Anda di halaman 1dari 90

DIKLAT

PERENCANAAN BENDUNGAN

BANGUNAN PELIMPAH
PENYEBAB KERUSAKAN / KEGAGALAN BENDUNGAN
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
mendesain bangunan pelimpah tersebut, adalah :

Debit inflow, frekuensi dan bentuk hidrografnya.


Tinggi mercu pelimpah yang direncanakan.
Kapasitas waduk pada beberapa variasi permukaan.
Kondisi geologi dan kondisi lapangan lainnya.
Lokasi berupa lereng yang terjal/curam.
Bekas galian yang dapat dimanfaatkan sebagai material
timbunan.
Daya dukung, stabilitas lereng, rembesan/uplift
Pelimpah Berdasar Fungsi
Bangunan pelimpah merupakan bangunan
hidraulik yang menyalurkan aliran normal
dan atau aliran banjir, serta melindungi
kesatuan bangunan pada bendungan.

Bangunan pelimpah mempunyai dimensi


hidraulik untuk dapat menyalurkan Banjir
Desain dengan aman.

Besaran Banjir Desain akan sama atau lebih


kecil dari Banjir maksimum Boleh jadi .
 
1.Pelimpah Utama (Service Spillway)
Pelimpah utama digunakan untuk menyalurkan aliran
secara kontinu dengan kendali maupun tanpa kendali ,
dari waduk tanpa terjadinya kerusakan signifikan

2. Pelimpah Tambahan (Auxiliary Spillway)


Pelimpah tambahan jarang digunakan dan dapat
menjadi pelimpah sekunder . Pada masa operasi diper
kenankan terjadi kerusakan struktur atau erosi sampai
tingkat yang diijinkan .

3. Pelimpah Darurat (Emergency Spillway)


Pelimpah darurat didesain untuk memberikan perlin
dungan tambahan terhadap peluapan bendungan dan
digunakan pada kondisi ekstrim (kesalahan operasi,
tidak berfungsinya pelimpah utama) pada waktu terjadi
banjir yang sangat besar, atau BMBJ.
Gambar Pelimpah Utama Bendungan Pengga,
Klasifikasi Pelimpah
1. Pelimpah tanpa pintu :
- Pelimpah dengan mercu Ogee dan sill
kendali
- Bak mandi atau saluran dengan dua sisi dan
pelimpah samping dengan mercu ogee
- Pelimpah “ Morning Glory “
- Pelimpah dengan mercu labirin
 
2. Pelimpah dengan pintu :
- Pelimpah berpintu
- Pelimpah dengan “fuse gate“
 
Tipe Pelimpah
 
1.Pelimpah Luncur (Chute)

di gunakan dalam kaitannya dengan bendungan tipe urugan


tanah atau batu, meskipun pelimpah luncur juga digunakan
pada bendungan beton gravity. Bendungan umumnya
terletak di lembah (canyon) yang sempit dan tidak tersedia
ruang cukup untuk pelimpah bebas. Pelimpah luncur
umumnya di tempatkan pada tumpuan yang berdekatan
dengan bendungan, meskipun dapat pula di tempatkan pada
lokasi pelana yang jauh dari lokasi struktur bendungan.
. 2. Pelimpah Samping (Side Channel Spillway)
 
Tipe ini digunakan pada kondisi yang sama seperti
pelimpah luncur. Disebabkan bentuknya yang unik, maka
pelimpah samping dapat di tempatkan pada tumpuan
bendungan yang sempit. Pelimpah samping umumnya tanpa
pintu.
.
3. Pelimpah Corong (Shaft)
  termasuk salah satu dari berbagai konfigurasi desain
mercu, merupakan transisi ke sistem konduit atau terowongan
di hilir mercu. Sistem konduit tertutup pada pelimpah corong
merupakan pengganti saluran luncur pelimpah yang digunakan
pada pelimpah konvensional
4. Pelimpah Sipon (Siphon)
  Pelimpah sipon dibangun dengan satu atau lebih sipon pada
ketinggian mercu, kadang-kadang digunakan untuk menyediakan
pengaturan muka air otomatis dalam batas yang pendek atau bila
kapasitas debit hanya diperlukan pada periode waktu yang singkat.

5. Pelimpah Labirin
  Karakteristik pelimpah labirin yaitu adanya perubahan alinyemen dari
tata letak untuk memperpanjang mercu dibanding dengan mercu
konvensional pada ruang lateral yang sama. Perubahan alinyemen
membentuk satu seri dari weir bentuk V yang terhubung satu sama lain.

6 Pelimpah Bak Terjun Dengan Inlet (Box Inlet Drop


Spillway)
  Pelimpah tipe drop vertikal atau tipe jatuh bebas merupakan salah
satu dari bentuk aliran yang jatuh bebas dari daerah waduk. Tipe ini
sesuai untuk bendungan tipe busur yang tipis, aliran air dapat mengalir
bebas, atau sepanjang bagian mercu yang sempit.
Komponen Pelimpah

1. Saluran pengarah dan log pengaman debris.


2. Bangunan kendali, seperti struktur mercu atau sill yang
dapat dilengkapi dengan pintu, balok sekat (bulkhead),
atau balok penutup (stop log) bersama dengan peralatan
operasi terkait.
 3. Bangunan pembawa seperti lantai dan dinding saluran
luncur dan atau konduit atau terowongan.
 4. Bangunan akhir (terminal) seperti peredam energy
loncatan hidraulik, bak lontar (flip bucket), bak gulung
(plunge pool ).
 5. Saluran hilir.
Saluran Pengarah dan Saluran Keluar

