesia
22

Vr = 80 km/jam

emax = 4%

enormal= 2%

fmax= 0.14

𝑉𝑟² 80²
Rmin = 127 ( 𝑒𝑚𝑎𝑥+𝑓𝑚𝑎𝑥) = 127 ( 0.04+0.14) =279.97 m

𝑉𝑟² 80²
Rmax = 127 ( 𝑒𝑚𝑖𝑛+𝑓𝑚𝑎𝑥) = 127 ( 0.02+0.14) =314.96 m

R yang digunakan berdasarkan pertimbangan area kontur sebesar 300 m

Berdasarkan R desain yang telah ditentukan, maka didapatkan nilai superelevasi


rencna berdasarkan R yang digunakan sebesar,

𝑉²
e – f = 127 𝑅

80²
e = 127 300 + 0.14

e = 2.8 %

Perhitungan Lengukung 1 Spiral Circle Spiral (S-C-S)

Δ = 63o

Perhitungan Lengkung Spiral

Berdasarkan Waktu Tempuh,

Vr 80
LS 1 = 3.6 𝑇 = 𝑥 3 = 66.67 m
3.6

Berdasarkan Antisipasi gaya sentrifugal

Vr³ Vr .e 80³ 80 (0.028)


LS 2 = 0.022 − 2.727 = = 0.022 − 2.727 = 78.61m
𝑅.𝑐 𝑐 300(0.4) 0.4

Universitas Indonesia
23

Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

(em−en)Vr (0.028−0.02)80
LS 3 = = = 7.09 m
3.6 (0.035) 3.6 (0.035)

Ls yang digunakan, (digunakan nilai terbesar)

LS 4 = 78.61 m

𝐿𝑆 78.61
θs = = = 7.51o
2𝑅 2 𝑥 300

θc = Δ - 2 θs = 63 - 2 (7.51) = 47.98o

LS3 78.613
Xc = Ls - (40 𝑥 𝑅2 ) = 78.61 - (40 𝑥 3002 ) = 78.47 m

LS2 78.612
Yc = = = 3.43 m
6𝑅 6(300)

k = Xc - Rsin θs = 78.47 - 300sin7.51 = 39.26 m

LS3 78.613
p = (24 𝑥 𝑅) = (24 𝑥 300)= 0.86 m

Δ 63
Es = (R+P)sec 2 - R = (300+0.86)sec 2 - 300 = 52.85 m

Δ 63
TS = (R+P)tan 2 + k = (300+0.86)tan 2 + 39.26 = 223.63 m

θc 47.98
Lc = 360 𝑥 2 𝜋 𝑅 = 𝑥 2 𝜋 300 = 251.09 m
360

Ltot = 2Ls + Lc = 2 (78.61) + 251.09 = 408.31 m

Universitas Indonesia
24

2.5 Alinyemen Vertikal


 Lengkung Vertikal 1 (Cekung)

Lengkung Vertikal
35.74
Elevasi (m) 35.73
35.72
35.71 Alinemen
35.7
Parabolik
35.69
0 20 40 60 80 100
Jarak (m)

Gambar 2.3. Lengkung Vertikal 1 (Cekung)

Jph = 128 m

g1 = 0%

g2 = 8%

A = g2-g1 = 0 + (8) = 8%

Panjang Minimum Lengkung

L = A.Y = 8 x 8 = 64 m

𝑆² 128²
L = 405 = = 40.45 m
405

Panjang Lengkung Vertikal jika JPH > L

405 405
L=2𝑆− = 2.128 − = 205.38 m (Tidak OK)
𝐴 8

Panjang Lengkung Vertikal Berdasarkan Penyinaran Lampu Kendaraan

Jika Penyinaran Lampu Depan < L

𝐴𝑆² 8𝑥128²
L = 150+3.5𝑆 = 150+(3.5𝑥128) = 219.18 m (OK)

Jika Penyinaran Lampu Depan > L

Universitas Indonesia
25

150+3.5𝑆 150+3.5𝑥128
L = 2𝑆 − = 2 𝑥 128 − = 181.25 m (Tidak OK)
𝐴 8

Panjang Lengkung yang digunakan 219.18 m

Penentuan Nilai Ev

Ev = (A.L)/800 = (8.219)/800 = 2.192 m

 Lengkung Vertikal 2 (Cembung)


