Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

PERENCANAAN DRAINASE KOTA


4.1. Gambaran Umum Lokasi Studi

Pada tugas besar drainase perkotaan ini, lokasi yang diambil sebagai lokasi
perencanaan drainase adalah kompleks perumahan yang terletak di Kota Kupang,
Kelurahan Lasiana, (Kompleks Perumahan dan Panti Asuhan Sonaf Manekan). Lokasi ini
merupakan lokasi yang belum memiliki drainase sehingga dipilih untuk di rencanakan
drainase yang layak, sehingga meminimalisir terjadinya banjir ataupun tergenangnya air
di musim hujan pada saat sudah padat penduduk.

Lokasi ini memiliki luas wilayah sebesar 3,92 Ha dan sampai dengan maret 2021
terdapat ± 120 bangunan yang dibangun di lokasi ini. Berikut adalah gambaran lokasi
yang di ambil :

Gambar 4.1 Gambaran Lokasi Perencanaan


(Sumber : Google Earth)

4.2. Data, Pengolahan Data dan Lay Out Drainase Kota

Berdasarkan hasil survey maka kami memutuskan menggunakan saluran jenis


Sub Surface Drainage atau saluaran bawah tanah dengan dua fungsi (multy purpose)
yakni menyalurkan beberapa jenis buangan sekaligus dan menggunakan jenis kontruksi
tertutup agar bagian atas dari saluran dapat digunakan sebagai bahu jalan, karena
mempertimbangkan luas layan yang kecil.

47
Gambar 4.3 Lay Out Drainase
(Sumber : Data Perencanaan)

Berdasarkan gambar lay out di atas, maka akan direncanakannya 2 saluran


primer, 5 saluran sekunder, dan 5 saluran tersier.

4.3. Perhitungan Curah Hujan Maksimum

Untuk perencanaan saluran drainase dilakukan analisis terhadap data curah hujan
harian maksimum, yaitu data curah hujan yang paling tinggi untuk tahun tertentu.
Pengolahan dan analisa data dilakukan terhadap data curah hujan harian maksimum
sebanyak 10 tahun terakhir yang di ambil dari tahun 2009 sampai dengan 2018.
Berikut adalah data hujan yang di rekap dari stasiun buamata :

Tabel 4.1 Tabel Rekapan Curah Hujan Maximum (Mm)

Data Curah Hujan (mm) Curah


Tahun Hujan Max
jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des (mm)
2009 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 50 95 95
2010 70 90 70 0 0 0 0 5 0 50 25 180 180
2011 90 175 40 0 0 0 0 0 0 10 25 95 175
2012 100 170 60 0 0 0 0 0 0 5 60 95 170
2013 150 90 50 0 0 0 0 0 0 60 80 90 150
2014 120 80 30 0 0 0 0 0 0 10 40 130 130
2015 120 60 70 0 0 0 0 0 10 10 30 150 150
2016 70 30 50 0 30 0 0 0 0 10 50 100 100
2017 180 80 70 5 0 0 5 0 10 20 100 170 180
2018 170 67 37 0 0 0 0 0 10 11 25 115 170
Rata-rata = 150
(Sumber : data hitungan)

48
Dari tabel 4.1 diatas maka dilanjutkan dengan perhitungan parameter
statistik sebelum menentukan jenis distribusi yang cocok untuk perhitungan data
curah hujan.

1. Parameter Statistik
Perhitungan parameter statistik dilakukan sebelum perhitungan
dispersi.
Parameter statisik adalah(Xi–̅),(Xi–̅)2,(Xi–̅)3,(Xi–̅)4 dimana :
Xi = Besarnya curah hujan daerah (mm)
̅ = Rata-rata curah hujan maksimum daerah (mm)

Langkah perhitungan untuk mencari Xrt :

Tabel 4.2 Parameter Statistik Hujan Rancangan

HUJAN RACANGAN

PARAMETER STATISTIK
No Tahun Xi(mm) Xi-X (Xi-X)2(mm) (Xi-X)3(mm) (Xi-X)4(mm)
1 2018 95 -55 3025 -166375 9150625
2 2017 180 30 900 27000 810000
3 2016 175 25 625 15625 390625
4 2015 170 20 400 8000 160000
5 2014 150 0 0 0 0
6 2013 130 -20 400 -8000 160000
7 2012 150 0 0 0 0
8 2011 100 -50 2500 -125000 6250000
9 2010 180 30 900 27000 810000
10 2009 170 20 400 8000 160000
Jumlah 1500 0 9150 -213750 17891250
Rata-rata(X) 150
n 10
(Sumber : hasil perhitungan)

