Anda di halaman 1dari 42

PEMBINAAN TEKNIS PENYELENGGARAAN DAK

PERENCANAAN IRIGASI SEDERHANA

Ir. I Gede Suardiari, MT


A. Pendahuluan
B. Perencanaan
1. Pengukuran Debit Andalan ( Debit Base Flow )
2. Perhitungan Debit Banjir Sungai
3. Perencanaan Saluran
4. Perencanaa Bendung
5. Perhitungan Kebutuhan Air Sawah
6. Bangunan Ukur
7. Bangunan Pelengkap
1. STANDAR PERENCANAAN IRIGASI Kriteria Perencanaan ( Kp-
01 sd Kp07)
2. PERMEN PUPR NO : 12/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi;
3. PERMEN PUPR NO : 21/PRT/M/2017 - DAK
4. PERMEN PUPR NO : 14/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan
Penetapan Status Daerah Irigasi;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor : 30/PRT/M/2015 Tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi;
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan
pembuangan air irigasi (Kepmen PU no. 32 tahun
2007 )
Unsur fungsional pokok pada jaringan irigasi :
I. Bangunan utama
II. Saluran pembawa
(primer,sekunder,tersier,kwarter)
III. Petak-petak tersier
IV. Saluran pembuangan
1. Memasok kebutuhan air tanaman
2. Menjamin ketersediaan air
3. Menurunkan suhu tanah
4. Mengurangi kerusakan akibat frost
5. Melunakkan lapis keras pada saat
pengolahan tanah
INTEGRASI DATA
PERMEN PUPR NO 12/2017

A. Inspeksi Rutin
B. Penelusuran Jaringan Irigasi
C. Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan
D. Pengukuran Dan Pembuatan Detail Desain Perbaikan
Jaringan Irigasi
a) Survai Dan Pengukuran
OP Irigasi Perbaikan Jaringan Irigasi
b) Pembuatan Detail Desain
c)Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

II. Penyusunan Program/Rencana Kerja


Pekerjaan Yang Dilaksanakan Secara Swakelola dan
Dikontrakkan
Ketentuan Pelaksanaan Perencanaan tercantum
pada
PERPRES RI NO123 / 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA
ALOKASI KHUSUS FISIK & PERMEN PUPR 21/2017PEDOMAN
PELAKSANAAN DAK

Kegiatan penunjang sebagaimana yang dimaksud

1. Desain perencanaan;
2. Biaya tender;
3. Dst

Perencanaan dimaksud adalah Perencanaan saat


pelaksanaan DAK pada tahun berjalan
1. Jaringan irigasi sederhana
• Pembagian air tidak diukur dan diatur
• Kelemahan nya : Pemborosan air,
Pengendapan sedimen

2. Jaringan irigasi semi teknis


• Bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap dengan pintu
pengambilan tanpa bangunan pengukur.
• Beberapa bangunan permanen sudah dibangun
• Daerah layanan yang lebih luas dibanding jaringan irigasi sederhana

3. Jaringan irigasi teknis


• Saluran pembawa dan pembuang sudah terpisah.
• Pembagian air sangat effektif
• Sudah ada pengukuran debit aliran
Klasifikasi Jaringan Irigasi
KALSIFIKASI
JARINGAN IRIGASI TEKNIS SEMI TEKNIS SEDERHANA

Bangunan permanen / Bangunan


1 BANGUNAN UTAMA Bangunan permanen
semi permanen sementara

2 PENGATUR DEBIT Baik Sedang Jelek

Saluran irigasi dan


Saluran irigasi dan Saluran irigasi dan
3 JARINGAN/SALURAN pembuang terpisah
pembuang tidak
pembuang jadi satu
sepenuhnya terpisah

Belum dikembangkan Belum ada


Dikembangkan atau densitas pemisahan
4 PETAK TERSIER
sepenuhnya bangunan tersier pengembangan
jarang jaringan

Tinggi Sedang Kurang


5 EFISIENSI
50 – 60 % 40 – 50% < 40%

Tak lebih dari 500


6 DAERAH LAYANAN Tak ada batasan Sampai 2.000 ha
ha

Cenderung tidak
7 JALAN USAHA TANI Ada ke seluruh areal Hanya sebagian areal
ada

Ada organisasi OP Tidak ada


8 KONDISI O&P Belum teratur
OP teratur O & P

Sumber : Kriteria Perncanaan (KP)


S I D La C O M
S SURVEY (Pengukuran/Survey)

I INVESTIGATION (Investigasi)

D DESIGN (Perencanaan Teknis)

La LAND ACQUSITION (Pembebasan Tanah)

C CONSTRUCTION Pelaksanaan Pekerjaan)

O OPERATION (Operasi)

M MAINTENANCE (Pemeliharaan)
Syarat Perencanaan Irigasi
1. Perencanaan irigasi dilakukan pada satu Daerah Irigasi ( sistem
irigasi) dan tidak dilakukan perencanaan secara parsial
2. Data pokok perencanaan sebuah Daerah Irigasi secara umum :
 Data Hidrologi
 Data Hidrolika
 Data Topografi
 Data Geologi Teknik
 Data Lingkungan
3. Jika data hidrologi/hidrolika tidak ada, untuk irigasi desa bisa
digunakan cara-cara pengamatan lapangan. Tetapi, untuk irigasi
sederhana menggunakan cara pengamatan lapangan. Untuk
perhitungan irigasi Teknis tidak dianjurkan karena memiliki
keakuratan data yang sanagt minim.
SIDLACOM
SURVEY Topografi Pembuatan Tata letak Jaringan Irigasi
(Pengukuran/Durvey) Peta skala 1: 25.000 atau 1: 5000
Foto Udara / Peta Geospasial :
untuk cek tata letak bangunan dan jaringan irigasi
Luas Areal Irigasi (Baku,Potensial dan Fungsional)
Sungai dan Loaksi Bendung Peta Skala 1:2000
Trase Saluran dan Peta Trase saluran skala 1: 2000 dan 1: 200
Lokasi Bangunan air

Hidrologi Data Curah Hujan- Debit Andalan dan Qbanjir


PENYELIDIKAN
Geotek Kondisi Geologi
Daya dukung tanah
Kelulusan/permeabilitas
Sumber bahan timbunan

DESAIN
KONSTRUKSI
O DAN P
Alur Perencanaan Jaringan Irigasi
Start

Layout Kehilangan
Kebutuhan
Jaringan Air di Debit
Air di Debit Banjir
Irigasi Jaringan Andala n
Tanaman
Irigasi

Elevasi Kehilangan
Luas Sawah
Sawah Tinggi Energi
Irigasi
Tertinggi Pada Jaringan

Kebutuhan Air di
Perhitungan Sloope Sawah
Renca na
Kebutuhan Air
Aktual Irigasi

Tidak

Korelasi Antara
Kebutuhan Air Irigasi
dengan Ketersediaan
Debit Andalan

Ya

Perhitungan Dimensi
Perhitungan Tubuh
Saluran dan
Bend ung
Bangunan

Dimensi Saluran da n
Bend ung

Selesai
NERACA AIR
Ketentuan Utama :
1. Kebutuhan Air untuk irigasi (sawah) dan Debit air
yang tersedia dari sumbernya

2. Komponen yang dihitung :


• Luas Daerah irigasi
• Kebutuhan Air untuk sawah dan variasi exploitasi
terkait dengan pola tanam

Neraca Air = perbandingan antara


Q(debit kebutuhan) dan Q(debit andalan)
PERENCANAAN DEBIT AIR SUNGAI

RUMUS PERHITUNGAN
Q=AxV
dimana:
Q = Debit aliran (m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)
PENGUKURAN DEBIT AIR
Debit Andalan (Base flow )
A. Pelaksanaan Pengukuran
1. Pengukuran debit dilakukan pada saat musim
kering ( Pengukuran Base Flow)
2. Pengamatan dan pencatatan sejak pelepasan alat
pelampung dari titik awal sd titik akhir lintasan
dilakukan pencatatan waktu perjalanan nya.

