Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

KEGAGALAN PEKERJAAN TANAH


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Manajemen K3 & Lingkungan
Diploma III Program Studi Teknik Konstruksi Sipil
Di Jurusan Teknik Sipil

OLEH :

MOHAMAD SYAH FEBI PRAGISKA


NIM 171121049

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
Amblesnya Jalan Utama Kuningan – Majalengka

Jalan utama penghubung Kuningan – Majalengka mengalami sebuah kegagalan pekerjaan tanah
yang menyebabkan jalan tersebut mengalami ambles. Hal ini membuat para pengendara yang
ingin melewati jalan tersebut harus mencari alternatif jalan yang lain dikarenakan jalan tersebut
untuk sementara tidak dapat di akses.
Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa penyebab
amblesnya jalan karena gorong-gorong saluran drainase yang terlalu kecil sehingga membuat air
yang di dalam gorong-gorong tidak dapat tertampung dan membuat genangan air di bagian
badan jalan.
Berdasarkan litologi, di lapisan sarang atau bawah banyak air yang meresap ke dalam tanah.
Alhasil, lapisan sarang tidak dapat menahan akumulasi air akibat curah hujan yang tinggi.
Ditambah lagi beban yang selalu intens di lewati kendaraan yang menyebabkan kondisi jalan
akan tergerak, di bagian atas tepatnya di bawah poros sangat mudah menyerap air.
Analisa:
Jalan utama penghubung Kuningan – Majalkengka ambles karena sistem drainase yang tidak
baik sehingga membuat genangan air di bagian badan jalan yang dekat dengan jurang. Hal
tersebut membuat lapisan pada tanah terkena air terus menerus sehingga tanah menjadi jenuh dan
menyebabkan longsor serta membuat jalan tersebut menjadi ambles.
Solusi:
Membenahi kembali sistem drainase terlebih dahulu dan melakukan pegujian tanah kembali
sebelum memperbaiki jalannya kembali. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang masih labil
akibat terjadinya longsor, sehingga tanah tersebut tidak menjadi padat dan tidak dapat menahan
beban di atasnya.
Referensi:
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3424957/ini-dugaan-penyebab-amblesnya-jalan-
utama-kuningan-majalengka
https://www.liputan6.com/regional/read/2862236/penyebab-ambles-jalur-utama-kuningan-
majalengka
Tanah Amblas Hambalang

Megaproyek Hambalang senilai 1,175 triliun rupiah pada awalnya direncanakan untuk
membangun sekolah atlet, namun kemudian berkembang menjadi pembangunan kawasan
olahraga yang sangat lengkap dan megah. Tentunya, sebelum pembangunan fisik, berbagai studi
kelayakan telah dilakukan termasuk survei geologi dan hidrologi. Peristiwa amblasnya tanah di
kawasan Proyek Hambalang mendapat banyak perhatian. Bermula dari hujan yang cukup deras,
tiba-tiba tanah di sekitar dua bangunan: Lapangan Indoor dan Power House amblas sedalam 2
hingga 5 meter diikuti dengan rubuhnya dua bangunan tersebut.

Proyek Hambalang dilaksanakan di Hambalang Desa Citeurep Sentul Kabupaten Bogor Jawa
Barat. Kondisi geologi di daerah ini merupakan batuan vulkanik yang masih muda. Setelah
batuan ini mengalami pelapukan, terbentuklah lapisan lempung dan lanau yang kemudian
terkompaksi melalui proses tekanan dalam jangka waktu yang lama. Lapisan ini dikenal
sebagai mudstone atau batuan lempung. Batuan lempung tersusun dari lapisan-lapisan tipis
sehingga mudah sekali pecah menjadi serpihan-serpihan.

Sifat mekanis dari tanah lempung ini sangat unik. Ketika dalam kondisi kering, ia menyusut dan
mengeras, namun ketika menyerap air, ia akan mengembang dan pada batas tertentu akan
kehilangan gaya gesernya sehingga penurunan tanah bisa terjadi tiba-tiba bahkan dengan akibat
beratnya sendiri. Dikarenakan oleh sifat kembang-susutnya, tanah lempung dapat digolongkan
sebagai tanah ekspansif (expansive soil) atau tanah yang mudah kolaps (collapsing soil). Oleh
karena itu, jenis lapisan tanah ini kurang cocok sebagai tanah dasar pondasi. Terlebih pada
daerah yang muka air tanahnya berubah drastis dan curah hujannya sangat tinggi.