Perhitungan dispersi untuk parameter statistik :

Standar Deviasi :

∑ ̅
√ 31,8852

49
Koefisien Swekness :

∑ ̅
-0,9158

Pengukuran Kurtosis :

∑ ̅
3,4344

Koefisien Variasi :

̅ 0,2126

Berikut adalah tabel rekapitulasi dispersi parameter statistik :

Tabel 4.3 Rekapitulasi Dispersi Perameter Statistik

No Dispersi Hasil
1 Sd 31,88521
2 Cs -0,91581
3 Ck 3,43442
4 Cv 0,21257
(Sumber : Hasil Perhitungan)

2. Perhitungan Hujan Rancangan


Untuk perhitungan curah hujan rancangan menggunakan distribusi Ej
Gumbel dengan persamaan berikut :

xS
Dengan menggunakan formula di atas, didapat hasil distribusi Ej Gumbel yang
disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Tabel Distribusi Ej Gumbel

no Periode Xrt S Yt Yn Sn Kr XT
1 5 150,000 31,88521 1,4999 0,5157 1,0316 0,954052 180,4201
2 10 150,000 31,88521078 2,2502 0,5157 1,0316 2,379314 225,8649
3 20 150,000 31,88521078 2,9702 0,5157 1,0316 2,60062 232,9213
4 25 150,000 31,88521078 3,1985 0,5157 1,0316 3,282474 254,6624
5 50 150,000 31,88521078 3,9019 0,5157 1,0316 3,959287 276,2427
6 100 150,000 31,88521078 4,6001 0,5157 1,0316 4,100197 280,7356
(Sumber : Hasil Perhitungan)

50
Dimana :

Xt = curah hujan rencana ( Xrt + Kr X Sn)

Xrt = curah hujan rata-rata

S = standar deviasi

Yt = koefisien untuk distribusi Gumbel

Yn = koefisien untuk distribusi Gumbel ke n

Grafik Hujan Rancangan Distribusi Ej Gumbel


300

250

200

150

100

50

0
0 20 40 60 80 100 120

Gambar 4.4 Distribusi Hujan Metode Gumbel


Sumber : hasil analisis

Setelah hendapatkan hasil dari distribusi Gumbel perlua dievaluasi agar


dapat diketahui distribusi Gumbel dapat digunakan atau tidak dengan tabel di
bawah ini :

Tabel 4.5 Evaluasi Perhitungan Curah Hujan Rangcangan

No Jenis Syarat Hasil hitungan Keterangan


Cs ≤ 1,139 Cs = -0,91581 Memenuhi
1 Ej Gumbel
Ck ≤ 5,4002 Ck= 3,434442 Memenuhi
(Sumber : Hasil Perhitungan)

Karena hasil dari distribusi Ej Gumbel memenuhi maka bisa dilanjutkan


dengan pengujian kecocokan atau uji penyimpangan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan nyata antara besarnya curah hujan harian maksimum hasil
pengamatan dengan hasil perhitungan.

51
Kecocokan atau penyimpangan ini diuji dengan 2 metode pengujian, yaitu :

1. Chi Square atau Chi Kuadrat


2. Smirnov Kolmogrov

Kedua metode di atas di uji berdasarkan data dari distribusi Ej Gumbel.

1. Chi Square
a. Data Diurutkan Dari Yang Terkecil
Nilai Xi diambil dari nilai curah hujan maksimum dari tahun 2009 –
2018.
Tabel 4.6. data curah hujan maksimum dari yang terkecil hingga terbesar
Tahun Xi
2009 95
2016 100
2014 130
2013 150
2015 150
2018 170
2012 170
2017 180
2011 175
2010 180
(sumber : hasil perhitungan)

b. Menghitung Jumlah Kelas


a) Jumlah data (n) = 10
b) Data terbesar = 180
c) Data terkecil = 95
d) Kelas Distribusi (K) = 1+3,3 log n
= 5,40
≈ 5 kelas
c. (∆x) = (Xmax-Xmin) / (K)
= (180-95) / 5
= 17
d. Xawal = Xmin – ½ ΔX
Xawal = 95 – ½ X 22,5
Xawal = 83,75
e. Menentukan Derejat Kebebasan
DK = K-1
DK = 5-1

