Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

METODOLOGI
4.1.

Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir


Dalam merencanakan perbaikan tanggul Sungai Lusi hilir, terlebih dahulu harus

dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan, guna memperoleh data
yang lengkap dan teliti. Untuk mengatur pelaksanaan perencanaan perlu adanya
metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan
langkah langkah kegiatan yang perlu diambil dalam perencanaan (Soedibyo, 1993). Dalam
perencanaan ini kami membuat metodologi penyusunan sebagai berikut :

Tahap persiapan

Pengumpulan data

Analisis hidrologi

Analisis hidrolika

Perencanaan teknis

Gambar Rencana

Rencana anggaran biaya

Rencana kerja dan syarat


Bagan alir dalam penyelesaian tugas akhir ini ditampilkan pada Gambar 4.1.

Start

Survey

Identifikasi

Studi
Pustaka

Inventarisasi kebutuhan data

Pengumpulan Data

Data Sekunder:
Data Topografi
Data Morfologi Sungai
Data Tanah
Data Curah Hujan
Data Tata Guna Lahan
Data Pendukung:
Wawancara dengan
masyarakat sekitarYa
Dokumentasi
Tidak
Data
Cukup
Ya
Analisis dan
Pengolahan Data

Hidrologi:
Data Curah Hujan
Intesitas Curah Hujan
Debit Banjir Rencana

Morfologi Sungai:
Penampang Sungai
Alur Sungai

Perhitungan Kapasitas Sungai


dengan HEC-RAS

Aman

Stop

Tidak Aman
(meluap)

Normalisasi Sungai
Perencanaan Tanggul dan parapet

Peninggian Tanggul

Stabilitas Parapet

Tidak Aman

Stabilitas Tanggul

Aman

Aman

Tidak Aman

Gambar Perencanaan

RAB dan Kurva S

Metode Pelaksanaan :
Time Schedule, Network Planning

Penyusunan RKS

Stop

Gambar 4.1. Bagan Alir Perencanaan Perbaikan Tanggul Sungai Lusi


4.2.

Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan awal sebelum pengumpulan data dan

analisisnya. Tahapan persiapan merupakan upaya awal identifikasi permasalahan yang


timbul secara sistematis. Kegiatan kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah:
a. Pengamatan langsung atau survey ke lokasi perencanaan sebagai gambaran awal
kondisi lapangan.
b. Penentuan data yang diperlukan.
c. Pendataan instansi terkait sumber data.
d. Pengurusan persyaratan administrasi dalam pengumpulan data yang diperlukan
untuk perencanaan.
3

e. Studi pustaka sebagai dasar teori untuk menentukan garis besar proses
perencanaan maupun mempermudah inventarisasi kebutuhan data.
Tahap persiapan harus dilakukan secermat mungkin untuk menghindari
permohonan data yang berulang ulang selama proses pengumpulan data.
4.3.

Pengumpulan Data
Pada perencanaan normalisasi sungai ini ada tahap tahap yang harus dilalui, salah

satu di antaranya adalah tahap pengumpulan data. Untuk memudahkan pengumpulan dan
pengolahan data, data dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:

Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan dan peninjauan
langsung di lapangan. Data primer juga diperoleh dari wawancara dengan
pihak-pihak yang dianggap mampu memberikan informasi mengenai DAS.

Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dengan mencari informasi secara
ilmiah pada instansi ataupun lembaga lembaga yang terkait dalam
perencanaan normalisasi sungai ini. Data sekunder biasanya merupakan arsip
lama maupun data kondisi terbaru, misalnya data curah hujan, peta stasiun
hujan, peta topografi lokasi studi, peta DAS dan data tanah.

Data Pendukung
Data pendukung merupakan data tambahan (tidak terhubung langsung dengan
teknis perencanaan), sebagai bahan pertimbangan secara menyeluruh terhadap
perencanaan, misalnya data hasil pengamatan dan wawancara secara langsung
dengan pihak pihak yang terkait sehingga dapat diketahui kondisi nyatanya,
kependudukan, data administrasi pemerintahan dan data tata guna lahan.

4.4.

Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan proses pengolahan data-data yang berupa data sekunder,

yaitu data yang diperoleh dengan cara menghubungi instansi yang terkait. Pada
perencanaan perbaikan sungai Lusi hilir, diperlukan analisis antara lain: analisis debit
banjir rencana, hidrolika, stabilitas parapet dan stabilitas tanggul.

