A. Gambaran Umum
Kelurahan Margorejo terletak di Kecamatan Metro Selatan Kota Metro
dengan luas wilayah 2.46 km2. Lokasi penelitian terletak pada ruas Jalan Cemara
dan Jalan Kapten Tendean yang berada di komplek padat penduduk dan juga
berdekatan dengan pasar Margorejo. Untuk mengetahui gambaran yang lebih
jelas untuk saluran drainase pada daerah yang ditinjau dapat dilihat pada
gambar 7 yang menunjukan arah aliran air hasil pengamatan di lapangan.
Dapat dilihat pada gambar 7 bahwasannya pada ruas Jalan Cemara dan
Kapten Tendean terdapat 8 saluran yang mengalirkan air ke 1 saluran pembuang
yang mana salurannya berbentuk trapesium dengan kemiringan dasar tiap
saluran berbeda. Untuk saluran S.1 memiliki kemiringan 0.26 %, saluran S.2
sebesar 0.12 %, saluran S.3 sebesar 0.04 %, saluran S.4 sebesar 0.39 %,
saluran S.5 sebesar 0.17 %, saluran S.6 sebesar 0.17 %, saluran S.7 sebesar
0.23 %, dan saluran S.8 sebesar 0.02 %.
36
37
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
a. Data Curah Hujan
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menggunakan data curah hujan
biasa yang didapat dari BPS Kota metro yang menampilkan curah hujan
harian sepuluh tahun terakhir. Berikut ini akan ditampilkan data curah
hujan yang sudah penulis rangkum dari tahun 2011 sampai dengan 2020.
Tabel 8. Data Curah Hujan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ag Sep Okt Nov Des
Tahu
(mm (mm (mm Maks
n (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
) ) )
2011 224 230 331 275 120 16 65 0 0 119 98 200 331
2012 181 212 116 71 56 94 22 7 37 116 106 166 212
2013 129 28 85 33 46 7 116 0 39 6 30 220 220
2014 120 30 80 40 56 47 106 0 39 8 100 156 156
2015 276 299 327 183 93 48 23 0 4 0 52 318 327
2016 330 303 330 169 134 93 48 33 47 187 270 18 330
2017 386 326 501 172 90 66 47 47 93 113 201 255 501
2018 235 444 430 250 176 151 26 11 41 79 87 21 444
2019 275 198 282 185 93 53 168 32 0 79 40 121 282
2020 390 345 349 - - - - - - - - - 390
(BPS Kota Metro,2020)
b. Data Saluran Drainase
Pada pengamatan dilapangan yang dilakukan peneliti pada ruas jalan
Cemara dan Kapten Tendean diperoleh data saluran sebagai berikut :
Tabel 11. Data Saluran Drainase
No Saluran Panjang (L) Kemiringan Saluran (S) Keterangan
1 S.1 0.106 km 0.26 % Beton
2 S.2 0.106 km 0.12 % Beton
3 S.3 0.094 km 0.04 % Beton
4 S.4 0.304 km 0.39 % Beton
5 S.5 0.383 km 0.17 % Pasangan Batu Belah
6 S.6 0.383 km 0.17 % Pasangan Batu Belah
7 S.7 0.102 km 0.23 % Pasangan Batu Belah
8 S.8 0.102 km 0.03 % Pasangan Batu Belah
38
(Hasil Pengamatan)
Tabel 12. Hasil Pengukuran Elevasi Saluran Drainase.
No Saluran Sta Elevasi
1 S.1 0+000 – 0+040
0+040 – 0+075
0+075 – 0+106
2 S.2 0+000 – 0+050
0+050 – 0+075
0+075 – 0+106
3 S.3 0+000 – 0+030
0+030 – 0+065
0+065 – 0+094
4 S.4 0+000 – 0+100
0+100 – 0+200
0+200 – 0+225
0+225 – 0+260
0+260 – 0+304
5 S.5 0+000 – 0+100
0+100 – 0+383
6 S.6 0+000 – 0+020
0+020 – 0+045
0+045 – 0+250
0+250 – 0+300
0+300 – 0+383
7 S.7 0+000 – 0+040
0+040 – 0+070
0+070 – 0+102
8 S.8 0+000 – 0+045
0+045 – 0+075
0+075 – 0+102
(Hasil Pengamatan)
39
2. Analisis Data
a. Analisa Hidrologi
Curah hujan yang digunakan pada penelitian ini penulis menggunakan
data curah hujan selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2020 .
1) Curah Hujan Maksimum
Tabel 13. Curah Hujan Maksimum
CH Maks
NO Tahun
(mm)
1 2011 331
2 2012 212
3 2013 220
4 2014 156
5 2015 327
6 2016 330
7 2017 501
8 2018 444
9 2019 282
10 2020 390
(Hasil Perhitungan)
Rata-rata
319.3
(X)
(Hasil Perhitungan)
X=
∑ Xi 3193
n = 10 = 319.3 mm
b) Standar Deviasi (S)
√∑ ( Xi−X )2
(S) = n−1
= √ 103306.10
10−1 = 107.14 mm
c) Koefisien Kemencengan/Skewness(Cs)
n . ∑ ( x i −x )3
10 .1673457 . 24
3 3
Cs = ( n−1 )( n−2) S = ( 9 )( 8) 107,15 = 0.019 mm
d) Koefisien Kurtosis (Ck)
n. ( n+1) ∑ ( x i−x )
4 2
3(n−1)
{ 4
Ck = (n−1 )( n−2 )( n−3 ) S } - (n−2)(n−3) =
10(11)2299652344 . 94 3(9)2
(9 )(8 )(7 )107 .15 4 - (8)(7) =- 0.53 mm
e) Koefisien Variasi (Cv)
41
S 107.15
Cv = X = 319.3 = 0.33 mm
Hasil perhitungan parameter statistik distribusi curah hujan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 15. Perhitungan Parameter Statistik Distribusi Curah Hujan
Setelah diketahui nilai dari faktor – faktor dari perhitungan di atas dapat
ditentukan metode distribusi mana yang dapat dipakai, seperti disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 16. Jenis Sebaran
LogX=
∑ LogXi 24 . 80
n = 10 = 2.48 mm
c) Menghitung Nilai Deviasi Standar Dari Log X
n. ∑ ( log Xi−log X )
3
10 .( -0 . 00132)
3
CS= (n−1 )(n−2 )S 3
= ( 10−1 )(10−2 )( 0. 1559) =-0.048 mm
e) Menentukan Faktor Kekerapan K (lihat tabel 3)
Dengan data Cs = -0.048 dan kala ulang 2 tahun secara interpolasi
didapatkan harga K :
(−0. 048 )−(−0 . 2)
0 . 033+ x (0−0 .033 )
( 0. 0 )−(−0 . 2) = 0.0305mm
43
Tabel 18.Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson III
Kala Ulang
Log x K S Log Xt Xt(mm)
(tahun)
2 2.48 0.0305 0.1559 2.4813 305
5 2.48 0.8439 0.1559 2.6116 408
10 2.48 1.2762 0.1559 2.6790 477
50 2.48 1.9450 0.1559 2.7958 625
100 2.48 2.2905 0.1559 2.8371 687
(Hasil Perhitungan)
Curah hujan rencana tiap T tahun dengan metode Log Pearson III dapat dilihat
pada tabelberikut :
Tabel 19.Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson III
Kala Ulang Curah Hujan Rencana
(tahun) (mm)
2 305
5 408
10 477
50 625
100 687
(Hasil Perhitungan)
h= ∑ Ei
i−1
Dimana :
x
2
Curah Hujan m m
NO m P(x<)=1-P(x) D=P(x)-P(x<)
(mm) P(x)= n+1 P’(x)= n−1
1 0.0909 0.9091 0.1111 0.0202
1 501
2 0.1818 0.8182 0.2222 0.0404
2 444
3 0.2727 0.7273 0.3333 0.0606
3 390
4 0.3636 0.6364 0.4444 0.0808
4 331
5 0.4545 0.5455 0.5556 0.1010
5 330
6 0.5455 0.4545 0.6667 0.1212
6 327
7 0.6364 0.3636 0.7778 0.1414
7 282
8 0.7273 0.2727 0.8889 0.1616
8 220
9 0.8182 0.1818 1 0.1818
9 212
10 0.9091 0.0909 1.1111 0.2020
10 156
D max 0.2020
D Kritis 0.41
(Hasil Perhitungan)
5) Debit Rancangan
Debit rancangan dengan kala ulang T ditentukan dari debit limpasan
permukaan maksimum akibat hujan rancangan dengan kala ulang T
dengan menggunakan metode Rasional. Pemilihan penggunaan metode
Rasional dengan pertimbangan luas DAS yang kurang dari 3 km 2. Debit
rancangan (Qr) dapat dihitung menggunakan Persamaan 17. Sedangkan
47
a) Saluran 1
H
=
Kemiringan rata-rata (S) 0 . 9×L
(61 .380−61 .100 )
=
0. 9×106
= 0.0029
Keterangan :
H = Beda tinggi antara hulu dan hilir
L = Panjang lintasan air yang ditinjau
( )
0. 385
0 .87×L2
Waktu kosentrasi (Tc)= 1000×S
( )
0. 385
0 . 87 x 0 .106 2
= 1000 x 0 . 0029
= 0.1112 jam
Selanjutnya adalah menghitung koefisien saluran permukaan.
Penggunaan lahan pada saluran 1 didominasi oleh pemukiman padat
penduduk.
24 t c
I =
( )
2/3
305 24
I = 24 0 . 1112
= 457.209 mm/jam
Contoh Perhitungan debit rancangan maksimum saluran 1 tiap kala
ulang 2 tahun :
Qr = 0.2778 x C x I x A
= 0.2778 x 0.79 x 457.209 x 0.00819
49
= 0.8218 m3/s
Tabel 24. Debit Rancangan Maksimum Saluran 1
Kala Ulang C I (mm/jam) A(km2) Qr(m3/s)
2 0.79 457.209 0.00819 0.8218
5 0.79 611.612 0.00819 1.0993
10 0.79 715.046 0.00819 1.2852
(Hasil Perhitungan)
b) Saluran 2
H
=
Kemiringan rata-rata (S) 0 . 9×L
( 61 . 005−61 .878 )
=
0 .9×106
= 0.0013
Keterangan :
H = Beda tinggi antara hulu dan hilir
L = Panjang lintasan air yang ditinjau
( )
0. 385
0 .87×L2
Waktu kosentrasi (Tc) = 1000×S
( )
0. 385
0 . 87 x 0 .106 2
= 1000 x 0 . 0013
= 0.1508 jam
Selanjutnya adalah menghitung koefisien saluran permukaan.
Penggunaan lahan pada saluran 2 didominasi oleh pemukiman padat
penduduk.
50
24 t c
I =
( )
2/3
305 24
I = 24 0 . 1508
= 373.24 mm/jam
Contoh perhitungan debit rancangan maksimum saluran 2 tiap kala
ulang 2 tahun :
Qr = 0.2778 x C x I x A
= 0.2778 x 0.79 x 373.24 x 0.00258
= 0.2113 m3/s
Tabel 26. Debit Rancangan Maksimum Saluran 2
Kala Ulang C I (mm/jam) A(km2) Qr(m3/det)
2 0.79 373.24 0.00258 0.2113
5 0.79 499.28 0.00258 0.2827
10 0.79 583.72 0.00258 0.3305
(Hasil Perhitungan)
c) Saluran 3
H
=
Kemiringan rata-rata (S) 0 . 9×L
(61 . 0 85−61 .048 )
=
0 . 9×94
= 0.0004
Keterangan :
H = Beda tinggi antara hulu dan hilir
L = Panjang lintasan air yang ditinjau
( )
0. 385
0 .87×L2
Waktu kosentrasi (Tc) = 1000×S
52
( )
0 .385
0 . 87 x 0 . 0942
= 1000 x 0 . 0004
= 0.2110 jam
Selanjutnya adalah menghitung koefisien saluran permukaan.
Penggunaan lahan pada saluran didominasi oleh pemukiman padat
penduduk.
= 0.79
24 t c
I =
( )
2/3
305 24
I = 24 0 . 21101
= 298.33 mm/jam
d) Saluran 4
H
=
Kemiringan rata-rata (S) 0 . 9×L
(61 . 444−60 .547 )
=
0 . 9×304
54
=0.0033
Keterangan :
H = Beda tinggi antara hulu dan hilir
L = Panjang lintasan air yang ditinjau
( )
0. 385
0 .87×L2
Waktu kosentrasi (Tc) = 1000×S
( )
0 . 385
0 .87×0 . 2942
= 1000×0. 0033
= 0.2399 jam
Selanjutnya adalah menghitung koefisien saluran permukaan.
Penggunaan lahan pada saluran didominasi oleh pemukiman padat
penduduk.
24 t c
I =
( )
2/3
305 24
I = 24 0 . 2399
= 273.88 mm/jam
( )
0. 385
0 .87 xL 2
Waktu kosentrasi (Tc) = 1000 xS
( )
0 .385
0 . 87 x 0 . 3832
= 1000 x 0 . 00194
= 0.3507jam
Selanjutnya adalah menghitung koefisien saluran permukaan.
Penggunaan lahan pada saluran didominasi oleh pemukiman padat
penduduk.
24 t c
I =
( )
2/3
305 24
I = 24 0 . 3507
= 212.63 mm/jam
Contoh perhitungan debit rancangan maksimum saluran 5 kala ulang 2
tahun :
58
Qr = 0.2778 x C x I x A
= 0.2778 x 0.87 x 212.63 x 0.02566
= 1.3187 m3/s
Tabel 32. Debit Rancangan Maksimum saluran 5
Kala Ulang C I (mm/jam) A(km2) Qr(m3/det)
2 0.87 212.63 0.02566 1.3187
5 0.87 284.44 0.02566 1.7640
10 0.87 332.54 0.02566 2.0623
(Hasil perhitungan)
f) Saluran 6
H
=
Kemiringan rata-rata (S) 0 . 9×L
(61 .583−60 . 917)
=
0 . 9×383
= 0.00193
Keterangan :
H = Beda tinggi antara hulu dan hilir
L = Panjang lintasan air yang ditinjau
( )
0. 385
0 .87 xL 2
Waktu kosentrasi (Tc) = 1000 xS
( )
0. 385
0 . 87 x 0 . 3832
= 1000 x 0 . 00193
= 0.3513 jam
Selanjutnya adalah menghitung koefisien saluran permukaan.
Penggunaan lahan pada saluran didominasi oleh pemukiman padat
penduduk.
59
24 t c
I =
( )
2/3
305 24
I = 24 0 . 3513
= 212.39mm/jam
Contoh perhitungan debit rancangan maksimum saluran 6 tiap kala
ulang 2 tahun :
Qr = 0.2778 x C x I x A
= 0.2778 x 0.80 x 212.386 x 0.02375
= 1.1210 m3/s
Tabel 34. Debit Rancangan Maksimum Saluran 6
Kala Ulang C I (mm/jam) A(km2) Qr(m3/det)
2 0.80 212.39 0.02375 1.1210
5 0.80 284.11 0.02375 1.4996
10 0.80 332.16 0.02375 1.7532
(Hasil Perhitungan)
g) Saluran 7
H
=
Kemiringan rata-rata (S) 0 . 9×L
(61 .664−61 . 639)
=
0 . 9×102
= 0.0003
Keterangan :
H = Beda tinggi antara hulu dan hilir
L = Panjang lintasan air yang ditinjau
( )
0. 385
0 .87 xL 2
Waktu kosentrasi (Tc) = 1000 xS
( )
0. 385
0 . 87 x 0 . 1022
= 1000 x 0 . 0003
= 0.2697 jam
61
= 0.79
24 t c
I =
( )
2/3
305 24
I = 24 0 . 2697
= 253.33 mm/jam
Contoh perhitungan debit rancangan maksimum tiap saluran 1 kala
ulang 2 tahun :
Qr = 0.2778 x C x I x A
= 0.2778 x 0.79 x 253.33 x 0.002244
= 0.1247 m3/s
( )
0. 385
0 .87 xL 2
Waktu kosentrasi (Tc) = 1000 xS
( )
0. 385
0 . 87 x 0 . 1022
= 1000 x 0 . 00022
= 0.2939jam
Selanjutnya adalah menghitung koefisien saluran permukaan.
Penggunaan lahan pada saluran didominasi oleh pemukiman padat
penduduk.
(Hasil Perhitungan)
Perhitungan Ckomposit untuk saluran 8 :
(C1 xA 1 )+(C 2 xA 2 )
Ckomposit =
A total
(0 .80x0 . 00357 )+( 0 .70x0 . 000204 )
= 0 . 003774
= 0.79
Untuk perhitungan debit limpasan atau debit rancangan dapat
diketahui menggunakan Metode Rasional. Tabel menyajikan besarnya
debit rancangan dan intensitas hujan rancangan pada masing – masing
saluran drainase kala ulang 2, 5, dan 10 tahun.
Contoh perhitungan intensitas hujan rancangan tiap saluran 8 kala ulang
2 tahun :
R 24 24
( )
2/3
24 t c
I =
( )
2/3
305 24
I = 24 0 . 2939
= 239.22 mm/jam
Contoh perhitungan debit rancangan maksimum tiap saluran 8 kala
ulang 2 tahun :
Qr = 0.2778 x C x I x A
= 0.2778 x 0.79 x 239.22 x 0.003774
= 0.1981 m3/s
Tabel 38. Debit Rancangan Maksimum Saluran 8
Kala Ulang C I (mm/jam) A(km2) Qr(m3/det)
2 0.79 239.22 0.003774 0.1981
5 0.79 320.01 0.003774 0.2650
10 0.79 374.13 0.003774 0.3099
(Hasil Perhitungan)
65
b. Analisa Hidrolika
1) Perhitungan Debit Saluran DrainaseEksisting (Qs)
Desain saluran drainase yang ada di lapangan perlu dilakukan
pengecekanuntuk mengetahui kapasitas saluran yang ada serta
penyebab dari genangan yangterjadi di lokasi penelitian. Apabila setelah
dilakukan pengecekan di lapanganternyata debit yang terjadi melebihi dari
kapasitas tampungan, maka desain tersebutdinyatakan tidak memadai.
Dimensi saluran drainase di dapat dari pengukuran di lapangan sebagai
berikut :
A =( b+ m×h ) ×h
A = (0.64 + 0.022 x 0.675) x 0.675
= 0.4421 m2
5)) Keliling Basah Saluran (P)
P =b+2 h √m2 +1
A =( b+ m×h ) ×h
A = (0.63 + 0.023 x 0.825) x 0.825
= 0.5352 m2
5)) Keliling Basah Saluran (P)
69
P =b+2 h √m2 +1
( 61 . 005−60 . 945)
= ×100 %
50
= 0.12 %
8)) Kecepatan Aliran (V)
1
= ( R)2/3 (S )1/2
V n n = Koefisien Manning
1
= (0 . 2347 )2/3 (0 .12 )1/2
0 . 013
= 10.139 m/dt
A =( b+ m×h ) ×h
A = (0.4 + 0.036 x 0.412) x 0.412
= 0.227 m2
5)) Keliling Basah Saluran (P)
P =b+2 h √m2 +1
A =( b+ m×h ) ×h
A = (0.78 + 0.058 x 0.45) x 0.45
= 0.363 m2
5)) Keliling Basah Saluran (P)
P =b+2 h √m2 +1
= 5.489 m3/dt
B-b 0. 60-0 . 52
= =
X= 2 2 0.04 m
2)) Kemiringan Dinding Saluran (m)
X 0. 04
= =
m= H 0. 64 0.062
3)) Tinggi Muka Air (h)
H 0. 64
h= = =
4/ 3 4 /3 0.48 m
4)) Luas Penampang Saluran (A)
A =( b+ m×h ) ×h
A = (0.52 + 0.062 x 0.48) x 0.48
= 0.264 m2
5)) Keliling Basah Saluran (P)
P =b+2 h √m2 +1
1
= ( R)2/3 (S )1/2
V n n = Koefisien Manning
1
= (0 . 178)2/3 (0 . 4 )1/2
0 . 03
= 6.489 m/dt
t1 = Elevasi awal
t2 = Elevasi akhir
A =( b+ m×h ) ×h
A = (0.52 + 0.062 x 0.48) x 0.48
= 0.135 m2
5)) Keliling Basah Saluran (P)
P =b+2 h √m2 +1
= 0.4 %
8)) Kecepatan Aliran (V)
1
= ( R)2/3 (S )1/2
V n n = Koefisien Manning
1
= (0 . 125)2/3 (0 . 4 )1/2
0 . 013
= 12.158 m/dt
H = Tinggi Saluran
t1 = Elevasi awal
t2 = Elevasi akhir
A =( b+ m×h ) ×h
A = (0.37 + 0.1 x 0.3) x 0.3
= 0.12 m2
5)) Keliling Basah Saluran (P)
P =b+2 h √m2 +1
( t 1−t 2 )
= ×100 %
S = L
Keterangan:
B = Lebar atas saluran
b = Lebar dasar saluran
H = Tinggi Saluran
t1 = Elevasi awal
t2 = Elevasi akhir
A =( b+ m×h ) ×h
A = (0.42 + 0.125 x 0.39) x 0.39
= 0.183 m2
5)) Keliling Basah Saluran (P)
P =b+2 h √m2 +1
= 0.1515 m
7)) Kemiringan Dasar Saluran (S)
( t 1−t 2 )
= ×100 %
S = L
2 5 10
S.1 0+000 – 0+040 6.541 m3/dt 0.8218 1.0993 1.2852 Saluran Aman
0+040 – 0+075 4.703 m3/dt 0.8218 1.0993 1.2852 Saluran Aman
0+075 – 0+106 5.012 m3/dt 0.8218 1.0993 1.2852 Saluran Aman
3
S.2 0+000 – 0+050 5.427 m /dt 0.2113 0.2827 0.3305 Saluran Aman
0+050 – 0+075 3.132 m /dt
3
0.2113 0.2827 0.3305 Saluran Aman
0+075 – 0+106 2.086 m3/dt 0.2113 0.2827 0.3305 Saluran Aman
S.3 0+000 – 0+030 1.103 m3/dt 0.2261 0.3025 0.3537 Saluran Aman
3
0+030 – 0+065 1.758 m /dt 0.2261 0.3025 0.3537 Saluran Aman
0+065 – 0+094 2.425 m /dt
3
0.2261 0.3025 0.3537 Saluran Aman
S.4 0+000 – 0+100 5.489 m3/dt 0.6044 0.8085 0.9452 Saluran Aman
0+100 – 0+200 5.056 m3/dt 0.6044 0.8085 0.9452 Saluran Aman
3
0+200 – 0+225 3.336 m /dt 0.6044 0.8085 0.9452 Saluran Aman
0+225 – 0+260 6.365 m3/dt 0.6044 0.8085 0.9452 Saluran Aman
0+260 – 0+304 4.007 m3/dt 0.6044 0.8085 0.9452 Saluran Aman
S.5 0+000 – 0+100 1.713 m3/dt 1.3187 1.7640 2.0623 Saluran Tidak Aman
3
0+100 – 0+383 0.652 m /dt 1.3187 1.7640 2.0623 Saluran Tidak Aman
S.6 0+000 – 0+020 1.641 m3/dt 1.1210 1.4996 1.7532 Saluran Tidak Aman
0+020 – 0+045 0.954 m3/dt 1.1210 1.4996 1.7532 Saluran Tidak Aman
0+045 – 0+250 0.701 m3/dt 1.1210 1.4996 1.7532 Saluran Tidak Aman
3
0+250 – 0+300 0.259 m /dt 1.1210 1.4996 1.7532 Saluran Tidak Aman
0+300 – 0+383 0.512 m3/dt 1.1210 1.4996 1.7532 Saluran Tidak Aman
S.7 0+000 – 0+040 0.443 m3/dt 0.1247 0.1669 0.1951 Saluran Aman
0+040 – 0+070 0.563 m /dt
3
0.1247 0.1669 0.1951 Saluran Aman
3
0+070 – 0+102 1.167 m /dt 0.1247 0.1669 0.1951 Saluran Aman
S.8 0+000 – 0+045 0.200 m3/dt 0.1981 0.2650 0.3099 Saluran Tidak Aman
0+045 – 0+075 0.352 m3/dt 0.1981 0.2650 0.3099 Saluran Aman
0+075 – 0+102 0.385 m /dt
3
0.1981 0.2650 0.3099 Saluran Aman
(Hasil Perhitungan)
1 h
2. 0623=2 h2× ×( )2/3 ×(0. 175 )1 /2
0 . 03 2
2/3
2 , 0623×0 , 03×2
h8 /3 =
2×√ 0 .175
0 . 098
h8 /3 =
0 .84
3/8
h=0,117
h = 0.45 m
(Qr)
2 5 10 h b w A P
S.5 383 m 0.17 1.3187 1.7640 2.0623 0.40
0.45 0.90 0.15 0.81
5 5
S.6 383 m 0.17 1.1210 0.84 0.35
4 1.4996 1.7532 0.42 0.14 0.71
6
S.8 45 m 0.00 0.1981 0.71 0.25
1 0.2650 0.3099 0.36 0.12 0.51
4
(Hasil Perhitungan)
Keterangan:
L = Panjang saluran (m)
S = Kemiringan saluran (%)
Qr = Debit banjir rencana (m3/dtk)
h = Tinggi muka air (m)
w = Tinggi jagaan (m)
A = Luas penampang basah (m2)
P = Keliling penampang bassah (m)
C. Pembahasan
Pada analisis kapasitas saluran drainase diatas menggunakan data curah
hujan 10 tahun terakhir dengan analisa frekuensi hujan menggunakan metode
distribusi Log Pearson III untuk mendapatkan curah hujan rencana tiap
tahun.Perhitungan debit banjir rencana pada analisis saluran drainasenya
menggunakan metode rasional karena luas daerah yang kurang dari 3 km2.
Metode ini juga mudah digunakan karena hanya mempertimbangkan nilai
koefisien limpasan lahan, intensitas hujan dan luas daerah aliran, karena nilai
dari waktu konsentrasi pada tiap saluran untuk mencari intensitas hujan
rancangan dapat ditentukan dengan mudah.
Evaluasi kapasitas saluran drainase di daerah penelitian dilakukan dengan
pertimbangan perhitungan parameter hujan dan kondisi lahan pada saat
perencanaan saluran drainase. Intensitas hujan rancangan dan penggunaan
lahan mengalami perubahan seiring kondisi saat ini. Hasil perhitungan kapasitas
saluran drainase diatas memperlihatkan bahwa terdapat saluran yang tidak
aman karena debit saluran eksisting (Qs) lebih kecil dari debit banjir rencana (Qr)
89
yaitu pada saluran 5, saluran 6 dan saluran 8 sehingga saluran tesebut perlu
untuk diredesain. Kapasitas saluran tidak aman pada saluran 5 terjadi pada kala
ulang 5 dan 10 tahun. Untuk kapasitas saluran tidak aman saluran 6 terdapat
pada kala ulang 2, 5 dan 10 tahun. Untuk kapasitas tidak aman saluran 8
terdapat pada kala ulang 5 dan 10 tahun. Untuk kapasitas saluran drainase
lainnya sudah aman tetapi kondisinya perlu diperhatikan terutama pada saluran
1, 2, 3 dan 4. Pada saluran tersebut banyak terdapat sedimen yang dapat
mengurangi kapasitas dari saluran itu sendiri sehingga dapat menyebabkan
genangan air di sekitar saluran. Perlu adanya kesadaran masyarakat untuk
perawatan guna menanggulangi terjadinya genangan air disekitar saluran
tersebut. Untuk perhitungan redesain saluran 5,6 dan 8 dapat ditinjau dari debit
banjir rencana dan elevasi saluran yang telah dihitung sebelumnya sehingga
dapat dengan mudah menentukan dimensi saluran ekonomis yang sesuai
dengan debit rencananya.