52
DK = 4
f. Menghitung Ef
Ef = n/K
Ef = 10/5
Ef = 2
g. Menghitung Chi Kuadrat

Tabel 4.7 tabel harga Chi Kuadrat

(EF - ((EF -
Kelas Interval EF OF OF) OF)^2)/EF
1 95,0000 < Xi < 113,000 2,5 2 0,5 0,10
2 113,000 < Xi < 131,000 2,5 1 1,5 0,90
3 131,000 < Xi < 149,000 2,5 1 1,5 0,90
4 149,000 < Xi < 167,000 2,5 2 0,5 0,10
167,000 < Xi < 185,000 2,5 4 -1,5 0,90
S 12,5 10 2,5 2,90
(sumber : hasil perhitungan)

Dari tabel nilai kritis untuk distribusi Chi Kuadrat dengan derajat
kebebasan 4 dan a = 5% diperoleh nilai kritis 9,488, sehingga 10 > 9,488
yang artinya pemilihan distribusi dapat diterima.

2. Smirnov Kolmogrof
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorof sering juga disebut uji kecocokan
non parametrik (non parametrik test) karena pengujiannya tidak
menggunakan fungsi distribusi tertentu.

Tabel 4.8 tabel sabaran Smirnov Kolmogrof


Uji Smirnov- Kolmogorov
Xi M P(x) = M/(n+1) P(x<) f(t)=(Xi-Xrt)/Sd P'(x)=M/(n-1) P'(x<) D
Tahun
1 2 3 4= nilai 2-3 5 6 7=nilai 2-6 8=4-7
2009 95 1 0,0909 0,9091 -1,7249 0,1111 0,8889 0,0202
2010 180 2 0,1818 1,8182 0,9409 0,2222 1,7778 0,0404
2011 175 3 0,2727 2,7273 0,7841 0,3333 2,6667 0,0606
2012 170 4 0,3636 3,6364 0,6273 0,4444 3,5556 0,0808
2013 150 5 0,4545 4,5455 0,0000 0,5556 4,4444 0,1010
2014 130 6 0,5455 5,4545 -0,6273 0,6667 5,3333 0,1212
2015 150 7 0,6364 6,3636 0,0000 0,7778 6,2222 0,1414
2016 100 8 0,7273 7,2727 -1,5681 0,8889 7,1111 0,1616
2017 180 9 0,8182 8,1818 0,9409 1,0000 8,0000 0,1818
2018 170 10 0,9091 9,0909 0,6273 1,1111 8,8889 0,2020
(sumber : hasil perhitungan)

53
4.4. Perhitungan Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari
titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir
suatu saluran.
Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus dibawah ini :

[ ]

Dimana:
tc : Waktu konsentrasi (jam)
t0 : Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir kesaluran terdekat (menit)
td : Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir disepanjang saluran
L : Panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)
Ls : Panjang lintasan aliran di dalam saluran (m)
n : Angka kekasaran Manning
V : Kecepatan aliran dalam saluran (m/det)
S : Kemiringan lahan
Saluran yang digunakan dalam perencanaan adalah beton halus dengan
sambungan baik dan rata, maka koefisien manning yang digunakan adalah C = 0,014.
Berikut adalah hasil perhitungan waktu konsentrasi yang di masukan kedalam
tabel di bawah ini :

Tabel 4.9 tabel perhitungan waktu konsentrasi


panjang Kecepatan
Jenis td Kemiringan
No saluran Aliran V Lo (m) n t0 (menit) tc (jam)
saluran (menit) Saluran, (S)
L(m) (m/det)
1 Primer 1 120 1,5 1,33 114 0,0417 0,014 17,10 0,31
2 Primer 2 90 1,5 1,00 85 0,2778 0,014 4,94 0,10
3 Sekunder 1 70 1,5 0,78 66 0,6143 0,014 2,58 0,06
4 Sekunder 2 70 1,5 0,78 55 0,8429 0,014 1,83 0,04
5 Sekunder 3 82 1,5 0,91 77 0,1585 0,014 5,92 0,11
6 Sekunder 4 108 1,5 1,20 54 0,2037 0,014 3,66 0,08
7 Sekunder 5 102 1,5 1,13 99 0,2451 0,014 6,12 0,12
8 Tersier 1 106 1,5 1,18 46 0,1604 0,014 3,52 0,08
9 Tersier 2 83 1,5 0,92 78 0,4337 0,014 3,63 0,08
10 Tersier 3 83 1,5 0,92 80 0,2410 0,014 4,99 0,10
11 Tersier 4 79 1,5 0,88 75 0,1013 0,014 7,22 0,13
12 Tersier 5 40 1,5 0,44 38 1,2000 0,014 1,06 0,03
(sumber : hasil perhitungan)