Saluran pengarah dan saluran keluar didesain sesuai kebutuhan dan


persyaratan hidraulis. Desain hidraulis disiapkan sesuai kondisi lokasi
dan tipe bendungan, alinyemen, penampang serta konfigurasi dan
dimensinya.
Desain memenuhi persyaratan struktur yang mencakup :
Pengendalian erosi, Stabilitas lereng galian, Pengendapan debris
.
Saluran Pengarah 
aliran air dalam kondisi subkritis. Persyaratan yang harus dipenuhi
sbb :
P ≥ H0/5
V ≤ 4,0 m/s
H0 = tinggi tekanan desain (design head)
P = tinggi ambang dari dasar saluran pengarah
V = kecepatan aliran saluran pengarah
Bangunan Kendali

Bangunan kendali didesain mampu menahan seluruh beban kerja


yang mencakup : beban mati, beban hidup statis dan dinamis .
Pada kondisi tertentu, pelimpah terpaksa ditempatkan di tengah
tubuh bendungan urugan, maka pelimpah harus didesain sebagai
bendungan graviti .

Stabilitas struktur penting, karena timbulnya gaya angkat yang


tinggi, pelimpah jenis ini biasanya dilengkapi dengan galeri yang
ditempatkan di dekat dasar bendungan, yang dapat dimanfaatkan
untuk pelak sanaan grouting dan penempatan sumur-sumur
pelepas tekanan .
SALURAN PEMBAWA

Saluran pembawa dapat berupa : saluran luncur, gorong-gorong atau


terowongan, didesain mampu menahan berbagai beban dan kombinasi.
Tata letak saluran didesain sesuai kebutuhan dan persyaratan hidraulis
dengan memanfaatkan kondisi topografi dan geologi, serta memenuhi
persyaratan keamanan dan desain strukturnya.

Karena saluran pembawa biasanya berada di dekat waduk,


kemungkinan saluran mendapat beban tambahan berupa tekanan
hidrostatik yang hampir sama dengan tinggi tekanan waduk. Beban
tersebut berupa tekanan angkat pada dasar lantai atau beban eksternal
pada dinding konduit atau lining terowongan. Potensi tekanan dapat
dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima dengan cara grouting atau
membuat drainase..
Peredam Energi

Peredam energi diperlukan karena beban dinamis. yang bekerja pada


gigi ambang, blok lantai, bilah, dinding pembagi, ambang akhir, dinding
samping, pelat lantai. Beban tersebut antara lain berupa :
Beban yang bekerja secara langsung (tegak lurus permukaan)
Beban tidak langsung (turning load) seperti pada pengarah dan bak
Beban tekan-tarik (pulsating load) akibat turbulensi dan fluktuasi
permukaan air
Kavitasi

Setiap potensi beban harus dikaji dan dipertimbangkan dlm beban


rencana.
Erosi pada peredam enersi dan material abrasif dapat merupakan
ancaman yang perlu diperhatikan. Material abrasif dapat berasal dari
waduk yang biasanya berasal dari longsoran barupa batu yang
kemudian ”diputar” oleh aliran di dalam kolam olak. Dalam pemilihan
tipe perlu dipertimbangkan tipe yang dapat membilas sendiri,
disamping perlu mempertimbangkan perlunya sarana pengeringan
guna keperluan inspeksi dan perbaikan nantinya.
PEREDAM ENERGI

- Kolam olak (stilling basin) untuk meredam energi aliran.


- Bak Pusaran (Roller bucket ) yang melepas disipasi energi pada
permukaan.
- Bak Lontar (Flip bucket) yang melontarkan aliran air ke hilir,
dimana tumbukan, turbulensi dan gerusan tidak membahayakan
bendungan dan bangunan pelengkapnya.

Kriteria untuk kolam Olak adalah :

- Berlaku persamaan momentum linier untuk loncatan hidraulis:

d1 2V12 d1 d12
  
d2 = 2 g 4

dimana d1 dan V1 serta d2 dan V2 adalah kedalaman dan kecepatan


aliran di hulu dan hilir loncatan.
Peredam energi tipe bak (bucket) :
Tipe bak digunakan pada kondisi muka air buri cukup dalam yang dapat
mencegah peredaman energi dengan loncatan air pada lantai kolam
olak.

Elevasi dasar saluran biasanya sama dengan elevasi dasar bucket.


Gaya-gaya hidraulis yang bekerja pada pelimpah tipe bak lontar dan
lengkung bak penting dalam desain struktural. Tekanan-tekanan
hidraulis berubah secara menerus melalui bak dan dipengaruhi oleh
radius bak, tinggi tekanan total, dan debit aliran.

Bak lontar digunakan bila pancaran jet dapat ditoleransi dan gerusan
tidak menjadi masalah. Sebagian besar peredaman energi terjadi di
daerah dimana pancaran air masuk ke dalam air buri. Faktor yang
mempengaruhi jarak loncatan dari bibir bak ke titik temu loncatan air
dengan air buri adalah kecepatan awal aliran jet, sudut bibir bak, dan
perbedaan elevasi antara bibir bak dan air buri.