Pada Lengkung ini Kecepatan akan diturunkan menjadi 60 km/jam
dikarenakan untuk menghindari galian yang besar pada area lengkung
sehingga,

L. Vertikal 1
50.5500
50.5000
50.4500
Elevasi (m)

50.4000
50.3500
Alinemen
50.3000
50.2500
Parabolik

50.2000
50.1500
0 20 40 60 80 100
Jarak (m)

Gambar 2.4. Lengkung Vertikal 2 (Cembung)

Jph = 83 m

g1 = 8%

g2 = 7.3%

A = g2+g1 = 8 + (7.3) = 15.3%

Universitas Indonesia
26

Panjang Minimum Lengkung

L = 15.3.Y = 15.3 x 8 = 122.4 m

𝑆² 83²
L = 405 = = 17.01 m
405

Panjang Lengkung Vertikal jika JPH < L

𝐴 𝐽𝑝ℎ² 15.3 83²


L= = = 264.16 m (OK)
399 399

Panjang Lengkung Vertikal jika JPH > L

399 399
L = 2𝐽𝑝ℎ − = 2 . 83 − 15.3 = 139.92 m (Tidak OK)
𝐴

Panjang Lengkung yang digunakan 264.16 m

Penentuan Nilai Ev

Ev = (A.L)/800 = (15.3.264.16)/800 = 5.052 m

Superelevasi

Universitas Indonesia
27

2.6 Galian Timbunan

Elevasi Kontur Desain Luas Total Volume Volume Total Volume Komulatif

Titik

Luar Dalam Kiri CL kanan Kiri CL Kanan Galian Timbun Galian Timbun

(%) (%) m m m m m m m2 m2 m3 m3 m3 m3
A -2 -2 127,00 130,00 132,00 126,00 130,00 131,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
T -2 -2 108,00 110,00 112,00 109,00 110,00 111,00 131,15 0,00 8524,45 0,00 8524,45 8524,45
T -2 -2 97,00 99,00 101,00 98,00 99,00 102,00 0,00 0,00 12458,81 0,00 12458,81 20983,26
T -2 -2 95,00 96,00 97,00 96,00 96,00 98,00 0,00 -26,78 0,00 -3133,5 -3133,59 17849,68
B -2 -2 92,00 94,00 96,00 91,00 94,00 95,00 0,00 0,00 0,00 -4352,2 -4352,21 13497,47
TS -2 0 90,00 92,00 94,00 91,00 92,00 95,00 47,46 0,00 617,04 0,00 617,04 14114,51
SC -4 -4 88,00 90,00 93,00 87,00 90,00 92,00 98,89 0,00 2927,02 0,00 2927,02 17041,53
CS -2 0 85,00 88,00 89,00 86,00 88,00 90,00 47,46 0,00 23416,17 0,00 23416,17 40457,71
TS -2 -2 70,00 72,00 74,00 71,00 72,00 73,00 196,14 0,00 4872,04 0,00 4872,04 45329,75
T -2 -2 68,00 70,00 72,00 67,00 70,00 71,00 51,49 0,00 11143,21 0,00 11143,21 56472,95
TS 0 -2 64,00 67,00 69,00 64,00 67,00 70,00 0,00 0,00 875,32 0,00 875,32 57348,27
SC -4 -4 55,00 56,00 58,00 54,00 56,00 59,00 0,00 -17,16 0,00 -423,95 -423,95 56924,32
CS 0 -2 53,00 55,00 57,00 54,00 55,00 56,00 0,00 0,00 0,00 -3425,1 -3425,08 53499,24
TS -2 -2 43,00 44,00 47,00 43,00 44,00 45,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53499,24
C -2 -2 58,00 60,00 62,00 60,00 60,00 63,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53499,24
D -2 -2 62,50 64,50 66,50 63,50 64,50 65,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53499,24

DIAGRAM MASSA
70000

60000

50000

40000
Volume (m3)

30000

20000

10000

0
-200 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400
-10000
STA (m)