54
4.5. Perhitungan debit banjir rancangan dan debit limpasan
1. Koefisien pengaliran
Koefisien ini menggambarkan keadaan permukaan DAS yang menunjukkan ada
tidaknya tanaman yang dapat menyerap air ke dalam tanah. Koefisien pengaliran
merupakan perbandingan komponen berikut.

Volume air yang berhasil mencapai muara DAS


C
Volume air hujan yang jatuh di atas DAS

Pada DAS yang akan direncanakan ini terdiri dari berbagai penggunaanlahan
dengan koefisien yang berbeda-beda, sehingga penentuan nilai C dengan persamaan
berikut.

A1C1  A 2 C 2  ...  A n C n
Cw 
A1  A 2  ...  A n

Dimana :
Cw = Koefisien pengaliran gabungan
A1, A2, An = Bagian luas DAS sebanyak n buah dengan tata guna
lahan yang berbeda

Tabel menunjukkan data tata guna lahan berdasarkan hasil observasi dan
koefisien pengaliran dari wilayah atau petak A yang akan direncanakan. Koefisien
pengaliran untuk petak lainnya dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 4.10 Tabel Tata Guna Lahan


No. Jenis Tata Guna Lahan Ai ( Ha ) Ci
1 Perumahan, tergabung 3,56 0,60
2 Halaman (datar) 0,25 0,13
3 Halaman Kosong 0,72 0,25
4 Jalan beraspal 0,82 0,80
Jumlah 5,35
(sumber : hasil perhitungan)

55
Besarnya koefisien pengaliran ( Cw ) dihitung sebagai berikut.
3,56 0,60 0,25 0,13 0,72 0,25 0,82 0,80
Cw =
3,56 0,25 0,72 0,82
3,00
=
5,35
= 0,56

Jadi nilai koefisien pengaliran adalah 0,56

Tabel 4.11 nilai koefisien pengairan (Cw)

Zona
Tata Guna Lahan A B C D E F G H
Ai (Ha) Ci Ai (Ha) Ci Ai (Ha) Ci Ai (Ha) Ci Ai (Ha) Ci Ai (Ha) Ci Ai (Ha) Ci Ai (Ha) Ci
Perumahan,
0,22 0,53 0,60 0,24 0,60
tergabung 0,60 0,63 0,60 0,7 0,60 0,43 0,60 0,32 0,60 0,015 0,60
Halaman ( datar) 0,02 0,01 0,13 0,015 0,13
0,13 0,1 0,13 0,02 0,13 0,21 0,13 0,21 0,13 0,21 0,13
Halaman Kosong 0,24 0,03 0,25 0,02 0,25
0,25 0,30 0,25 0,08 0,25 0,54 0,25 0,46 0,25 0,54 0,25
Jalan Beraspal 0,18 0,14 0,8 0,15 0,80
0,80 0,013 0,80 0,15 0,80 0,2 0,80 0,2 0,80 0,2 0,80
Jumlah 0,66 0,51 0,71 0,62 0,425 0,64 1,04 0,46
0,95 0,59 1,38 0,42 1,19 0,42 0,965 0,34
(sumber : hasil analisa)

2. Intensitas Hujan
Intensitas hujan dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe.
2
R  24  3
I  24  
24  t 

Dimana :

I = Intensitas curah hujan ( mm/jam )


t = Lama hujan ( jam )
R24 = Tebal hujan maksimum harian, selama 24 jam ( mm )
Contoh perhitungan :

[ ]

= [ ]

= 46,94 mm/jam

Selanjutnya perhitungan intensitas hujan di masukan dalam tabel di bawah ini :

56
Tabel 4.12 tabel intensitas curah hujan

Intensitas
No Saluran R24 tc
(mm/jam)
1 SP1 201 0,31 153,06
2 SP2 201 0,10 325,72
3 SS1 201 0,06 476,47
4 SS2 201 0,04 563,12
5 SS3 201 0,11 296,64
6 SS4 201 0,08 372,08
7 SS5 201 0,12 284,97
8 ST1 201 0,08 380,94
9 ST2 201 0,08 389,06
10 ST3 201 0,10 326,66
11 ST4 201 0,13 264,95
12 ST5 201 0,03 812,71
(sumber : hasil analisa)