.
Kriteria Desain Hidraulis

Kapasitas suatu bangunan pelimpah (spillway) didesain untuk


malewatkan banjir desain pada elevasi waduk tertentu. Analisis
bangunan pelimpah biasanya mencakup empat kondisi aliran,
sebagai berikut :

Aliran subkritis di bagian hulu pelimpah yang awalnya berupa


aliran dengan kecepatan rendah, dan berubah lebih cepat saat
mendekati mercu pelimpah.
 Aliran kritis saat melewati mercu pelimpah.
 Aliran superkritis saat memasuki saluran luncur di bawah mercu.
Aliran transisi pada atau di dekat bagian akhir saluran luncur
dimana aliran kembali ke kondisi subkritis.
Kriteria desain hidraulis untuk bangunan pelimpah (U. S. Army
Engineer Waterways Experiment Station, Research Report H-70-1,
Vicksburg, Miss., January 1970) adalah sebagai berikut :

Desain tinggi tekanan (design head) dibuat sedemikian rupa,


sehingga tidak terjadi tekanan negatif kurang dari - 6 m (20 ft) tinggi
kolom air untuk menjamin bebas dari kavitasi.

 Terdapat reduksi tekanan yang bekerja pada muka hulu (upstream


face) pelimpah yang tinggi berdasarkan gambar di bawah,
sedangkan untuk pelimpah yang rendah dapat dianggap sebagai
garis lurus (tanpa reduksi tekanan).

Estimasi kehilangan energi pada muka hilir perlu dievaluasi untuk


memperoleh desain bangunan peredam energi pada kaki pelimpah.
Bila kehilangan tinggi tekanan cukup besar, evaluasi tersebut
dilakukan untuk memperoleh desain kolam olak yang ekonomis
atau untuk memperkirakan loncatan jet dari bak lontar.
Gbr 3.2 Grafik
hub angka
Froude, tinggi
ambang, dan
dalam aliran
Pertimbangan Desain Struktur
Mempertimbangkan faktor yang berpengaruh terhadap stabilitas
bangunan, tegangan internal dan kinerja bangunan, antara lain :
Beban kerja
Tipe
Konfigurasi
Detil struktur
Kondisi fondasi
Material konstruksi
OP
Potensi masalah yang diperkirakan akan terjadi
Desain harus memenuhi persyaratan hidraulis yang terkait dengan :
Lokasi
Pemilihan tipe yang tepat lengkap dengan kombinasi komponen-
komponennya (saluran pengarah, bangunan pengatur, saluran
pembawa/luncur, peredam energi)
Penetapan dimensi
Masalah dan keterbatasan yang ada
Beban kerja harus mempertimbangkan beban mati, beban hidup statis, beban
hidup dinamis dan beban tak terduga seperti tanah longsor, posisi peralatan
konstruksi dan lain sebagainya.
Beban hidup statis meliputi :
Tekanan air pada sisi muka
Tekanan angkat (uplift) pada dasar struktur
Urugan tanah kembali (backfill)
Beban akibat temperatur
Beban peralatan konstruksi, OP dan lalu lntas
Beban hidup dinamis, meliputi :
Beban gempa
Beban air dinamis seperti yang terjadi pada blok-blok lantai saluran
peluncur dan kolam olak jenis tertentu, pengurangan tekanan
hidrodinamis pada permukaan hilir mercu ogee
Tekanan uplift pada saluran luncur akibat gaya dinamis pada kolam olak
Beban dinamis lalu lintas
Beban getaran pntu, katup, turbin dan aliran tang mengenai permukaan
bangunan, dan kavitasi
Beban angin dan gelombang air
Rembesan Dan Tekanan Angkat

Rembesan melalui dasar atau samping fondasi mempengaruhi stabi


litas bangunan. Pertimbangan desain membatasi debit rembesan
supaya tidak melebihi kapasitas sistim drainase dan saluran pengum
pulnya. Pengendalian debit dan gradien rembesan pada batas aman,
dilakukan dengan tirai grouting atau dinding halang (cut-off).

Rembesan berpengaruh besar terhadap stabilitas bangunan, karena


menimbulkan tekanan angkat dan tekanan lateral, erosi buluh serta
pelarutan pada batuan yang mudah larut. Erosi buluh dan pelarutan
dapat mengakibatkan terjadi penurunan berlebihan terhadap fondasi
bangunan, tubuh bendungan serta terlampauinya kapasitas sistim
drainase yang berakibat meningkatkan tekanan angkat.

Erosi buluh berbahaya, karena erosi akan berkembang semakin besar


dan membahayakan keamanan bendungan. Timbulnya erosi buluh
harus dicegah sedini mungkin. Pelarutan biasanya terjadi pada
fondasi berupa batuan kapur . Upaya yang dilakukan adalah dengan
memperkecil rembesan hingga batas tertentu, sehingga tidak menjadi
ancaman serius terhadap keamanan bendungan.
Pembebanan struktur dihitung dengan asumsi dan pertimbangan
sebagai berikut :

- Beban yang diperhitungkan pada pintu dan balok sekat adalah


tekanan hidrostatik, tinggi tekanan air dihitung setinggi muka air
normal
- Pada lantai saluran luncur dan bangunan pemecah enersi beban
yang diper hitungkan adalah beban hidrostatik dan uplift yang
merupakan beban hidup.
- Beban mati adalah berat sendiri bangunan dan peralatan
yang tidak berpindah tempat.
- Tekanan tanah aktif dapat berubah dari kondisi statik menjadi
dinamik yaitu pada saat terjadi gempa. Beban gempa diperhitungkan
sebagai perkalian antara massa bangunan dan kombinasi
percepatan dilokasi setempat.
 