Universitas Indonesia
28

2.7 Pembahasan
Jalan yang dirancang ini merupakan jalan dengan kecepatan rencana 80
km/jam, dengan klasifikasi jalan arteri primer, tipe II kelas 2. Jalan arteri primer
adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien, dengan
peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Jalan tipe II kelas
2 merupakan standar tertinggi bagi jalan-jalan 4 lane atau lebih, memberikan
pelayanan angkutan cepat dengan kontrol. Berdasarkan ketentuan dari Bina Marga
Jalan Perkotaan dan RSNI-T14-2004, jalan tipe II kelas 2 memiliki lalu lintas harian
17000 SMP dan lalu lintas harian perjalur 13000 SMP. Jumlah jalur dari jalan yang
direncanakan ini adalah 2 jalur yang terdiri dari 4 lajur tanpa diberikan median.
Masing-masing lajur memiliki lebar 3.5 m. Jalan yang direncanakan ini memiliki
bahu jalan selebar 2.5 m dan trotoar selebar 3 m. Jarak pandang juga ditentukan
dalam perancangan geometrik jalan ini. Jarak pandang henti telah dihitung sebesar
128 m dan jarak pandang menyiap sebesar 528 m. Jarak pandang henti dan jarak
pandang menyiap tersebut memenuhi persyaratan yang tercakup dalam Bina
Marga.
Setelah membuat perencanaan awal, langkah selanjutnya adalah merancang
trase jalan, alinyemen horizontal, dan alinyemen vertikal. Terdapat beberapa desain
trase jalan dan alinyemen horizontal. Dari beberapa desain yang telah dibuat dan
diperhitungkan, kami memilih alternatif ketiga untuk alinyemen horizontal dan
alinyemen vertikal. Alinyemen horizontal yang kami pilih, jari-jari lengkung
pertama 300 m, dengan sudut keduanya 63o, dan panjang lengkung masing-masing
78.6 m. Alinyemen horizontal tersebut kami pilih dengan beberapa alasan
pendukung, diantaranya, karena panjang lengkungnya lebih panjang daripada
panjang lengkung dari percobaan pertama dan kedua. Hal ini tentunya berpengaruh
terhadap kenyamanan pengendara atau pemakai jalan. Semakin panjang lengkung
maka akan semakin nyaman. Pada percobaan pertama, perhitungan lengkung belum
dilanjutkan hingga terselesaikan setiap detailnya, namun dilihat dari besar jari-jari
dari lengkung Spiral-Circle-Spiral yang sama.

Selanjutnya dihitung galian dan timbunan dari alinyemen vertikal


yang dipilih, dengan mengalikan lebar jalan berdasarkan potongan melintang

Universitas Indonesia
29

dengan kedalamannya. Potongan melintang dari desain jalan ini berisi 2 jalur lalu
lintas dengan 4 lajur, bahu jalan, trotoar, dan saluran. Lebar masing-masing lajur
adalah 3.5 m, lebar bahu jalan 3.5 m, lebar trotoar 3 m, dan lebar saluran 0.6 m.
Setelah menghitung galian dan timbunan berdasarkan potongan pada 16 stasiun,
diketahui banyak galian sebesar 64834 m3 dan banyak timbunan sebesar 11335 m3.
Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa tidak terjadi defisit tanah karena banyak
galian lebih besar daripada timbunan. Terjadi kelebihan tanah sebanyak 53499 m3.

Universitas Indonesia
30

BAB 3
TRASE JALAN ALTERNATIF 3

3.1 Kontur dan Trasse Jalan

3.2 Superelevasi

Universitas Indonesia
31

3.3 Profile Vertikal

3.4 Cross Section

3.5 Cut and Fill

Pada pembuatan trasse menggunakan openroad, pemilihan trasse


berdasarkan titik tinjau dari asisten, pemilihan jalan disesuaikan dengan kesesuaian
jalan dengan elevasi yang ada, pada trasse ini dapat diketahui alinyemen horizontal
dari trasse yang melewati dua belokan dan alinyemen vertikalnya. Superelevasi dari
trasse ini melewati dua belokan pada trasse yang dipilih. Berdasarkan penentuan
alinyemen vertical dapat ditentukan berapa volume dari galian dan urugan yang
harus dilakukan dengan persentase 11%, yang mada dapat diperoleh pemilihan
trasse dan penentuan galian dan urugan yang lebih efisien dengan menetapkan
trasse yang ideal.

