Anda di halaman 1dari 17

Perencanaan Jaringan irigasi

Lily Endah Diansari, S.TP. M.Si.

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (MKK618)


Teknik Sipil
Sekolah Tinggi Teknologi Pagar Alam
1. PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

Prinsip Teknik Irigasi, pemisahan :


à jaringan saluran pembawa/irigasi
à jaringan saluran pembuang

Saluran pembawa / irigasi


à Mengalirkan air dari sumber air sampai ke lahan sawah

Saluran pembuang
à Mengalirkan kelebihan air dari sawah ke selokan pembuang
atau sungai yang selanjutnya dan berakhir di laut
2. Prinsip penataan sistem Irigasi
Saluran Irigasi harus :
• lebih tinggi dari lahan yang akan dialiri dan diupayakan dapat
menjangkau areal sawah seluas-luasnya
• Diupayakan sependek mungkin, hal ini akan mencegah
berkurangnya tekanan atau energi dan biaya pembangunan
• Mengikuti garis kontur agar tetap memperoleh ketinggian
Saluran tersier harus mampu :
• Mengalirkan air ke petak-petak tersier sehingga dapat
menggenangi persawahan
Saluran Pembuang harus mampu :
• Menampung dan menyalurkan kelebihan air dari petak
persawahan dengan lancar, termasuk air hujan
3. Bangunan dan Fungsi dalam sistem Irigasi :

Bangunan Irigasi dibagi menjadi :

a. Bangunan Utama

b. Jaringan Irigasi
Lay out jaringan irigasi

Intake In take

Saluran Primer
bendung
Saluran sekunder

Bangunan bagi dengan pintu


sadap
Bangunan sadap
Tingkat-Tingkat Jaringan Irigasi
No Jaringan Irigasi Klasifikasi Jaringan Irigasi
Teknis Semi Teknis Sederhana
1 Bangunan Utama Bangunan permanen Bangunan permanen atau Bangunan sementara
semi permanen
2 Kemampuan bangunan Baik Sedang Jelek
dalam mengukur dan
mengatur debit
3 Jaringan saluran Saluran irigasi dan pembuang Saluran irigasi dan Saluran irigasi dan
terpisah pembuang tidak pembuang jadi satu
sepenuhnya terpisah
4 Petak tersier Dikembangkan Belum dikembangkan atau Belum ada jaringan
sepenuhnya densitas bangunan tersier terpisah yang
jarang dikembangkan
5 Efisiensi secara Tinggi 50% - 60% Sedang 40% – 50% Kurang < 40%
keseluruhan (Ancar-ancar) (Ancar-ancar) (Ancar-ancar)
6 Ukuran Tak ada batasan Sampai 2.000 ha Tak lebih dari 500 ha
7 Jalan Usaha Tani Ada keseluruh areal Hanya sebagian areal Cenderung tidak ada
8 Kondisi O&P Ada instansi yang menangani Belum teratur Tidak ada
Dilaksanakan teratur O&P
Jaringan Irigasi Sederhana
Jaringan Irigasi Semi Teknis
Jaringan Irigasi Teknis
4. Langkah-langkah Perencanaan jaringan Irigasi

a. Penarikan trase saluran, diusahakan :


• Dalam perencanaan Saluran diperlukan peta topografi berskala 1 : 25.000
dan 1 : 50.000, kemiringan medan harus tergambar jelas
• Menentukan elevasi muka air saluran,
• Muka air rencana sama atau dibawah elevasi tanah. Hal ini untuk
menghindari pencurian air atau penyadapan liar dan menghemat biaya
• Elevasi muka air harus cukup tinggi, agar dapat mengaliri sawah-sawah
yang paling tinggi pada petak-petak tersier
b. Letak bangunan sadap
• Batas-batas petak tersier ditetapkan berdasarkan
peta topografi skala 1 : 5.000 dengan luas rata-rata
50 – 100 Ha
• Kemudian ditentukan lokasi bangunan sadap
sedemikian rupa sehingga mampu mengaliri petak
tersier.
c. Ketinggian muka air di bangunan sadap
• Tinggi muka air di bangunan Sadap tersier pada
saluran Primer atau Sekunder dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
P = A + a + b + c + d + e + f + g + Dh + z
Keterangan :
• P = elevasi muka air di saluran primer atau sekunder
• A = elevasi lahan sawah
• a = lapisan genangan air di sawah ( 10 cm )
• b = kehilangan tinggi energi disaluran kuarter ke sawah ( 5 cm )
• c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter ( 5 cm )
• d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi
• e = kehilangan tinggi energi di boks bagi
• f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong
• g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap
• Dh = variasi tinggi muka air
• z = kehilangan tinggi energi di bangunan tersier lain
d. Menentukan kemiringan saluran di lapangan,
kemiringan saluran mengikuti kemiringan medan pada peta topografi
(kontur). Cara terbaik adalah memplot elevasi pada titik potong trase
saluran dengan garis kontur

10.50
11.50

11.00
13.00

12.50

12.00
14.00

13.50

14.00
13.00
12.00
11.00
10.00

0.0 9.00 15.00 25.00


e. Kemiringan Medan ( Io )
Kemiringan medan tiap ruas dapat ditentukan dengan
persanaan :

RWLu - RWLd - DH 0
I0 =
L
Keterangan :
• RWLu = Tinggi muka air yang diperlukan pada bangunan sadap di hulu
• RWLd = Tinggi muka air yang diperlukan pada bangunan sadap di hilir
• D H0 = Jumlah perkiraan kehilangan tinggi pada bangunan dan saluran
• L = Panjang ruas
Debit (Q) yang diperlukan di pintu Pengambilan

Qf Qd = kebutuhan air di bangunan pengambilan


Qd = Qf = kebutuhan air di sawah
1- L L = Presentase kehilangan air
CONTOH
Daerah Irigasi M yang terdiri dari 7 petak tersier
dengan skema seperti pada gambar dibawah

B3
B4
B2 B1

B5
Kebutuhan air di tetapkan :
Padi = 1.00 l/det/ha
Tebu = 0.50 l/det/ha
Palawija = 0.25 l/det/ha
Kehilangan air di jaringan primer dan sekunder = 15 %
Kehilangan air di jaringan tersier = 25 %
Debit yang tersedia di bendung = 406 l/det
Hitunglah Kebutuhan air di bendung.

Untuk masa tanam pada musim kemarau (awal) pada periode 1


direncanakan budidaya tanaman sebagai berikut: Langkah:
• kebutuhan air di pintu tersier
Jenis tanaman Petak I Petak 2 Petak 3 Petak 4 Petak 5 Petak 6 Petak 7
• Kehilangan air di saluran primer dan sekunder
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Padi 28 18 41 37 27 49 31 • Kebutuhan air di bendung
Tebu 8 6 15 12 8 16 9 • Debit (Q) yang diperlukan di pintu
Palawija 18 14 27 23 22 26 20
Pengambilan B2 dan B4
JUMLAH 54 38 83 72 57 91 60

Anda mungkin juga menyukai