Rangking 1 2 3
2.2.4 Cara Pengambilan Keputusan
Sumber : Jaiswal (1997:210)
Untuk menyelesaikan masalah
pengambilan keputusan multikriteria, Jaiswal
(1997) telah memberikan mengenai teknik- Metode ini memiliki kelemahan yaitu:
teknik yang digunakan untuk menganalisa a.Terjadi kemungkinan pemilihan subjektif
masalah pengambilan keputusan multikriteria, b.Dalam memberikan bobot tidak ada metode
diantaranya adalah dengan cara Delphy sains
Method, Decision Matrix Approach, Forced 3.Forced Decision Matriks Approach
Decision Matrix Approach, dan Analytical Metode ini merupakan variasi dari metode
Hierarchy Process (AHP). Decision Matriks Approach, nilai yang
1.Delphi Method digunakan hanya dalam bentuk 0 dan 1.
Metode ini memiliki karakteristik antara Penilaian dilakukan dengan cara membuat
lain yaitu anonim, memiliki iterasi dengan matriks perbandingan berpasangan dengan
umpan balik, dan mengevaluasi tanggapan mengisikan angka 1 pada pembanding yang
secara statistik. Jaiswal (1997) menjelaskan dianggap lebih penting dan 0 untuk
pula bahwa metode dilakukan dengan langkah- pembanding yang dianggap kurang penting
langkah sebagai berikut: untuk setiap kriteria. Bobot diperoleh dengan
Pertama, memberikan pertanyaan yang menghitung jumlah nilai penilaian dibagi
tidak terstruktur kepada responden sehingga dengan banyaknya pembanding. Perhitungan
terdapat berbagai macam jawaban yang ini dilakukan untuk setiap alternatif maupun
berbeda yang dijawab oleh responden. Kedua, kriteria yanga ada. Alternatif dengan nilai total
memberikan pertanyaan yang terstruktur dari perkalian antar bobot alternatif dan bobot
berdasarkan tanggapan responden pada kriteria yang paling tinggi pada setiap
pertanyaan yang pertama. Kemudian yang alternatif merupakan pilihan yang terbaik.
ketiga, memberikan pertanyaan dimana 4.Analytical hierarchy Process(AHP)
responden ditanya ulang mengenai Metode ini dilakukan dengan perhitungan
argumentasi dan tanggapannya. Keempat, seperti pada Forced Decision Matrix
mengulang pertanyaan pada langkah yang Approach, akan tetapi penilaiannya didasarkan
ketiga. Median dari langkah yang digunakan atas skala perbandingan berpasangan. Selain
pada langkah yang keempat merupakan pilihan itu pada metode ini terdapat uji konsistensi
yang digunakan. untuk menguji validitas dari penilaian para
2.Decision Matrix Approach pengambil keputusan. Untuk mengetahui lebih
Jaiswal (1997) memberikan suatu contoh jelasnya, penjelasan tentang metode ini dapat
pemakaian metode ini dalam memilih suatu dilihat pada subbab 2.2.
kontraktor. Berikut adalah contoh perhitungan Sedangkan Erwanto (2001) membuat
menggunakan metode ini : ringkasan dari teori-teori pengambilan
keputusan multikriteria, sebagai berikut:
Table 2.1 Decision Matrikx Approach pada 1.Menggunakan metode matriks.
pemilihan Kontraktor Antara lain yaitu dengan:
Rating of Contactor 10- Point a)The simple Multi Atribute Rating Technique
Weig Scalae (SMART)
Criterion
ht Contrac Contrac Contrac Metode ini dimulai dengan menyusun
tor 1 tor 2 tor 3 model hierarki keputusan dengan gambaran
Contrac kriteria maupun subkriteria yang disusun
Value 10 9 6 5 bertingkat. Fungsi nilai dan metode rating
digunakan untuk mengevaluasi dan menilai
Lead
Time 7 8 9 6 bobot. Akan tetapi pada metode ini tidak
terdapat uji validitas dari hasil penilaiaan yang
Competen telah dilakukan.
ce 6 7 8 9
b)Analytical Hierarchy Process (AHP)
7
Metode ini dimulai dengan menyusun Dengan ciri ciri khusus hierarki yang
model hierarki keputusan dengan gambaran dimilikinya, masalah kompleks yang tidak
kriteria maupun subkriteria yang disusun terstruktur dipecah dalam kelompok
bertingkat, Untuk memperoleh nilai bobot kelompoknya.
digunakan perbandingan berpasangan. 2.3.1.1 Manfaat Analytical Hierarchy Process
2.Menggunakan metode out-rangking (AHP)
Salah satunya yaitu PROMETHEE Manfaat dari penggunaan Analytical
(Preference Rangking Organization Method Hierarchy Process (AHP) antara lain yaitu:
for Enrichment Evaluation). Metode ini a.Memadukan intuisi pemikiran, perasaan
menggunakan simple multi criteria table, dan pengindraan dalam menganalisa
dimana skala yang ada ditentukan tanpa pengambilan keputusan
batasan sehingga dapat dilakukan secara b.Memperhitungkan konsistensi dan
visual. penilaiaan yang telah dilakukan dalam
3.Menggunakan metode Pugh membandingkan faktor-faktor untuk
Metode ini dilakukan dengan memberikan menilai validitas keputusan.
penilaian kriteria dengan nilai yang tidak c.Kemudahan pengukuran dalam elemen
terbatas baik positif maupun negatif untuk d.Memungkinkan perencanaan ke depan
setiap alternatif berdasarkan semua kriteria Salah satu manfaat yang membedakan
yang ada. Untuk menentukan alternatif dengan model pengambilan keputusan lainnya
dengan bobot terbesar maka perlu dilakukan adalah ada syarat konsistensi mutlak. Hal ini
penjumlahan dari hasil penilaiaan responden, didasarkan karena pengambilan keputusan
dan nilai total tertinggi merupakan alternatif yang dilakukan manusia sebagian didasarkan
terbaik untuk dipilih. logika dan sebagian didasarkan juga pada
intuisi.
2.3 PROSES ANALISA HIERARKI 2.3.1.2 Kelebihan Analytical Hierarchy
Analitycal Hierarchy Process (AHP) Processs (AHP)
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada Kelebihan metode ini menurut badiru
tahun 1970-an. Metode ini merupakan (1995) adalah:
merupakan salah satu model pengambilan a.Struktur yang berhierarki merupakan
keputusan multikriteria yang dapat membantu konsekuensi dari kriteria yang dipilih
kerangka berpikir manusia dimana faktor sampai pada subkriteria paling dalam.
logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan b.Menghitung validitas sampai dengan batas
rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses toleransi inkonsistensi berbagai kriteria
sistematis. Pada dasarnya, AHP merupakan dan alternatif yang dipilih oleh pengambil
metode yang digunakan untuk memecahkan keputusan.
masalah yang kompleks dan tidak terstruktur c.Memperhitungkan daya tahan atau
kedalam kelompok-kelompoknya, dengan ketahanan output analisis sensitivitas
mengatur kelompok tersebut kedalam suatu pengambil keputusan.
hierarki, kemudian memasukkan nilai numerik 2.3.1.3 kelemahan Analytical Hierarchy
sebagai pengganti presepsi manusia dalam Process (AHP)
melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu Meskipun mempunyai kelebihan, namun
sintesa maka akan dapat ditentukan elemen metode AHP juga mempunyai kelemahan,
mana yang mempunyai prioritas terringgi. antara lain:
1.Orang yang dilibatkan adalah orang-orang
2.3.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) yang memiliki pengetahuan ataupun
sebagai Pengambil Keputusan banyak pengalaman yang berhubungan
Menurut Badiru (1995), AHP merupakan dengan hal yang akan dipilih dengan
suatu pendekatan praktis untuk memecahkan menggunakan metode AHP
masalah keputusan kompleks yang meliputi 2.Untuk melakukan perbaikan keputusan,
perbandingan alternatif. AHP juga harus dimulai dari tahap awal.
memungkinkan pengambil keputusan 2.3.2 Prinsip Dasar Analytical hierarchy
menyajikan hubungan hierarki antar aktor, Process (AHP)
atribut, karakteristik atau alternatif dalam Menutut Saaty (1993), prinsip dasar dalam
lingkungan pengambilan keputusan. proses penyusunan model hierarki analitik
dalam AHP, meliputi:
8
2.3.2.1 Problem Decomposition (Penyusunan rasio konsistensi (CR) yang merupakan hasil
Hierarki Masalah) bagi antara indeks konsistensi (CI) dan indeks
Dalam penyusunan hierarki ini perlu random (RI).
dilakukan perincian atau pemecahan dari
persoalan yang utuh menjadi beberapa unsur 2.3.3 Langkah dan Prosedur AHP
komponen yang kemudian dari komponen Buchara (2000) menjelaskan bahwa secara
tersebut dibentuk suatu hierarki. Pemecahan umum, langkah-langkah yang harus dilakukan
unsur ini dilakukan sampai unsur tersebut dalam menggunakan AHP untuk memecahkan
sudah tidak dapat dipecah lagi sehingga suatu masalah adalah sebagai berikut:
didapat beberapa tingkat suatu persoalan. 1. Mengidentifikasi permasalahan dan
Penyusunan hierarki merupakan langkah menentukan tujuan
penting dalam model analisa hierarki. Adapun Bila AHP digunakan untuk memilih
langkah-langkah penyusunan hierarki adalah alternatif atau menyusun prioritas
sebagai berikut ini: alternatif, maka tahap ini dilakukan
a.Identifikasi tujuan keseluruhan dan pengembangan alternatif.
subtujuan 2. Menyusun masalah kedalam suatu struktur
b.Mencari kriteria untuk memperoleh hierarki sehingga permasalahan yang
subtujuan dari tujuan keseluruhan kompleks dapat ditinjau dari sisi yang
c.Menyusun subkriteria dari masing masing detail dan terukur.
kriteria, dimana setiap kriteria dan 3. Menyusun prioritas dari tiap elemen
subkriteria harus spesifik dan masalah pada setiap hierarki, Prioritas ini
menunjukkan tingkat nilai dari parameter dihasilkan dari suatu matriks
atau intensitas verbal. perbandingan berpasangan antar seluruh
d.Menentukan pelaku yang terlibat elemen pada tingkat hierarki yang sama.
e.Kebijakan dari pelaku 4. Melakukan pengujian konsistensi terhadap
f.Penentuan alternatif sebagai output tujuan perbandingan antar elemen yang
yang akan ditentukan prioritasnya didapatkan pada tiap tingkat hierarki.
2.3.2.2 Comparative judgement (Penilaian
Perbandingan Berpasangan) 2.3.3.1 Penyusunan Hierarki
Prinsip ini dilakukan dengan membuat Alat utama dari model Analytical
penilaian perbandingan berpasangan tentang Hierarchy Process (AHP) adalah hierarki dari
kepentingan relatif dari dua elemen pada suatu masalah yang akan diselesaikan. Secara garis
tingkat hierarki tertentu dalam kaitannya besar, aplikasi dari model Analytical
dengan tingkat diatasnya dan memberikan Hierarchy Process (AHP) dilakukan dalam
bobot numerik berdasarkan perbandingan dua tahap, yaitu penyusunan hierarki dan
tersebut. Hasil penelitian ini disajikan dalam evaluasi hierarki.
matriks yang disebut pairwise comparison. Hierarki dibuat dengan menggunakan
2.3.2.3 Synthesis of Priority ( Penentuan diagram pohon (tree diagram) sebagaimana
Prioritas) ada pada gambar berikut:
Sintesa adalah tahap untuk mendapatkan
bobot bagi setiap elemen hierarki dan elemen
alternatif. Karena matriks pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat untuk
mendapatkan global priority, maka sintesis
harus dilakukan pada setiap local priority.
Prosedur pelaksanaan sintesis berbeda dengan
bentuk hierarki. Sedangkan pengurutan Gambar 2.1.
elemen-elemen menurut kepentingan relatif Diagram hierarki Analytical Hierarchy Process
melalui prosedur sintesis dinamakan priority (AHP)
setting.
Ginting (2002) menjelaskan bahwa dalam
2.3.2.4 Logical Consistency (konsistensi model Analytical Hierarchy Process (AHP)
Logis) terdapat dua bentuk hierarki, yaitu:
Konsistensi berarti dua makna atau obyek
yang serupa. Konsistensi data didapat dari
9
.................................................... (6)
12
maka dapat ditulis dengan rumus sebagai Matrisks A diatas konsisten karena ;
berikut: aij.ajk = aik 4. ½ = 2
aik.akj = aij 2.2 =2
Prioritas per kriteria = ............(8)
ajk.aki = aji ½. ½ = ¼
Dalam teori matriks diketahui bahwa
Dan untuk menentukan prioritas umum maka kesalahan kecil pada koefisien akan
hasil dari prioritas perkriteria pada wi menyebabkan penyimpangan kecil pula pada
dijumlahkan dan dibagi dengan banyaknya eigenvalue. Dengan mengombinasikan apa
data perbandingan. yang telah diuraikan sebelumnya, jika diagonal
Sehingga diperoleh utama matriks A bernilai satu dan jika
.....................................(9) konsisten, maka penyimpangan kecil dari aij
akan tetap menunjukkan eigenvalue terbesar,
λmaks nilainya akan mendekati nol.
Selanjutnya, untuk menentukan vektor eigen
(λ) yaitu dengan membagi jumlah bobot wi Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan
dengan nilai prioritas umum per pembanding. dalam indekns konsistensi yang didapat dari
rumus :
...............................(10) ........................................(12)
(Saaty, 1993)
Dimana :
Nilai jumlah maksimum eigen value
ditentukan dengan cara membagi jumlah eigen = eigenvalue maksimum
vector ( ) untuk setiap kriteria dengan
= ukuran matriks
banyaknya kriteria yaitu:
.................................(11)
Indeks konsistensi (CI), matriks random
dengan skala penelitian 1 sampai dengan 9,
d.Perhitungan Konsistensi
beserta kebalikannya sebagai indeks random
Koesoema (2004) menjelaskan bahwa
(RI). Berdasarkan perhitungan Saaty dengan
matriks bobot yang diperoleh dari hasil
500 sampel, jika judgement numerik diambil
perbandingan secara berpasangan tersebut
secara acak dari skala 1/9, 1/8,.....1,2,.....,9
harus mempunyai hubungan cardinal dan
akan diperoleh rata rata konsistensi untuk
ordinal sebagai berikut:
matriks dengan ukuran berbeda.
1. Hubungan cardinal : aij.ajk = aik
2. Hubungan ordinal : Ai > Aj, Aji > Ak
maka : Ai > Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal
sebagai berikut:
1. dengan melihat preferensi multiplikatif
2. dengan melihat preperensi transitif
13
Tabel 2.3. Nilai indeks Random Kriteria pemilihan Alternatif Alat Pancang
Sumber : Saaty (1993 : 96) pada Tugas Akhir ini merupakan Kriteria-
Kriteria yang didapatkan dari hasil wawancara
Ukuran 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10 dengan Project Manager perusahaan-
perusahaan yang bergerak dibidang
pemancangan berdasarkan Kriteria awal yang
indeks 0,0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 didapatkan dari studi pustaka.