Universitas Indonesia
32

BAB 4
TRASE JALAN ALTERNATIF 4

4.1 Trase Jalan

4.2 Superelevasi

Universitas Indonesia
33

4.3 Alinemen Vertikal

4.4 Potongan Jalan

Universitas Indonesia
34

4.5 Cut and Fill

Universitas Indonesia
35

4.6 Diagram Massa ( Mass Diagram )

Mass Diagram
2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
-500000

-1000000

-1500000

4.7 Pembahasan
Pada trase ini, penulis menggunakan jari – jari dengan panjang 300 m.
Adapun, panjang lengkung peralihan ( Ls ) yang digunakan yaitu 70 m. Untuk
superelevasi pada trase ini, penulis mengasumsikan besarnya yakni 6 %. Sedangkan
pada alinemen vertikal, Lv yang digunakan penulis pada lengkung 1 yaitu 400 m,
sedangkan untuk lengkung 2 yaitu 500 m. Panjang lengkung vertikal ( Lv ) ini
menyesuaikan dengan panjang lengkung horizontal. Warna ungu – hijau – ungu
yang terdapat pada grafik alinemen vertikal tersebut menggambarkan lengkung
horizontal yang sudah penulis buat.
Berdasarkan openroads, penulis memperoleh besar cut and fill. Besar
volume galian ( cut ) yaitu 2568695.4504, sedangkan volume timbunan ( fill ) yaitu
2537476.7664. Sehingga selisih volume cut and fill yaitu 31218.684. Hal ini
menunjukkan dalam pembuatan jalan menggunakan trase ini, selisih volume galian
dan timbunan <10%.

Universitas Indonesia
36

BAB 5
TRASE JALAN ALTERNATIF 5

5.1 Trase Jalan dan Kontur

5.2 Superelevasi

Universitas Indonesia
37

5.3 Alinemen Vertikal

5.4 Potongan Jalan

Universitas Indonesia
38

5.5 Galian dan Timbunan ( Cut and Fill )

5.6 Pembahasan
Pada trase ini, kriteria desain yang penulis gunakan yaitu panjang jari –
jari 400 m dengan asumsi elevasi 4%. Berdasarkan hasil perhitungan galian dan
timbunan, terlihat selisih volume galian dan volume timbunan yaitu 27731.3249
yang menunjukkan bahwa selisih galian dan timbunan masih memenuhi standar
normal yakni selisihnya harus <10%.

Universitas Indonesia
39

BAB 6
ALTERNATIF TRASE JALAN 6

6.1 Kontur dan Trasse Jalan

6.2 Superelevasi

Universitas Indonesia
40

6.3 Profile Vertikal

6.4 Cross Section

6.5 Cut and Fill

Pada pembuatan trasse menggunakan openroad, pemilihan trasse


berdasarkan titik tinjau dari asisten, pemilihan jalan disesuaikan dengan kesesuaian
jalan dengan elevasi yang ada, pada trasse ini dapat diketahui alinyemen horizontal
dari trasse yang melewati dua belokan dan alinyemen vertikalnya. Superelevasi dari
trasse ini melewati dua belokan pada trasse yang dipilih. Berdasarkan penentuan
alinyemen vertical dapat ditentukan berapa volume dari galian dan urugan yang
harus dilakukan dengan persentase kurang dari 10%, yang mana trasse ini dapat
terbilang efisien dengan perhitungan galian dan urugannya, meski demikian dapat

Universitas Indonesia
41

ditentukan kembali trasse dengan elevasi dan penentuan alinyemen yang ideal
sehingga dapat mengefisiensikan pengeluaran dana.

Universitas Indonesia
42

Referensi :
Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota Direktorat Jenderal Bina
Marga Departemen Pekerjaan Umum tahun 1997.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai