Anda di halaman 1dari 47

TEKNIK PELABUHAN

JTS. 1707

PERENCANAAN TERMINAL

BAB VII
Pertemuan ke – 13 & 14

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS MATARAM
No. Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Estimasi Pertemuan
Waktu Ke-
1 2 3 4 5
1. Pengertian Teknik  Definisi pelabuhan 2 x 50 1
Pelabuhan  Pengertian Teknik Pelabuhan
 Keadaan pelabuhan di Indonesia
2. Karakteristik Kapal Laut  Dimensi kapal laut 2 x 50 2
 Jenis kapal laut
 Olah gerak kapal laut
 Kapal desain
3. Perencanaan Fasilitas  Perencanaan alur pelabuhan 4 x 50 3, 4
Basah Pelabuhan  Perencanaan kolam pelabuhan
4. Proses Alam di Pantai  Karakteristik gelombang laut 6 x 50 5, 6, 7
 Karakteristik pasang surut
 Analisa dan prediksi pasang surut
UJIAN TENGAH SEMESTER (8, 9)
5. Perencanaan Fasilitas  Jenis-jenis dermaga 4 x 50 10, 11
Kering Pelabuhan  Perencanaan jumlah dermaga
 Perencanaan dimensi dan
konstruksi dermaga
6. Perencanaan Fasilitas  Gaya benturan kapal 2 x 50 12
Kering Pelabuhan  Jenis-jenis fender
 Perencanaan fender
7. Perencanaan Fasilitas  Jenis-jenis terminal 4 x 50 13, 14
Kering Pelabuhan  Perencanaan terminal
8. Perencanaan  Jenis- dan fungsi breakwater 4 x 50 15, 16
Breakwater  Perencanaan breakwater

UJIAN AKHIR SEMESTER (17, 18)


JENIS KAPAL
• NON BULK CARGO
1. General Cargo Ships
2. Refrigerated Ships
3. Multipurpose Ships
4. Container Ships
5. Ro-Ro (Roll On / Roll Off) Ships
6. Lash Ships
7. Seabees
8. Barge Catamaran
9. Car Ships
10. Short Sea Trader Ships
11. Heavy Lift Ships
12. Cruise Ships
3
JENIS KAPAL
• BULK CARGO
1. Liquid Bulk Ships:
- Crude Oil Ships or Tanker Ships
- Product Oil Ships
- Parcel Tanker Ships
2. Dry Bulk Ships
3. Liquified Gas Ships (LNG)
4. Compressed Gas Ships (CNG)
5. Combined Bulk Ships

4
Break Bulk Terminals

Port of Houston Authority – Turning Basin City Dock 23


Container Terminals

Port of Houston Authority – Barbour’s Cut Terminal


Liquid Bulk Terminals

Citgo Refining Dock 3


Liquid Bulk Terminals
Dry Bulk Terminals

Port of Corpus Christi – Bulk Materials Dock 1


Dry Bulk Terminals

Aimcor Dock
Break Bulk Terminals

Port of Corpus Christi Authority – Cargo Dock 8


GUDANG MUATAN
Pergerakan muatan dapat terjadi dari tempat asalnya langsung menuju ke kapal
atau sebaliknya dari kapal langsung menuju tempat tujuan. Namun pada
perubahan moda transportasi ini terjadi perubahan yang cukup besar dari segi
volume (lihat Gambar di bawah). Di sisi lain pihak penyelenggara pelabuhan dan
pemilik kapal menginginkan proses B/M yang sesingkat mungkin, sehingga
dibutuhkanlah fasilitas gudang atau lapangan terbuka untuk menyimpan
sementara muatan tersebut.
Gudang merupakan tempat penyimpanan muatan dengan konstruksi tertutup
untuk melindungi muatan dari faktor alam dan pencurian. Ada dua jenis gudang di
pelabuhan yaitu Gudang Transit (Shed) dan Gudang Tetap (Warehouse).
Gudang Transit untuk menyimpan sementara muatan setelah B/M dalam
waktu yang singkat, sedangkan Gudang Tetap untuk menyimpan muatan dalam
waktu yang lama.
Luas yang dibutuhkan untuk tempat menyimpan muatan ini dapat dihitung
dengan rumus (Velsink, 1994) :

f1  f 2  Tts  t av
Ots 
mts  h    365
dimana :
Ots = luas tempat penyimpanan (gudang, lapangan terbuka)
Tts = jumlah muatan yang menggunakan tempat tersebut dalam setahun (ton)
tts = rata-rata lama penyimpanan muatan (hari)
 = rata-rata berat jenis muatan (ton/m3)
h = rata-rata tinggi penumpukan (meter)
mts = tingkat pemakaian tempat penyimpanan muatan
f1 = rasio luas keseluruhan dengan luas terpakai
f2 = faktor volume muatan karena cara pengemasan
Contoh :
Jika data-data di atas direncanakan bagi suatu pelabuhan sebagai berikut :
Tidak semua muatan melalui gudang sehingga jika diambil 2/3 nya maka jumlah muatan yang
melalui gudang adalah Tts = 2/3 x 35,000 = 23,333  23,500 ton/tahun
Rata-rata lama penyimpanan muatan diambil tts = 10 hari
Jika berat jenis kacang mete 0.5 ton/m3 dan batu apung 0.4 ton/m3 maka diambil rata-rata berat
jenis muatan  = 0.5 ton/m3
Rata-rata tinggi penumpukan diambil h = 2.5 meter
Tingkat pemakaian tempat penyimpanan muatan pada awal beroperasinya pelabuhan
kemungkinan tidak 100% dalam setahun sehingga diambil nilai mts = 0.75
Selain ruang untuk menumpuk muatan diperlukan pula ruang antara untuk ruang jalan B/M dan
kantor sehingga diambil nilai f1 = 1.5
Faktor pengemasan muatan diambil f2 = 1.2
Maka luas gudang yang dibutuhkan adalah : Tahun Muatan Ots
(ton) (m2)
2010 35,000 1,227.40
2015 40,250 1,411.51

1.5 1.2  23,500 10 2020 46,288 1,623.23

Ots   1,236m 2 2025 53,231 1,866.72

0.75  2.5  0.5  365


2030 61,215 2,146.73
2035 70,398 2,468.73

Tav = 10 hari
Mts = 0.75
H= 2.5 meter
Jika dihitung dengan memperhatikan pertumbuhan Phi = 0.5 ton/m3
jumlah muatan sampai tahun 2035 adalah sebagai f1 = 1.5
berikut : f2 = 1.2
rasio 0.666667
Tabel. Perhitungan Luas Gudang muatan =
Lapangan Penumpukan Muatan
Apabila muatan tidak perlu terlindungi atau tidak dapat masuk ke dalam gudang
karena ukurannya maka dibutuhkan Lapangan Penumpukan Muatan (Open
Storage). Luas lapangan ini dapat dihitung dengan rumus di atas.

Fasilitas Bongkar Muat


Dalam proses B/M kapal satu lubang palka dilayani oleh 1 kelompok kerja (gang).
Bagi kapal rencana 1,000 DWT yang memiliki 2 lubang palka dibutuhkan 2 gang.
Bila jarak antara dermaga dengan gudang cukup jauh (75 ~ 100 m) dibutuhkan
peralatan forklift ukuran 3 ton. Satu lubang palka membutuhkan 3 forklift sehingga
total 6 forklift untuk 1 kapal. Bila terjadi kerusakan maka perlu ditambah 1 forklift
lagi sebagai cadangan sehingga total 7 unit forklift yang dibutuhkan. Proses B/M
dapat pula langsung dari truk ke kapal dan sebaliknya (truck loosing) tanpa melalui
gudang.
Apabila kapal tidak memiliki alat derek sendiri untuk proses B/M (gearless) maka
pelabuhan harus memiliki mobile crane atau fixed crane.
Layout Fasilitas Darat / Terminal
Dalam penentuan layout fasilitas darat ini, perlu mempertimbangkan beberapa hal
seperti berikut :
1. Luasan-luasan areal yang disediakan untuk fasilitas darat, luasan-luasan yang
perlu disediakan telah dikaji ulang dengan memperhatikan kemungkinan
perkembangan kapasitas layan pelabuhan.
2. Pengaturan lalu lintas kendaraan.
PENGERTIAN PELABUHAN PERIKANAN

1) Pelabuhan Perikanan digolongkan sebagai pelabuhan


khusus. Pelabuhan khusus yaitu pelabuhan yang
penggunaannya khusus untuk aktivitas perindustrian,
pertambangan atau pertanian dalam arti yang luas
dimana pembangunan & pengoperasiannya dilakukan
oleh instansi yang bersangkutan, contoh bongkar
muat barang-barang (bahan baku/hasil produksi/hasil
ekploitasi) yang tidak dapat ditampung oleh pelabuhan
umum.
Pelabuhan Khusus : Pel. Perikanan,
Pel. Mineral, Pel. Kayu
2) Pelabuhan Perikanan adalah suatu wilayah
perpaduan antara daratan dan lautan yang
dipergunakan sebagai pangkalan untuk kegiatan
penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai
fasilitas sejak ikan didaratkan sampai dengan ikan
didistribusikan (Dephub, 1983).

3) Pelabuhan Perikanan adalah suatu kawasan


perairan yang tertutup atau terlindung dan cukup
aman dari pengaruh angin dan gelombang laut,
diperlengkapi dengan berbagai fasilitas logistik,
bahan bakar, perbengkelan dan pengangkutan
barang-barang. (Alonze de F. Quin dalam W.J.
Guckian, 1970).
Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan
Permen No. 16/Men/2006
Tentang Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan Perikanan Samudera
 melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia, dan laut lepas;
 memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurangkurangnya 60 GT;
 panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan
kedalaman kolam sekurangkurangnya minus 3 m;
 mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal
perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya
6.000 GT kapal perikanan sekaligus;
 ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor;
 terdapat industri perikanan.
PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA
BUNGUS

Sumber : http://www.pipp.dkp.go.id/pipp2/pelabuhan.html?idplb=030301 08 Oktober 2008


Pelabuhan Perikanan
Nusantara
 melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia;
 memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurangkurangnya 30 GT;
 panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan
kedalaman kolam sekurangkurangnya minus 3 m;
 mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal
perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya
2.250 GT kapal perikanan sekaligus;
 terdapat industri perikanan.
PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU
Pelabuhan Perikanan Pantai
 melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di perairan pedalaman, perairan
kepulauan dan laut teritorial;
 memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal
perikanan berukuran sekurangkurangnya 10 GT;
 panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m,
dengan kedalaman kolam sekurangkurangnya
minus 2 m;
 mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal
perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-
kurangnya 300 GT kapal perikanan sekali
PPP Karangantu Banten

Gambar 1. Kapal nelayan yang sedang bersandar


di dermaga PPP Karangantu
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

 melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan


perikanan di perairan pedalaman dan perairan
kepulauan;
 memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurangkurangnya 3 GT;
 panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan
kedalaman kolam minus 2 m;
 mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal
perikanan atau jumlah
 keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal
perikanan sekaligus.
PPI Muara Angke Jakarta
KONDISI PEL. PERIKANAN DI INDONESIA

Sejak Pelita II hingga tahun 2001, pemerintah pusat telah


membangun Pelabuhan Perikanan (PP) dan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) yang penyebarannya disajikan pada
Tabel berikut :
Jumlah PP dan PPI di Indonesia
Pulau PP PPI Jumlah
Kawasan Barat 27 120 147 73,5 %
 Jawa + Bali 11 55 66 31,7 %
 Sumatera 9 49 58 28,7 %
 Kalimantan 5 16 21 11,9 %
Kawasan Timur 9 47 56 26,5 %
 Sulawesi 3 26 29 14,4 %
 Nusa Tenggara & Timor-timur 2 7 9 4,5 %
 Maluku & Irian Jaya 3 14 17 8,8 %
Jumlah 33 169 202 100 %
Selain pemerintah pusat, pemerintah daerah juga telah
membangun PPI yang sampai th. 2001 jumlahnya
sekitar 393 buah. Dengan demikian, secara
keseluruhan jumlah prasarana pelabuhan perikanan
dan pangkalan pendaratan ikan yang telah dibangun
sampai tahun 2001 adalah sebanyak 595 buah. Dari
data tersebut terlihat bahwa pembangunan PP/PPI
belum menyebar secara merata di seluruh wilayah
Indonesia. Sebanyak 73,5 % atau 147 buah PP/PPI
berada di kawasan Indonesia Barat.

Data terbaru, tahun 2006 di Indonesia terdapat 666 PP


dan PPI (5 PPS, 12 PPN, 51 PPP dan 598 PPI).
Terkait dengan pembangunan perikanan tangkap di
Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa P. Jawa dan
Laut Jawa merupakan wilayah aktivitas perikanan
tangkap terpenting di Indonesia ditinjau dari jumlah
armada penangkapan, jumlah nelayan, jumlah industri
pengolahan perikanan serta potensi pasar berikut
prasarananya.

Sampai tahun 2004, terdapat sekitar 321 PP dan PPI di P.


Jawa atau 45,6 % dari total 704 unit PP dan PPI di
Indonesia, atau terdapat 2 PPS atau 40% darp 5 PPS yang
ada di Indonesia, 5 PPN atau 45,5% dari total 11 PPN di
Indonesia. 23 PPP atau 57,5% dari 40 PPP di seluruh
Indonesia dan 291 PPI atau 43,3% dari 672 PPI di
Indonesia. Pada tahun 2002 sebanyak 24 PPI telah
ditingkatkan statusnya menjadi PPP, 20 diantaranya
berada di P. Jawa (Ditjen. Perikanan, 2005).
Pembangunan dan pengembangan PP/PPI yang akan
datang kiranya perlu di kawasan Indonesia Timur.
Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa :
1) Beberapa perairan di kawasan Indonesia Barat telah over
fishing seperti perairan Laut Jawa, Selat Malaka dll.
2) Potensi perikanan di Indonesia bagian Timur cukup besar
3) Pembangunan PP/PPI di kawasan Timur berpeluang
untuk membentuk pusat-pusat pertumbuhan baru (New
Growth Center) yang akan merangsang percepatan
pembangunan di kawasan ini.
4) PP/PPI dapat berfungsi sebagai kantong-kantong
pengaman wilayah perairan Indonesia dari upaya-upaya
pencurian SDI oleh nelayan-nelayan negara asing yang
memang sering terjadi di wilayah ini
Penyebaran Pelabuhan Perikanan menurut tipenya.

1) PP Samudera (Tipe A) : Jakarta, Kendari, Cilacap,


Belawan dan Bungus.
2) PP Nusantara (Tipe B) : Pekalongan, Palabuhanratu,
Cilacap, Sibolga, Brondong, Ternate, Prigi, Tanjung
Pandan.
3) PP Pantai (Tipe C) : Sungai Liat, Karangantu,
Karimunjawa, Bawean, Teluk Batang, Hantipan,
Banjarmasin, Lampulo, Tarempa, Dagho, Pulau Tello,
Sikakap, Lab. Lombok, Pemangkat dan mulai
Februari ditambah 20 PPI yang statusnya berubah
menjadi PP tipe C.
Pelabuhan perikanan pantai
Item Characteristics Required Facilities Comments

Fasilitas utk tangkapan Berbagai jenis ikan digelar Tempat penanganan hasil
satu per satu kemudian tangkapan
dilelang
Ikan dipertahankan segar, Gudang es, gudang pendingin
dipak dlm es dan dikapalkan
lagi
Ikan komoditas tinggi kadang Tanki ikan hidup Alat angkut khusus utk ikan
dikirim dalam keadaan hidup hidup

Fasilitas utk perahu Gudang dan area perbaikan Penyimpanan perlengkapan,


kapal, perbaikan/jemur jala penjemuran jala
Kebutuhan bahan bakar Tanki minyak
Slipway utk kapal kecil, Slipway
termasuk utk perbaikan dan
pengecatan
Fasilitas utk nelayan dll Tempat berkumpul, istirahat, Pusat perkampungan nelayan
dan aktifitas lainnya
Organisasi nelayan, Koperasi, Kantor dan tempat pertemuan
dan kebutuhan sosial lainnya

35 Pelabuhan
Pelabuhan perikanan
samudra
Item Characteristics Required Facilities Comments

Fasilitas utk tangkapan Ikan didaratkan dipilah, Tempat penanganan hasil Kadang hasil tangkapan
masuk box, dilelang, dikirim tangkapan dikirim langsung
Jumlah tangkapan besar, Gudang box
tempat penyimpanan box
Ikan ditangani dlm kead Pendingin, cold storage
segar, diberi es atau
dibekukan
Sebagian tangkapan Tempat pemrosesan/
diawetkan pengawetan
Sebagian ikan hasil awetan Gudang penyimpan ikan
disimpan awetan
Limbah hasil pengolahan IPAL
ikan cukup banyak
Fasilitas utk kapal Ikan di kapal dipak dlm es, Pabrik es, gudang es,
kebutuhan es besar peralatan suplai es
Perjalanan 1-2 hari Suplai bahan bakar, tanki
membutuhkan bahan bakar
yang banyak
Perlengkapan nelayan perlu Gudang dan lapangan
perbaikan dan perbaikan
penyimpanan
Ukuran kapal relatif besar, Stasiun perbaikan kapal
36 perlu fasilitas khusus untuk Pelabuhan
perbaikan
Pelabuhan perikanan
samudra

Item Characteristics Required Facilities Comments

Fasilitas utk nelayan Perlu penanganan limbah Fasilitas penanganan


minyak dari kapal limbah minyak
Volume tangkapan besar, Kantor
banyak pedagang besar
Armada yang besar Kantor administrasi
memerlukan dukungan perikanan
administrasi yang memadai
Kecenderungan pemisahan Taman, tempat terbuka, lap
pelabuhan ikan dari kota parkir

GT = 0,2 x LOA X B X D

37 Pelabuhan
Pelabuhan Perikanan
MELAUT IKAN

PENGECER KONSUMEN
LOKAL LOKAL
Perahu
PPI PEDAGANG KONSUMEN
Perlengkapan
TPI PENGUMPUL LUAR
Nelayan
FASILITAS
PENGOLAH
Punggawa
IKAN
SUB
AGEN
PEMUKIMAN NELAYAN AGEN KONSUMEN
SOSIAL + RUMAHTANGGA
SUB
KESEJAHTERAAN NELAYAN NELAYAN
AGEN
PENGECER
• FISIK

KONSUMEN
DAERAH LAIN
PENGELOLAAN & PEMBINAAN

TIM PEMBINAAN
BUUD/KUD
BPR EKONOMI + PAD
PENGELOLA PPI
KOPERASI Pelabuhan 38
Pelabuhan Perikanan
No Fasilitas PPI Satuan Klasifikasi PPI
I II III IV
1 Kapal GRT 30 20 10 8
2 Alur masuk
kedalaman alur m >4 3 <3 2
lebar alur m >15 9 6 <6
3 Kolam pelabuhan
luas m2 >1000 500 300 <300
lebar m >35 25 15 <15
kedalaman m >5 3 2,5 2
4 Dermaga/jetty
panjang m >150 40 >20 -
konstruksi beton kayu kayu -
5 Luas tanah
luas Ha 3 2 1 <1
lantai lelang m2 >500 >90 >60 >30
6 Drainase ada ada ada ada ada
Pelabuhan 39
Pelabuhan Perikanan
No Fasilitas PPI Satuan Klasifikasi PPI
I II III IV
FASILITAS FUNGSIONAL
1 Instalasi listrik KVA >2 2 <2 <1
2 Instalasi air bersih-
sumber air unit PDAM PDAM Sumur Sumur
pompa air unit 1 - - -
3 Instalasi BBM Unit 1 - - -
4 Sound system Unit 1 1 - -
5 Timbangan ikan
jenis digital duduk gantung gantung
jumlah buah 2 1 1 1
6 Alat angkut ikan
keranjang buah 500 <20 >6 <5
kereta dorong buah 3 - - -
7 Pagar keliling ada - - -
FASILITAS PENDUKUNG
1 Perkantoran
Jumlah karyawan orang 20-30 10-13 5-8 <4
mebeler buah 20 10 5 4
telepon unit 1 - - -
mesin ketik unit 2 1 1 1
kalkulator buah 2 1 1 1
brankas buah 1 - - -
2 Balai pertemuan nelayan ada - - -
3 Km Mandi & WC ada ada ada ada
4 Toko nelayan Pelabuhan
ada ada ada ada 40
5 Pos jaga ada - - -
Kegiatan Kapal < 30 GT Kapal 30-50 GT Kapal >50 GT