Stabilitas Bangunan
Pertimbangan desain struktur ditujukan pada beban gempa, beban air
dinamis dan tekanan angkat. Komponen bangunan didesain tahan
terhadap beban gempa walaupun tanpa perkuatan khusus, bagian atas
dinding penahan tanah mungkin perlu perkuatan tambahan di luar
perkuatan untuk beban statis.
Blok lantai, gigi ambang saluan luncur dan peredam energi harus
didesain tahan terhadap beban air dinamis. Beban vibrasi yang
disebabkan oleh naik turunnya tekanan hidraulik pada dinding peredam
energi lebih sulit dihitung dari pada beban yang lain, karena beban
tersebut dapat mengakibatkan keruntuhan pada struktur beton akibat
lelah maka beban tersebut perlu diperhitungkan.

Pertimbangan Desain Fondasi


Pertimbangan desain geoteknik untuk fondasi didefinisikan setelah
kondisi geologi, jenis tipe bangunan pelengkap, dan besarnya tegangan-
tegangan yang bekerja pada fondasi telah ditentukan.Desain fondasi
biasanya terdiri dari empat elemen, yaitu:
geometri pondasi, area pondasi, tumpuan, dan lereng yang berpotensi
tidakstabil;
Kriteria Desain Struktur
Stabilitas struktur harus memenuhi kriteria seperti di bawah.

- Daya Dukung
Rumus daya dukung fondasi untuk bangunan-bangunan air yang
berada diatas lapisan tanah dengan perbaikan fondasi adalah :
qult = CNc + Q Nq + 0,5 Ƴ B N Ƴ

Daya dukung yang diijinkan menggunakan faktor keamanan (FK),


sehingga rumus daya dukung diijinkan adalah :

Qi = qult / FK
dimana :
c = Kohesi tanah fondasi ( t/m2 )
Q = Beban diatas fondasi ( t/m2 )
Ƴ = Berat volume tanah diatas fondasi ( t/m2 )
B = Lebar fondasi ( m )
Nc,Nq,Ny = Adalah faktor daya dukung
FK = Faktor keamanan terhadap daya dukung
Stabilitas Guling
Untuk bangunan air atau dinding yang mengalami tekanan harus
diperhitungkan faktor kemanan terhadap tergulingnya bangunan
menggunakan rumus :
FKgl = Mt / Mg
Dimana :
Mt = Terdiri dari momen akibat berat sendiri bangunan
Mg = Terdiri dari momen menggulingkan bangunan : tekanan aktif,
tekanan air, gempa, uplift dsb.

Stabilitas Geser
Stabilitas geser diperlukan untuk bangunan air agar tahan/tidak
bergerak jika mengalami tekanan horisontal serperti tekanan aktif,
tekanan air, gempa, dan beban luar lainnya. Faktor keamanan
terhadap geser dihitung dengan rumus :
FKgs = Ketahanan geser (t) / Gaya geser (t)

Analisa Beton Bertulang


SNI 03-2847-1992 dan RSNI 3 TH 2002.
Saluran Pengarah 
aliran air dalam kondisi subkritis. Persyaratan yang harus dipenuhi
sbb :
P ≥ H0/5
V ≤ 4,0 m/s
H0 = tinggi tekanan desain (design head)
P = tinggi ambang dari dasar saluran pengarah
V = kecepatan aliran saluran pengarah
Ambang Ogee Tanpa Pintu
Mercu tanpa pintu yang mendekati bentuk aliran curat merupakan
bentuk ideal untuk memperoleh debit optimum. Bentuk tersebut
tergantung dari beda tinggi tekanan, kemiringan muka hulu mercu
dan tinggi mercu terhadap lantai saluran pengarah.

Kecepatan saluran pengarah :


Q
v 
Lh0  P  …….. (4.1)

Bagian hulu mercu dapat berbentuk kurva tunggal dengan radius


tertentu dan bagian hilirnya dapat ditentukan berdasarkan rumus
di bawah : n
y  x 
 k  

H0  H0  …….. (4.2)

H0 = Desain head pada mercu (m)


h0 = kedalaman air pada mercu (m)
k = n = faktor untuk mendefinisikan profil mercu berbentuk curat
P = Tinggi bendung pada udik (m)
Q = Debit desain (m3/s)
Bentuk mercu Ogee dengan muka hulu vertikal dapat dilihat pada
gambar diatas .
Debit aliran air (Q) melalui pelimpah berbentuk ogee dapat diperoleh
berdasarkan rumus :
Q = C L He3/2 ..................... (4.3)
C = koefisien aliran
L = lebar efektif pelimpah
He= tinggi tekanan total, termasuk tinggi tekanan akibat kecepatan ha

Koefisien C tergantung dari :


kedalaman saluran pengarah
hubungan antara bentuk aktual mercu dengan bentuk curat
bentuk muka hulu mercu
pengaruh apron hilir
bagian yang tenggelam (submerge) di hilirnya
Catatan :
Untuk mercu pelimpah yang tajam (sharp-crested weir) dengan
tinggi > 1/5 tinggi tekanan, koefisien C dapat diambil sebesar 3.3.
Besar koefisien C untuk berbagai bentuk muka hulu dan
pengaruh kedalaman saluran pengarah dapat dilihat pada buku
referensi Design of Small Dams,
Lebar efektif pelimpah tergantung dari jumlah dan ukuran pilar yang
ada, Bila puncak pilar dan tumpuan berbentuk tertentu, hal tersebut
akan menyebabkan terjadinya kontraksi aliran air. Pengaruh
kontraksi dapat diperhitungkan berikut .