3. Perhitungan Debit Banjir Puncak


Debit banjir puncak di hitung dengan rumus :

57
Tabel 4.13 Perhitungan Debit Banjir Puncak

Q
No. Saluran A (M2) Cw I (m/jam)
(m3/det)
1 SP1 660 0,51 0,153 0,014
2 SP2 1.380 0,42 0,326 0,053
3 SS1 - 0,51 0,476 0,000
4 SS2 - 0,62 0,563 0,000
5 SS3 - 0,64 0,297 0,000
6 SS4 - 0,42 0,372 0,000
7 SS5 - 0,59 0,285 0,000
8 ST1 710 0,62 0,381 0,046
9 ST2 425 0,64 0,389 0,029
10 ST3 950 0,59 0,327 0,051
11 ST4 1.043 0,42 0,265 0,032
12 ST5 1.190 0,42 0,813 0,112
`(Sumber : Hasil Perhitungan)

4. Perhitungan Debit Air Buangan Penduduk


Untuk perhitungan debit air buangan penduduk pertama harus mencari tahu
perkiraan penambahan jumlah penduduk dengan menggunakan dua metode yakni :
a. Geometric Rate Of Grow

b. Exponential Rate Of Grow

Dimana :

Pn = Jumlah penduduk tahun ke n ( jiwa )

P0 = Jumlah penduduk tahun awal ( jiwa )

q = Rasio pertambahan penduduk ( % )

n = Jangka waktu ( tahun )

e = Bilangan pokok sistem logaritma = 2,7182818

Jumblah penduduk awal di estimasikan dengan menggunakan rumus P0


= jumlah rumah x jumlah orang di dalam rumah (4 orang)

58
P0 = 101 x 4 = 404 jiwa , dan rasio penambahan jumlah jiwa rata-rata
adalah q = 0,05%

Maka pertambahan jumlah penduduk 10 tahun kedepan adalah :

Geometric : 658 jiwa

Exponential : 666 jiwa

Setelah mendapatkan angka penduduk 10 tahun yang akan datang


selanjutnya perhitungan debit air buangan penduduk di lampirkan pada tabel
di bawah ini :

Tabel 4.14 Rekapan Debit Buangan Warga

Jumlah
Jumlah air
Jenis Luas Catchment Pendudu Air limbah yang Qlimbah
rata-rata FP
Saluran area (km2) k dihasilkan (%) (m3/det)
(m3/det)
(orang)
Primer 1 0,7 28 0,0000025 5 0,7 0,000250
Primer 2 1,4 40 0,0000025 5 0,7 0,000356
Sekunder 1 0,0 24 0,0000025 5 0,7 0,000214
Sekunder 2 0,0 32 0,0000025 5 0,7 0,000285
Sekunder 3 0,0 40 0,0000025 5 0,7 0,000356
Sekunder 4 0,0 40 0,0000025 5 0,7 0,000356
Sekunder 5 0,0 48 0,0000025 5 0,7 0,000428
Tersier 1 0,7 56 0,0000025 5 0,7 0,000499
Tersier 2 0,4 72 0,0000025 5 0,7 0,000642
Tersier 3 1,0 48 0,0000025 5 0,7 0,000428
Tersier 4 1,0 40 0,0000025 5 0,7 0,000356
Tersier 5 1,2 32 0,0000025 5 0,7 0,000285
(sumber : hasil perhitungan)

5. Perhitungan Debit Rencana


Debit rencana merupakan debit gabungan antara debit puncak dan debit limbah
air buangan warga. Perhitungan debit total untuk beberapa saluran yang juga
menerima debit air dari saluran sebelumnya ditabulasikan pada Tabel di atas dan
debit ini yang akan digunakan untuk mendesain dimensi saluran. Berikut adalah
tabel perhitungan debit rencana total untuk ditampung pada setiap saluran :

