4.1. Pendahuluan
Elevasi muka air merupakan parameter sangat penting pada perencanaan
bangunan pantai. Muka air laut berfluktuasi dengan periode yang lebih
besar dari periode gelombang angin. Seperti dijelaskan pada bab II,
bahwa gelombang terjadi pada permukaan laut referensi yaitu muka air
diam (stil water level, SWL).
Beberapa proses alam terjadi dalam waktu yang bersamaan membentuk
variasi muka air laut dengan priode panjang, meliputi : tsunami,
gelombang badai (storm surge), kenaikan muka air oleh gelombang (wave
set-up), kenaikan muka air oleh perubahan suhu global dan pasang surut.
Di antara beberapa proses tersebut fluktuasi muka air oleh badai dan
tsunami (gempa) tidak dapat diprediksi kapan terjadi, sedangkan pasang
surut mudah diprediksi dan diukur baik besar maupun waktu terjadinya.
Fluktuasi muka air laut oleh tsunami, pasang surut dan gelombang badai
adalah periodik dengan periode berbeda mulai dari beberapa menit
(tsunami), setengah atau satu hari (pasang surut), beberapa hari
(gelombang badai). Sedangkan kenaikan muka air laut oleh perubahan
suhu global bertambah seiring bertambahan waktu.
4.2.Tsunami
Tsunami adalah gelombang yang terjadi karena gempa bumi atau letusan
gunung api di dasar laut. Gelombang yang terjadi bervariasi antara 0,5 m
sampai 30 m, dengan periode antara beberapa menit s/d satu jam.
Jika gelombang (angin) hanya menggerakkan air laut bagian atas, maka
tsunami seluruh kolom air dari permukaan sampai dasar bergerak dalam
segala arah. Cepat rambat gelombang tsunami tergantung pada kedalaman
laut. Semakin besar kedalaman semakin besar kecepatan rambatnya. Pada
kedalaman 5000 m cepat rambat tsunami mencapai 230 m/d (sekitar 830
km/jam), pada kedalaman 4000 m sebesar 200 m/d dan pada kedalaman
40 m cepat rambatnya 20 m/d. Panjang gelombang tsunami yang berurutan
bisa mencapai 200 km. Di lokasi pembentukan tsunami (daerah episentrum
gempa) tinggi gelombang tsunami diperkirakan antara 1,0 m dan 2,0 m.
Selama penjalarannya menuju pantai, tinggi gelombang menjadi semakin
besar karena pengaruh perubahan kedalaman laut. Setelah sampai di
pantai gelombang naik (run-up) ke daratan dengan kecepatan tinggi yang
bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai. Kembalinya air ke laut
setelah mencapai puncak gelombang (run-down) bisa menyeret segala
sesuatu kembali ke laut. Gelombang tsunami dapat menimbulkan bencana di
daerah yang sangat jauh dari pusat terbentuknya.
Pencatatan gelombang tsunami di Indonesia belum banyak dilakukan,
sementara di Jepang yang sering mengalami serangan tsunami telah
banyak melakukan penelitian dan pencatatan gelombang tsunami.
Telah dikembangkan suatu hubungan antara tinggi gelombang tsunami
dan besaran tsunami. Besaran tsunami bervariasi mulai dari m = -2,0
yang memberikan tinggi gelombang kurang dari 0,3 m sampai m = 5
untuk gelombang lebih besar dari 32 m (Tabel 4-1.)
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tsunami al :
1. Kedalaman pusat gempa (episentrum) di bawah dasar laut h (km).
2. Kekuatan gempa M yang dinyatakan dalam skala Richter.
3. Kedalaman air di atas episentrum d (m)
Gelombang tsunami mempunyai hubungan erat dengan kekuatan gempa
dan kedalaman pusat gempa. Gambar 4.2. menunjukkan hubungan
antara kekuatan gempa M dan kedalaman gempa terhadap
kemungkinan terjadinya tsunani. Pada daerah di sebelah kiri garis A
gempa yang terjadi tidak menimbulkan tsunami. Sedang daerah di
sebelah kanan garis A dan B dapat menimbulkan tsunami.
Besaran tsunami (m) berkaitan erat dengan kekuatan gempa M seperti
diberikan dalam Gambar 4.3. Garis sebelah kanan adalah garis yang
dikembangkan di Jepang berdasarkan pencatatan tsunami yang cukup
banyak. Sedangkan garis sebelah kiri adalah perkiraan dari hubungan
antara kedua parameter untuk tsunami di Indonesia, berdasarkan data
yang terbatas. Kedua garis tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan berikut ini.
Nilai m yang diperoleh dari grafik atau persamaan tersebut dapat
digunakan dalam memperkirakan tinggi gelombang tsunami, (Tabel 4.1.)
Besaran tsunami m juga tergantung pada kedalanan laut (d) di lokasi
terbentuknya gempa. Terdapat hubungan empiris antara kedua
parameter yang diberikan oleh persamaan berikut :
Periode gelombang tsunami tergantung pada kekuatan gempa seperti
diberikan dalam Gambar 4.4.
Najoan,T. F. (1995) membagi kepulauan Indonesia dalam empat zona
rawan tsunami (Gambar 4.5). Daerah pantai yang rawan tsunami (zona 1,
2 dan 3) dengan daya hancur dari kecil sampai sangat besar.
Pengalaman bencana tsunami di Indonesia, upaya penanggulangan
terutana diarahkan untuk menekan jumlah korban jiwa.
Beberapa langkah penanggulangan sebagai berikut ini :
1. Daerah sempadan pantai harus cukup lebar dan ditanami tanaman
keras.
2. Daerah pemukiman ditempatkan di lokasi yang aman berdasar tinggi
gelombang tsunami dan topografi daerah.
3. Dibuat bangunan pelindung berupa tangggul di sepanjang pantai.
4. Fasilitas pelabuhan sebaiknya dipisahkan dari pemukiman, untuk
mencegah benda-benda terapung seperti perahu, drum dan benda
lainnya dapat menjadi tenaga penghantam bila terjadi tsunami.
Daya hancur tsunami besar sampai
sangat besar tinggi rayapan 3,00 – 4,00 m
dengan:
Sb = set-down di daerah gelombang pecah
T = periode gelombang
,H’o = tinqgi gelombang laut dalam ekivalen
Db = kedalaman gelombang pecah
G = percepatan gravitasi
Wave set-up dipantai diberikan oleh bentuk berikut :
Sw = ∆S - Sb (4.5)
Longuet-Higgins dan Stewart melakukan analisa data hasil percobaan
yang dilakukan oleh Saville (1961, dalam SPM, 1984) dan hasilnya
adalah ∆S = 0,15 db. Dengan menganggap bahwa db = 1,28 Hb maka :
∆S = 0,15 db (4.6)
Substitusi persamaan (4.4) dan (4.6) ke dalam persamaan (4.5) didapat :
Hb
Sw 0,19 1 2,82 Hb (4.7)
gT 2
Contoh 2
Gelombang terjadi di laut dengan kedalaman 6 m, tinggi 3 m dan
periode 10 detik. Gelombang tersebut datang dalam arah tegak lurus
pantai yang mempunyai kontur dasar laut sejajar dan kemiringan
dasar laut m = 0,05. Hitung set-up gelombang terhadap muka air
diam.
Penyelesaian :
Lo = 1,56 T² = 1,56 10² = 156 m
d 6
0,0385
Lo 156
Dari Tabel L-1 didapat :
H
'
1,072 H ' 0 2,8 m
Ho
Kedalaman gelombang pecah dicari dengan Gambar 3.13 dan 3.14.
H '0 2,8
0,0029
gT 2 9,81x10 2