4.4.1. Analisis Debit Banjir Rencana


Dalam analisa debit banjir rencana akan membahas langkah-langkah untuk
menentukan debit rencana. Langkah-langkah untuk menentukan debit banjir rencana
adalah dengan menghitung debit maksimum tahunan.
Perhitungan debit banjir rencana menggunakan metode :

Metode Rasional
Metode Melchior
Metode Haspers

Metode Weduwen

Metode FSR Jawa-Sumatera

Metode Passing Capacity

Metode Flood Marking

4.4.2. Analisis Hidrolika


Pada analisis hidrolika terdiri dari analisa penampang eksisting dengan
menggunakan bantuan program HEC-RAS bertujuan untuk mengetahui kondisi dari Sungai
Lusi saat ini. Dengan menggunakan HEC-RAS maka dapat diketahui profil dari muka air
saat terjadi banjir. HEC-RAS akan menampilkan model dari Sungai Lusi sesuai dengan
input data yang diberikan. Sedangkan dalam perencanaan dimensi menggunakan rumus
manning, diperlukan untuk mengetahui kapasitas alur sungai dan saluran terhadap banjir
rencana serta untuk menggambarkan profil muka air banjir rencana sepanjang Sungai Lusi.
Profil muka air yang dihasilkan merupakan dasar untuk menentukan elevasi bangunan
pengendali banjir. Flow Chart analisa hidrolika dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Start
Input :
Debit Banjir Rencana
Data Profil Memanjang dan Melintang Eksisting Sungai
Kemiringan Sungai
Geometri Saluran

Runnig Program Hec-Ras


(Penampang Eksisting)

Output:
Elevasi Muka Air Banjir
Kecepatan Aliran

Tidak

Banjir
Ya

Perbaikan Penampang Sungai sesuai Banjir Rencana :


Perencanaan Tanggul
Perencanaan Parapet Beton
Peninggian Tanggul

Stop

Running Hec-Ras
Ya
Banjir
Tidak
Stop
Gambar 4.2. Flow Chart Analisa Hidrolika
4.4.3. Analisis Stabilitas Alur
Sungai akan stabil apabila tidak terjadi erosi pada dasar maupun tebing sungai.
Tegangan geser yang terjadi di dasar maupun tebing sungai disebabkan oleh aliran sungai.
Apabila tegangan geser yang terjadi di dasar sungai lebih besar dari tegangan kritis, maka
akan terjadi erosi. Tegangan geser kritis yaitu tegangan geser yang terjadi pada saat butiran
dasar / tebing sungai mulai bergerak.
Besarnya tegangan geser kritis tergantung dari diameter material dasar / tebing
sungai. Kecepatan aliran yang menimbulkan terjadinya tegangan geser kritis disebut
6

kecepatan kritis. Apabila diameter butiran dasar / tebing sungai diketahui, maka tegangan
geser kritis dapat diketahui.
4.4.4. Analisis Stabilitas Tanggul dan Parapet Beton
Tanggul disepanjang sungai dan parapet beton adalah salah satu bangunan yang
paling utama dan paling penting dalam usaha melindungi kehidupan terhadap genangan
genangan yang disebabkan oleh banjir. Beberapa analisis kestabilan tanggul adalah analisis
terhadap bahaya kelongsoran, kuat dukung dan geser.
Bentuk penampang tanggul pada dasarnya harus aman terhadap limpasan dan aman
terhadap gaya yang bekerja, maka bentuk tanggul perlu mempertimbangkan terhadap
muka air banjir, kondisi topografi, kondisi tanah dasar asli, bahan timbunan tanggul, dan
pelindung lereng tanggul.
4.4.5. Gambar Perencanaan
Untuk membantu proses pelaksanaan pekerjaan tersebut perlu dibantu dengan
gambar desain yang benar dan jelas. Proses ini tergantung dari perhitungan/perencanaan
yang telah dicek keamanannya.
4.4.6. Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pada pembangunan suatu bangunan konstruksi
sangat diperlukan RKS. Hal ini untuk membantu kelancaran proyek terutama syarat-syarat
spesifikasi. Dalam RKS pada perencanaan sistem drainase terdiri atas syarat-syarat umum,
syarat-syarat teknis dan pengawasan kualitas bahan.
RAB disusun dengan tujuan untuk memperoleh nilai / harga satuan pekerjaan
berdasarkan harga upah dan bahan yang berlaku di lokasi pekerjaan, analisa harga satuan
dan kuantitas / volume.
4.4.7. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan digunakan sebagai panduan atau monitoring jalannya
pelaksanaan pekerjaan bangunan dan bisa dijadikan dasar analisis harga satuan agar hasil
yang dicapai sesuai dengan rencana, efektif dan efisien. Metode pelaksanaan itu sendiri
terdiri dari :
1. Metode pelaksanaan
7

2. Time schedule dan network planning

Anda mungkin juga menyukai