Kriteria-Kriteria pemilihan Alternatif pada
Proyek Apartemen Gunawangsa adalah:
Perbandingan antara CI dan RI untuk
suatu matriks didefenisikan sebagi rasio 1.Kriteria Lingkungan
konsistensi (CR). Untuk model AHP matriks Kriteria ini berkaitan dengan dampak alat
perbandingan dapat diterima jika nilai rasio terhadap lingkungan sekitarnya, seperti
konsistensinya tidak lebih dari 0,1 atau sama besarnya getaran yang dihasilkan, tingkat
dengan 0,1. kebisingan yang dihasilkan alat dan tingkat
..................................(13) polusi udara yang dihasilkan alat. Kriteria ini
juga mencakup tentang tingkat kepadatan
(Saaty, 1993) pemukiman penduduk, dimana lokasi
pemancangan akan dilakukan.
2.Kriteria Biaya
BAB III
Kriteria ini berkaitan dengan besarnya
METODOLOGI PENELITIAN
biaya dalam penggunaan suatu jenis alat
tertentu, mulai dari mobilisasi alat sampai
3.1 Jenis Penelitian
dengan biaya pemancangan tiang pancang.
Penelitian ini merupakan penelitian
3.Kriteria Daya Dukung Tiang
Studi Kasus dimana penelitian diawali dengan
Kriteria ini berkaitan dengan besarnya
menemukan dan menetapkan Kriteria-kriteria
daya dukung yang dibutuhkan tiang sehingga
untuk memilih Alternatif Alat Pancang.
dapat digunakan alat yang sesuai untuk
Penentuan Kriteria dilakukan dengan
mencapai Daya Dukung tersebut.
melakukan wawancara dengan Project
4.Kriteria Pengoperasian Alat
Manager Perusahaan-perusahaan Kontraktor
Kriteria ini berkaitan dengan kemudahan
yang bergerak dibidang pemancangan.
dalam mengontrol penggunaan alat, resiko
Kemudian dilakukan seleksi terhadap
penggunaan alat, kemudahan dalam mobilisasi
Alternatif-alternatif yang dapat digunakan
dan pengoperasian alat, kemudahan alat untuk
pada Proyek Apartemen Gunawangsa dengan
diperbaiki ketika mengalami masalah teknis,
melakukan wawancara dengan Project
dan kemampuan alat untuk menghadapi medan
Manager Konsultan pengawas dan Project
yang berat.
Manager Kontraktor Pemancangan pada
Proyek Apartemen Gunawangsa. Kemudian
2.Alternatif Alat Pancang
setelah Kriteria dan Alternatif didapatkan,
Alternatif Alat Pancang pada Tugas Akhir
kemudian dilakukan kuisioner untuk
ini adalah Alternatif yang didapatkan dari hasil
memperbandingkan Alternatif dan Kriteria
seleksi Alternatif-alternatif yang didapat dari
untuk mendapatkan Kriteria apa yang paling
studi pustaka, dimana seleksi Alternatif
mempengaruhi penentuan Alternatif Alat
dilakukan dengan melakukan wawancara
Pancang dan Alternatif Alat Pancang apa yang
dengan Pengambil keputusan penentuan jenis
paling tepat pada Proyek Apartemen
Alternatif Alat Pancang pada Proyek
Gunawangsa. Metode yang digunakan untuk
Apartemen Gunawangsa, yaitu Project
melakukan penentuan prioritas Kriteria dan
Manager Konsultan Pengawas dan Project
pemilihan Alternatif adalah metode Analytical
Manager Kontraktor Pemancangan pada
Hierarkhi Process (AHP).
Proyek Apartemen Gunawangsa.
Adapun Alternatif Alat Pancang yang dapat
3.2 Variabel Penelitian
dipilih pada Proyek Apartemen Gunawangsa
Adapun Variabel Penelitian pada Tugas
adalah:
Akhir ini adalah sebagai berikut:
1.Differential acting steam hammer
1.Kriteria
14
4.3 Identifikasi Kriteria Pemilihan yang digunakan untuk mengangkat dan untuk
Alternatif Alat Pancang mempercepat jatuh dan turunnya ram. Ram
Identifikasi faktor ini dilakukan dengan dioperasikan dengan dua piston yaitu piston
metode wawancara. Dari hasil wawancara kecil dan piston besar. Piston besar beroperasi
yang dilakukan kepada Project Manager enam dalam silinder atas, dan piston kecil
Kontraktor Pemancangan yang ada di beroperasi pada piston bawah, Ram diangkat
Surabaya, maka didapatkan Kriteria-Kriteria dengan perbedaaan tekanan gaya gerak pada
yang mempengaruhi pemilihan Alternatif Alat kedua piston.
Pancang yaitu sebagai berikut: 2.Hydraulic hammer
1. Kriteria Lingkungan Hydraulic hammer tidak jauh berbeda
Kriteria ini berkaitan dengan dampak alat dengan Double acting hammer dan
terhadap lingkungan sekitarnya, seperti Differential hammer. Hydraulic hammer
besarnya getaran yang dihasilkan, tingkat beroperasi dengan menggunakan fluida
kebisingan yang dihasilkan alat dan tingkat hidrolik, tidak seperti hammer lain yang
polusi udara yang dihasilkan alat. Kriteria ini menggunakan uap atau kompresor udara yang
juga mencakup tentang tingkat kepadatan masih konvensional.
pemukiman penduduk, dimana lokasi 3.Diesel hammer
pemancangan akan dilakukan. Pemancangan pondasi Diesel hammer
2. Kriteria Biaya adalah pemancangan dengan ram yang
Kriteria ini berkaitan dengan besarnya bergerak sendiri dengan mesin diesel tanpa
biaya dalam penggunaan suatu jenis alat diperlukan sumber daya dari luar seperti
tertentu, mulai dari mobilisasi alat sampai kompresor dan boiler.
dengan biaya pemancangan tiang pancang. 4.Hydraulic pile driving
3. Kriteria Daya Dukung Tiang Hydraulic pile driving adalah alat yang
Kriteria ini berkaitan dengan besarnya menggunakan tekanan statik yang tinggi untuk
daya dukung yang dibutuhkan tiang sehingga memancang tiang dalam dengan perlahan dan
dapat digunakan alat yang sesuai untuk tanpa mengeluarkan suara. Mekanisme kerja
mencapai daya dukung tersebut. alat ini adalah dengan memindahkan atau
4. Kriteria Pengoperasian Alat menarik tiang pancang, menjepitnya agar
Kriteria ini berkaitan dengan kemudahan tegak, dan memberikan tekanan pada tiang
dalam mengontrol penggunaan alat, resiko tersebut sampai mencapai tanah keras.
penggunaan alat, kemudahan dalam mobilisasi
dan pengoperasian alat, kemudahan alat untuk 4.5. Struktur Hierarki
diperbaiki ketika mengalami masalah teknis, Struktur hierarki pada Tugas Akhir ini
dan kemampuan alat untuk menghadapi medan dibuat berdasarkan hasil identifikasi faktor-
yang berat. faktor yang mempengaruhi Pemilihan
Alternatif Alat Pancang pada Proyek
4.4. Identifikasi Alternatif Alat Pancang Apartemen Gunawangsa.
Identifikasi faktor ini dilakukan dengan Berikut ini adalah model hierarki keputusan
metode Wawancara terhadap pihak-pihak yang pada Tugas Akhir ini:
mempunyai kewenangan dalam menentukan
Alternatif Alat Pancang pada Proyek Level 0 Alternatif yang
Apartemen Gunawangsa, yaitu Project Digunakan
Manager Konsultan Pengawas dan Project
Manager Kontraktor Pemancangan pada
Proyek Apartemen Gunawangsa.
Faktor Faktor Faktor Faktor
Dari Hasil Wawancara yang dilakukan Lingkung Biaya Pengopera Daya
Level 1
maka Alternatif Alat Pancang yang an sian Alat Dukung
Tiang
memungkinkan digunakan pada Proyek
Apartemen Gunawangsa adalah sebagai
berikut:
1.Differential acting steam hammer Differentia Hydraulic Diesel Hydraulic
Differential acting steam hammer adalah Level 2 l acting
steam
hammer hammer pile
driving
sebuah modifikasi dari Double acting steam hammer
Gambar 4.1. Skema Hierarki Penentuan Alternatif Alat Pancang memungkinkan dipilih untuk digunakan
Pada Proyek Apartemen Gunawangsa.
pada Proyek Apartemen Gunawangsa dapat
Skema Hierarki diatas menunjukkan dilihat pada lampiran 2.
bahwa pada level 0 menunjukkan tujuan dari 3. Kuisioner Perbandingan Berpasangan untuk
penelitian ini yaitu untuk menentukan mengetahui penilaiaan responden terhadap
Alternatif Alat Pancang pada proyek prioritas Kriteria dan untuk memilih
Apartemen Gunawangsa. Kemudian pada level Alternatif Alat Pancang Terbaik pada
1 merupakan kriteria-kriteria yang Proyek Apartemen Gunawangsa dapat
mempengaruhi pemilihan Alternatif dimana dilihat pada lampiran 3.
kriteria ini didapat dari hasil wawancara
dengan enam perusahaan yang bergerak dalam 4.6.3. Penyebaran Kuisioner
bidang pemancangan. Pada level 2 merupakan Penyebaran Kuisioner pada penyelesaian
alternatif-alternatif yang dapat digunakan pada Tugas Akhir ini dilakukan sebanyak dua kali.
Proyek Apartemen Gunawangsa yang didapat
melalui wawancara dengan pihak pengambil 4.7 Penentuan Nilai Skala Perbandingan
keputusan pada penentuan Alternatif Alat pada Matriks Penilaian Perbandingan
Pancang pada Proyek Apartemen Gunawangsa Berpasangan.
yaitu Project Manager Konsultan Pengawas
pada Proyek Apartemen Gunawangsa dan Nilai skala perbandingan yang ada pada
Project Manager Kontraktor Pemancangan Tugas Akhir ini antara lain yaitu:
pada Proyek Apartemen Gunawangsa.
1. Nilai Skala Perbandingan Faktor Kriteria
4.6 Kuisioner Nilai ini adalah nilai skala perbandingan
4.6.1 Responden Kuisioner yang dipilih oleh Project Manager Kontraktor
Responden kuisioner disini adalah pihak- Pemancangan dan Project Manager Konsultan
pihak yang terlibat dalam proses pengambilan Pengawas pada Proyek Apartemen
keputusan pada pemilihan Alternatif alat Gunawangsa berdasarkan pada Kuisioner
Pancang pada Proyek Apartemen Gunawangsa Perbandingan Berpasangan Pada Penentuan
antara lain: Prioritas Kriteria yang dapat dilihat pada
1. Pada penentuan Kriteria, respondennya Lampiran 3.
adalah Project Manager Enam Kontraktor
Pemancangan di Surabaya. 2. Nilai Skala Perbandingan Faktor Alternatif
2. Pada Penentuan Alternatif, respondennya Alat Pancang
adalah Project Manager Kontraktor Nilai ini adalah nilai skala perbandingan
Pemancangan pada Proyek Apartemen yang dipilih oleh Project Manager Kontraktor
Gunawangsa dan Project Manager Pemancangan dan Project Manager Konsultan
Konsultan Pengawas pada Proyek Pengawas pada Proyek Apartemen
Apartemen Gunawangsa. Gunawangsa untuk menentukan Alternatif
3. Pada Penentuan Prioritas Kriteria dan yang terbaik berdasarkan kriteria yang ada.
Penentuan Alternatif yang terbaik pada Skala Perbandingan Faktor Alternatif Alat
Proyek Apartemen Gunawangsa, Pancang dapat dilihat pada Kuisioner
respondennya adalah Project Manager Perbandingan Berpasangan Pada Penentuan
Kontraktor Pemancangan dan Project Alternatif yang dapat dilihat pada Lampiran 3.
Manager Konsultan Pengawas pada Proyek
Apartemen Gunawangsa. 4.8 Perhitungan AHP
4.6.2. Pengisian Kuisioner Proses perhitungan yang dilakukan pada
Pertanyaan yang ditanyakan pada Tugas Akhir ini antara lain yaitu:
kuisioner ini terdiri dari:
1. Pertanyaan pendahuluan untuk mengetahui 4.8.1 Perhitungan Bobot Elemen atau Prioritas
Kriteria-Kriteria yang mempengaruhi Faktor Kriteria dan Uji Konsistensinya.
pemilihan Alternatif Alat Pancang dimana
dapat dilihat pada lampiran 1. A. Perhitungan Bobot Elemen dan Prioritas
2. Pertanyaan pendahuluan untuk mengetahui Faktor Kriteria dan Uji Konsistensinya
Alternatif-Alternatif alat pancang Berdasarkan Penilaian Project Manager
Konsultan Pengawas.
20
Berdasarkan hasil pertanyaan 1 pada Tabel 4.3 Bobot Kriteria berdasarkan penilaian
kuisioner (lampiran 3), maka nilai-nilai yang Konsultan Pengawas
dipilih oleh Project Manager Konsultan Kriteria Bobot
Konsultan
Pengawas dapat diolah menjadi matriks Pengawas
Faktor
Daya
Faktor
Lingkung
Faktor
Faktor
Pengoperasian
Jumlah
(W1)
perbandingan berpasangan sebagai berikut: Dukung
Tiang
an
Biaya
Alat
Faktor
Daya 0.375
Tabel 4.1 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pemilihan Dukung
0.4268 0.4437
0
0.3500 1.5955 0.3988
Alternatif Alat Pancang Berdasarkan Penilaian Tiang
Konsultan Pengawas Faktor
0.4268 0.4437
0.525
0.4500 1.8455 0.4613
Lingkungan 0
Kriteria Faktor 0.075
0.0854 0.0634 0.1500 0.3737 0.0934
Konsultan Faktor Biaya 0
Pengawas Faktor Faktor
Daya Faktor Faktor 0.025
Pengoperasian Pengoperasi 0.0610 0.0493 0.0500 0.1853 0.0463
Dukung Lingkungan Biaya 0
Alat an Alat
Tiang
Faktor Daya
1 1 5 7 1
Dukung Tiang
Faktor
Lingkungan
1 1 7 9 Uji konsistensi
Faktor Biaya 1/5 1/7 1 3 Perhitungan uji konsistensi matriks nilai
Faktor
Pengoperasian 1/7 1/9 1/3 1
perbandingan berpasangan Penentuan Prioitas
Alat Faktor Kriteria. Perhitungan ini dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut ini :
Sedangkan untuk memperoleh bobot 1.Mengalikan bobot yang diperoleh dengan
Prioritas Kriteria, perhitungan dilakukan nilai-nilai perbandingan berpasangan yang
dengan langkah-langkah sebagai berikut: diperoleh.
1.Menjumlahkan nilai perbandingan 2.Menjumlahkan hasil kali dari langkah ke-1
berpasangan untuk setiap pihak pengambil tersebut pada setiap elemen pembanding.
keputusan.
Tabel 4.4 Jumlah Bobot
Tabel 4.2 Jumlah Nilai Skala Perbandingan Kriteria
Kriteria Faktor
Konsultan Faktor
Konsultan Faktor Daya Faktor Faktor Jumlah
Faktor Pengawas Pengoperasian
Pengawas Daya Faktor Faktor Dukung Lingkungan Biaya
Pengoperasian Alat
Dukung Lingkungan Biaya Tiang
Alat
Tiang
0.3989 0.4614 0.0934 0.0463
Faktor Daya
1 1 5 7
Dukung Tiang Faktor Daya
Faktor 0.3989 0.4614 0.4672 0.3242 1.6517
1 1 7 9 Dukung Tiang
Lingkungan Faktor
0.3989 0.4614 0.6541 0.4169 1.9312
Faktor Biaya 1/5 1/7 1 3 Lingkungan
Faktor Faktor Biaya 0.0798 0.0659 0.0934 0.1390 0.3781
Pengoperasian 1/7 1/9 1/3 1
Alat Faktor
Pengoperasian 0.0570 0.0513 0.0311 0.0463 0.1857
Jumlah 2.3 2.3 13.3 20.0
Alat
16.3823 = 4. 1
maks
4
5. Menghitung indeks konsistensi (CI) Tabel 4.7 Jumlah Nilai Skala Perbandingan
Kriteria
maks n
CI Kontraktor Faktor
n 1 Pemancangan Daya Faktor Faktor
Faktor
Pengoperasian
Dukung Lingkungan Biaya
4.1 4 = 0.032 Tiang
Alat
CI Faktor Daya
4 1 Dukung Tiang
1 2 7 9
Faktor
1/2 1 5 7
Lingkungan
6. Menghitung nilai rasio konsistensi (CR) Faktor Biaya 1/7 1/5 1 3
Faktor
CI
CR 0.1 Pengoperasian
Alat
1/9 1/7 1/3 1
Pemancangan Faktor
0.2851 0.2991 0.3750 0.3500 1.3092 0.3273
Lingkungan
Kriteria
Faktor Biaya 0.0814 0.0598 0.0750 0.1500 0.3663 0.0915
Kontraktor Faktor
Faktor Faktor
Pemancangan Daya Faktor Faktor
Pengoperasi Pengoperasia 0.0633 0.0427 0.0250 0.0500 0.1811 0.0452
Dukung Lingkungan Biaya n Alat
an Alat
Tiang
1
Faktor Daya
1 2 7 9
Dukung Tiang
Faktor
Uji konsistensi
Lingkungan
½ 1 5 7
Perhitungan uji konsistensi matriks nilai
Faktor Biaya 1/7 1/5 1 3 perbandingan berpasangan Penentuan Prioritas
Faktor
Pengoperasian 1/9 1/7 1/3 1
Faktor Kriteria. Perhitungan ini dilakukan
Alat dengan langkah-langkah sebagai berikut ini :
1.Mengalikan bobot yang diperoleh dengan
Sedangkan untuk memperoleh bobot nilai-nilai perbandingan berpasangan yang
Prioritas Kriteria, perhitungan dilakukan diperoleh.
dengan langkah-langkah sebagai berikut: 2.Menjumlahkan hasil kali dari langkah ke-1
1.Menjumlahkan nilai perbandingan tersebut pada setiap elemen pembanding.
berpasangan untuk setiap pihak pengambil
keputusan.
22
pembanding.
16.42 = 4.105 Sedangkan untuk memperoleh bobot
maks
4 prioritas kriteria, perhitungan dilakukan
5. Menghitung indeks konsistensi (CI) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
CI
maks n 1.Menjumlahkan nilai perbandingan
n 1 berpasangan untuk setiap pihak pengambil
4.105 4 keputusan.
CI = 0.035
4 1
6. Menghitung nilai rasio konsistensi (CR) Tabel 4.12 Jumlah Nilai Skala Perbandingan
Kriteria
CI
CR 0.1 Daya
Dukung Differential
RI Tiang acting Hydraulic Diesel Hydraulic
steam hammer hammer pile driving
Untuk banyaknya pembanding = 4 maka nilai hammer
Differential
RI = 0.9 (Tabel 2.3) acting
1 2 5 7
0.035 steam
CR 0.0389......................OK hammer
0.9 Hydraulic
hammer
½ 1 5 7
Diesel
1/5 1/5 1 3
hammer
Maka dari perhitungan diatas dapat Hydraulic
pile driving
1/7 1/7 ¼ 1
diambil kesimpulan bahwa penilaiaan yang Jumlah 1.8 3.3 11.3 19.0
Diesel
½ 1/5 1 1/9
hammer
acting
0.5526 0.6462 0.4884 0.3182 2.0053 0.5013
steam
Tabel 4.21 Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif hammer
Alat Pancang Berdasarkan Kriteria Biaya Hydraulic
0.1842 0.2154 0.3256 0.3182 1.0434 0.2608
hammer
menurut penilaian Project Manager Diesel
0.1842 0.1077 0.1628 0.3182 0.7729 0.1932
Konsultan Pengawas hammer
Hydraulic
0.0789 0.0308 0.0233 0.0455 0.1784 0.0446
Kriteria pile driving
Differenti 1
Biaya
al acting Hydraulic Diesel Hydraulic pile
steam hammer hammer driving Uji konsistensi
Perhitungan uji konsistensi matriks nilai
hammer
Differential
acting steam
hammer
1 3 3 7
perbandingan berpasangan penentuan prioritas
Hydraulic
hammer
1/3 1 2 7 Faktor Kriteria. Perhitungan ini dilakukan
Diesel
1/3 1/2 1 7
dengan langkah-langkah sebagai berikut ini :
hammer
Hydraulic
1.Mengalikan bobot yang diperoleh dengan
pile driving
1/7 1/7 1/7 1
nilai-nilai perbandingan berpasangan yang
diperoleh.
Sedangkan untuk memperoleh bobot 2.Menjumlahkan hasil kali dari langkah ke-1
Prioritas Kriteria, perhitungan dilakukan tersebut pada setiap elemen pembanding.
dengan langkah-langkah sebagai berikut: Tabel 4.24 Jumlah Bobot
1.Menjumlahkan nilai perbandingan Kriteria
17.0096 1
0.08
hammer
0.0935......................OK
Hydraulic
CR 0.3750 0.2273 0.3125 0.2059 1.1207 0.2801
hammer
0.9 Diesel
0.0250 0.0455 0.0625 0.0882 0.2212 0.0553
hammer
Hydraulic
0.5250 0.6818 0.4375 0.6176 2.2620 0.5654
pile driving
Maka dari perhitungan diatas dapat 1
diambil kesimpulan bahwa penilaiaan yang
3.Penentuan Bobot Elemen dan Prioritas
diberikan oleh responden konsisten, yaitu nilai Faktor Alternatif Berdasarkan Kriteria
rasio konsistensi (CR) lebih kecil dari 0,1 Biaya.
Berdasarkan Perhitungan Bobot Elemen
B. Perhitungan Bobot Elemen atau Prioritas Faktor Alternatif Berdasarkan Kriteria Biaya
Faktor Alternatif berdasarkan penilaiaan (Lampiran 3) maka didapatkan bobot masing-
Project Manager Kontraktor Pemancangan. masing Alternatif berdasarkan Penilaiaan
Kontraktor Pemancangan seperti pada Tabel
4.33 berikut.
28
Tabel 4.33 Bobot Alternatif berdasarkan Kriteria Biaya Tabel 4.35 Bobot masing-masing Kriteria Pemilihan
menurut penilaian Project Manager Alternatif Alat Pancang
Kontraktor Pemancangan Hasil Perhitungan Nilai Bobot Kriteria Jumlah
Kontraktor Konsultan Bobot
Kriteria Bobot Kriteria Kontraktor Konsultan Pemancangan* Pengawas** Kriteria
Pemancangan(a) Pengawas(b)
Differen [0.5] [0.5] ***
Biaya tial Hydraul Hydraul Jumlah Faktor Daya
Diesel
(W1) 0.5359 0.3989 0.2679 0.1994 0.4674
acting ic
hammer
ic pile Dukung Tiang
steam hammer driving Faktor
0.3273 0.4614 0.1637 0.2307 0.3943
hammer Lingkungan
Differentia
l acting Faktor Biaya 0.0916 0.0934 0.0458 0.0467 0.0925
0.5000 0.6462 0.3889 0.2857 1.8208 0.4551
steam Faktor
hammer Pengoperasian 0.0453 0.0463 0.0226 0.0232 0.0458
Hydraulic
0.1667 0.2154 0.3889 0.3333 1.1043 0.2760 Alat
hammer 1.0000
Diesel
0.2500 0.1077 0.1944 0.3333 0.8855 0.2213 Keterangan :
hammer
Hydraulic
pile 0.0833 0.0308 0.0278 0.0476 0.1895 0.0473
driving 1. Kolom * diperoleh dari perhitungan (a) dikalikan
1 dengan bobot Kontraktor Pemancangan yaitu sebesar
0.5, nilai ini didapat karena Kontraktor Pemancangan
dan Konsultan Pengawas Mempunyai bobot yang
4.Penentuan Bobot Elemen dan Prioritas sama yaitu setengah dalam memilih Alternatif alat
Faktor Alternatif Berdasarkan Kriteria Pancang .
Faktor Pengoperasian Alat. 2. Kolom ** diperoleh dari perhitungan (b) dikalikan
dengan bobot Konsultan Pengawas yaitu karena
Berdasarkan Perhitungan Bobot Elemen
Kontraktor Pemancangan dan Konsultan Pengawas
Faktor Alternatif Berdasarkan Kriteria Mempunyai bobot yang sama yaitu setengah dalam
Pengoperasian Alat (Lampiran 3) maka memilih Alternatif alat Pancang.
didapatkan bobot masing-masing Alternatif 3. Kolom *** diperoleh dari penjumlahan * dan **
berdasarkan Penilaiaan Kontraktor
Pemancangan seperti pada Tabel 4.33 berikut. B.Nilai Bobot Alternatif Alat Pancang
1.Nilai Bobot Alternatif berdasarkan penilaian
Tabel 4.34 Bobot Alternatif berdasarkan Kriteria
Pengoperasian Alat menurut penilaian Project
Project Manager Konsultan Pengawas
Manager Kontraktor Pemancangan Nilai Bobot pada masing-masing
Kriteria Bobot Alternatif Alat Pancang berdasarkan penilaian
Faktor
Project Manager Konsultan Pengawas
Differen
Pengoper tial Hydraul Hydraul Jumlah
Diesel
asian Alat acting ic ic pile (W1)
steam hammer
hammer
driving diperoleh dengan mengalikan bobot kriteria
hammer
Differenti pemilihan Alternatif Alat Pancang pada
al acting
steam
0.1364 0.0735 0.1786 0.2143 0.6028 0.1506
Subbab 4.8.1 dengan bobot pengambil
hammer
Hydraulic
0.4091 0.2206 0.1786 0.3571 1.1654 0.2913 Keputusan yaitu sebesar 0.5 dikalikan dengan
hammer
Diesel
0.4091 0.6618 0.5357 0.3571 1.9637 0.4909 bobot Alternatif Alat pancang berdasarkan
hammer
Hydraulic penilaian Project Manager Konsultan
pile 0.0455 0.0441 0.1071 0.0714 0.2681 0.0670
driving
1
Pengawas pada subbab 4.8.2 sehingga
diperoleh bobot akhir seperti pada tabel
berikut:
4.8.3 Perhitungan Nilai Total Bobot Kriteria
dan Alternatif Alat Pancang Tabel 4.36 Perhitungan Nilai Total Bobot Alternatif Alat
Pancang berdasarkan penilaiian Project
A.Nilai Bobot Kriteria Pemilihan Alternatif
Manager Konsultan Pengawas
Alat Pancang
Bobot masing-masing Kriteria dapat Alternatif Alternatif
diperoleh dengan mengalikan nilai yang Kriteria
Differential
Acting Hydraulic Diesel
Hydraulic
Pile
Differential
Acting Hydraulic Diesel
Hydraulic
Pile
diperoleh pada bobot kriteria oeh masing- Steam
Hammer
Hammer Hammer
Driving
Steam
Hammer
Hammer Hammer
Driving
2.Nilai Bobot Alternatif berdasarkan penilaian Dari Tabel 4.51 maka dapat diketahui
Project Manager Kontraktor Pemancangan Prioritas Kriteria dari yang tertinggi sampai
Nilai Bobot pada masing-masing terendah adalah sebagai berikut : Faktor Daya
Dukung Tiang, Faktor Lingkungan, Faktor
Alternatif Alat Pancang berdasarkan penilaian
Biaya, dan yang paling rendah adalah Faktor
Project Manager Kontraktor Pemancangan Pengoperasian Alat. Dimana nilai urutan
diperoleh dengan mengalikan bobot kriteria prosentase sebagai berikut : Daya Dukung
pemilihan Alternatif Alat Pancang pada Tiang (46,74 %), Faktor Lingkungan (39,43%)
Subbab 4.8.1 dengan bobot pengambil ,Faktor Biaya (9.25%), dan yang paling
Keputusan yaitu sebesar 0.5 dikalikan dengan rendah adalah Faktor Pengoperasian Alat
bobot Alternatif Alat pancang berdasarkan (4.58%).
penilaian Project Manager Kontraktor
Sehingga dapat digambarkan dengan
Pemancangan pada subbab 4.8.2 sehingga diagram lingkaran sebagai berikut:
diperoleh bobot akhir seperti pada tabel
berikut:
Tabel 4.37 Perhitungan Nilai Total Bobot Alternatif Alat
Pancang berdasarkan penilaiian Project Manager
Kontraktor Pemancangan
KONTRAKTOR
Hasil Perhitungan Sub Bab 4.8.2 Nilai Bobot Total
PEMANCANGAN
Alternatif Alternatif
Differential Differential
Hydraulic Hydraulic
Kriteria Acting Hydraulic Diesel Acting Hydraulic Diesel
Pile Pile
Steam Hammer Hammer Steam Hammer Hammer
Driving Driving
Hammer Hammer
Faktor Daya
Dukung 0.0702 0.1666 0.1380 0.6252 0.0188 0.0446 0.0370 0.1675
Tiang(0.5359)
Faktor Lingkungan
(0.3273)
0.0990 0.2802 0.0553 0.5655 0.0162 0.0458 0.0090 0.0925 Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Bobot Prioritas
Faktor
Biaya(0.09157)
0.4552 0.2761 0.2214 0.0474 0.0208 0.0126 0.0101 0.0022 Kriteria Pemilihan Alternatif Alat
Pancang
Faktor
Pengoperasian 0.1507 0.2913 0.4909 0.0670 0.0034 0.0066 0.0111 0.0015
Alat(0.0453)
0.0593 0.1097 0.0673 0.2637
Kontraktor
Pemancangan** 0.0593 0.1097 0.0673 0.2637
Keterangan :
* Diperoleh dari tabel 4.52
** Diperoleh dari tabel 4.53
30 Dynamic Sensitivity for nodes below: Goal: Alternatif Alat Pancang >
Konsultan Pengawas (L: .500)
terjadi perubahan pada nilai bobot kriteria. 6.2% Pengoperasian Alat 25.9% Diffrential Ac
Objectives Names
bobot terhadap Bobot Kriteria
Hydraulic Pi Hydraulic Pile Driving lingkungan sebesar 20%
Hydraulic Ha Hydraulic Hammer
Lingkungan Lingkungan
Alternatives Names
0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6
0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6
Gambar 4.8 Penambahan bobot 20% terhadap Gambar 4.11 Nilai bobot Alternatif apabila
bobot kriteria Biaya Objectives Names Kriteria Biaya diprioritaskan
Objectives Names
M
Sehingga
Lingkungan dari penambahan
Lingkungan
Lingkungan bobotPage
sebesar
1 of 1
Lingkungan
c. Sensitivitas Terhadap Kriteria Daya Dukung
tivity for nodes20% terhadap
below:
BiayaGoal:bobot
AlternatifBiaya
Biaya
Biaya didapatkan
Alat Pancang bobot
Biaya > Tiang
KonsultanAlternatif, 12/27/2011 12:15:16 AM
Pengawas yang
(L: ditunjukkan
Pengoperasia .500) pada gambar
Pengoperasia
Pengoperasian 4.9
Pengoperasian
Alat Alat
Analisa sensitivitas dilakukan dengan
sebagai berikut:
Daya Dukung DayaDukung
Daya Dukung Tiang
Daya Dukung Tiang
melakukan
Dynamicpenambahan bobot
Sensitivity for pada
nodes kriteria
below: Goal: Altern
38.3% Hydraulic Pile Driving
Daya Dukung
Alternatives Names Tiang sebesar Konsultan
20%, sepertiPengawas
pada (L: .500
Alternatives Names
gambar 4.12 berikut.
26.2% Hydraulic Hammer
.5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6
iaya Analisa Sensitivitas juga dilakukan dengan Gambar 4.12 Penambahan bobot 20% terhadap
menambah bobot biaya hingga melebihi bobot bobot kriteria Daya Dukung Tiang
engoperasian Alat jimmy_criptoy Objectives Names
kriteria yang lain seperti12:15:16
12/27/2011 yang AM
ditunjukkan Page 1 of 1
aya Dukung Tiang
pada gambar 4.10 berikut, Analisa sensitivitas
jimmy_criptoy Sehingga
Lingkungan dari penambahan
Lingkunganbobot sebesar
ini bertujuan
Alternatives Names untukDynamic Sensitivity
mengetahui bagaimana 20% Biaya
for nodes below: terhadap bobotBiaya
Goal: Alternatif Daya AlatDukung
Pancang Tiang
>
12/29/2011 1:50:34 PM
pilihan Alternatif didapatkan
Konsultan Pengawas
apabila Kriteria Biaya bobot Alternatif,
(L: .500) Pageyang
1 of 1ditunjukkan
Pengoperasia Pengoperasian Alat
Hydraulic Pile Driving
menjadi Prioritas
Dynamic utama
Sensitivity dalam pemilihan
for nodes
pada gambar 4.13 sebagai berikut:
below: Goal: Alternatif Alat Pancang >
Hydraulic Hammer Daya Dukung Daya Dukung Tiang
Alternatif. Konsultan Pengawas (L: .500)
31.3% Lingkungan 35.5% Hydraulic Pile Driving
0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6
Dynamic Sensitivity for nodes below: Goal: Alternatif Alat Pancang >
seperti pada3:05:31
12/31/2011 gambar
PM 4.14 berikut, untuk Konsultandidapatkan
Pengawas bobot Alternatif, Page
(L: .500) yang1 ditunjukkan
of 1
mengetahui
Dynamic bobot Alternatiffor
Sensitivity apabila
nodes terjadi pada Alternatif
below: Goal: gambar 4.17 Alat sebagai berikut: >
Pancang
pengurangan nilai bobot Daya Dukung Tiang
Konsultan
36.8% Lingkungan
Pengawas (L: .500)
39.6% Hydraulic Pile Driving
sebesar 20%.
7.2% Biaya 25.0% Hydraulic Hammer
0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6
.6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6
0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6
0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1
Gambar
.2
4.19
.3
Nilai bobot
.4
Alternatif
.5
apabila
.6
Kriteria
Gambar 4.16 Penambahan bobot 20% terhadap
Objectives Names Pengoperasian diprioritaskan
jimmy_criptoy bobot kriteria Pengoperasian
Lingkungan Alat
Objectives
Lingkungan
Names
Grafik Sensitivitas bobot kriteria terhadap
jimmy_criptoy
Lingkungan Biaya
Lingkungan Biaya
Sehingga dariPengoperasia
penambahan bobot sebesar
Pengoperasian Alat
bobot Alternatif dapat ditunjukkan pada
Gambar 4.20 berikut.
Biaya Biaya
20% Pengoperasia
terhadap bobot
Daya
Pengoperasian
Dukung Daya
Pengoperasian
Alat
Dukung Tiang
Alat
Daya Dukung Daya Dukung Tiang
Alternatives Names
Alternatives Names
Hydraulic Pi Hydraulic Pile Driving
Hydraulic Pi Hydraulic
Hydraulic
Ha Pile DrivingHammer
Hydraulic
Hydraulic HaDiffrential
Hydraulic Hammer
Diffrential Acting Hammer
Diffrential Diffrential
Diesel Hamme Acting
DieselHammer
Hammer
12/31/2011 10:49:15 AM Page 1 of 1
Performance Sensitivity for nodes below: Goal: Alternatif Alat Pancang > 33
Konsultan Pengawas (L: .500)
Obj% Alt%.60
maka berdasarkan pendapat pengambil
.90
.50
keputusan pada Proyek Apartemen
.80
Gunawangsa yang ditunjukkan oleh hasil
perhitungan AHP berdasarkan isian kuisioner,
.70
.40
Hydraulic Pile Driving
.60
.50 .30
bahwa pengambil keputusan pada Proyek
.40 Hydraulic Hammer Apartemen Gunawangsa berpendapat bahwa
.30
.20 Diffrential Acting Ham
alternatif yang paling tepat pada Proyek
.20
.10 Diesel Hammer Apartemen Gunawangsa adalah Hydraulic Pile
.10 Driving. Ini ditunjukkan oleh bobot pemilihan
.00
Lingkungan Biaya Pengoperasia Daya Dukung OVERALL
.00
yaitu sebesar 41,8%. Dari hasil tersebut dapat
Gambar 4.20 Analisa Sensitivitas terhadap perubahan diketahui bahwa alternatif yang dapat
bobot Kriteria
Objectives Names memenuhi kriteria pemilihan pada Proyek
Apartemen Gunawangsa, dimana dua Kriteria
4.11 Pembahasan
Lingkungan Lingkungan
yang paling diutamakan adalah kriteria Daya
Dari perhitungan yang telah dilakukan,
Biaya Biaya Dukung Tiang dan kriteria Lingkungan,
maka pembahasan
Pengoperasia Pengoperasian Alat
hasil perhitungannya merupakan alternatif Hydraulic Pile Driving.
adalah sebagai berikut:
Daya Dukung Daya Dukung Tiang Kemudian alternatif kedua merupakan
1. Berdasarkan hasil perhitungan AHP Hydraulic Hammer dengan bobot sebesar
faktor kriteria maka seperti
Alternatives Namesyang ditunjukkan
25.86%. Kemudian setelah itu alternatif
Tabel 4.51, prioritas kriteria dari yang tertinggi
Diffrential Diffrential Acting Hammer Differential Acting Steam Hammer sebesar
sampai terendah adalah sebagai berikut : Daya 20.08% dan yang terakhir adalah kriteria
Dukung Tiang (46,74%), Faktor Lingkungan
Hydraulic Ha Hydraulic Hammer
Diesel Hammer sebesar 12.26%.