L’ = L – 2 (NKp + Ka) Hd ................... (4.4)

L’ = lebar efektif pelimpah,


L = lebar puncak total
N = banyak pilar,
Kp = Koefisien kontraksi pilar,
Ka = koefisien kontraksi tumpuan,
Hd = Tinggi tekan total pada mercu termasuk tinggi tekan akibat
kecepatan aliran

Koefisien yang tergantung dari bentuk pier, adalah :


- Untuk bentuk pier yang bujur sangkar, Kp = 0,02
- Untuk pier berbentuk membundar, Kp = 0,01
- Untuk pier yang runcing, Kp = 0,01
Sedangkan untuk berbagai bentuk tumpuan :
- Tumpuan berbentuk persegi panjang, Ka = 0,20
-Tumpuan berbentuk membundar, Ka = 0,10

Mercu Dengan Pintu

Air yang keluar dari pintu yang terbuka sebagian seperti pada aliran
orifice. Dengan bukaan kecil pada tinggi tekanan penuh, akan terjadi
trayektori aliran jet. Untuk orifice vertikal , trayektory aliran jet
mengikuti persamaan parabola seperti di bawah.

-y= x2 .......... (4.5)


4H
H : tinggi tekan pada tengah bukaan. Pada bagian orifice yang
miring dengan sudut terhadap vertikal, persamaannya adalah :
2
x
- y = x tan ɵ +
4H cos 2  ……….(4.6)
Pintu yang dioperasikan pada bukaan yang kecil pada tekanan yang
tinggi akan menghasilkan tekanan negatif di bagian bawah mercu
ogee, seperti gambar di bawah.

Debit aliran air melalui mercu ogee dengan bukaan pintu sebagian
sama dengan aliran melalui orifice tekanan rendah menggunakan
rumus sebagai berikut :

Q= 2 3/ 2 3/ 2 ……… (4.7)
2 gCL( H1  H2 )
3

H1 dan H2 adalah tinggi tekan total terhadap bagian dasar dan atas
orifice. Koefisien C tergantung dari jenis pintu dan bentuk mercu, :
Pelimpah Samping

Pelimpah samping diterapkan di tumpuan yang curam. Air melimpas


melalui mercu pelimpah dan masuk ke saluran dgn arah aliran sejajar
mercu dan dialirkan ke sungai di hilirnya. Kemiringan saluran samping
harus cukup untuk mempercepat aliran air yang melimpas ke arah hilir
saluran.
Prinsipnya adalah persamaan mometum dimana momentum pada awal
saluran ditambah setiap peningkatan momentum akibat gaya-gaya luar
harus sama dengan momentum pada akhir saluran.

Pada bagian panjang saluran Δx dimana kecepatan dan debit di bagian


hulunya adalah v dan Q, pada bagian hilirnya kecepatan dan debit
meningkat menjadi v + Δv dan Q + q(Δx), q adalah debit per meter
panjang yang melimpas di atas mercu pelimpah.
Secara umum persamaan perubahan elevasi air (Δy) dapat diturunkan
sebagai berikut :
Qv  1 / 2(v)   q (x) 
Δy = v  v  v  ,,,,,,,,,, (4.8)
g Q  1 / 2(Q)   Q 
bila Q1 dan v1 adalah nilai-nilai pada awal saluran serta Q2 dan v2
nilai-nilai pada akhir saluran, maka persamaan di atas dapat ditulis
seperti di bawah
Q1 (v1  v2 )  v2 (Q2  Q1 ) 
Δy = ( v
 2 1  v )   ......... (4.9)
g Q1  Q2  Q1 

Demikian juga dapat ditulis :


Q1 (v1  v 2 )  v(Q2  Q1 ) 
Δy = ( v
 2 1  v   ...........(4.10)
g Q1  Q2  Q1 

Persamaan-persamaan (4.9) dan (4.10) dapat diselesaikan dengan


cara coba-coba (trial and error). Untuk setiap bagian panjang Δx
dapat diperoleh nilai Q1 dan Q2.

Secara garis besar prosedur perhitungan adalah sebagai berikut :


1. Hitung debit persatuan panjang yang melimpas di atas mercu
pelimpah, q = Q/L
2. Hitung H0 = (q / C )2/3 , dimana C adalah koefisien pelimpah
(biasanya diambil 3,6
3. Tentukan geometri penampang saluran (biasanya trapesium)
4.Tentukan posisi control section (biasanya diletakkan di bagian hilir
palung saluran pada elevasi yang sama dengan lantai dasar saluran
samping di bagian hilir), bagian transisi dibuat dengan kemiringan ½ :
1, mulai dari palung saluran ke penampang empat segi panjang.
q 2
3 1
5.Hitung kedalaman kritis, dc = g

6.Hitung kecepatan kritis, vc = q1/dc

7.Hitung hvc = Vc2 / 2g

8. Anggap kehilangan tekanan akibat transisi dari akhir palung


saluran ke control section adalah sebesar 0,20 perbedaan tekanan
akibat kecepatan diantara akhir dari transisi. Jarak per titik yang
ditinjau adalah 100 m.
9. Bila jarak antar titik ang ditinjau adalah 100 m, dari persamaan
Bernoulli :
D(1+00) + hr(1+00) = dc + hvc + 0,20(hvc – hv(1+00))
Persamaan di atas harus diselesaikan dengan cara coba-coba dengan
mengambil suatu nilai d(1+100) untuk memperoleh hv(1+00). Bila nilai yang dihasilkan
belum sesuai, perhitungan diulangi dengan mengambil nilai baru, hingga
memenuhi persamaan.
Setelah perhitungan hidraulis saluran samping pada potongan 1+00 diperoleh,
profil muka air di sepanjang saluran samping dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan (4.9).
Drop Inlet/Morning Glory

Karakteristik aliran pelimpah drop inlet cukup bervariasi, Perubahan


diameter dari puncak akan merubah kurva ab (gambar bawah),
sehingga ordinat g pada kurva cd akan lebih tinggi atau lebih
rendah. Untuk puncak yang mempunyai diameter lebih besar, aliran
keluar yang lebih besar dapat dilimpaskan melalui ambang pada
beda tinggi yang rendah, dengan membuat suatu transisi dan
kontrol pipa (tube control) akan terjadi dengan beda tinggi yang
lebih kecil pada puncak pelimpah.