B. Alat yang digunakan :


1. Pelampung dari bahan gabus/ kayu kering dengan
pemberat agar bebas dari pengaruh angin
2. Stop watch atau alat ukur waktu yang lain yang
dilengkapi dengan stop watch
3. Alat ukur panjang (meteran)
PENGUKURAN DEBIT SUNGAI - METODA APUNG
Debit Andalan (Base flow )
Lihat Gambar dan Tabel
1. Ruas aliran yang tenang dan seragam, lurus dan memiliki kedalaman
yang relatif sama .
2. Pengukuran panjang intasan pelampung - P(panjang) -
3. Ruas prngukuran Sungai dibagi 5 bagian /titik/profil .
4. Hitung H(kedalaman basah) Rata-rata pada satu titik/profil (H1,H2, H3)-
pd tepi kanan, tepi kiri dan tengah aliran.
5. Hitung L(lebar saluran) rata-rata pada 5 titik pengukuran
6. Hitung waktu tempuh T( waktu) rata –rata -Titik1(awal) sd Titik 5(akhir)
dengan 5 kali pengukuran
1. Hitung kecepatannya (V) aliran dengan komponen P(panjang lintasan )
dan waktu tempuh pelampung rata-rata (T) – V= P/T
2. Hitung Debit air (Q) yang mengalirnya sesuai rumus.
Tahapan Pengukuran Q andalan
Metoda Apung
Tampak Atas (sungai)

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5

P(panjang) -1 P(panjang)-2 P(panjang)-3 P(panjang)-4 P(panjang)-5

Pelampung

Potongan Melintang (sungai)

H1
H3

H2
H(tinggi ) Rata-rata

L (lebar ) Rata-rata
a-rata
Contoh hasil Pengukuran
Perhitungan selanjutnya
Perhitungan Luas Penampang basah (A)

Luas (A) rata-rata :


A (luas) = L (lebar) x H (kedalaman)
A (luas) = 6.66 x 0.56
A = 3.76 m2 (meter persegi)
Dimana :
A = Luas Penampang basah (m2)
L (lebar ) = Lebar rata-rata (m)
H (kedalaman ) = Kedalamn rata-rata (m)

Perhitungan Kecepatan Aliran sungai (V)

Perhitungan Debit Andalan (Q)/baseflow


Q = A x V
Q = Debit aliran (m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/detik)
Q = 3.76 x 1.23
Q = 4.63 m3/detik
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI

Rumus Q rencana

Q (rencana) = Debit rencana saluran ( l/det )


NFR = Kebutuhan air bersih di sawah (l/det/Ha)
rata-rata kebutuhan air sawah(1.5 – 2.0) l/det/Ha
A (luas) = Luas Daerah Irigasi (DI) (Ha)
C = Koefisien rotasi
e(efisiensi) = Efisiensi (Tabel)

NFR = 1.71 (l/det.ha)


A = 100 (Ha)
C = 1 (Karena tidak ada rotasi)
e = 0.775
Q = (1 x 1.71 x 100)/0.775
Q = 0.22 l/det
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
Hasil Perhitungan diatas Debit - Q (rencana) - saluran Q = 0.22 m3/det
Luasan Daerah Irigasi (DI) - A = 100 Ha.
n = 1
m = 1
k = 70 (m1/3/dt)
B = 0.3 m (Ketentuan
(Ketentuan
minimal
minimal
dalamdalam
KP) KP)
h = h = b/n = 0.3/1.0 = 0.3 m
A = (B + mh)h = (0.3 + 1 x 0.3)x0.3 = 0.18
P = B + 2h (m2 + 1)0.5 = 0.3 + 2 x 0.3 x (12 + 1) 0.5 = 1.15
R = A/P = 0.18/1.15 = 0.16
Q = AxV
V = Q/A = 0.22/100 = 1.23 m/det
V = K x R2/3 x I1/2
I = (V/(K x R^(2/3) ))^2
I = (1.23/(70 x 〖0.16〗^(2/3) ))^2
I = 0.000026
W = diambil 0.2 (tabel 10) Rencana saluran berbentuk trapesium berbahan beton

H(total) = h + W = 0.3m + 0.2m = 0.5 m


PENGUKURAN DEBIT BANJIR TERBESAR SUNGAI
Saluran Keterangan n - Manning

Lurus, seragam, landau dan bersih 0.016 – 0.033

Berkelok, landau dan berumput 0.023 – 0.040


Tanah
Tidak terawatt dan kotor 0.050 – 0.140
Tanah berbatu, kasar, dan tidak
0.035 – 0.045
teratur
Batu kosong 0.023 – 0.035
Pasangan
Pasangan batu belah 0.017 – 0.030

Halus, sambungan baik dan rata 0.014 – 0.018


Beton Kurang halus dan sambungan
0.018 – 0.030
kurang rata
PERENCANAAN BENDUNG

Lantai Upron Tubuh Bendung

Kolam Olakan
PENENTUAN TITIK BENDUNG
• Pada sungai yang lurus, tidak
meandering.
• Pada lapisan impermeable,
• Pada sungai dengan palung yang
stabil
• Pada outlet catchment area.
• Pada site yang memungkinkan
elevasi muka air dapat mengairi
seluruh areal irigasi.
PENENTUAN ELEVASI MERCU BENDUNG
Dipertimbangkan :
 Elevasi sawah tertinggi yang akan diairi
 Kebutuhan tinggi air di sawah
 Kehilangan tinggi energi di saluran , boks
tersier,bangunan sadap, bangunan utama,sipon
dan bangunan lainya yang dilalui oleh aliran
 Variasi muka air untuk eksploitasi di jaringan
irigasi
 Kemiringan saluran
MENETUKAN ELEVASI MERCU BENDUNG

+34.0 A
B
C
D
E
F
G
H
+33.0

Menentukan Elevasi Mercu Bendung

ELEVASI SAWAH TERTINGGI = +33.00 m


A •Kehilangan tekanan di Intake = 0.15 m
B •Kehilangan tekanan di bangunan ukur = 0.15 m
C •Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran = 0.1 m
D •Persediaan tekanan di bangunan sadap + Bang Ukur = 0.2 m
E •Kehilangan di bangunan Box = 0.05 m
F •Saluran tersier ke Sawah = 0.05 m
G •Tinggi Genangan di Sawah = 0.2 m
H •Kebutuhan untuk Exploitasi = 0.1 m
ELEVASI MERCU BENDUNG = +34.00 m
Bangunan Intake dan Kantong Lumpur
BANGUNAN PENGAMBILAN /INTAKE
Bangunan ini dibuat untuk mengatur banyaknya air yang masuk kedalam saluran sesuai
dengan debit yang dibutuhkan dan untuk menjaga agar air banjir tidak masuk kedalam
saluran irigasi.

KANTONG LUMPUR/PEMBILAS
Bangunan pembilas adalah bangunan yang berfungsi untuk mencegah bahan sedimen
kasar kedalam saluran irigasi. Bangunan pembilas ini terletak tepat disebelah hilir pintu
pengambilan. Jika pada kedua sisi bendung dibuat dua bangunan pengambilan maka
bangunan pembilas juga dibuat pada kedua sisinya.
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT (1) (2) (3) (4)

TIPE BANGUNAN PENGUKUR DEBIT Mengukur


(1) Kemampuan
(2) (3) (4) (5)

Bangunan Ukur Gambar


ALAT UKUR 0,1 h1
ALAT UKUR
AMBANG BANGUNAN
BANGUNANPENGUKUR
PENGUKURDEBIT
DEBIT dengan
(1) (2)
(2) 1,6
(3)
(3) Mengatur
2 % (5)
(4)
(4) (5)sampai
(6)
(6) (7)(7) +K
KET
ALAT UKUR
LEBAR 0,1 h10,33 h1
dia
AMBANG 1,6 2 % sampai + +dianj
+
ALAT UKUR 0,1hh11 pe

MENGUKUR SAJA
ALAT UKUR 0,1 peng
LEBAR 1,6 2 % + 0,33
+ +h1
AMBANG AMBANG
AMBANG LEBAR Aliran 2 %
Atas sampai
sampai Tidak
+ ++ 11 rendah jika
rendah jikm

MENGUKUR SAJA
LEBAR
LEBAR 0,33hh11
0,33 ha
haru
be
beba

MENGUKUR SAJA
MENGUKUR SAJA
ALAT UKUR h1 + 0,05
1,5 5 % - -
CIPOLETTI
ALAT UKUR m
h1 + 0,05
1,5 5 % - - - -
ALAT
CIPOLETTIUKUR
ALAT UKUR 1,5 5 % hh11 ++0,05
0,05
-- -
m --
CIPOLETTI
CIPOLETTI Aliran 5
1,5 Atas
% m -Tidak-- 11 sedang tidak
sedang tid
CIPOLETTI m

0,5 h1
ALAT UKUR 0,5 h1sampai
ALAT UKUR 1,6
0,5 h
3 % +
PARSHALL
ALAT UKUR 1,60,5 h113 % sampai +sangat+ +
PARSHALL
ALAT UKUR
PARSHALL Aliran Atas
1,6 3 % sampai Tidak
+ + +0,2 1h 1 sangat tid
PARSHALL 1,6 3% sampai + 0,2
++h1 mahal
1 tidak
PARSHALL 0,2 h1 mahal
0,2 h1

ALAT UKUR
ALAT UKUR
1
ALAT UKUR 1,6h31 % 3 +% 0,03 h1+mahal ++dia

MENGUKUR DAN MENGATUR


ROMYN Aliran 3
1,6 Atas
%1,60,03 YA
0,03+ h 1
1 atau

MENGUKUR DAN MENGATUR


ROMIJN

MENGUKUR DAN MENGATUR


ALAT
ROMIJN
ROMIJN UKUR dianj
ha
1,6 3% 0,03 h1 + + atau mahal

MENGUKUR DAN MENGATUR


ROMIJN 2 haru
2

≤ h1 w
ALAT UKUR ≤w h ≤ h1 ≤w h1 w
ALAT
ALATUKUR
UKUR =1 w dia
ALAT UKUR
CRUMP DE 0,5 3% - +w = - w =2 sedang
CRUMP DE GRUYTER Aliran Bawah w =
bukaan Ya -dianj
ha
CRUMP
CRUMP DEDE
CRUMP
GRUYTER DE 0,5 3 %0,5 0,5 3 % 3
- +% - bukaan
bukaan 2 - +
sedang -+
GRUYTER
GRUYTER bukaan
pintu haru
GRUYTER pintu pintu
pintu
ORIFIS
ORIFIS
ORIFIS DENGAN
ORIFIS >7 paling
DENGAN TINGGI
DENGAN 0,5 > 0,03 m - -- 3 tid
ORIFIS DENGAN TINGGI
DENGAN %>7 > 7 mahal
paling
TINGGI ENERGI
TINGGI
ENERGI TETAP
Aliran
0,5 Bawah
0,5> 0,03 m - Ya
> 7
> 0,03
-- m3 - -tidak
-
TINGGI
ENERGI TETAP
ENERGI
% 0,5 % > 0,03 mahal
m -
%
ENERGI
TETAP TETAP
TETAP

papan duga b
saluran hilir

ALAT UKUR LONG ambang


Aliran Bawah Ya
THROATED FLUME bc

p
saluran hulu peralihan
leher pelebaran
peralihan
penyempitan

Sumber Kriteria Perncanaan 01


Bangunan Ukur

Pemilihan jenis bangunan ukur


 Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit
 Ketelitian pengukuran lapangan
 Bangunan yang kokoh sederhana dan ekonomis
 Rumus debit sederhana dan teliti
 Ekploitasi dan pembacaan papan duga mudah
 Pemeliharaan sederhana dan murah
 Cocok dengan kondisi setempat dan dapat diterima oleh petani
BANGUNAN IRIGASI LAINNYA

o Gorong-gorong
o Bangunan Terjun
o Got Miring
o Siphon
o Talang
Penjelasan detailnya sudah ada di KP Irigasi, dan Modul perecanaan ini
Bangunan Pelengkap

o Jalan inspeksi
o Tanggul
o Jembatan Penyebrangan
o Tangga Mandi Orang
o Sarana Mandi Hewan
o Dan lainnya
Penjelasan detailnya sudah ada di KP Irigasi, dan Modul perecanaan ini
TERIMAKASIH
39

Anda mungkin juga menyukai