Gambar 1. Alat
ukur ambang
lebar dengan
mulut pemasu-
kan dibulatkan
Gambar 2. Alat ukur ambang lebar dengan
pemasukan bermuka datar dan peralihan
penyempitan
2. Karakteristik alat ukur ambang lebar
Asal saja kehilangan tinggi energi pada alat
ukur cukup untuk menciptakan aliran kritis,
tabel debit dapat dihitung dengan kesalahan
kurang dari 2%.
Kehilangan tinggi energi untuk memperoleh
aliran moduler (yaitu hubungan khusus antara
tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuan
dan debit) lebih rendah jika dibandingkan
dengan kehilangan tinggi energi untuk semua
jenis bangunan yang lain.
Sudah ada teori hidrolika untuk menghitung
kehilangan tinggi energiyang diperlukan ini,
untuk kombinasi alat ukur dan saluran apa
saja.
Karena peralihan penyempitannya yang bertahap
(gradual), alat ukur ini mempunyai masalah sedikit
saja dengan benda-benda hanyut.
Pembacaan debit di lapangan mudah, khususnya
jika papan duga diberi satuan debit (misal
m3/dt).
Pengamatan lapangan dan laboratorium
menunjukkan bahwa alat ukur ini mengangkut
sedimen, bahkan di saluran dengan aliran
subkritis.
Asalkan mercu datar searah dengan aliran, maka
tabel debit pada dimensi purnalaksana (as-built
dimensions) dapat dibuat. Kalibrasi purnalaksana
demikian juga memungkinkan alat ukur untuk
diperbaiki kembali, bila perlu.
Bangunan kuat, tidak mudah rusak.
3. Kelebihan-kelebihan ambang lebar
Bentuk hidrolis luwes dan sederhana
Konstruksi kuat, sederhana dan tidak mahal
Benda-benda hanyut bisa dilewatkan dengan
mudah
Eksploitasi mudah.
4. Kelemahan-kelemahan ambang lebar
Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai
bangunan pengukur saja
Agar pengukuran teliti, aliran tidak boleh
tenggelam.
5. Penggunaan alat ukur ambang lebar
Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang
adalah bangunan-bangunan pengukur debit yang
dipakai di saluran di mana kehilangan tinggi energi
merupakan hal pokok yang menjadi bahan pertim-
bangan.
Bangunan ini biasanya ditempatkan di awal saluran
primer, pada titik cabang saluran besar dan tepat di
hilir pintu sorong pada titik masuk petak tersier.
Rumus Pengaliran :
Rumus pengaliran alat ukur ambang lebar dengan
bagian pengontrol segi empat adalah :
dimana :
Q = Debit dalam m³/det
= koefisien debit
= 0,93 + 0,10 H₁ /L untuk 0,1 < H₁/L < 1,0
= koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi (=9,81 m/dt²)
= lebar mercu, meter
= kedalaman air hulu terhadap ambang
bangunan ukur, meter
L = panjang ambang, m
Harga koeffisien kecepatan datang dicari dari
gambar 2.2 berikut ini.
Untuk Bangunan Ukur ambang lebar dengan pengontrol
segiempat digunakan garis yang penuh.
Besarnya debit :
Besar debit yang harus diperhitungkan pada
perencananaan bangunan ukur ambang lebar :
= 0,17 m³/det
Perhitungan kehilangan energi didasarkan atas batas
moduler 0,76, sehingga h₂/h₁ = 0.76
dan karena h₁ = 0,33, maka h₂ = 0,76 x 0,33 = 0,25
m.
Maka kehilangan energi = 0,33 - 0,25 = 0,08 m.
Untuk type lain, perhitungan dilakukan dengan cara
yang sama hanya dengan nilai Q yang diperhitungkan
diambil 5 % di atas debit maksimum aliran pada muka
air rencana seperti pada butir 3 daftar di atas.
Sedangkan untuk kehilangan energi didasarkan atas
batas moduler = 0,78.
dimana :
Q = Debit dalam m³/detik
Cd = Koeffisien debit (harganya mendekati 0.63)
Cv = Koeffisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi (= 9,81 m/dt²)
bc = lebar mercu, meter.
h₁ = kedalaman air hulu terhadap ambang
bangunan ukur, meter
Harga koeffisien kecepatan datang dapat dicari dari
gambar V.2 terdahulu, namun biasanya nilai koeffisien
ini diperkirakan mendekati 1.
Sehingga rumus ini dapat disederhanakan menjadi :
dimana:
Q = Debit yang dapat dialirkan, m³/detik
Ce = Koeffisien debit
= Besarnya sudut V (untuk Thomson = 90°)
h₁ = tinggi muka air hulu dari atas mercu, meter.
Gambar 2. 7. Pintu Ukur Thomson
Besarnya Koetfisien Ce dapat diambil dari grafik V
berikut ini :
Gambar 2.8. Koefisien debit Ce untuk
pintu Thomson
Dalam penggunannya pintu ukur Thomson digunakan
untuk mengukur air debitnya kecil seperti disaluran
yang mengalirkan ke kebun tebu.
Agar mendapat hasil yang baik, harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a) h₁/P ≤ 1.2 b) p ≥ 0.1 meter
c) h₁/B ≤ 0,4 d) p ≥ 0.1 meter
e) (0,5 < h₁ ≤ 0,60 meter f) B ≥ 0.6 meter
g) Muka air hilir di bawah
mercu V
Berdasar rumus di atas, maka dapat disusun daftar
debit di tiap-tiap ketinggian tertentu, atau juga
dengan memasang papan duga yang langsung
menyatakan besarnya debit yang dialirkan oleh pintu
ukur.
Pintu ukur ini umumnya dibuat dari plat besi yang
ditanamkan pada pasangan batu.
Pada umumnya kolam olakan tidak diperlukan
aliran pintu ukur type ini karena debit yang dialirkan
umumnya kecil. Pintu ukur ini sering juga digunakan
pada saluran kwarter atau tersier yang melayani
areal yang kecil.
Karakteristik bangunan.
Pintu Ukur Parshall merupakan bangunan pengukur yang
teliti dan andal dan memiliki kelebihan-kelebihan sbb :
1. Mampu mengukur debit dengan kehilangan tinggi
energi yang relatif kecil.
2. Mampu mengukur berbagai besaran debit aliran
bebas dengan air hilir yang relatif datam dengan
satu alat ukur kedalaman air.
3. Pada dasarnya bangunan ini dapat bebas dengan
sendirinya dari benda-oenda yang hanyut, karena
bentuk geometrinya dan kecepatan air pada bagian
leher.
4. Tak mudah diubah-ubah oleh petani untuk
mendapat-kan air diluar jatah.
5. Tidak terpengaruh oleh kecepatan datang yang
dikontrol secara otomatis jika flum dibuat sesuai
dengan dimensi standar serta hanya dipakai bila
aliran masuk seragam tersebar merata dan bebas
turbulensi.
6. Kekurangan pintu ukur ini :
a. Biaya pelaksanaannya lebih mahal dibanding
dengan pintu ukur lainnya,
b.Tak dapat dikombinasi dengan baik dengan
bangunan sadap karena aliran masuk harus
seragam dan permukaan air relatif tenang.
c. Agar dapat berfungsi dengan memuaskan, pintu
ukur ini harus dibuat dengan teliti dan seksama.
2.2. BANGUNAN PENGATUR
MUKA AIR
2.2.1 Pintu Sorong
Pintu ini umumnya digunakan sebagai pintu pengatur
pada bangunan bendung maupun pada bangunan
bagi, serta bangunan air lainnya.