Hal yang sama, dengan merubah ukuran bagian kerongkongan pipa,


posisi kurva cd akan berubah, menunjukkan beda tinggi di atas
dimana kontrol pipa akan dicapai. Bila transisi dibuat dengan ukuran
tertentu, bagian cd akan bergeser dan berimpit dengan atau terletak
di bagian kanan dari titik j, kontrol akan bergeser langsung dari
puncak ke bagian hilir ujung konduit.
Bila profil mercu dan transisi sesuai dengan bentuk nappe bagian bawah dari
pancaran air (jet), melimpas melalui ambang tajam berbentuk lingkaran, aliran
yang melimpas ambang dan melalui transisi dapat dihitung dengan rumus :
Q = CL H3/2, dimana H adalah head, L adalah panjang ambang lingkaran atau
keliling bagian hulu ambang dan C adalah suatu koefisien kontraksi. Rumus
tersebut juga dapat ditulis :
Q = C0(2ᴫ Rs ) Ho 3/2

Gambar 4.12 Elemen profil bentuk nappe untuk ambang lingkaran


KAVITASI

Kavitasi adalah proses yang biasanya berhubungan dengan


kerusakan pada permukaan atau ditandai dengan suara yang intensif.
Kedua fenomena tersebut terjadi selama proses kavitasi, tetapi
sebenarnya kavitasi adalah merupakan kejadian dari kedua hal
tersebut.

Kavitasi didefinisikan sebagai formasi dari gelembung atau rongga di


dalam suatu cairan/likuid. Bila cairan tersebut terisi oleh gas atau
udara, proses selanjutnya diklasifikasikan sebagai kavitasi uap
(vaporous cavitation). Bila rongga terisi gas, proses tersebut disebut
sebagai kavitasi gas (gaseous cavitation).

Contoh, gelembung di dalam cairan akibat berkurangnya tekanan,


pada botol berisi cairan karbonat . Saat botol dibuka, gelembung
terbentuk di dalam cairan naik ke permukaan. Sedangkan pada botol
yang tertutup rapat, cairan dalam keadaan tertekan menjaga larutan
karbon dioksida. Ketika botol dibuka tekanan berkurang dan cairan
dalam kondisi relatif superjenuh terhadap karbon dioksida.-----karbon
dioksida akan mengalami difusi dan keluar dari cairan. disebut
sebagai ”kavitasi gas” tekanan uap cairan tidak pernah tercapai.
penguapan merupakan faktor penting dalam perkembangan
gelembung kavitasi. Keberadaan gelembung-gelembung udara di
dalam aliran air berpengaruh terhadap kerusakan atau suara
gemuruh yang dihasilkan oleh kavitasi.

Bila tekanan aliran berkurang, akan terjadi kondisi kritis pada saat
awal kavitasi, kondisi kritis ini disebut kavitasi awal (incipient
cavitation). Sebaliknya, bila kavitasi telah terjadi dan kecepatan aliran
berkurang atau tekanannya naik, akan terjadi kondisi kritis saat
kavitasi menghilang, disebut hilangnya kavitasi (desinent cavitation).
Kondisi aliran kritis terjadi pada kondisi dimana gelembung kavitasi
individual berubah menjadi rongga besar secara mendadak, hal ini
disebut sebagai kavitasi aliran atau superkavitasi.
Stabilitas Pelimpah

Stabilitas guling
Stabilitas geser
Daya dukung
Tekanan angkat, khususnya di lantai saluran luncur/kolam olak.

Beban yang diperhitungkan dalam perhitungan stabilitas :


Berat sendiri (W)
Tekanan hidraulik (P)
Gaya tekanan hidraulik berbeda dengan aliran sempurna dan aliran
tenggelam. Dengan begitu tipe aliran harus ditentukan terlebih
dahulu.
Tekanan angkat (U)
Tekanan tanah/tekanan sedimen (Pe)
Tinggi sedimen dianggap dari dasar sungai sampai mercu.
Gaya gempa (F)
Kondisi pembebanan pada stabilitas dibagi 2, yaitu kondisi ekstrim dan
kondisi normal. Setiap kondisi pembebanan terdiri dari beberapa
kombinasi pembebanan, sehingga perhitungan stabilitas secara
keseluruhan dihitung dalam 6 kondisi.

Kondisi ekstrim :
Kombinasi 1-1 Kondisi banjir dengan tekanan angkat
Kombinasi 1-2 Kondisi banjir tanpa tekanan angkat
Kombinasi 2-1 Kondisi normal dengan gempa dan tekanan angkat
Kombinasi 2-2 Kondisi normal dengan gempa dan tanpa tekanan angkat

Kondisi Normal :
Kombinasi 3-1 Kondisi normal dengan tekanan angkat
Kombinasi 3-2 Kondisi normal tanpa tekanan angkat

Perhitungan stabilitas guling


Jarak eksentrisitas harus cukup pada semua kondisi pembebanan,
dimana e dihitung sebagai berikut:
e= │ΣM/ΣV-1/2│ .......... (6.1)
e ≤ L/6 (Kondisi normal)
e ≤ L/3 (Kondisi gempa)
dimana :
- e adalah eksentrisitas (m), dan
- L adalah panjang dasar (m)

