Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Perhitungan Bangunan Bagi Dan Bangunan Sadap

Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer dan saluran sekunder, maka
akan dibuat bangunan bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan
teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir keberbagai saluran. Salah satu
dari pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu mengatur muka air. Sedangkan
pinru pitu sadap lainnya mengukur debit. Jadi bangunan bagi adalah bangunan
pada saluran induk sekunder yang berfungsi untuk mengkur air yang mengalir ke
berbagai saluran.
Bangunan sadap adalah bangunan pada saluran induk/sekunder yang
mengatur pembagian air dari saluran sekunder/primer ke saluran tersier.
Bangunan bagi sadap adalah bangunan pada saluran induk/ primer yang
mengatur pemberian air ke saluran sekunder dan tersier, Di mana alat ukurnya
umumnya pintu sorong dan romijn.
Syarat bangunan bagi sadap :

1) Setiap cabang hanya membagi air kepada satu petak saja, apakah petak
sekunder atau petak tersier.
2) Setiap cabang dilengkapi dengan pintu – pintu pengatur aliran terutama
untuk pintu ke tersier. Di mana alat ukur harus seteliti mungkin.
3) Untuk bagian persawahan tidak dibuat pada tanah timbunan.

Bangunan sadap terbagi atas dua bagian yaitu :

1. Bangunan Sadap Sekunder

Bangunan sadap sekunder akan member air ke saluran sekunder oleh


sebab itu, melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas bangunan –
bangunan sadap ini lebih dari sekitar 0,250 m3/dt.
Ada tiga tipe bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap
sekunder,yakni :

- Alat ukur Romijn


- Alat ukur Crump-de Gruyter
- Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar.

Tipe mana yang akan dipilih tergantung pada ukuran saluran sekunder
yang akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diizinkan.
Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga
debit 2 m3/dt, dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn dipasang
bersebelahan. Untuk debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong
yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang
lebar.
Bila tersedia kehialngan tinggi energi yang memadai, maka alat ukur
Crum-de Gruyter merupakan bangunan yang bagus. Bangunan uini dapat
direncana dengan bangunan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit
sampai sebesar 0,90 m3/det setiap pintu.

2. Bangunan Sadap Tersier

Bangunan sadap tersier akan member air kepada petak – petak tersier.
Kapasitas bangunan sadap ini berkisar antara 50 lt/dt sampai 250 l/dt.
Bangunan sadapa yang paling cocok adalah alat ukur Romyn, jika muka air
hulu diatur dengan bangunan pengatur dan jika kehilangan tinggi energi
merupakan masalah.
Bila kehilangan tinggi energi tidak menjadi begitu masalah dan muka air
banyak mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat ukur Crum-de Gruyter.
Harga antara debit Qmax/Qmin untuk alat ukur Crum-de Gruyter lebih cocok
karena elevasi pengambilannya lebih rendah dari pada elevasi pengambilan
pintu Romyn.
Sebagai aturan umum, pemakaian beberapa tipe bangunan sadap tersier
sekaligus di suatu daerah irigasi tidak disarankan. Penggunaan satu tipe
bangunan akan lebih mempermudah eksploitasi.
Untuk bangunan sadapa tersier yang mengambil air dari saluran primer
yang besar, di mana pembuatan bangunan pengatur akan sangat mahal dan
muka air diperlukan dipetak tersier rendah dibandingkan elevasi air selama
debit rendah disaluran, akan menguntungkan untuk memakai bangunan pipa
sadap sederhana dengan pintu sorong sebagai bangunan penutup. Debit
maksimum melalui pipa sebaiknya didasarkan pada permuakaan air rencana
di saluran primer dan petak tersier.
Hal ini berarti bahwa walaupun mungkin debit terbatas sekali, petak
tersier tetap bias dialiri bila tersedia air disaluran primer pada elevasi yang
cukup tinggi untuk mengairi petak tersebut.

1.2. Bangunan Pengukur Debit

Bangunan – bangunan pengukur debit yang dianjurkan adalah sebagai berikut :


1. Alat ukur Ambang Lebar
Bangunan ukur ambang lebar dianjurkan karenan bangunan itu kokoh
dan mudah dibuat, karenan bias mempunyai entuk mercu, bangunan ini
mudah disesuaikan dengan tipe saluran apa saja. Hubungan tunggal antara
muka air hulu dan debit mempermudah pembacaan debit secara langsung dari
papan duga, tanpa memerlukan tabel debit. Alat ukur ambang lebar adalah
bangunan aliran atas (overflow), untuk ini tinggi energi hulu lebih kecil
daripanjang mercu. Karena pola aliran di atas alat ukur ambang lebar dapat

ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada sekarang, maka bangunan ini
bias mempunyai bentuk yang berbeda-beda, sementara debitnya tetap serupa.
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi
empat adalah :
2 2
Q=Cd .Cv . .
3 3 √
. g . bc . h 11,5

Di mana :
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit
Cd adalah 0,93+0,10.H1/L. for 0,1<H1/L<1,0
H1 adalah tingkat energi hulu, m
L adalah panjang mercu, m
Cv = koefisien kecepatan dating
g = percepatan grafitasi, m/dt2 (9,8)
bc = lebar mercu, m
h1 = kedalaman air huli terhadap ambang bangunan ukur, m
Harga koefisien kecepatan dating dapat dicari dari gambar 2.3.
Kelebihan – kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar :

- Bentuk hidrolis luwes dan sederhana


- Konstruksi kuat, sederhanan dan tidak mahal
- Benda – bena hanyut dapat dilewatkan dengan mudah
- Eksploitasi mudah.

Kelemahan – kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang lebar :

- Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangnan npengukur saja


- Agar pengkuran teliti, aliran tidak boleh tenggelam.

2. Alat Ukur Romijn


Pintu Romyn adalah alat ukur ambang lebar yang biasa digerakkan
untuk mengatur dan mengukur debit di dalam jaringan saluran irigasi. Agar
dapat bergerak mercunya dibuat dari pelat baja dan dipasang di atas pintu
sorong, pintu sorong dihubungkan dengan alat pengangkat.
Tipe-tipe alat ukur Romyn
Sejak pengenalannya pada tahun 1932, pintu Romyn telah dibuat
dengan tiga bentuk mercu, yaitu :

1) Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan


penyempitan hulu
2) Bentuk mercu miring keatas dan lingkaran tunggal sebagai peralihan
penyempitan.
3)
4) Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan
penyempitan. Ini adalah kombinasi yang bagus antara dimenis hidrolis
yang benar dengan perencanaan konstruksi. Jika dilaksanakan pintu
Romyn, maka sangat dianjurkan menggunakan bentuk mercu ini.

Perencana Hidrolis
Dilihat dari segi hidrolis, pintu Romyn dengan mercu horizontal dan
peralihan pejempitan lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur
ambang lebar.
Formula :
2 2
Q=Cd .Cv . .
3 3 √
. g . bc . h 11,5

Di mana :
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit
g = percepatan grafitasi, m/dt2 (9,8)
bc = lebar meja, m
h1 = tingkat energi di atas meja, m
di mana koefisien debit sama dengan
Cd = 0,93+0,10.H1/L
H1 = h1+V12/2g
Di mana :
H1 = tingkat energi diatas meja, m
V1 = kecepatan dihulu alat ukur, m/dt
Koefisien kecepatan Cv dipakai untuk mengoreksi penggunaan h1
dan bukan H1 di dalam persamaan tinggi energi debit.

Dimensi dan tabel debit standar


Lebar untuk alat ukur Romyn adalah 0,50, 0,75, 1,00, 1,25 dan 1,50
m. untuk harga – harga lebar standar ini semua pintu kecuali satu tipe,
mempunyai panjang 0,50 untuk mercu horizontal dan jari-jari 0,10 m untuk
meja berujung bulat. Satu pintu lagi ditambahkan agar sesuai dengan
bangunan sadap tersier yang debitnya kurang dari 160 lt/dt. Lebar pintu dari
0,50 m, tetapi mercu horisontalnya 0,33 m dan jari-jari 0,07m untuk ujung
meja.
Kehilangan tinggi energi ∆H yang diperlukan di atas alat ukur yang
bias digerakkan diberikan dibagian bawah tabel A.25, lampiran 2. Harga-
harga ini dapat dipakai bila alat ukur mempunyai saluran hilir segi empat
dengan potongan pendek, jika dipakai saluran hilir maka kehilangan tinggi
energi sebaiknya di ambil 0,40. H maks.
Harga – harga besaran debit yang dianjurkan untuk standar alat ukur
romyn diberikan pada tabel di bawah ini :
Kutipan tabel 24. KP 04. Untuk besaran debit yang dianjurkan

Lebar, m Hmaks, m Besar debit, m3/dt

0,50 0,33 0 0,160

0,50 0,50 0,030 0,300

0,75 0,50 0,040 0,450

1,00 0,50 0,050 0,600


1,25 0,50 0,075 0,750

1,50 0,50 0,080 0,900

Untuk pengukuran debit secara sederhana, ada tiga papan duga yang
harus dipasang, yaitu :

- Papan duga di saluran


- Skala sentimeter yang dipasang pada kerangka bangunan
- Skala liter yang ikut bergerak dengan meja pintu Romyn .

Kelebihan kelebihan yang dimiliki alat ukur Romyn :

- Bangunan itu bias mengukur dan mengatur sekaligus


- Dapat membilas endapan sedimen halus
- Kehilangan tinggi energi relative kecil
- Ketelitian baik
- Eksploitasi mudah

Kekurangan – kekurangan yang dimiliki alat ukur Romyn :

- Pembuatan rumit dan mahal


- Bangunan itu membutuhkan muka air yang tinggi di saluran
- Biaya pemeliharaan bangunan relative mahal
- Bangunan itu dapat disalahgunakan dengan jalan membuka pintu bawah
- Bangunan itu peka terhadap fluktuasi muka air di saluran pengarah

Penggunaan alat ukur Romyn :


Alat ukur Romyn adalah bangunan pengukur dan pengatur serba bias
yang dipakai di Indonesia sebagai bangunan sadap tersier. Untuk tipe
standar paling kecil ( lebar = 0,50m) adalah yang paling cocok. Tetapi, alat
ukur Romyn dapat juga dipakai sebagai bangunan sekunder. Eksploitasi
bangunan itu sangat sederhana dan dilengkapi pintu bawah.

3. Alat Ukur Crump-de Gruyter


Alat ukur Crump-de Gruyter yang dapat disetel adalah saluran ukur
leher panjang yang dipasangi pintu gerak yang searah aliran (streamline).
Pintu ini merupakan modifikasi/peneyempurnaan modul proporsi yang
dapat disetel (adjustable proportional module) yang diperkenalkan oleh
Crump pada tahun 1922, de Gruyter (1926) menyempurnakan trase flume
tersebut dan mengganti “blok – atap” seperti yang direncanakan oleh Crump
dengan pintu sorong yang disetel. Bangunan yang dihasilkan dapat dipakai
baik untuk mengukur maupun mengatur debit.
Perencanaan Hidrolis
Rumus debit untuk alat ukur Crump-de Gruyter adalah :
Q=Cd .b . w . √ 2 g .(h1−w)
Di mana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (=0,94)
b = lebar bukaan, m
w = bukaan pintu, m (w 0,63.h1)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
h1 = tinggi air diatas ambang, m
Untuk lebih jelasnya, penjelasan alat ukur ini dapat dilihat pada KP.04,
pasal 2,4. Hal 23.
Kelebihan – kelebihan alat ukur Crump-de Gruyter, adalah sebagai berikut :

- Bangunan ini dapat mengukur dan mengatur sekaligus


- Bangunan ini tidak mempunyai masalah dengan sedimen
- Eksploitasi mudah dan pengukuran teliti
- Bangunan kuat

Kelemahan – kelemahan yang dimiliki alat ukur Crump-de Gruyter adalah


sebagai berikut :

- Pembuatannya rumit dan mahal


- Biaya pemeliharaan mahal
- Kehilangan tinggi energi besar
- Bangunan ini mempunyai masalah dengan benda-benda hanyut.

4. Pipa Sadap Sederhana


Pipa sadap sederhana berupa sebuah pipa dengan diameter standar
0,15, 0,20, 0,25, 0,30, 0,40 0,50, atau 0,60 m. yang biasa ditutupi dengan
pintu sorong. Aliran melalui bangunan ini tidak dapat diukur tapi dibatasi
sampai debit maksimu, yang bergantung kepada diameter pipa dan benda
tinggi energi. Untuk bangunan –bangunan yang mengalirkan air kesaluran
tanpa pasangan, kecepatan maksimum di dalam pipa dibatasi sampai 1 m/dt.
Jika bangunan itu mengalirkan air kepasangan kecepatan maksimumya
mungkin sampai 1,5 m/dt.

5. Alat ukur Cipoletti


Alat ukur Cipoletti merupakan penyempurnaan alat ukur ambang
tajam yang dikontraksi sepenuhnya. Alat ukur Cipoletti memiliki potongan
pengontrol trapezium, mercunya horizontal dan miring kesamping dengan
kemiringan 1 vertikal banding ¼ horizontal (1 : ¼).

Perencanaan Hidrolis
Persamaan debit untuk alat ukur Cipoletti adalah :
2
Q=Cd .Cv . . √ 2 g . b . h11,5
3
Di mana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (=0,63)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
b = lebar mercu, m
h1 = tinggi energi hulu, m
Penggunaan
Alat ukur Cipoletti yang dikombinasi dengan pintu sorong sering
dipakai sebagai bangunan sadap tersier. Karena jarak antara pintu dan
bangunan ukur jauh, eksploitasi pintu rumit. Oleh karena itu, lebih
dianjurkan untuk memakai bangunan kombinasi. Pemakaian alat ukur ini
tidak lagi dianjurkan, kecuali dilingkungan laboratorium.

6. Alat Ukur Parshall


Alat ukur Parshall adalah alt ukur yang sudah diuji secara laboratories
untuk mengukur aliran dalam saluran terbuka. Bangunan ini terdiri dari
sebuah peralihan penyempitan dengan lantai datar, leher dengan lantai
miring ke bawah, dan peralihan pelebaran dengan lantai miring ke atas.
Karena lereng – lereng lantai yang tidak konvensional ini, aliran tidak
diukur dan diatur di dalam leher, melainkan di dekat ujung lantai datar
peralihat penyempitan. Dengan adanya lengkung garis aliran tiga-dimensi
pada bagian pengontrol ini, belum ada teori hidrolika untuk menerangkan
aliran melalui alat ukur Parshall. Tabel debit hanya dapat diperoleh melalui
pengujian di laboratorium.
Alat ukur ini merupakan bangunan pengukur yang teliti dab handal
serta mempunyai kelebihan – kelebihan lain dibanding alat ukur yang
lainnya. Tetapi biaya pelaksanaan mahal dibanding alat ukur lainnya.
Alat ukur ini tidak dapat dikombinasi dengan baik dengan bangunan –
bangunan sadap karena aliran masuk harus seragam dan permukaan air
relative tenang.
Karena diperlukan banyak waktu untuk menangani dua tinggi energi/
head yang menyebabkan pengukuran menjadi tidak teliti sehingga untuk
merencana alat ukur ini tidak dianjurkan.

7. Alat Ukur Orifis Dengan Tinggi Energi Tetap (CHO)


Alat Ukur Orifis Dengan Tinggi Energi Tetap (CHO=Constant Head
Orifice) dalah kombinasi pintu pengukur dan pengatur dalam satu
bangunan. CHO dikembangkan oleh U.S. Bereau of Reclamation, dan
disebut demikian karena eksploitasinya didasarkan pada penyetelan dan
mempertahankan beda tinggi energi ( biasanya ∆h = 0,06 m untuk Q < 0,6
m3 , dt) di seberang bukaan pintu bukaan orifis hulu dengan cara
menyesuaikan pintu pengatur sebelah hilir.
Perencanaan Hidrolis
Untuk menyetel besar lairan tertentu bukaan pintu orifis A = b.w yang
diperlukan untuk mengalirkan air tersebut ditentukan dari rumus berikut :
Q=C . A . √ 2 g . ∆ h
Di mana :
Q = debit, m3/dt
C = koefisien debit (= 0,66)
A = luas bukaan pintu, m2 ( = bc.w)
w = tinggi bukaan pintu, m
bc = lebar pintu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
∆h = kehilangan tinggi energi di atas pintu, m (0,06 m atau 0,12 m)
Subtitusi harga Cd = 0,66 m dan g = 9,8 m/dt 2 ke dalam persamaan di atas
menghasilkan :
Q=0,716.bc . w
Penggunaan
CHO adalah bangunan sadap tersier. Eksploitasi dan fungsi bangunan
ini rumit dan penggunaanya di Indonesia tidak dilanjutkan.
1.3. Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air

Ada empat jenis bangunan pengatur tinggi muka air yang sering
dipergunakan, yaitu :

- Pintu Skot balok


- Pintu sorong
- Mercu tetap dan
- Kontrol celah trapezium.

Dalam hal ini akan dibahas pintu skot balok sebagai bangunan pengukur
tinggi muka air. Dilihat dari segi konstruksi, pintu skot balok merupakan
peralatan yang sederhana. Balok – balok profil segi empat itu ditempatkan tegak
lurus terhadap potongan seegi empat saluran. Balok-balok tersebut disangga di
dalam sponeng/ alur yang lebih lebar 0,03 m sampai 0,05 m dari tebal balok-
balok itu sendiri. Dalam bangunan-bangunan saluran irigasi, dengan bukaan
pengontrol 2,0 m atau lebih kecil lagi.
Perencanaan Hidrolis
Aliran pada skot balok dapat diperkirakan dengan menggunakan
persamaan tinggi debit berikut:
2 2
Q=Cd .Cv . .
3 3 √
. g b . h 11,5

Di mana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
b = lebar normal, m
h1 = kedalaman air di atas skot balok, m
Koefisien debit Cd untuk potongan segi empat dengan tepi hulu yang
tajamnya 90 derajat, sudah diketahui untuk nilai banding H1/L kurang dari 1,5
(lihat lampiran).
Untuk harga-harga H1/L yang lebih tinggi, pancaran air yang melimpah
bias sama sekali terpisah dari mercu skot balok. Bila H1/L menjadi lebih besar
dari sekitar 1,5, maka alirannya menjadi tidak mantapa dan sangat sensitive
terhadap “ketajaman” tepi skot balok bagian hulu. Juga besarnya airasi dalam
kantong udara bagian bawah pancaran, dan tenggelemnya pancaran sangat
mempengaruhu debit pada skot balok.
Karena kecepatan datang yang menuju ke pelimpah skot balok biasanya
rendah, h1/(h1 + p1)<0,35, kesalahan yang timbul akibat tidak memperhatikan
harga tinggi kecepatan rendah berkenaan dengan kesalahan dalam Cd. Dengan
menggunakan perasamaan debit tinggi debit diatas dikombinasi dengan pintu
bawah aliran pada skot balok dapat diperkirakan denagn baik.
Pada saluran yang lebar (lebih dari 2 m) mungkin akan menguntungkan
untuk mengombinasikan beberapa tipe bangunan pengatur air, misalnya :

- Skot balok dengan pintu bawah


- Mercu tetap dengan pintu bawah
- Mercu tetap dengan skot balok

Kelebihan – kelebihan yang dimliki pintu skot balok :

- Konstruksi ini sederhana dan kuat


- Biaya pelaksanaan kecil

Kelemahan – kelemahan yang dimiliki pintu skot balok :

- Pemasangan dan pemindahan balok memerlukan sedikit-sedikinya dua


orang dan banyak menghabiskan waktu.
- Tinggi muka air dapat diaturselangkah demi selangkah saja, setip langkah
sama dengan tinggi sebuah balok.
- Ada kemungkinan dicuri orang
- Skot balok dapat dioperasikan oleh orang yang tidak berwenang.
- Karasteristik tinggi debit pada balok belum diketahui secara pasti.
1.4. Bangunan Pembawa

Dalam saluran terbuka, ada berbagai bangunan yang digunakan untuk


membawa air dari satu ruas hulu ke hilir. Bangunan – bangunan ini bisa dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Bangunan – bangunan dengan aliran subkritis adalah :


- Gorong – gorong, yaitu bangunan yang dipakai untuk membawa aliran
air ( saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya
(biasanya saluran, bawah jalan, atau jalan kereta api.
- Flum dan talang adalah saluran – saluran buatan yang dibuat dari
pasangan , beton, baja atau kayu. Di dalamnya air mengalir dengan
permukaan bebas, dibuat melintas lembah, sauran pembuang, saluran
irigasi, sungai, jalan atau rel kereta api, atau di sepanjang lereng bukit
dan sebagainya.
- Sipon adalah bangunan yang membawa air melewati bawah aluran lain
(biasanya pembuang) ayau jalan. Pada sipon air mengalir karena tekanan.
2. Bangunan – bangunan dengan aliran superkritis adalah :
- Bangunan – bangunan pengukur dan pegatur debit
- Bangunan terjun serta got miring.

Pada pasal ini akan dibahas bangunan pembawa yaitu :


Talang untuk bangunan subkritis dan bangunan terjun untuk aliran superkritis.
1. Medimensi Talang
Kecepatan aliran dan kemiringan energi di bangunan talang agar
tidak menjadi superkritis adalah bangunan Froude aliran yang di percepat
tidak lebih dari 0,5.
Va
Fr= ≤ 0,50 …………………… (pers. 5.1, hal 58 KP. 04)
√ g . A/ B
Di mana :
Fr = bilangan Froude
Va = kecepatan rata-rata dalam bangunan, m/dt (<3 m/dt)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
A = luas aliran ,m2
B = lebar permukaan air terbuka.
Bila kecepatan aliran dapat dihitung dengan rumus Strikler atau Manning.
V = k. R2/3. I1/2 ……………………….. (pers, 3.1. pasal 3.2 hal 15
KP. 03)
Di mana :
V = kecepatan aliran air, m/dt (<2 m/dt)
K = koefisien kekerasan Strikler, m1/3/dt
R = jari-jari hidrolis, m
I = kemiringan saluran energi (Imax = 0,002)
(KP. 04, pasal 5,6.2 hal. 80).
Potongan melintang bangunan talang ditentukan oleh nilai banding
b/h di mana b = lebar bangunan dan h= kedalaman air pada talang. Nilai-
nilai banding berkisar antara 1 s/d 3 yang menghasilkan potongan
melinyang yang lebih ekonomis.
Kehilangan tinggi enrgi pada peralihan dapat ditentukan dengan
rumus BORDA :
∆Hmasuk = εmasuk. ¿ ¿
∆Hkeluar = εkeluar.¿ ¿

Di mana :
∆Hmasuk, keluar = kehilangan energi yang bergantung kepada bentuk
hidrolis peralihan keluar. (dapat dilihat pada
lampiran)
Va = kecepatan rata – rata yan dipercepat dalam bangunan
pembawa, m/dt
V1,V2 = kecepatan rata – rata di saluran hulu(V1) atau
saluran hilir (V2) m/dt.
V a2 . L 2. g . l V 2
∆ Hf = 2 = .
C . R C2 . R 2. g

Kehilangan energi karena gesekan


V a2 . L 2. g . l V 2
∆ Hf = 2 = .
C . R C2 . R 2. g
Di mana :
∆ Hf = kehilangan energi akibat gesekan, m
Va = kecepatan aliran air di dalam bangunan, m/dt
L = panjang bangunan, m
A b.h
R = jari-jari hidrolis, m ( = )
P b+2 h
P = keliling basah, m
C = koefisien shezy (= k.R1/6)
k = koefisien kekerasan Strikler, m1/3/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)

Harga – harga k untuk kekerasan strikler :

Bahan K (m1/3/dt)

Baja beton 76
Beton, bentuk kayu tidak selesai 70
Baja 80
Pasangan batu 60

Tinggi jangan didasarkan pada debit, kecepatan dan factor- factor lain,
harga tinggi dapat diambil dari tabel di bawah ini :

Debit (m3/dt) Tanggul (F) Pasangan (F1)

< 0,5 0,40 0,20


0,5 - 1,5 0,50 0,20
1,5 - 5,0 0,60 0,25
0,50 - 10,0 0,75 0,30
10,0 - 15,0 0,85 0,40
> 15,0 1,00 0,50

Perhitungan debit / besar debit pada talang dapat dipakai rumus hidrolis,
sebagai berikut :
Q = n. b. ht. √ 2. g . ¿ ¿
Di mana:
n = kehilangan nergi akibat kontraksi aliran (0,85)
b = lebar talang, m
H1 = tinggi kehilangan energi di udik talang, m
Ht = tinggi energi pada talang, m
g = percepatan gravitasi. M/dt2
Q = debit, m3/dt
Perhitungan pada talang dan flum didasarkan pada data-data saluran di
udik talang.

2. Bangunan terjun
Bangunan terjun atau got miring diprlukan jika kemiringan
permukaan tanah lebih curam dari pada kemiringan maksimum yang
diizinkan. Bangunan terjun ini mempunyai empat bagian fungsional,
yaitu :

- Bagian pengontrol, berfungsi untuk mencegah penurunan muka air


secara berlebihan di ruas saluran hulu
- Bagian pembawa ke elevasi yang lebih rendah.
- Peredam energi, berfungsi untuk meredam energi yang berlebihan di
ruas saluran hulu.
- Lindungan aliran keluar, berfungsi untuk mencegah kerusakan akibat
gesekan dan erosi.
Ada dua macam bangunan terjun yaitu:

1) Bangunan terjun tegak dan


2) Bangunan terjun miring

Bangunan Terjun Tegak


Bangunan terjun tegak menjadi lebih besar apabila ketinggiannya
di tambah. Juga kemampuan hidrolisnya berkurang akibat variasi di tempat
jatuhnya pancaran di lantai kolam jika terjadi perubahan debit. Bangunan
terjun tegak sebaiknya tidak dipakai apabila peribahan tinggi enrgi di atas
bangunan melebihi 1,50 m.
Dengan bangunan terjun tegak, luapan yang jatuh bebas akan
mengenai lantai kolam dan bergerak ke hilir. Akibat luapan dan turbulensi
(pusaran air) di dalam kolam di bawah tirai luapan, sebagian dari energi
dir edam di depan potongan U, energi selebihnya akan diredam di belakan
potongan U. sisa tinggi energi hilir yang memakai dasar kolam sebagai
bidang persamaan, Hd tidak berbeda jauh dari perbandingan ∆Z/H1, dan
kurang lebih sama dengan 1,67 H1. Harga Hd ini dapat di pakai untuk
menentukan ∆Z untuk sebuah bangunan terjun tegak.

Bangunan Terjun Miring


Permukaan miring yang mengantar air ke dasar kolam olak adalah
praktek perencanaan yang umum, khususnya jika tinggi jatuh melebihi 1,5
m. pada bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang dibuat securam
mungkin dan relative pendek. Jika peralihan ujung runcing dipakai di
antara permukaan pengontrol dan permukaan belakang (hilir), disarankan
untuk tidak memakai kemiringan yang lebih curam dari 1 : 2. Alasannya
adalah untuk mencegah pemisahan aliran pada sudut miring. Jika
diperlukan aliran yang lebih curam, sudut runcing harus diganti dengan
kurva peralihan dengan jari-jari r=0,5 Hmax. Harga-harga yu dan Hd, yang
dapat digunakan untuk perencanaan kolam di belakng potongan U
mempunyai harga yang jauh lebih tinggi jika digunakan permukaan hilir
yang miring, dibandingkan apabila luapan jatuh bebas seperti pada
bangunan terjun tegak, energi diredam karena terjadinya benturan luapan
dengan lantai kolam dan karena pusaran turbulensi air didalam kolam di
bawah terjadi luapan. Dengan bangunan terjun miring, peredam energi
menjadi jauh berkurang akibat gesekan dan aliran turbulensi di atas
permukaan yang miring.
Perencanaan hidrolis bangunan dipengaruhi oleh besaran-besaran berikut :
H1 = tinggi energi di muka ambang, m
∆H = perubahan tinggi energi pada bangunan, m
Hd = tinggi energi hilir pada kolam olak, m
q = debit persatuan lebar ambang, m2/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
n = tinggi mabang pada ujung tinggi olak, m
y2 = kedalaman air hilir, m
yu = kedalaman dalam loncat air, m
Besaran – besaran ini dapat digabung untuk membuat rumus
perhitungan/dimensi bangunan terjun :

- Tinggi energi di muka ambang hulu :


V 12
H1 = h1 + ,
2. g
Di mana: h1 = kedalaman air di saluran hulu, m
V1 = kecepatan aliran air di saluran hulu, m/dt
- Perkiraan aeal pada tinggi energi hilir pada kolam olak
Hd = 1,67 . H1
- Perkiraan awal tinggi bangunan terjun
∆Z = (∆H + Hd ) – H1
Syarat :
∆Z > 1,5 ( dipakai bangunan terjun miring)
∆Z < 1,5 (dipakai bangunan terjun tegak )
- Kecepatan aliran pada potongan U dapat diperkirakan dengan rumus :
vu= √ 2. g . ∆ Z
- Kedalaman air awal loncat air
Yu = q/vu
- Debit persatuan lebar
q = Q/b
- Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan
bilangan Froude tak berdimensi :
Vu
Fru =
√ g . yu
- Geometri bangunan terjun tegak dengan perbandingan panjang Yd/∆Z
dapat dihitung dengan grafik hubungan dengan bilangan Froude
tersebut di atas.
- Panjang olakan dapat dihitung dengan rumus berikut
L = 2. yu. (√ 1+8. Fr u2−1)
- Panjang kolam olakan total didapat dengan menjumlah
LB = Lp + L
- Sehingga tinggi air di atas ambang dapat diperkirakan dari rumus
berikut :
y2 1
= .( √ 1+8. Fr u2−1)
yu 2
- Elevasi dasar kolam olakan dapat diperkirakan
Das = Elevasi hilir – Hd
- Tinggi ambang ujung
n = Elevasi hilir – y2 – Das

- Kedalaman muka air hilir maksimum : y2 + n 1,1 . yd


Kolam Olak
Untuk merencanakan kolam olak di sebelah hilir bangunan terjun
tergantung pada energi air yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan
Froude, dan pada bahan konstruksi kolam olak.
Berdasarkan bilangan Froude, dapat dibuat pengelompokan –
pengelompokan berikut dalam perencanaan kolam :
1) Untuk Fru ≤ 1,7 tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah,
bagian hilir harus dilindungi dari bahaya erosi, saluran pasangan batu
atau beton tidak memerlukan lindungan khusus.
2) Bila 1,7 < Fru ≤ 2,5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam
energi secara efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang
ujung mampu bekerja dengan baik. Untuk penurunan muka air Z 1,5
m dapat dipakai bangunan terjun tegak.
3) Jika 2,5 < Fru ≤ 4,5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam
memilih kolam olak yang tepat. Loncatan air tidak terbentuk dengan
baik dan menimbulkan gelombang sampai jarak yang jauh di saluran.
Cara mengatasi adalah mengusahakan agar kolam olak untuk
bilangan Froude ini mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang
tinggi dengan blok halangnya atau menambah intensitas pusaran
dengan dengan pemasangan blok depan kolam.
Blok ini harus berukuran besar ( USBR tipe IV ).
Tetapi dalam prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan
kolam olak jika 2,5 < Fru < 4,5. Sebaiknya geometri diubah untuk
memperbesar atau memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam
olak katergori lain.
4) Kalau Fru ≥ 4,5 ini akan merupakan kolam yang paling ekonomis,
karana kola mini pendek. Tipe ini termasuk kolam USBR tipe III yang
dilemngkapi dengan blok depan dan blok haling. Kolam loncat air
yang sama dengan tangga di bagian ujungnya akan jauh lebih panjang
dan mungkin harus diguanakan dengan pasangan batu.
5) Kolam loncat air, panjang kolam loncat air di sebelah hilir potongan
U, biasanya kurang dari panjang loncatan tersebut karena adanya
ambang ujung ( endisi II). Ambang yang berfungsi untuk
memantapkan aliran ini umumnya di tempatkan pada jarak :
Lj = 5 (n + y2)
Di mana :
Lj = panjang kolam, m
n = tinggi ambang ujung, m
y2 = kedalaman air di atas ambang, m
Di belakang potongan u, tinggi yang diperlukan ambang ujung ini
sebagai fungsi bilangan Froude (Fru), kedalaman air yang masuk yu,
dan tinggi muka air hilir, dapat ditentukan dari gambar hubungan
percobaan antara Fru, y2/yu dan n/yu untuk ambang ujung.
Kecepatan awal loncatan (V1) dapat ditemukan dari :
1