Kurang bagusnya tanah lempung di daerah Hambalang untuk pondasi bangunan mebuat lapisan
tanahnya mengalami amblas atau dibahasakan sebagai adanya gerakan tanah. Areal tanah amblas
ini sangat luas mencakup 3,5 hektar. Akibatnya, puluhan rumah penduduk setempat retak-retak.
Mengingat masifnya pergerakan tanah ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) menggolongkan daerah Hambalang sebagai zona yang rentan terhadap gerakan tanah
dengan level menengah hingga tinggi. PVMBG juga merekomendasikan perlunya pemindahan
pemukiman penduduk keluar dari areal tanah amblas tersebut.

Peristiwa di Proyek Hambalang, dapat diduga karena curah hujan yang tinggi telah
meningkatkan kandungan air pada lapisan lempung di bawah tanah pondasi dua gedung yang
ambruk pada Proyek Hambalang.

Pada kondisi ini, kuat geser tanah menjadi turun drastis dan tanah bersifat seperti lumpur.
Permukaan tanah juga mengalami penurunan secara perlahan dan beberapa bagian bangunan
mulai retak-retak. Tekanan air pada tanah juga meningkat, mengakibatkan tekanan lateralnya
bertambah. Gejala ini sudah bisa diketahui tanda-tandanya seperti adanya deformasi pada lereng
atau permukaan tanah termasuk peningkatan ukuran retakan tanah atau bangunan.

Seiring berjalannya waktu, beban struktur makin bertambah karena masa konstruksi, kuat geser
tanah yang sudah menurun tersebut tidak mampu lagi menahan beban struktur dan pada akhirnya
dia amblas.

Satu hal yang bisa dijadikan catatan penting dari kasus ini adalah bahwa pembangunan di tanah
ekspansif seperti tanah lempung memang membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian. Mendirikan
bangunan di areal tanah ekspansif bukanlah hal yang tidak mungkin, namun mutlak disertai
treatment/teknologi khusus.

Analisa:

Kondisi tanah di daerah ini merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik yang masih muda
sehingga terbentuklah lapisan lempung dan lanau yang kemudian terkompaksi melalui proses
tekanan dalam jangka waktu yang lama. Batuan lempung tersusun dari lapisan-lapisan tipis
sehingga mudah sekali pecah menjadi serpihan-serpihan.

Sifat mekanis dari tanah lempung ini sangat unik. Ketika dalam kondisi kering, ia menyusut dan
mengeras, namun ketika menyerap air, ia akan mengembang dan pada batas tertentu akan
kehilangan gaya gesernya sehingga penurunan tanah bisa terjadi tiba-tiba bahkan dengan akibat
beratnya sendiri. Dikarenakan oleh sifat kembang-susutnya, tanah lempung dapat digolongkan
sebagai tanah ekspansif (expansive soil) atau tanah yang mudah kolaps (collapsing soil). Oleh
karena itu, jenis lapisan tanah ini kurang cocok sebagai tanah dasar pondasi. Terlebih pada
daerah yang muka air tanahnya berubah drastis dan curah hujannya sangat tinggi

Solusi:

 Struktur pondasi rakit harus lebih kaku. Ini bisa dilakukan dengan memperbesar ukuran
beam pondasi, beamnya lebih dalam masuk ke tanah. Kemudian tulangan besinya lebih
diperbesar dengan menggunakan mutu beton yang tinggi. Balok-balok anak pada slabnya
juga perlu diperbanyak.

 Sistem struktur bangunan harus lebih fleksibel. Fleksibel joint pada struktur dinding
misalnya bisa dipasang agar tidak terjadi retak karena perubahan muka tanah pondasi
yang tiba-tiba.

 Daerah pekarangan dan selasar rumah mesti diberi perkerasan beton untuk mencegah
rembesan air hujan masuk ke tanah ekspansif di bawahnya. Selain itu, sistem drainase
harus diperbaiki untuk bisa mengalirkan aliran air permukaan, menjauhi areal
bangunan. Vegetasi juga perlu dijauhkan dari bangunan, begitupula taman (sekiranya
ada) jangan diairi berlebihan.

 Mengganti tanah lempung tersebut dengan menggunakan tanah urugan yang telah di uji
laboratorium.

Referensi:

https://daenggassing.wordpress.com/2012/06/02/belajar-dari-tanah-amblas-hambalang/
Penyebab Runtuhnya DPT Pada Perumahan Karania Graha Di Desa Jadi
Kediri Tabanan

Keruntuhan sebuah Dinding Penahan Tanah (DPT) di perumahan Karania Graha yang berlokasi
di desa Jadi, Kecamatan Kediri Tabanan terjadi pada saat musim hujan. DPT berada dipinggir
sebuah sungai kecil dengan ketinggian dari dasar sungai rata-rata 6 meter. Keruntuhan DPT
menimpa sebuah rumah yang berada diseberang sungai. Meskipun keruntuhan DPT tidak
merusak bangunan yang terkena reruntuhan, namun keruntuhan tersebut menjadi trauma bagi
penghuni rumah tersebut. Tentu saja pemilik rumah tidak mau kalau kejadian itu terjadi lagi bila
DPT akan dibangun dengan ketinggian yang sama seperti sebelum runtuh. Keruntuhan DPT ini
juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi pengembang perumahan Karania Graha.

Keruntuhan DPT bisa disebabkan oleh tekanan tanah aktif yang mengakibatkan terjadinya
keruntuhan geser pada DPT. DPT juga bisa mengalami keruntuhan bila pondasi DPT mengalami
masalah. Misalnya daya dukung tanah yang tidak mampu memikul beban DPT. Situasi dan
kondisi yang bisa mengganggu stabilitas DPT dapat juga berasal dari aliran air didepan DPT bila
DPT berada dipinggir sungai.

Kronologis terjadinya keruntuhan adalah pada saat terjadi hujan lebat yang mengguyur lokasi
proyek sehingga menyebabkan terjadinya crack pada permukaan tanah dibelakang DPT dan
membuat DPT tersebut runtuh.

Pada saat pembangunan DPT, DPT dibangun dengan memakan sebagian badan sungai sehingga
membuat ukuran dan bentuk sungai jadi semakin sempit dan berkelok-kelok. Akibat bentuk
sungai yang tidak lurus, air sungai saat banjir menghantam dasar DPT/pondasi DPT. Pondasi
DPT hanya sekitar 1 m dibawah dasar sungai dan ketinggian DPT rata-rata 6 meter dari dasar
sungai. Lebar dasar DPT sekitar 1,5 meter dan tebal bercu DPT sekitar 30 cm. Drain DPT terbuat
dari bambu dan tidak berfungsi dengan baik karena lubang bambu tidak tembus serta bangunan
DPT terbuat dari pasangan batu (jenis grafitasi) dibantu dengan beton bertulang pada jarak rata-
rata 4 meter.

Analisa:

Dapat disimpulkan bahwa DPT mengalami keruntuhan akibat kombinasi dari dua hal yaitu
karena DPT tidak mampu memikul beban horisontal tanah saat jenuh. Tanah dibelakang DPT
menjadi gampang jenuh karena drain DPT tidak berfungsi. Disamping itu, pondasi DPT juga
mengalami gerusan pada sisi utara karena hantaman dari air sungai yang memantul dari sisi
diseberangnya.

Solusi:

 Pondasi DPT seharusnya dipasang menggunakan borc pile agar tidak mudah tergerus
oleh aliran sungai.

 Dilakukannya pengujian tanah terlebih dahulu agar mengetahui daya dukung tanah dan
beban tanah yang akan membebani DPT.

Referensi:

http://ojs.pnb.ac.id/index.php/LOGIC/article/view/414/352

Anda mungkin juga menyukai