Perhitungan stabilitas geser

Perhitungan stabilitas geser adalah sebagai berikut:


SL = ΣV x f/ΣH
SL > 1.5 (Kondisi normal)
SL > 1.2 (Kondisi gempa)
F = koefisien friksi pada dasar

Kapasitas daya dukung

Kuat tekan pada dasar ditentukan dari persamaan berikut dan harus
memenuhi kapasitas daya dukung dari fondasi.
q = ΣV/L x (1+6e/L) ......... (6.2)
FK = qu/q
Komponen struktur pelimpah yang dihitung stabilitas strukturnya
adalah :
Approach channel
Transition channel
Chute
Flip Bucket
Tumpuan Jembatan

Apabila sisi kiri dan kanan pelimpah memiliki kondisi geologi dan
fondasi yang berbeda maka stabilitas struktur harus dihitung
secara terpisah antara sisi kiri dan kanan pelimpah.
 
Perhitungan stabilitas guling :
X1 = (ΣMx – ΣMy)/ ΣV ............. (6.4)
e = B/2 – (ΣMx – ΣMy)/ ΣV …... (6.5)
e ≤ L/6 (Kondisi normal)
e ≤ L/3 (Kondisi gempa)
dimana :
ΣMx = jumlah momen pada sumbu x
ΣMy = jumlah momen pada sumbu y
ΣV = jumlah gaya vertikal
X1 = jarak titik tangkap gaya vertikal terhadap

Perhitungan stabilitas geser menggunakan persamaan berikut:


Fs = (f x ΣV + t x B)/ΣH ............... (6.6)
Fs > 4 , kondisi tanpa dan dengan gempa

Perhitungan kapasitas daya dukung menggunakan persamaan


berikut:
Untuk kondisi tanpa gempa :
q = ΣV/B x (1±6e/B) ........... (6.7)
q < qu
untuk kondisi dengan gempa :
q = 4/3 x ΣV/(B-2e)
q < 1.5qu
x2 = 3(B/2-e)
Gaya-gaya yang diperhitungkan pada analsis stabilitas dinding
diantaranya adalah:
Berat sendiri
Tekanan tanah
Gaya angkat
Gaya gempa
Untuk perhitungan tanah lateral dapat menggunakan persamaan
coulomb’s sebagai berikut:

cos     
2
Ka  .........(6.8)
2
 sin    sin       
cos cos  cos     1 
2

 cos     cos    

Ka = Koefisien tanah lateral aktif


Φ = sudut geser dalam
δ = sudut geser antara dinding dan tanah
α = sudut dinding terhadap bidang vertikal
β = sudut permukaan tanah dibelakang dinding
θ = tan-1 Kh
Kh = koefisien gempa arah horizontal
Tabel 6.1 Penentuan sudut geser dinding dengan tanah (δ) untuk
berbagai kondisi

Kondisi Analisis stabilitas antara tanah Perhitungan antara


dengan tanah beton dngn tanah

Kondisi normal β 2/3 φ

Kondisi gempa sin   sin       ½φ


tan  
1  sin   cos     

sin    
sin  
sin 

nilai δ untuk berbagai kondisi memiliki nilai berbeda sehigga untuk tiap kondisi
perlu dihitung nilai Kah dan Kav dengan persamaan berikut:
Kah = Ka ∙ cos(δ+α) …… (6.9)
Kav = Ka ∙ sin(δ+α) ........ (6.10)
Beban Dinamis Dinding Samping
Turbulensi yang ditimbulkan oleh loncatan air hidraulis menimbulkan terjadinya gaya-
gaya yang bekerja pada dinding kolam olak sebagai gaya-gaya dinamis atau pulsating
forces Besaran beban dinamis tersebut perlu dipertimbangkan dalam mendesain
dinding samping tersebut

Percobaan yang dilakukan di WES dengan memasang instrumen pada dinding


samping kolam olak yang tidak dilengkapi dengan baffles atau end sill. Percobaan
dilakukan pada angka Froude antara 2.7 – 8.7, yang menghasilkan rumus empiris
seperti di bawah.
… (6.11)

Rm = gaya statis min rata2 plus gaya dinamis pada kaki loncatan hidraulis (lb/ft)
Hs = tinggi tekan pelimpah, yakni elevasi muka air normal mercu minus elevasi apron
kolam (ft). Besaran gaya yang bekerja pada dinding samping bervariasi di sepanjang
kolam olak.

…….. (6.12)
REMBESAN
 
Tebal Lantai Saluran Luncur/Kolam Olak

Panjang Aliran Lane


Pengaruh tekanan angkat harus diperhitungkan dalam mendesain
ketebalan lantai saluran luncur/kolam olak. Besar tekanan angkat dapat
diperoleh dari Lane (dengan asumsi aliran rembesan melalui bidang
kontak antara struktur dengan lapisan fondasi).
Menurut Lane, panjang aliran (L) adalah sebagai berikut :
Lada = V + H/3
Lperlu =Ch
Dimana angka rembesan dapat dilihat pada tabel di bawah.
V = jarak vertical antar titik pada lantai
H = jarak horisontal antar titik pada lantai
h = beda tinggi tekanan muka air di hulu dan hilir (head)
Tabel 5.2 Nilai Minimum Angka Rembesan Lane (CL)
Uraian CL
Pasir sangat halus atau lanau 8,5
Pasir halus 7,0
Pasir sedang 6,0
Pasir kasar 5,0
Keriki halus 4,0
Kerikil sedang 3,5
Kerikil kasar termasuk Kerakal 3,0
Bongkah dengan sedikit kerakal dan 2,5
kerikil
Lempung lunak 3,0
Lempung sedang 2,0
Lempung keras 1,8
Lempung sangat keras 1,6
Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada suatu titik x di sepanjang
dasar bangunan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Lx
Px  H x  H …….. (5.15)
L

Px = gaya angkat pada titik x (t).


