Anda di halaman 1dari 11

3.6.

Refleksi Gelombang (12 Oktober 2010)

Glombang datang yang mengenai/membentur suatu rintangan akan


dipantulkan sebagian atau seluruhnya. Refleksi gelombang di dalam
pelabuhan akan menyebabkan ketidak tenangan di dalam perairan
pelabuhan. Fluktuasi muka air ini akan menyebabkan gerakan kapal-
kapal yang ditambat, dan dapat menimbulkan tegangan yang besar
pada tali penambat. Untuk mendapatkan ketenangan di kolam
pelabuhan maka bangunan-bangunan di pelabuhan harus bisa
menyerap/menghancurkan energi gelombang.
Suatu bangunan yang mempunyai sisi miring dan terbuat dari
tumpukan batu akan bisa menyerap energi gelombang lebih banyak
dibanding bangunan tegak dan masif. Pada bangunan vertikal, halus,
dan dinding tidak permeable, gelombang akan dipantulkan seluruhnya.
Kemampuan suatu bangunan memantulkan gelombang diberikan oleh
koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara tinggi gelombang
refleksi dan tinggi gelombang datang H1.

Hr
X 
Hi
Koefisien refleksi bangunan diperkirakan berdasarkan tes model.
Koefisien refleksi, berbagai tipe bangunan diberikan dalam table 3.3.

Tabel 3.3. Koefisien refleksi

Tipe Bangunan X

Dinding vertikal dengan puncak di atas air 0,7 - 1,0


Dinding vertikal dengan puncak terendam 0,5 - 0,7
Tumpukan batu sisi miring 0,3 - 0,6
Tumpukan blok beton 0,3 - 0,5
Bangunan vertikal dengan peredam energi (diberi lobang) 0,05 - 0,2
Dinding vertikal dan tak permeabel memantulkan sebagian besar energi
gelombang. Pada bangunan seperti itu koefisien refleksi adalah X = 1;
dan tinggi gelombang yang dipantulkan sama dengan tinggi gelombang
datang. Gelombang di depan dinding vertikal merupakan superposisi
dari kedua gelombang dengan periode, tinggi dan angka gelombang yang
sama tetapi berlawanan arah. Menurut teori gelombang amplitudo kecil,
fluktuasi muka air gelombang datang adalah :
Hi
i  cos kx  t 
2
dan gelombang refleksi :
Hi
r  X cos kx  t 
2
profil muka air di depan bangunan diberikan oleh jumlah ηi dan ηr :
Hi H
  i  r  cos kx  t   X i cos kx  t 
2 2
H
 1  X  i cos kx cos t
2
Apabila refleksi adalah sempurna X = 1 maka :
  H i cos kx cos t (3.14)
Persamaan tersebut menunjukkan fluktuasi muka air dari gelombang
berdiri (standingwave atau clapotis) yang periodik terhadap waktu (t) dan
terhadap jarak (x). Apabila coxkx  cos t  1 maka tinggi maksimum adalah
2Hi , yang berarti bahwa tinggi gelombang di depan bangunan vertikal bisa
mencapai dua kali tinggi gelombang datang. Gambar (3.12) adalah profil
muka air sebagai fungsi kx untuk berbagai nilai σt. Ada beberapa titik
(nodes) pada profil di mana muka air selalu berada pada SWL untuk semua
nilai t dan titik-titik lain (antinodes) di mana fluktuasi muka air adalah 2Hi
atau dua kali tinggi gelombang. Kecepatan partikel air pada titik di bawah
nodes selalu horisontal. sedang di bawah antinodes selalu vertikal, sedang
pada titik-titik di antarannya partikel air bergerak dalam arah diagonal.
3.7. Gelombang Pecah
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami
perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut.
Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari
setengah kali panjang gelombang. Di laut dalam profil gelombang adalah
sinusoidal, semakin menuju ke perairan yang lebih dangkal puncak
gelombang semakin tajam dan lembah gelombang semakin datar. Selain itu
kecepatan dan panjang gelombang berkurang secara berangsur-angsur
sementara tinggi gelombang bertambah.
Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perbandingan anlara
tinggi dan panjang gelombang. Di laut dalam kemiring gelombang maksimum
di mana gelombang mulai tidak stabil diberikan oleh bentuk berikut :
H0 1
  0,142
L0 7
Pada kemiringan tersebut kecepatan partikel di puncak gelombang sama
dengan kecepatan rambat gelombang. Kemiringan yang lebih tajam dari
batas maksimum tersebut menyebabkan kecepatan partikel di puncak
gelombang lebih besar dari kecepatan rambat gelombang sehingga terjadi
ketidak stabilan dan gelombang pecah.
Apabila gelombang bergerak menuju laut dangkal, kemiringan batas
tersebut tergantung pada kedalaman relatif d/L dan kemiringan dasar
laut m. Gelombang dari laut dalam yang bergerak menuju pantal akan
bertamtrah kemiringannya sampai akhirnya tidak stabil dan pecah pada
kedalaman tertentu, yang disebut dengan kedalaman gelombang pecah
db. Tinggi gelombang pecah diberi notasi Hb Munk (1949, dalam CERC,
1984) memberikan rumus untuk menentukan tinggi dan kedalaman
gelombang pecah berikut ini
Hb 1
 (3.16)
H0
'
 '
3,3 H 0 / L0  3

db
 1,28 (3.17)
Hb
Parameter Hb/Ho’ disebut dengan indek tinggi gelombang pecah.
Rumus (3.16) dan (3.17) tidak memberikan pengaruh kemiringan dasar
laut terhadap gelombang pecah
Contoh 3
Gelombang merambat dari laut dalam menuju pantai dengan kemiringan
dasar laut 1:20. Di laut dalam tinggi gelombang adalah 2 m dan periode
10 detik. Dianggap bahwa analisis refraksi memberikan nilai koefisien
refraksi Kr = 1,05 pada titik di mana gelombang pecah diharapkan
terjadi. Hitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah.
Penyelesaian
Tinggi gelombang laut dalam ekivalen dihitung dengan persamaan
berikut (koefisien difraksi dianggap satu) :
'
H 0  K r H 0  1,05 x 2  2,10m

dihitung nilai berikut :


'
H0 2,1
2
  0,00214
gT 9,81x10 2

dari gambar 3.22 untuk nilai tersebut dan m = 1 : 20 = 0,5 didapat :


Hb
 1,5  H b  1,5 x 2,1  3,15m
H '0
Menghitung kedalaman gelombang pecah.

dihitung nilai berikut :


Hb 3,15
  0,00321
gT 2 9,81x10 2

Dengan menggunakan grafik 3.23. untuk nilai tersebut dan m = 0,05


didapat:
db
 0,96  d b  0,96 x3,15  3,02m
Hb

Jadi tinggi dan kedalanan gelombang pecah adalah Hb = 3,15 m


dan db = 3,02 m.

Anda mungkin juga menyukai