Keterangan:
[1] data
[2] coba-coba
[3] grafik hub.h1/a (KP-04)
[4] grafik hub.h1/a (KP-04) dengan grafik hub.h2/a (KP-04)
[5] data
[6] [5]/[2] ; 1.01973/0.312667 = 3.261401
[7] data
[8] 2 x 9.81 = 19.62
[9] [4] x [3] x [7] x [2] x ( [8]^0.5) ; 1 x 0.59 x 2.672445 x 0.312667 x (19.62)^0.5
= 2.1837
Saluran Tersier Tengah 3
Q = 0,172 m3/dt
V = 0,856 m/dt
h = 0,259 m
b = 0,259 m
w = 0,086 m
m =1
Keterangan:
[1] data
[2] coba-coba
[3] grafik hub.h1/a (KP-04)
[4] grafik hub.h1/a (KP-04) dengan grafik hub.h2/a (KP-04)
[5] data
[6] [5]/[2] ; 1.01973/0.312667 = 3.261401
[7] data
[8] 2 x 9.81 = 19.62
[9] [4] x [3] x [7] x [2] x ( [8]^0.5) ; 1
Gambar Pintu Sorong dan Potongan
5.2.1.2. Pintu Radial
Tipe khusus dari pintu sorong adalah pintu radial. Persamaan debit pada pintu
radial sama dengan pintu sorong yaitu:
Perencanaan hidrolis :
Q = K a b (2g h1)0.5
Dengan :
Q = debit (m3/detik)
K = faktor aliran tenggelam
= koefisien debit
a = bukaan pintu (m)
b = lebar pintu (m)
h1 = kedalaman air didepan pintu diatas ambang (m)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dtk2)
Kelebihan pintu radial:
a. hampir tidak ada gesekan pada pintu
b. alat pengangkatnya ringan dan mudah dieksploitasi
c. bangunan dapat dipasang pada saluran yang lebar
Kelemahan pintu radial :
a. bangunan tidak kedap air
b. biaya pembuatan bangunan mahal
c. paksi (pivot) pintu memberi tekanan horisontal besar jauh diatas pondasi.
5.2.1.1.4.Pintu Mercu Tetap
Mercu tetap ada dua bentuk yang lazim dipakai. (KP-04:38)
Perencanaan hidrolis :
Q = Cd.2/3.(2/3.g)^0.5. b.(H1)1.5
Dengan :
Q = debit (m3/detik)
Cd = koefisien debit
- alat ukur ambang lebar Cd = 1.03
- mercu bulat Cd = 1.48
b = lebar pintu (m)
h1 = kedalaman air didepan pintu diatas ambang (m)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dtk2)
Kelebihan pintu mercu tetal:
a. karena peralihannya yang bertahap, bangunan pengatur ini tidak banyak mempunyai
masalah dengan benda-benda terapung
b. bangunan pengatur ini dapat direncana untuk melewatkan sediment yang terangkut
pleh saluran peralihan
c. bangunan ini kuat tidak mudah rusak
Kelemahan pintu mercu tetal:
a. aliran pada bendung menjadi nonmoduler jika nilai banding tenggelam H2/H1
melampaui 0.33
b. hanya kemiringan permukaan hilir H1 saja yang bisa dipakai
c. aliran tidak dapat disesuaikan
5.2.1.3. Pintu Skot Balok
Dilihat dari segi konstruksi, pintu skot balok merupakan peralatan yang
sederhana. Balok-balok profil segi empat ditempatkan tegak lurus terhadap potongan
segi empat saluran. Balok-balok tersebut disangga didalam alur yang lebih lebar 0.03m
sampai 0.05m dari tebal balok itu sendiri. Dalam bangunan saluran irigasi lebar bukaan
pengontrol 2.0m.
Perencanaan hidrolis:
Q = Cd.Cv.2/3.(2/3 g)0.5.bc.(h1)1.5
Dengan :
Q = debit (m3/detik)
Cd = koefisien debit Cd = 0.93 + 0.1.H1/L
Cv = koefisien kecepatan dating (untuk mengoreksi penggunaan h1 bukan H1)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/dt2)
bc = lebar meja (m)
h1 = tinggi energi hulu diatas meja (m)
H1 = h1+ v12/2g H1 = tinggi energi diatas meja (m)
V1 = kecepatan di hulu alat ukur (m)
Tabel 5.2 Dimensi dan debit standar yang dianjurkan untuk alat ukur romijn standar
Lebar (m) H1max (m) Besaran debit (m3/dtk)
0.5 0.33 0-0.160
0.5 0.5 0.030-0.300
0.75 0.5 0.040-0.450
1.0 0.5 0.050-0.600
1.25 0.5 0.070-0.750
1.5 0.5 0.080-0.900
Karakteristik alat ukur romijn:
a. debit yang masuk dapat diukur dan di atur dengan satu bangunan
b. kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler adalah dibawah 33%
dari tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuan yang relative kecil.
c. karena alat ukur ini bisa disebut alat ukur berambang lebar, maka sudah ada teori
hidrolika untuk merencanakan bangunan tersebut.
Kelebihan alat ukur romijn:
a. bisa mengukur sekaligus mengatur debit
b. dapat membilas endapan sediment halus
c. kehilangan tinggi energi relative kecil
d. ketelitian baik dan eksploitasi mudah
Kekurangan alat ukur romijn:
a. pembuatannya rumit dan mahal
b. membutuhkan muka air yang tinggi di saluran
c. biaya pemeliharaan relative mahal
d. dapat disalahgunakan dengan jalan membuka pintu bawah
e. peka terhadap fluktuasi muka air di saluran pengarah
Fungsi alat ukur romijn:
Alat ukur romijn adalah bangunan pengikur dan pengatur serba bisa yang
dipakai di Indonesia sebagai bangunan sadap tersier dan sadap sekunder.
5.2.2.2. Alat Ukur Cipoleti
Alat ukur cipoleti merupakan penyempurnaan alat ukur ambang tajam yang
dikontraksi sepenuhnya. Alat ukur cipoleti mempunyai potongan pengontrol trapesium,
mercunya horizontal dan sisi-sisinya miring kesamping dengan kemiringan 1V : 0.25H.
Perencanaan hidrolis:
Q = 1,382 B H3/2
Dengan :
Q = debit (m3/dtk)
B = lebar Ambang (m)
h1 = tinggi Air (m)
Kelebihan alat ukur cipoleti :
a. sederhana dan mudah dibuat
b. biaya pelaksanaannya tidak mahal
Kelemahan alat ukur cipoletti :
a. terjadi sedimentasi dihulu bangunan
b. pengukuran debit tidak bisa dilakukan jika muka air hilir naik diatas elevasi
ambang bangunan ukur.
Fungsi alat ukur cipoleti
Alat ukur cipoletti yang sering dipakai sebagai bangunan sadap tersier, tetapi
pemakaian alat ukur ini tidak lagi dianjurkan, kecuali dilingkungan labortorium.
h 4
1
D ¿ 15 cm
dimana :
B = Lebar Ambang (m)
H = Tinggi Muka Air di atas Ambang (m)
D = Tinggi Ambang (m)
maka :
f = Koefisien
V = Kecepatan di talang
Q = Debit disaluran
Kehilangan pada Inlet yang diakibatkan transisi
hf = f .
( V 22 − V 12)
2g
f = Koefisien
V1 = Kecepatan di saluran (m/dt)
V2 = Kecepatan di talang (m/dt)
Q = Debit di saluran (m3/dt)
ho1 =f .
( V 2 − V 2)
2 1
2g
f = Koefisien
V1 = Kecepatan di saluran (m/dt)
V2 = Kecepatan di talang (m/dt)
Q = Debit di saluran (m3/dt)
hs = f s
(. V 12 − V 22)
2 . 9,81
fs = Koefisien
Kehilangan Tinggi Total (Total Head Loss)
Δ h = hfinlet + hftransisi + hooutlet + hotransisi + hs + hsal + htalang
4,0332
hf 1 = 0,25 . = 0,207 m
2 . 9,81
hf = f .
( V 2 − V 2)
2 1
2g
f = Koefisien = 0,10
V1 = Kecepatan di saluran = 0,684 m/dt
V2 = Kecepatan di siphon = 4,033 m/dt
( 4,0332 − 0,684 2)
hf 2 = 0,10 . = 0,081m
2 . 9,81
Kehilangan pada Outlet yang diakibatkan transisi
Bell mouth type
ho 2 =f .
( V 2 − V 2)
2 1
2g
f = Koefisien = 0,25
V1 = Kecepatan di saluran = 0,684 m/dt
V2 = Kecepatan di siphon = 4,033 m/dt
( 4,0332 − 0 ,684 2 )
ho 2 = 0,2. = 0,2 m
2 . 9 ,81
Kehilangan tinggi di sill (Sill Head Loss)
Sill adalah ambang pertemuan antara saluran terbuka dan gorong-gorong
hs = f s
(. V 12 − V 22)
2g
Round type
fs = koefisien = 0 (karena diasumsikan h2/h1 = 1, maka nilai fs=0)
(Sumber: Hydraulic Design Practice of Canal Structures, halaman 12)
( 4,0332 − 0,684 2)
hs = 0. =0m
2 . 9,81
Kehilangan Tinggi Energi Akibat Gesekan
2 2
V . L 2g. L V
hf = . = x
C2 . R C 2 . R 2 g
Keterangan:
hf : kehilangan akibat gesekan (m)
V : kecepatan dalam bangunan (m/dt)
L : panjang banguan (m)
R : jari-jari hidrolis (m) (A/P)
A : luas basah (m2)
P : keliling basah (m)
C : koefisien Chezy (k.R1/6)
k : koefisien kekasaran stickler (m1/3/dt) lihat tabel 5.1 KP-04
g : percepatan gravitasi (m/dt2)
2 2
V .L 4 ,033 .20
hf = . =
[( ) ] [( ) ]
1 2 1 2
1 6 1
⋅R .R ⋅0 , 281 6 . 0,281
n 0, 020
=0,707 m
Kehilangan Energi Akibat Kisi Penyaring
4
S
()
C = β . 3 . sin δ
b
4
1,8 . (
1,074 )
0,188 o
3 . sin 45
=
= 1,286
Keterangan:
hf : kehilangan tinggi energi (m)
V : kecepatan melalui kisi-kisi (m/dt)
g : percepatan gravitasi, m/dt2 (≈9,81)
c : koefisien berdasarkan =
β : faktor bentuk (1,8 untuk jeruji bulat)
s : tebal jeruji (m)
b : jarak bersih anytar jeruji (m)
δ : sudut kemiringan dari bidang horizontal
2
4,033
hf = 1,286. = 1,066 m
2 . 9,81
B. Minor Losses
Kehilangan pada Inlet yang diakibatkan perubahan bentuk
Semi angular type
V
22
hf = f .
2g
f = Koefisien = 0,25
V = Kecepatan di saluran = 0,548 m/dt
2
0,548
hf 1 = 0,25 . = 0,003 m
2 . 9,81
Kehilangan pada Inlet yang diakibatkan transisi
Semi angular type
hf = f .
( V 2 − V 2)
2 1
2g
f = Koefisien = 0,1
V1 = Kecepatan di saluran = 0,548 m/dt
V2 = Kecepatan di gorong-gorong = 1,500 m/dt
( 1,500 2 − 0,548 2 )
hf 2 = 0,1 . = 0,009 m
2 . 9, 81
Kehilangan pada outlet yang diakibatkan perubahan bentuk
Semi angular type
ho = fo .
(V 12 − V 22)
2g
f = Koefisien = 0,5
V1 = Kecepatan di saluran = 0,548 m/dt
V2 = Kecepatan di gorong-gorong = 1,500 m/dt
(1,5002−0,5482 )
ho 1 = 0,5 . = 0,049 m
2 . 9,81
ho = fo .
(V 12 − V 22)
2g
f = Koefisien = 0,2
( 1, 5002−0,548 2)
ho = 0,2 . = 0 ,006 m
2 . 9,81
Perencanaan hidrolis:
2
V
h+
H1 = 2g
Hd = 1.67 . H1
∆z = (∆H + Hd ) – H1
Q
q = b
()
1
q2 3
Yc = g
Vu = √ 2. g. Δz
q
Yu = Vu
Vu
F = √ g .Y u
Lp / ∆z = (berdasar grafik )
Yd / ∆z = (berdasar grafik)
Y2 = Yd – n
Data-data yang digunakan dalam perencanaan Terjunan Miring adalah:
Lokasi : Saluran Sekunder Kiri 4
Bentuk : Segi Empat
Diketahui data saluran :
Q = 1,42 m3/dt
h = 0,731 m
b = 1,481 m
z = 1,5 m
v = 0,525 m/dt
Diketahui data terjunan :
Lj = 3,0 m
n = 0,35 m
Maka :
2 ∆H = 1,001 m
V
h+
H1 = 2g Q 1,42
2 q = b = 1,481
0,525
0,731+
= 2 . 9,81 = 0,958 m3/dt/m
()
= 0,745 m 1
q2 3
Hd = 1,67 . H1
Yc = g
= 1,67 . 0,745
= 0,454 m
= 1,244 m
∆z = (∆H + Hd ) – H1
1. 5 = ∆H + 1,244 – 0,745 Vu = √ 2. g. Δz
1.5 = ∆H + 0,499 = 5,425 m/dt
q = 4,119
Yu = Vu Yu
( √ 8 F 2 +1−1)
= 0,177 m Yd = 2
Vu = 0,941 m
F = √ g .Y u