L = panjang total bidang kontak banguan dan tanah bawah (m).
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x (m).
ΔH = beda tinggi energi (m).
Hx = tinggi energi di hulu bendung (m).
 
L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara Lane, bergantung kepada
arah bidang tersebut. Bidang yang membentuk sudut 45o atau lebih terhadap
bidang horisontal dianggap vertikal.
Flow Net
Jaringan aliran air (flow net) dapat digunakan terutama pada lapisan
fondasi yang berupa lapisan pasir homogin, dengan asumsi bahwa aliran
bersifat laminer dan homogin, sehingga hukum Darcy berlaku.
Hasil tekanan angkat dari flownet dapat dilihat pada contoh di bawah yang
berupa persentase beda tekanan (head) pada setiap garis ekipotensialnya,
jadi pada setiap titik yang ditinjau dapat dihitung tekanan angkatnya.

100%

0,94% 0,83%
0,78% 0,39% 0%
0,89% 0,72% 0,67% 0,61% 0,56% 0,5% 0,44%
0,33% 0,06%

0,28% 0,22% 0,17% 0,11%


Bila tekanan angkat cukup besar, sehingga lantai beton terlalu
tebal dapat dipertimbangkan dengan menggunakan
angkur/jangkar. Angkur pada bidang kontak antara struktur beton
dengan fondasi batu berfungsi untuk meningkatkan stabilitas
terhadap gaya angkat dan angkur pada saluran luncur kecuali
untuk gaya angkat juga menahan gaya geser akibat berat sendiri.

Analisis stabilitas dalam desain angkur grouting meliputi


tahapan, yaitu:
Kuat tarik ijin dari batang angkur
Kapasitas gesek ijin antara batang angkur dan grout
Kapasitas gesek batas (ultimate) antara angkur dengan fondasi
batu.
Pada saluran luncur, disamping tinjauan di atas (a, b dan c)
juga ditinjau kekuatan geser batang angkur (perhitungkan juga
kekuatan geser dari tanah dasar/batuan).
Pelindung Gerusan di Hilir Kolam Olak

Untuk melindungi lapisan tanah dasar terhadap gerusan di bagian hilir kolam olak,
dilindungi dengan batu atau bronjong yang dilengkapi dengan inverted filter di
bagian bawahnya. Panjang lapisan pelindung dihitung berdasarkan kedalaman
gerusan. Rumus yang dapat digunakan untuk mendesain lapisan pelindung
LL = 4R
LL = panjang lapisan pelindung
R = kedalaman gerusan
Untuk menghitung turbulensi dan aliran yang tidak stabil, maka R ditambah 1,5R
menjadi 2,5 R. Bila menggunakan batu bronjong, tebal lapisan pelindung yang
berupa susunan bongkah batu kosong adalah 2 sampai 3 kali diameter bongkah
……. (5.18)

Q = debit (m3/det)
f = faktor lumpur Lacey
dm = diameter butiran tanah d50(mm)
Besarnya nilai debit yang dipergunakan untuk menganalisis gerusan pada kolam
olak, digunakan debit banjir dengan periode ulang 100 tahun.
Lining Saluran Terbuka
Selama air mengalir melalui saluran, lantai saluran menerima gaya-gaya
hidrostatis, tahanan friksi sepanjang saluran, gaya dinamis, tekanan
angkat (uplift) dari retakan/sambungan.

Pada kondisi kering, lantai juga mengalami gaya-gaya akibat aksi


kontraksi dan ekspansi oleh temperatur, efek dari penurunan atau tekuk,
dan tekanan angkat oleh underseepage atau muka air tanah yang tinggi.

Lantai saluran harus dapat menahan beban-beban tersebut, antara lain


dengan membuat tebal yang cukup, drainasi bawah (underdrains),
angkur, cutoff, dan lain sebagainya yang semuanya mempunyai tujuan
untuk membuat lantai stabil.

Bila material fondasi berupa batuan, slab dapat dicor langsung pada
permukaan galian, bila perlu dapat diperkuat dengan angkur.
Blok-blok/slab beton sebaiknya menggunakan konstruksi beton
bertulang untuk mengantisipasi timbulnya retakan-retakan.
Kolam olak biasanya terisi air, sehingga lapisan tanah di bawahnya
menjadi jenuh permanen. Lantai kolam olak ini juga akan menerima
beban/tekanan angkat, oleh karena itu lantai kolam harus cukup
berat/tebal untuk menahan beban yang bekerja atau mempunyai
sistim drainasi yang baik untuk melepaskan tekanan angkat
tersebut.

Dalam analisis desain, lantai kolam olak dianggap sebagai free body
pada sistim keseimbangan statis dengan reaksi fondasi untuk
mengimbangi beban-beban aktif. Gaya-gaya angkat yang
disebabkan oleh beda tinggi tekanan pada bagian bawah slab
diimbangi oleh berat lantai dan berat air efektif di dalam kolam.

Perbedaan gaya hidrostatis dilawan oleh tahanan geser dari kaki


slab pada fondasi. Stabilitas terhadap putaran diperoleh dengan
menyamakan gaya-gaya yang tidak imbang dengan reaksi fondasi
yang diposisikan sedemikaian rupa, sehingga momen gaya pada
setiap titik menjadi nol.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai