Anda di halaman 1dari 28

DIKLAT

PERENCANAAN TEKNIS RAWA

PERENCANAAN SALURAN IRIGASI


RAWA
Pendahuluan

1 Pendahuluan
Perencanaan Hidraulik Sistem
Saluran
2
3 Perencanaan
Lebak
Saluran Rawa

Drain Spacing
4
Penutup
Lahan rawa lebak merupakan lahan marjinal dengan
permasalahan biofisik dan sosial-ekonomi yang khas,
sehingga upaya pengembangannya memerlukan
strategi perencanaan dan teknik pengendalian dan
pengelolaan air yang tepat Upaya pembangunan
dibidang pertanian dan peningkatan perkebunan untuk
mewujudkan peningkatan penghasilan bagi petani,
Pendahuluan maka diperlukan perencanaan saluran yang akurat.
Dengan didukung oleh kemajuan teknologi,
perencanaan saluran dapat dipisahkan antara
perencanaan saluran rawa lebak/saluran irigasi
dengan saluran yang dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Guna mendukung pola tanam sebagian tanaman
pangan pengendalian drainasi untuk tanaman keras/
perkebunan, diperlukan penataan jaringan tata air
beserta bangunan airnya.
Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti masa diklat ini, peserta diharapkan
mampu memahami dan menjelaskan tentang
perencanaan saluran irigasi rawa lebak

Indikator Keberhasilan
Setelah peserta mengikuti diklat ini diharapkan mampu :
menjelaskan Perencanaan Hidraulik Sistem Saluran,
Dapat memahami Perencanaan Saluran Rawa Lebak,
Dapat memahami Drain Spacing
IDEA
Elevasi muka air di saluran drainase ditetapkan berdasarkan
ketinggian lahan layanan dengan berpedoman pada kriteria
perencanaan saluran yaitu:

o Saluran drainase harus dapat mengalirkan limpahan


air kelebihan dari lahan.

o Mampu menurunkan muka air tanah pada saat


proses pematangan padi, hingga 50 Cm di bawah
muka tanah.

o Disamping itu saluran drainase harus juga mampu


menjaga tinggi muka air tanah pada lahan.

IDEA
Perencanaan Hidraulik Sistem Saluran
Kriteria Perencanaan Saluran
Kriteria Lokasi Satuan Nilai Keterangan
Kemampuan Tanaman padi 30 cm Muka air tanah yang
Drainase Tanaman Lahan Kering 30 – 60 cm diperlukan selama 1 kali curah
Tanaman Keras 60 cm hujan tinggi bulanan dalam 5
tahun
Dimensi Awal Ditentukan dengan Lebar atas saluran ditentukan
Saluran rumus Manning menurut kemiringan lereng.
Koefisien Kedalaman saluran < 1 m 0.050 n-Manning
kekerasan Kedalaman saluran 1-2 m 0.040 n-Manning
Kedalaman saluran 2-3 m 0.033 n-Manning
Kedalaman saluran > 3 m 0.025 n-Manning
Kecepatan Semua Saluran 0.70 m/detik
Maksimum Semua Bangunan 2.00 m/detik
Tinggi bebas Tanggul banjir 0.75 m
Saluran primer 0.75 m
Saluran Sekunder 0.30 m
Bangunan 0.30 m
Lereng sisi Kedalaman saluran < 1 m 1:1 Sama seperti utk tanggul < 1 m
Kedalaman saluran 1-2 m 1 : 1.5 Sama seperti utk tanggul 1-2 m
Kedalaman saluran > 2 m 1:2 Sama seperti utk tanggul > 2 m
Lebar berm Saluran Primer 5m
Saluran sekunder 3m
Saluran Tersier 2m
Penyusutan Tanah gambut 10-20 cm/tahun
Tanah Mineral 2-4 cm/tahun
IDEA Kelebihan tinggi Tanah Liat belum Tanah gambut tidak
untuk matang 30 – 50 % dipergunakan untuk
pembuatan Sampai setengah 15 – 30 % pembuatan tanggul
bangunan matang
Tanah Liat matang
Perencanaan Hidraulik Sistem Saluran
Drainase
Modul drainase dan Kriteria tinggi muka air
Limpasan Permukaan Limpasan Permukaan Bawah
Jenis
Muka air saluran Muka air
Penggunaan Pengeluaran Pengeluaran
tersier m dari saluran tesier
Lahan lt/detik/ha lt/detik/ha
NGL m dari NGL
Padi Sawah 4.9 - 0 .10 - -
Tanaman 6.3 - 0.10 4.9 - 0.60
Pangan lahan
kering
Tanaman Keras 4.9 - 0.10 4.5 - 0.60
Lahan 6.3 - 0.10 4.9 - 0.60
Pekarangan
Areal Ekonomi 15.0 - 0.10 - -
Areal Umum 6.3 - 0.10 4.9 - 0.60
Jalur Hijau 3.0 - 0.10 - -

IDEA
Modul
Drainase untuk
padi sawah dan
jalur hijau

IDEA
Modul drainase
untuk palawija
dan lahan
pekarangan

IDEA
Modul
Drainase
untuk
tanaman
keras

IDEA
Tipikal Potongan
Melintang
Saluran
Tipikal Potongan Melintang Saluran tersier.