V1 = 2. g ( . H 1+∆ Z)
2
Di mana :
V1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
H1 = tinggi energi di atas ambang, m
z = tinggi jatuh, m
dengan
q = V1.y1, dan rumus untuk kedalaman konjugasi dalam
loncat air adalah :
y2 1
= ( √1+8 Fr u2−1)
yu 2
Di mana :
y2 = kedalaman air diatas ambang unjung, m
yu = kedalaman air di awal loncat air, m
Fru = bilangan Froude
V1 = kecepatan awal loncat air
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8)
6) Kolam Flugter, yang detail rencananya diberikan oleh Flugter, telah
terbukti tidak andal untuk dipakai pada tinggi air hilir di atas dan di
bawah tinggi mua air yang sudah diuji di laboratorium. Untuk itu
kolam Flugter tidak untuk dipakai di sungai (bangunan bending).
Olehnya itu khusus dikembangkan untuk bangunana terjun disaluran
irigasi. Batas-batas yang diberikan untuk z/hc 0,5; 2,0 dan 15,0
dihubungkan dengan bilangan Froude 1,0;2,8; dan 12,8. Bilangan –
bilangan Froude ini diambil pada kedalaman Z di bawah tinggi energi
hulu, bukan pada lantai kolam seperti untuk kolam loncat air. Kolam
Flugter bias dipakai sampai pada beda tinggi energi Z tidak lebih dari
4,50 m.
2.5. Penentuan Kapasitas Rencana dan Dimensi Saluran
Debit rencana sebuah saluran duhitung dengan rumus umum sebagai berikut :
C . NFR . A
Q=
e
Di mana :
Q = debit rencana, 1/dt atau m3/dt
C = koefisien pengurangan karena adanya system golongan (lihat KP.03,
pasal 2.2.4)
NFR = kebutuhan bersih (netto) air di sawah, m.1/dt.ha
A = luas daerah yang diairi, Ha
E = Efisiensi irigasi secara keseluruhan.
Pada umumnya kehilangan dijaringan irigasi dapat dibagi sebagai berikut :
15 – 22,5% di petak tersier e = 0,775 = 0,80
7,5 – 12,5% di saluran sekunder e = 0,875 = 0,90
7,5 – 12,5% di saluran utama (primer) e = 0,875 = 0,90
Efisiensi secara keseluruhan (etot) adalah sebagai barikut :
Etot = (Et x ef) x (Es x ef) x (Ep x ef)
Etot terletak antara 0,59 – 0,73
Untuk merencanakan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan
untuk itu ditetapkan rumus Strickler :
v = k. R2/3. I1/2
A
R =
P
A = (b + mh). h (bentuk trapezium)
P = b + 2h. m2 + 1
Q = v.A
b = n.h
di mana :
Q = debit saluran, m3/dt
v = kecepatan aliran, m/dt
A = potongan melintang aliran, m2
R = jari – jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
I = kemiringan energi (kemiringan saluran)
m = kemiringan talut ( 1 vert : m hor)

M.A.N

Harga – harga yang lain dapat diambil dari :


Rumus Haring Huizen Untuk Daerah Pedataran
V = 0,42 . Q0,182 (m/dt)
h = 0,775 . Q0,284 (m)
n = 3,96 . Q0,25 m
b = nxh
untuk daerah pegunungan rumus Haring huizen sebagai berikut :
V = 0,46 . Q0,132 (m/dt)
h = 0,756 . Q0,284 (m)
n = 4,38 . Q0,25 m
di mana
b = nxh
Rumus Kennedy
V = 0,41 . Q0,225
h = 2,54 .Q0,156

Anda mungkin juga menyukai