(39,43%) ,Faktor Biaya (9.25%), dan yang
Diesel Hamme Diesel Hammer
3. Berdasarkan hasil analisa sensitivitas
paling
Hydraulic Pi rendah adalah
Hydraulic Pile Driving Faktor Pengoperasian
yang telah dilakukan maka dapat diketahui
Alat (4.58%). Hasil perhitungan ini
sebagai berikut:
menunjukkan bahwa berdasarkan pendapat a. Penambahan dan pengurangan bobot
pengambil keputusan pada Proyek Apartemen
terhadap kriteria Lingkungan sebesar 20%,
Gunawangsa yang ditunjukkan oleh hasil tidak mengubah prioritas alternatif. Hal ini
perhitungan AHP berdasarkan isian kuisioner, menunjukkan bahwa walaupun adanya
bahwa kriteria yang paling mempengaruhi perubahan prioritas terhadap lingkungan, maka
pada pemilihan alternatif alat pancang pada tidak mengubah alternatif yang dipilih pada
Proyek Apartemen Gunawangsa adalah
Proyek Apartemen Gunawangsa.
kriteria Daya Dukung Tiang yaitu dengan b. Pada analisa sensitivitas pada kriteria Biaya,
bobot 46,74 %. Hal jimmy_criptoy ini menunjukkan bahwa maka dengan penambahan bobot terhadap
dalam memilih alat pancang pada Proyek kriteria Biaya sebesar 20%, maka hal ini tidak
Apartemen Gunawangsa, hal pertama yang mengubah prioritas alternatif. Hal ini
harus dipertimbangkan adalah kesanggupan
menunjukkan bahwa dengan semakin
alat pancang dalam memancang tiang sesuai memprioritaskan biaya maka alternatif dipilih
daya dukung yang dibutuhkan oleh tiang adalah tetap Hydraulic Pile Driving.
pancang tersebut. Kemudian setelah Kriteria Penambahan bobot juga dilakukan dengan
Daya Dukung Tiang, pertimbangan menambah bobot kriteria Biaya hingga
selanjutnya adalah kondisi lingkungan sekitar
melebihi bobot kriteria lain seperti pada
Proyek dimana bobot pemilihan kriteria ini gambar 4.10. Dari hasil analisa sensitifitas,
adalah 39.43%. Kemudian setelah Kriteria
seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.11
Daya Dukung Tiang dan Lingkungan, maka dengan menambah bobot kriteria Biaya
kemudian pemilihan alternatif hingga melebihi bobot kriteria lain maka
dipertimbangkan dari aspek Biaya dan yang
prioritas alternatif tidak berubah. Hal ini
terakhir adalah dari aspek Pengoperasian Alat. menunjukkan bahwa walaupun dengan
2. Pada perhitungan AHP faktor alternatif
memprioritaskan kriteria Biaya, maka
maka hasil perhitungannya adalah sebagai alternatif yang terpilih adalah Hydraulic Pile
berikut: Hydraulic Pile Driving (41.8%), Driving.
Hydraulic Hammer (25.86%), Differential c. Kemudian dari analisa sensitivitas terhadap
Acting Steam Hammer (20,08%) dan yang kriteria Daya Dukung Tiang dapat diketahui
paling rendah adalah Diesel Hammer
bahwa penambahan dan pengurangan bobot
(12,26%). Dari hasil perhitungan tersebut terhadap kriteria Daya Dukung Tiang sebesar
34
20%, tidak mengubah prioritas alternatif. Hal 2.Berdasarkan hasil analisa, urutan prioritas
ini menunjukkan bahwa walaupun adanya kriteria pemilihan alternatif alat pancang
perubahan prioritas terhadap Daya Dukung adalah sebagai berikut: kriteria Daya
Tiang, maka tidak mengubah alternatif yang Dukung Tiang (46,74 %), kriteria
dipilih pada Proyek Apartemen Gunawangsa. Lingkungan (39,43%) , kriteria Biaya
d. Pada Analisa sensitivitas yang dilakukan (9.25%), dan yang paling rendah adalah
pada kriteria Pengoperasian Alat, dimana pada kriteria Pengoperasian Alat (4.58%).
analisa sensitivitas pada kriteria Pengoperasian Sedangkan urutan prioritas alternatif alat
Alat yang dilakukan diatas, maka dengan pancang dari yang paling tinggi ke yang
penambahan bobot terhadap kriteria paling rendah adalah Hydraulic Pile
Pengoperasian Alat sebesar 20%, maka hal ini Driving (41.8%), Hydraulic Hammer
tidak mengubah prioritas alternatif. Hal ini (25.86%), Diffrential Acting Steam
menunjukkan bahwa dengan semakin Hammer (20,08%) dan yang paling rendah
memprioritaskan Kriteria Pengoperasian Alat adalah Diesel Hammer (12,26%).
maka alternatif dipilih adalah tetap Hydraulic 3.Berdasarkan analisa sensitivitas yang telah
Pile Driving. Penambahan bobot juga dilakukan maka penambahan dan
dilakukan dengan menambah bobot kriteria pengurangan bobot terhadap bobot kriteria
Pengoperasian Alat hingga melebihi bobot tidak mengubah jenis alternatif yang
kriteria lain seperti pada gambar 4.18. Dari terpilih yaitu Hydraulic pile driving.
hasil analisa sensitivitas, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 4.19 maka dengan 5.2 Saran
menambah bobot kriteria Pengoperasian Alat Dari hasil pelaksanaan Tugas Akhir ini
hingga melebihi bobot kriteria lain maka terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan
prioritas alternatif tidak berubah. Hal ini untuk pengembangan lebih lanjut, antara lain
menunjukkan bahwa walaupun dengan yaitu:
memprioritaskan kriteria Pengoperasian Alat, 1.Untuk lebih mudah dalam hal penerapan
maka alternatif yang terpilih adalah tetap metode Analytical Hierarchy Process,
Hydraulic Pile Driving. skala penilaian sebaiknya dinilai bersama-
sama oleh pihak pengambil keputusan
BAB V dalam suatu rapat koordinasi.
KESIMPULAN 2.Metode ini sebaiknya digunakan apabila
responden merupakan orang-orang yang
5.1 Kesimpulan ahli dibidangnya sehingga tidak
Berdasarkan hasil pengumpulan dan menghasilkan penilaian yang salah.
analisa data maka dapat diambil kesimpulan 3.Pengambil keputusan sebaiknya
sebagai berikut: didampingi dan dipandu dalam mengisi
1.Model pengambilan keputusan pemilihan penilaian pada kuisioner, untuk
alternatif alat pancang pada Proyek menghindari terjadinya kesalahan presepsi
Apartemen Gunawangsa pada Tugas pengambil keputusan terhadap kuesioner
Akhir ini dibuat dengan cara Wawancara yang dibuat.
dan Studi literatur. Dimana tingkat paling
atas adalah tujuan dari model keputusan
yaitu memilih alternatif alat pancang.
Tingkat selanjutnya adalah kriteria-kriteria
yang mempengaruhi pemilihan alternatif
antara lain: kriteria Daya Dukung Tiang,
kriteria Lingkungan, kriteria Biaya dan
kriteria Pengoperasian Alat. Dan tingkat
paling bawah adalah alternatif alat
pancang yang dapat digunakan pada
Proyek Apartemen Gunawangsa antara
lain: Hydraulic Pile Driving, Hydraulic
Hammer, Diesel Hammer, dan Diffrential
Acting Steam Hammer.
35