IDEA

Tipikal Potongan Melintang Saluran Sekunder


Tahap
No Kebutuhan air Keperluan
Pertumbuhan

Untuk pembajakan, di
Untuk penggenangan lahan,
1 Pengolahan lahan usahakan lahan dalam
diusahakan setinggi 0 cm s.d 5 cm
kondisi jenuh lapang

Tidak ada penggenangan,


Lahan diusahakan dalam
2 Pembibitan mempertahankan muka air < 20 cm
kondisi jenuh lapang
di bawah muka lahan

Untuk Penggantian dan


Pertumbuhan Untuk penggenangan lahan setinggi
3 pembuangan air pada
vegetatif 5 cm s.d 10 cm
waktu pemupukan

Untuk penggantian dan


Pertumbuhan Untuk penggenangan lahan setinggi
4 pembuangan air pada
reproduktif 5 cm s.d 10 cm
waktu pemupukan

Tidak ada penggenangan,


Masa Lahan diusahakan dalam
5 mempertahankan muka air < 40
Pematangan kondisi jenuh lapang
cm di bawah muka lahan

IDEA

Kebutuhan air pada tahap pertumbuhan tanaman padi sawah


No Musim Kebutuhan air Keperluan

Musim Tinggi muka air 40 cm s.d 60 Untuk drainase/ pengendalian


1
hujan cm di bawah muka lahan muka air lahan

Musim Tinggi muka air 40 cm s.d 60 Untuk drainase/ pengendalian


2
kemarau cm di bawah muka lahan muka air lahan

Kebutuhan air untuk palawija

IDEA
No Musim Kebutuhan air Keperluan

Musim Tinggi muka air 60 - 80 Untuk drainase / pengendalian


1
hujan/kemarau cm di bawah muka lahan muka air lahan

Kebutuhan air untuk tanaman keras

IDEA
Perencanaan Saluran Rawa Lebak
Saluran Suplesi
Data Topografi
Data – data topografi yang dikeluarkan ialah :
- Peta topografi dengan garis-garis ketinggian dan tata letak jaringan irigasi
dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 5.000;
- Peta situasi trase saluran berskala 1 : 2000 dengan garis-garis ketinggian
pada interval 0,5 m untuk daerah datar dan 1,0 m untuk daerah berbukit-
bukit;
- Profil memanjang pada skala horisontal 1 : 2000 dan skala vertikal 1 : 200
(atau skala 1 : 100 untuk saluran berkapasitas kecil bilamana diperlukan);
- Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1 : 200 (atau 1 :
100 untuk saluran-saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk
bagian lurus dan interval 25 m pada bagian tikungan;
- Peta lokasi titik tetap/benchmark, termasuk deskripsi benchmark.

IDEA
Perencanaan Saluran Rawa Lebak
Debit Rencana

Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus umum


berikut :

Dimana :
Q = Debit rencana, l/dt
C = Koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan,
NFR = Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, l/dt/ha
A = Luas daerah yang diairi, ha
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan.

IDEA
Perencanaan Saluran Rawa Lebak
Debit Rencana

Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus umum berikut :

Dimana :
Q = Debit rencana, l/dt
C = Koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan,
NFR = Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, l/dt/ha
A = Luas daerah yang diairi, ha
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan.

IDEA
Perencanaan Saluran Rawa Lebak

Sistem Kebutuhan Air

Tingkat Kebutuhan Air Satuan


Sawah Petak
NFR (Kebutuhan bersih air di sawah
Tersier
TOR (kebutuhan air di bangunan sadap (l/dt/ha)
tersier)

(NFR x luas daerah) (l/dt)


Petak Sekunder
SOR (kebutuhan air dibangunan sadap
sekunder) (l/dt atau 3/dt)
TOR

Petak Primer
MOR (Kebutuhan air di bangunan sadap
primer) (l/dt atau m3/dt)
TOR mc)

IDEA
Bendung DR (kebutuhan diversi)
MOR sisi kiri dan m3/dt
MOR sisi kanan
Perencanaan Saluran Rawa Lebak

Data Geoteknik
Perhatian khusus harus diberikan kepada daerah - daerah yang mengandung :
Batu singkapan, karena rawan terhadap dislokasi dan kebocoran atau laju resapan yang tinggi.
Lempung tak stabil dengan plastisitas tinggi, karena pada tanah lempung dengan diameter butir
yang halus variasi kadar air sangat mempengaruhi plastisitas tanah, disamping itu padatanah
lempung dengan kandungan mineral Montmorillonite merupakan tanah yang expansif, sangat
mudah mengembang oleh tambahan kadar air.
Tanah gambut dan bahan – bahan organik, karena merupakan tanah yang tidak stabil, rawan
terhadap proses pelapukan biologis yang berpotensi merubah struktur kimia dan merubah
volume tanah akibat proses pembusukan / pelapukan.
Pasir dan kerikil, karena mempunyai koefisien permeabilitas yang tinggi dan sifat saling ikat
antar butir (kohesi) yang lemah sehingga rawan terhadap terjadinya rembesan yang besar serta
erosi atau gerusan (scouring)
Tanah (bahan) timbunan, karena masih berpotensi besar terjadinya proses konsolidasi lanjut
sehingga masih terjadi settlement lanjutan oleh karena itu dalam pelaksanaan kualitas hasil
pemadatan perlu diperhatikan. Tanah (bahan) timbunan yang digunakan harus sesuai dengan
kriteria bahan timbunan yang ada.
Muka air tanah, karena muka air tanah yang dalam akan mempunyai kecenderungan
menyebabkan kehilangan air yang besar.
Formasi batuan kapur / limestone, karena punya kecenderungan larut dalam air sehingga akan
menyebabkan kehilangan air besar dan tanah menjadi keropos.
IDEA
Perencanaan Saluran Rawa Lebak

Rumus dan Kriteria Hidrolis


Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan
untuk itu diterapkan rumus Strickler.

Dimana :
Q = Debit Saluran, m3 / dt
v = Kecepatan Aliran, m / dt
A = Luas Potongan Melintang Aliran, m2
R = Jari-jari Hidraulis, m
P = Keliling Basah, m
B = Lebar Dasar Saluran, m
H = Tinggi Air, m
IDEA
I = Kemiringan Energi (kemiringan Saluran)
k = Koefisien Kekasaran Strickler, m1/3 / dt
m = Kemiringan Talud (1 vertikal : m horizontal)
Perencanaan Saluran Rawa Lebak

Sedimentasi
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terendah yang tidak
akan menyebabkan pengendapan partikel dengan diameter maksimum
yang diizinkan (0.088 mm).
Erosi
Kecepatan – kecepatan dasar untuk tanah koheren (SCS)

IDEA
Perencanaan Saluran Rawa Lebak

Faktor – faktor koreksi terhadap kecepatan dasar


(SCS)
vmaks = vb x A x B x C
dimana :
vmaks = kecepatan maksimum yang
diizinkan, m/dt
vb = kecepatan dasar, m/dt
A = faktor koreksi untuk angka
pori permukaan saluran
B = faktor koreksi untuk
kedalaman air
C = faktor koreksi untuk lengkung
Dan kecepatan dasar yang
diizinkan vba = vb x A

IDEA
Perencanaan Saluran Rawa Lebak

Perbandingan Sistem Unified USCS dengan Sistem AASHTO

Kelompok Tanah Kelompok tanah yang sebanding dengan sistem AASHTO


Sistem Unified
Sangat Mungkin Mungkin Kemungkinan Kecil
GW A-1-a - A-2-4, A-2-5,
A-2-6, A-2-7
GP A-1-a A-1-b A-3, A-2-4,
A-2-5, A-2-6
A-2-7
GM A-1-b, A-2-4 A-2-6 A-4, A-5,
A-2-5, A-2-7 A-6, A-7-5,
A-7-6, A-1-a
GC A-2-6, A-2-7 A-2-4, A-6 A-4, A-7-6,
A-7-5
SW A-1-b A-1-a A-3, A-2-4
A-2-5, A-2-6
A-2-7
SP A-3, A-1-b A-1-a A-2-4, A-2-5
A-2-6, A-2-7
SM A-1-b, A-2-4 A-2-6, A-4 A-6, A-7-6
A-2-5, A-2-7 A-5 A-7-6, A-1-a
SC A-2-6, A-2-7 A-2-4, A-6 A-7-5
A-4, A-7-6
ML A-4, A-5 A-6, A-7-5 -
CL A-6, A-7-6 A-4 -
OL A-4, A-5 A-6, A-7-5 -
A-7-6
MH A-7-5, A-5 - A-7-6
CH A-7-6 A-7-5 -
IDEA OH A-7-5, A-5 - A-7-6
Pt - - -
Perencanaan Saluran Rawa Lebak

Tinggi Muka Air


Kecepatan Maksimum yang diizinkan (oleh Portier dan Scobey)
Material N V m/det V m/det
(air bersih) (air yg
mengangkut
lanau koloid)

Pasir halus, non kolloidal 0,020 0,457 0,762

Lempung kepasiran, non kolloidal 0,020 0,533 0,762


Silt loam, non kolloidal 0,020 0,610 0,914
Lumpur Alluvial, non kolloidal 0,020 0,610 1,067
Ordinary ferm loam 0,020 0,762 1,067
Abu vulkanis 0,020 0,762 1,067
Lempung kaku sangat kolloidal 0,025 1,143 1,524
Lumpur alluvial, kolloidal 0,025 1,143 1,524
Lempung keras 0,025 1,829 1,829
Kerikil halus 0,020 0,762 1,524
Graded loam to cobbles, non
0,030 1,143 1,524
colloidal
Graded silt to cobbles when
0,030 1,219 1,676
colloidal
IDEA Kerikil kasar, non colloidal 0,025 1,219 1,829
Cobbles and shingles 0,035 1,524 1,678
saluran pembuang tanpa lindungan terhadap banjir
= 300 < var < 800 = 200 b (var) = 1 tanggul
100 sisa galian
100
Q puncak fa ?
1 : 20

B.P.T

B.P.T
Q rencana
= 100 Q puncak fna
sisa galian

1 D 1 untuk 1 < Q = 20 m3/dt


untuk Q = 1 m3/dt
Q = 20 m3 /dt tanggul sisa galian m m tanggul sisa galian
disatu sisi saja boleh untuk kedua sisi

b (var) = 350 =
100
1 : 20
Q puncak fa ?
1,5m 1,5

B.P.T
Q rencana = 300 1 1

Tipe-tipe
Q puncak fna sisa galian

D Q > 20 m3/dt
m
1

fa
Fna
= muka air genangan diperbolehkan
= muka air genangan tak diperbolehkan
potongan
saluran pembuang dengan lindungan terhadap banjir
melintang
=
100
150 100
Q rencana
100 300 =
100 saluran

B.P.T
w
B.P.T

1 : 20 w Q puncak 1 : 20

D
D Jalan Inspeksi
pembuang
Q = 5 m3/dt 1
3 3
m 5 m /dt < Q = 20 m /dt

300 = 350 B.P.T = Batas Pembebasan Tanah


=
100
1 : 20 w
Q puncak
B.P.T

1,5 1,5
1 1 Q rencana

kemiringan talut
1 D
20 m3/dt < Q = 50 m3/dt m
kedalaman minimum
galian cm hor. / vert.

D = 100 1
100 < D = 200 11,5
IDEA D > 200 2
ukuran dalam cm
saluran pembuang tanpa lindungan terhadap banjir
= 300 < var < 800 = 200 b (var) = 1 tanggul
100 sisa galian
100
Q puncak fa ?
1 : 20
B.P.T

B.P.T
Q rencana
= 100 Q puncak fna
sisa galian

1 D 1 untuk 1 < Q = 20 m3/dt


untuk Q = 1 m3/dt
Q = 20 m3 /dt tanggul sisa galian m m tanggul sisa galian
disatu sisi saja boleh untuk kedua sisi

b (var) = 350 =
100
1 : 20

Tipe-tipe
Q puncak fa ?
1,5m 1,5

B.P.T
Q puncak fna Q rencana = 300 1 1
sisa galian

D
1
Q > 20 m3/dt potongan
m
fa
Fna
= muka air genangan diperbolehkan
= muka air genangan tak diperbolehkan melintang
saluran pembuang dengan lindungan terhadap banjir
=
100
150 100
Q rencana
100 300 =
100
saluran

B.P.T
w
B.P.T

pembuang
1 : 20 w Q puncak 1 : 20

D
D Jalan Inspeksi
Q = 5 m3/dt 1
3 3
m 5 m /dt < Q = 20 m /dt

300 = 350 B.P.T = Batas Pembebasan Tanah


=
100
1 : 20 w
Q puncak
B.P.T

1,5 1,5
1 1 Q rencana

kemiringan talut
1 D
20 m3/dt < Q = 50 m3/dt m
kedalaman minimum
galian cm hor. / vert.

D = 100 1
100 < D = 200 11,5
IDEA D > 200 2
ukuran dalam cm
Drain Spacing
Masukan Nilai D, ro, dan perkirakan nilai L

2 D
Diagram Alir
x Perhitungan
L
Kedalaman Equivalen
No Yes
X > 0,5

Yes No
X < 10-6

D=d 2
~
4e 2 nx
F x    Ln
x F x    n1  e   2 nx
4x 2 n 1, 3, 6 ,...

L / 8
d
 F x 
L
IDEA Ln
ro
Terimakasih
IDEA

Anda mungkin juga menyukai