PENDAHULUAN
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer dan saluran sekunder, maka
akan dibuat bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan
teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir keberbagai saluran. Salah satu
dari pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu mengatur muka air. Sedangkan
pinru pitu sadap lainnya mengukur debit. Jadi bangunan bagi adalah bangunan
pada saluran induk sekunder yang berfungsi untuk mengkur air yang mengalir ke
berbagai saluran.
Bangunan sadap adalah bangunan pada saluran induk/sekunder yang
mengatur pembagian air dari saluran sekunder/primer ke saluran tersier.
Bangunan bagi sadap adalah bangunan pada saluran induk/ primer yang
mengatur pemberian air ke saluran sekunder dan tersier, Di mana alat ukurnya
umumnya pintu sorong dan romijn.
Syarat bangunan bagi sadap :
1) Setiap cabang hanya membagi air kepada satu petak saja, apakah petak
sekunder atau petak tersier.
2) Setiap cabang dilengkapi dengan pintu – pintu pengatur aliran terutama
untuk pintu ke tersier. Di mana alat ukur harus seteliti mungkin.
3) Untuk bagian persawahan tidak dibuat pada tanah timbunan.
Tipe mana yang akan dipilih tergantung pada ukuran saluran sekunder
yang akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diizinkan.
Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga
debit 2 m3/dt, dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn dipasang
bersebelahan. Untuk debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong
yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang
lebar.
Bila tersedia kehialngan tinggi energi yang memadai, maka alat ukur
Crum-de Gruyter merupakan bangunan yang bagus. Bangunan uini dapat
direncana dengan bangunan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit
sampai sebesar 0,90 m3/det setiap pintu.
Bangunan sadap tersier akan member air kepada petak – petak tersier.
Kapasitas bangunan sadap ini berkisar antara 50 lt/dt sampai 250 l/dt.
Bangunan sadapa yang paling cocok adalah alat ukur Romyn, jika muka air
hulu diatur dengan bangunan pengatur dan jika kehilangan tinggi energi
merupakan masalah.
Bila kehilangan tinggi energi tidak menjadi begitu masalah dan muka air
banyak mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat ukur Crum-de Gruyter.
Harga antara debit Qmax/Qmin untuk alat ukur Crum-de Gruyter lebih cocok
karena elevasi pengambilannya lebih rendah dari pada elevasi pengambilan
pintu Romyn.
Sebagai aturan umum, pemakaian beberapa tipe bangunan sadap tersier
sekaligus di suatu daerah irigasi tidak disarankan. Penggunaan satu tipe
bangunan akan lebih mempermudah eksploitasi.
Untuk bangunan sadapa tersier yang mengambil air dari saluran primer
yang besar, di mana pembuatan bangunan pengatur akan sangat mahal dan
muka air diperlukan dipetak tersier rendah dibandingkan elevasi air selama
debit rendah disaluran, akan menguntungkan untuk memakai bangunan pipa
sadap sederhana dengan pintu sorong sebagai bangunan penutup. Debit
maksimum melalui pipa sebaiknya didasarkan pada permuakaan air rencana
di saluran primer dan petak tersier.
Hal ini berarti bahwa walaupun mungkin debit terbatas sekali, petak
tersier tetap bias dialiri bila tersedia air disaluran primer pada elevasi yang
cukup tinggi untuk mengairi petak tersebut.
ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada sekarang, maka bangunan ini
bias mempunyai bentuk yang berbeda-beda, sementara debitnya tetap serupa.
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi
empat adalah :
2 2
Q=Cd .Cv . .
3 3 √
. g . bc . h 11,5
Di mana :
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit
Cd adalah 0,93+0,10.H1/L. for 0,1<H1/L<1,0
H1 adalah tingkat energi hulu, m
L adalah panjang mercu, m
Cv = koefisien kecepatan dating
g = percepatan grafitasi, m/dt2 (9,8)
bc = lebar mercu, m
h1 = kedalaman air huli terhadap ambang bangunan ukur, m
Harga koefisien kecepatan dating dapat dicari dari gambar 2.3.
Kelebihan – kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar :
Perencana Hidrolis
Dilihat dari segi hidrolis, pintu Romyn dengan mercu horizontal dan
peralihan pejempitan lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur
ambang lebar.
Formula :
2 2
Q=Cd .Cv . .
3 3 √
. g . bc . h 11,5
Di mana :
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit
g = percepatan grafitasi, m/dt2 (9,8)
bc = lebar meja, m
h1 = tingkat energi di atas meja, m
di mana koefisien debit sama dengan
Cd = 0,93+0,10.H1/L
H1 = h1+V12/2g
Di mana :
H1 = tingkat energi diatas meja, m
V1 = kecepatan dihulu alat ukur, m/dt
Koefisien kecepatan Cv dipakai untuk mengoreksi penggunaan h1
dan bukan H1 di dalam persamaan tinggi energi debit.
Untuk pengukuran debit secara sederhana, ada tiga papan duga yang
harus dipasang, yaitu :
Perencanaan Hidrolis
Persamaan debit untuk alat ukur Cipoletti adalah :
2
Q=Cd .Cv . . √ 2 g . b . h11,5
3
Di mana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (=0,63)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
b = lebar mercu, m
h1 = tinggi energi hulu, m
Penggunaan
Alat ukur Cipoletti yang dikombinasi dengan pintu sorong sering
dipakai sebagai bangunan sadap tersier. Karena jarak antara pintu dan
bangunan ukur jauh, eksploitasi pintu rumit. Oleh karena itu, lebih
dianjurkan untuk memakai bangunan kombinasi. Pemakaian alat ukur ini
tidak lagi dianjurkan, kecuali dilingkungan laboratorium.
Ada empat jenis bangunan pengatur tinggi muka air yang sering
dipergunakan, yaitu :
Dalam hal ini akan dibahas pintu skot balok sebagai bangunan pengukur
tinggi muka air. Dilihat dari segi konstruksi, pintu skot balok merupakan
peralatan yang sederhana. Balok – balok profil segi empat itu ditempatkan tegak
lurus terhadap potongan seegi empat saluran. Balok-balok tersebut disangga di
dalam sponeng/ alur yang lebih lebar 0,03 m sampai 0,05 m dari tebal balok-
balok itu sendiri. Dalam bangunan-bangunan saluran irigasi, dengan bukaan
pengontrol 2,0 m atau lebih kecil lagi.
Perencanaan Hidrolis
Aliran pada skot balok dapat diperkirakan dengan menggunakan
persamaan tinggi debit berikut:
2 2
Q=Cd .Cv . .
3 3 √
. g b . h 11,5
Di mana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
b = lebar normal, m
h1 = kedalaman air di atas skot balok, m
Koefisien debit Cd untuk potongan segi empat dengan tepi hulu yang
tajamnya 90 derajat, sudah diketahui untuk nilai banding H1/L kurang dari 1,5
(lihat lampiran).
Untuk harga-harga H1/L yang lebih tinggi, pancaran air yang melimpah
bias sama sekali terpisah dari mercu skot balok. Bila H1/L menjadi lebih besar
dari sekitar 1,5, maka alirannya menjadi tidak mantapa dan sangat sensitive
terhadap “ketajaman” tepi skot balok bagian hulu. Juga besarnya airasi dalam
kantong udara bagian bawah pancaran, dan tenggelemnya pancaran sangat
mempengaruhu debit pada skot balok.
Karena kecepatan datang yang menuju ke pelimpah skot balok biasanya
rendah, h1/(h1 + p1)<0,35, kesalahan yang timbul akibat tidak memperhatikan
harga tinggi kecepatan rendah berkenaan dengan kesalahan dalam Cd. Dengan
menggunakan perasamaan debit tinggi debit diatas dikombinasi dengan pintu
bawah aliran pada skot balok dapat diperkirakan denagn baik.
Pada saluran yang lebar (lebih dari 2 m) mungkin akan menguntungkan
untuk mengombinasikan beberapa tipe bangunan pengatur air, misalnya :
Di mana :
∆Hmasuk, keluar = kehilangan energi yang bergantung kepada bentuk
hidrolis peralihan keluar. (dapat dilihat pada
lampiran)
Va = kecepatan rata – rata yan dipercepat dalam bangunan
pembawa, m/dt
V1,V2 = kecepatan rata – rata di saluran hulu(V1) atau
saluran hilir (V2) m/dt.
V a2 . L 2. g . l V 2
∆ Hf = 2 = .
C . R C2 . R 2. g
Bahan K (m1/3/dt)
Baja beton 76
Beton, bentuk kayu tidak selesai 70
Baja 80
Pasangan batu 60
Tinggi jangan didasarkan pada debit, kecepatan dan factor- factor lain,
harga tinggi dapat diambil dari tabel di bawah ini :
Perhitungan debit / besar debit pada talang dapat dipakai rumus hidrolis,
sebagai berikut :
Q = n. b. ht. √ 2. g . ¿ ¿
Di mana:
n = kehilangan nergi akibat kontraksi aliran (0,85)
b = lebar talang, m
H1 = tinggi kehilangan energi di udik talang, m
Ht = tinggi energi pada talang, m
g = percepatan gravitasi. M/dt2
Q = debit, m3/dt
Perhitungan pada talang dan flum didasarkan pada data-data saluran di
udik talang.
2. Bangunan terjun
Bangunan terjun atau got miring diprlukan jika kemiringan
permukaan tanah lebih curam dari pada kemiringan maksimum yang
diizinkan. Bangunan terjun ini mempunyai empat bagian fungsional,
yaitu :
M.A.N