Siklus di laut 1 - 10 hr Siklus di laut 20 hr Siklus > 20 hari


Penangkapan
purse seine kapal produksi

Dalam keranjang Dalam peti-peti dgn Box pendingin,


Pendaratan
dg es curah pendingin frozen, diolah

Pembersihan pengalengan Tepung ikan


Penanganan/
Pengolahan

penggaraman pembersihan Minyak ikan

pengeringan filleting Produk ikan

Cold
pengasapan
storage
Penyimpanan
Penyimpanan Jual segar storage Deep freezing

silo

pedagang

konsumen
Pelabuhan 41
• Fasilitas lainnya
1. Pengelolaan air limbah
2. Pengelolaan sampah
3. Jalan dan lapangan parkir
4. Pabrik es
5. Gudang es
6. Pemadam kebakaran
7. Penjemuran dan perbaikan jala
8. Perbengkelan dan perbaikan kapal (termasuk
slipway) Pelabuhan 42
Zonasi
• Jasa yang diberikan :
– Jasa pendaratan ikan
– Jasa pelelangan ikan
– Jasa lainnya
• Zonasi:
– Zona pendaratan
– Zona pelelangan/produksi
– Zona persiapan/perbekalan
– Zona perbaikan kapal
Pelabuhan 43
– Zona sosial dan pelayanan umum
LAUT

TPI PERBEKALAN
Admin - AIR BERSIH
- Pelelangan PEMELIHARAAN
- Pengangkutan - ES - BENGKEL
- MAKANAN
- PERB. PERAHU
- BBM
- PERB. JALA
Zone pendaratan Zone perbaikan

Air Es Gudang BBM


baku

Zone perbekalan
- KIOS
- KOPERASI
- TPT IBADAH
- BANK
- PUSKESMAS
- POS POLISI
Zone SOSIAL dan PELAYANAN UMUM

Pelabuhan 44
Pelabuhan Perikanan
• Kebutuhan panjang dermaga utk b.m.
– L = Q/(r.h) (l+s) f1
• L = panjang dermaga
• Q = total volume b.m. puncak tiap hari
• r = laju b.m. kapal per jam
• h = jumlah jam b.m. per hari
• l = panjang kapal rerata
• s = jarak antar kapal
• f1= faktor ketak teraturan kapal (1 ~ 2)

Pelabuhan 45
Pelabuhan perikanan
• Dermaga utk istirahat (resting quay)
– LD= ND (l + s)/R
• R = jumlah jajar (2 ~ 3)
– ND= Nn (dr+d1)/c x f2
• ND= jumlah kapal yang istirahat
• Nn= jumlah kapal keseluruhan
• dr= jumlah hari istirahat dlm 1 siklus
• d1= jumlah hari b.m. dlm 1 siklus
• c= jumlah hari dalam 1 siklus
• f2= faktor ketakteraturan
• Lebar dermaga
– Operasi manual: 1,5 ~ 4 m
– Dgn crane & conveyor: 4 ~ 8 m
– Dgn fork-lift: 8~20 m

Pelabuhan 46
Pelabuhan perikanan
• Kebutuhan ruang
– Utk penyiapan ikan dan pelelangan: 6 ~ 25 m2/ton
– Persiapan: 4 m2/ton
– Display lelang:
• Beragam : 12 m2/ton
• Sejenis: 6 m2/ton
– Kotak penyimpan dan perlengkapan: 4 m2/ton
– Kantor dll.: 4 m2/ton per lelang
• Prasarana pokok: air bersih dan listrik
• Pabrik es
– Es balok: 10 – 20 m2 per ton es per hari
• Penyimpanan: 1,5 m2/ton
– Es kecil: 1 – 6 m2 per ton es per hari
• Penyimpanan: 0,5 – 1 m2/ton
• Cold storage (sampai – 20oC): 0,5 ~ 1,5 m2/ton
• Kantor, klinik, pertokoan, dll

Pelabuhan 47

Anda mungkin juga menyukai