59
Tabel 4.15 Rekapitulasi Debit Rencana

Panjang
area Intensit Debit Aliran M3/det
Saluran Saluran Cw
(km2) as (i)
(m)
Qbanjir Qlimbah Qtotal
Primer 1 660,00 120,00 153,06 0,51 0,014 0,000250 0,0146
Primer 2 1380,00 90,00 306,01 0,42 0,049 0,000356 0,0497
Sekunder 1 0,00 70,00 433,70 0,51 0,000 0,000214 0,0002
Sekunder 2 0,00 70,00 553,90 0,62 0,000 0,000285 0,0003
Sekunder 3 0,00 82,00 303,04 0,64 0,000 0,000356 0,0004
Sekunder 4 0,00 108,00 387,85 0,42 0,000 0,000356 0,0004
Sekunder 5 0,00 102,00 284,97 0,59 0,000 0,000428 0,0004
Tersier 1 710,00 106,00 362,70 0,62 0,044 0,000499 0,0447
Tersier 2 425,00 83,00 438,29 0,64 0,033 0,000642 0,0336
Tersier 3 950,00 83,00 365,44 0,59 0,057 0,000428 0,0575
Tersier 4 1043,00 79,00 454,26 0,42 0,055 0,000356 0,0557
Tersier 5 1190,00 40,00 669,87 0,42 0,092 0,000285 0,0923
(Sumber : Hasil Perhitungan)

Tabel 4.16 Rekapitulasi Debit Limpasan

Uraian Perhitungan (Gabungan


Jenis saluran Debit Aliran (Qtotal)
Saluran)
Primer 1 SS1+SP1 0,0149
Primer 2 SS4+SP2 0,0500
Sekunder 1 ST 1+ ST 2+ ST 3+ST 4+SS2+SS3 0,1922
Sekunder 2 ST 2+ST3+ ST 4 +SS3 0,1472
Sekunder 3 ST 4 0,0557
Sekunder 4 ST 3+ ST 4+ ST 5 +SS5 0,2059
Sekunder 5 ST 4+ST 5 0,1480
Tersier 1 ST 1 0,0447
Tersier 2 ST 2 0,0336
Tersier 3 ST 3 0,0575
Tersier 4 ST 4 0,0557
Tersier 5 ST 5 0,0923
(Sumber : Hasil Perhitungan)

60
6. Perhitungan Dimensi Saluran

Dimensi saluran drainase dihitung dengan menggunakan rumus pengaliran


berikut.

Q  A V
1 2 1
V  R 3 I 2
n
Dimana :

Q : Debit rancangan ( m3/det )


A : Luas penampang basah ( m2 )
V : Kecepatan aliran ( m/det )
n : Angka kekasaran saluran ( koefisien Manning )
Rn : Jari-jari hidrolis ( m ), ( A/P )
P : Keliling basah saluran ( m )
I : Kemiringan saluran ( % )

Kecepatan minimum yang diijinkan untuk menghindari pengendapan adalah


sebesar 0.6 - 0.9 m/detik. Kecepatan maksimum untuk menghindari penggerusan
pada saluran :
a. Saluran beton V : 2 - 4 m/det
b. Saluran pasangan batu V : 1.5 - 2 m/det
c. Saluran tanah V : 0.7 - 0.9 m/det

Koefisien kekasaran saluran, n manning ( lihat buku Open Channel Hydraulics,


Ven te Chow) untuk saluran dengan material pembentuk sebagai berikut :

a. Saluran tanah n= 0,023


b. Pasangan batu n = 0,030
c. Pasangan beton n = 0,014

Saluran drainase didesain dengan bentuk penampang persegi dari pasangan


beton. Dengan menggunakan syarat penampang ekonomis dp/dh = 0 atau keliling
basah mencapai nilai minimum sehingga debit saluran mencapai maksimum.

61
Untuk saluran persegi :

b  2h
1
R h
2
Untuk mendapatkan dimensi dari setiap saluran, maka dibuat contoh
perhitungan dimensi untuk saluran 1.1 dan perhitungan dimensi untuk saluran
lainnya ditabulasikan pada Tabel di bawah:
Tabel 4.17 Rekapan Kemiringan Tiap Saluran

Elevasi
Nama Saluran Pajang Saluran (m) Kemiringan (S)%
Awal Akir
Primer 1 120 693,0 688,0 0,042
Primer 2 90 720,0 695,0 0,222
Sekunder 1 70 737,0 694,0 0,429
Sekunder 2 70 804,0 745,0 0,786
Sekunder 3 82 819,0 806,0 0,171
Sekunder 4 108 824,0 802,0 0,241
Sekunder 5 102 790,0 765,0 0,245
Tersier 1 106 744,0 727 0,132
Tersier 2 83 807,0 771 0,687
Tersier 3 83 780,0 760 0,361
Tersier 4 79 820,0 812 0,709
Tersier 5 40 801,0 753 0,550
(sumber : layout drainase perkotaan)

Di bawah ini adalah tabel perhitungan dimensi saluran .


Tabel 4.18 Perhitungan Dimensi Saluran

B h A P Rn S V Q Kapasitas Q Total
Saluran n w H (m) KET
(m) (m) (m2) (m) (m) (%) (m/det) (m3/det) (m3/det)
Primer 1 0,45 0,40 0,18 1,25 0,14 0,04 0,014 0,401 0,072 0,015 0,15 0,550 Ok
Primer 2 0,35 0,30 0,11 0,95 0,11 0,28 0,014 0,867 0,091 0,053 0,15 0,450 Ok
Sekunder 1 0,40 0,35 0,14 1,10 0,13 0,61 0,014 1,416 0,198 0,162 0,15 0,500 Ok
Sekunder 2 0,35 0,30 0,11 0,95 0,11 0,84 0,014 1,510 0,159 0,114 0,15 0,450 Ok
Sekunder 3 0,35 0,30 0,11 0,95 0,11 0,16 0,014 0,655 0,069 0,033 0,15 0,450 Ok
Sekunder 4 0,50 0,45 0,23 1,40 0,16 0,20 0,014 0,953 0,214 0,196 0,15 0,600 Ok
Sekunder 5 0,45 0,40 0,18 1,25 0,14 0,25 0,014 0,972 0,175 0,145 0,15 0,550 Ok
Tersier 1 0,35 0,30 0,11 0,95 0,11 0,16 0,014 0,659 0,069 0,047 0,15 0,450 Ok
Tersier 2 0,30 0,25 0,08 0,80 0,09 0,43 0,014 0,971 0,073 0,030 0,15 0,400 Ok
Tersier 3 0,35 0,30 0,11 0,95 0,11 0,24 0,014 0,808 0,085 0,051 0,15 0,450 Ok
Tersier 4 0,45 0,30 0,14 1,05 0,13 0,10 0,014 0,579 0,078 0,033 0,15 0,450 Ok
Tersier 5 0,35 0,30 0,11 0,95 0,11 1,20 0,014 1,802 0,189 0,112 0,15 0,450 Ok
(sumber : hasi perhitungan)

62
4.6. Perencanaan Drainase Berwawasan Lingkungan

Drainase berwawasan lingkungan dimaksudkan sebagai upaya mengelola


kelebihan air dengan cara meresapkan sebanyak-banyaknya air ke dalam tanah secara
alamiah atau mengalirkan air ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai
sebelumnya. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan drainase
berwawasan lingkungan dengan metode Ecodrainage yakni salah satu yang di gunakan
dalam perhitungan kali ini yaitu Lubang Resapan Biopori.

Sebelum mencari tahu kedalaman biopori, terlebi dahulu dilakukan analisi untuk
mendapatkan besarnya nilai faktor geometrik (F) yang direncanakan semua dinding
harus permeable dan dasar lubang berbentuk stengah bola, maka :

Dimana :

H = kedalaman tiap lubang (1 m)


R = jari-jari LRB (0.05 m)
F = faktor geometrik (m)

F = 2,5 meter
Setelah itu mencari banyaknya jumlah lubang resapan yang di butuhkan untuk
meresapkan seluruh debit air hujan :

63
Maka banyaknya lubang :

n = H/1 meter

n = 339,65 / 1

n = 339,65 lubang

keterangan:

Q : debit air terserap oleh LRB (m3 /s)

k : permeabilitas tanah (0.063 m/jam = 1.75 x 10-5 m/s)

F : faktor geometrik (2.5 m)

n : jumlah LRB

karena lahan pada daerah lokasi tinjauan tidak memadai, maka lubang resapan
biopori direncanakan di sepanjang tepi jalan sebelum masuk ke saluran dengan jalrak
tiap lubang 1 meter. Karena panjang ruas jalan yang ditinjau pada lokasi ini adalah
1.795 meter (1,795 km) maka :

n=

n = 120 m / 1 m

n = 120 lubang

dengan kedalaman setiap lubang 1 meter, maka dapat dihitung debit yang teresap
pada saluran primer adalah :

Q=FxKxN

Q = 2,5 x 1,75 x 10-5 x 120

Q = 0,0053 m3/s

Maka debit yang mengalir di saliran primer dengan adanya lubang resapan
menjadi :

Qyang masuk = Q – Qdengan lubang resapan

Qyang masuk = 0,015 – 0,0053 = 0,010 m3/det

64
Untuk saluran yang lain akan di masukan dalam tabel perhitungan di bawah ini :

Tabel 4.19 perhitungan debit lubang resapan

Panjang Jlh. Q dengan


n(jumlah
saluran Q(m3/det) F (m) K H(m) saluran lubang lubang Qtotal
lubang)
(m) disepanj (m3/det)
Primer 1 0,015 2,5 1.75 x 10^-5 339,654 340 120 120 0,0053 0,010
Primer 2 0,053 2,5 1.75 x 10^-5 1216,38 1216 90 90 0,0039 0,049
Sekunder 1 0,162 2,5 1.75 x 10^-5 3693,94 3694 70 70 0,0031 0,159
Sekunder 2 0,114 2,5 1.75 x 10^-5 2614,71 2615 70 70 0,0031 0,111
Sekunder 3 0,033 2,5 1.75 x 10^-5 745,944 746 82 82 0,0036 0,029
Sekunder 4 0,196 2,5 1.75 x 10^-5 4489,5 4489 108 108 0,0047 0,192
Sekunder 5 0,145 2,5 1.75 x 10^-5 3303,07 3303 102 102 0,0045 0,140
Tersier 1 0,047 2,5 1.75 x 10^-5 1072,71 1073 106 106 0,0046 0,042
Tersier 2 0,030 2,5 1.75 x 10^-6 683,974 684 83 83 0,0036 0,026
Tersier 3 0,051 2,5 1.75 x 10^-7 1176,64 1177 83 83 0,0036 0,048
Tersier 4 0,033 2,5 1.75 x 10^-8 745,944 746 79 79 0,0035 0,029
Tersier 5 0,112 2,5 1.75 x 10^-9 2557,13 2557 40 40 0,0018 0,110
(sumber : hasil perhitungan)

65
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Drainase merupakan bagian penting dalam sistem pengaliran air dalam konstruksi
dan tata ruang. Perencanaan drainase dalam laporan ini berlokasi di Kota Kupang,
Kelurahan Lasiana, (Kompleks Perumahan dan Panti Asuhan Sonaf Manekan). Terdapat
3 saluran yang direncanakan yaitu saluran primer, sekunder dan tersier dan total
keseluruhan adalah 12 saluran. Masing-masing saluran memiliki debit tampungan
rencana yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.1. Debit Tampungan tiap Saluran

Q dengan
saluran lubang
(m3/det)
Primer 1 0,0053
Primer 2 0,0039
Sekunder 1 0,0031
Sekunder 2 0,0031
Sekunder 3 0,0036
Sekunder 4 0,0047
Sekunder 5 0,0045
Tersier 1 0,0046
Tersier 2 0,0036
Tersier 3 0,0036
Tersier 4 0,0035
Tersier 5 0,0018
Sumber : Hasil Rekapan

Dari debit setiap saluran yang ada, kemudian dihitung dimensi saluran dari masing-
masing saluran yang dapat dilihat pada tabel dimensi salurannya sebagai berikut :

66
Tabel 5.2. Dimensi tiap Saluran
B h
saluran w H (m)
(m) (m)
Primer 1 0,45 0,40 0,15 0,550
Primer 2 0,35 0,30 0,15 0,450
Sekunder 1 0,40 0,35 0,15 0,500
Sekunder 2 0,35 0,30 0,15 0,450
Sekunder 3 0,35 0,30 0,15 0,450
Sekunder 4 0,50 0,45 0,15 0,600
Sekunder 5 0,45 0,40 0,15 0,550
Tersier 1 0,35 0,30 0,15 0,450
Tersier 2 0,30 0,25 0,15 0,400
Tersier 3 0,35 0,30 0,15 0,450
Tersier 4 0,45 0,30 0,15 0,450
Tersier 5 0,35 0,30 0,15 0,450
Sumber : Hasil Rekapan

5.2 SARAN
Berdasarkan survey dan identifikasih masalah serta hasil perhitungan yang
didapatkan, maka saran yang dapat diberikan adalah dalam merealisasikan hasil
perhitungan yang ada sebaiknya mempertimbangkan kondisi lapangan tinjauan. Hal ini
guna untuk kepentingan masyarakat maupun kepentingan terlaksananya realisasi
dilapangan yang baik dan benar.

67

Anda mungkin juga menyukai