Aliran melalui pintu sorong secara skematis adalah
seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 2. 10. Aliran melalui pintu sorong
Perencanaan hldrolis
dimana :
Q = debit, m³/detik.
K = faktor aliran tenggelam.
µ = koeffisien debit
a = bukaan pintu, m.
b = lebar pintu, m.
g = percepatan gravitasi, m/dt² (= 9,81)
h₁ = kedalaman air di depan pintu di atas ambang,
m
Besarnya koeffisien K dapat diambil dari grafik v
berikut ini,
Gambar 2. 11. Koeffiesien K untuk debit tenggelam
Gambar 2. 12. Koeffiesien debit
pada pintu sorong dan lengkung
Dari grafik tersebut besarnya faktor aliran
tenggelam, tergantung dari besarnya perbandingan
h₂ dengan a serta h₁ dengan a.
Atau dengan perkataan lain besarnya faktor K
tergantung pada nilai h₁ h₂ dan a
Sedangkan besarnya koefisien debit (debit
tergantung dari perbandigan h₁ dan a serta
besarnya sudut antara pintu sorong dan dengan
lantai (𝛽). Untuk pintu sorong digunakan grafik a
sedangkan grafik b adalah untuk pintu radial.
Pada pintu sorong yang umum digunakan pada irigasi,
umumnya dengan = 90°.
2.2.2 Pintu Balok Sekat
Rumus Pengaliran
dimana:
Q = Debit dalam m³/det
Cd = Koefisien debit
Cv = Koeffisien kecepatan datang.
g = percepatan gravitasi (= 9,81 m/dt²)
bc = lebar mercu, meter
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang b. ukur,
(m)
Besarnya koefisien debit dapat diambil dari grafik
berikut ini. Nilai H₁/L sebaiknya diambil kurang dari
1,5. Nilai yang lebih tinggi dari 1,5 maka pola
alirannya menjadi tidak mantap dan sangat sensitif
terhadap ketajaman tepi balok sekat bagian hulu.
juga besamya airasi dalam kantong udara dan
tenggelamnya pancaran sangat mempengaruhi debit
pada balok sekat.
Ketinggian muka air dihulu pintu akan sangat
tergantung dari tinggi sebuah balok sekat.
Tinggi yang umum dipakai untuk irigasi adalah 20
cm.
Dalam hal diperlukan kenaikan muka air kurang dari
20 cm, maka balok paling atas tidak perlu dipasang
rapat sehingga masih ada air yang mengalir dibawah
balok paling atas sehingga muka air dihulu dapat
sisesuaikan dengan keperluan.
Besarnya koeffisien kecepatan datang dapat
diambil dari grafik terdahulu, dimana.
nilai C, tergantung pada nilai Cd.A*/A =
Cd.(b.h₁)/{(h₁+P₁). b} = Cd .h₁/(P₁+h₁).
2.2.3 Mercu Tetap
Bentuk mercu
Dua bentuk mercu tetap yang umum digunakan
sebagai bangunan pengatur muka air pada irigasi
adalah bentuk mercu bulat dan ambang lebar seperti
pada gambar disebetah.
Pada mercu tetap dengan b mercu bulat (kiri)
berlaku hubungan : H₁ /r = 5,0 dan Cd = 1,48.
Sedangkan pada ambang lebar (kanan) berlal<u
hubungan : H₁/L = 1,0 dan Cd = l,03.
Gambar V.15.
Bentuk - bentuk
mercu tetap yang
umum dipakai
Gambar 2. 16. Aliran melalui mercu bulat
Rumus Pengaliran
dimana :
Q = Debit dalam m³/detik
Cd = Koeffisien debit
g = percepetan gravitasi (=9.81 m/dt²)
b = lebar mercu, meter.
H₁ = kedalaman air hulu terhadap ambang
bangu-nan ukur, meter
Besarnya H₂/H₁ tidak boleh melebihi 0.33 agar
tidak terjadi aliran tenggelam.