Anda di halaman 1dari 13

PLANTATION ESTABLISHMENT

Pembagian jenis Asal Areal :


1. Ex-HTI
2. Ex-MHW
3. Belukar
4. Replanting
Hand Over Area (Serah Terima Lahan) : serah terima areal
setelah aktivitas Harvesting selesai dengan kondisi areal sudah
layak tanam.
Dua sistem Land Clearing :
a. Windrowing / jalur
b. Spreading / serak
Keuntungan sistem spreading :
1. Melindungi top soil dari erosi
2. menjaga kelembaban tanah
3. menekan pertumbuhan gulma
4. pelapukan ranting dan cabang sebagai sumber bahan
organik tanah lebih merata
5. tidak ada kehilangan jalur tanam seperti yang terjadi pada
sistem jalur.
Top soil merupakan asset yang harus dilindungi. jika top soil
rusak, berapapun pupuk diberikan belum tentu bisa
mengembalikan kesuburan tanah.
Standard Kualitas Spreading
1. Sisa cabang & ranting diserakkan secara merata (hindari
terjadinya tumpukan-tumpukan)
2. Penyerakan secara merata juga dilakukan pada areal-
areal yang top soilnya terkikis
3. Sisa kayu dan cabang dipotong maksimal sepanjang 1
meter dan direbahkan ke tanah
PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 1 of 13
Sisa ranting, cabang, dan imasan dilindas dengan track alat berat
agar menjadi hancur dan merata di permukaan tanah.
▪ Tumpukan spreading yang tebal menyulitkan dalam
pembuatan lubang tanam, jika dipaksa tanam akar bibit
yang ditanam tidak masuk ke dalam tanah sehingga bibit
mudah mati.
▪ Sisa kayu yang panjangnya > 1 meter akan mengganggu
proses penanaman, karena sulit digeser.
▪ Topsoil yang tidak terlindungi akan lebih mudah tererosi
dan kelembaban tanahnya rendah.
HOA di Areal Gambut / Peat
o Aktivitas harvesting di areal rawa dengan sistem mekanis
menggunakan metode jalur matting.
o Standard lebar jalur matting maksimal 3 meter, sehingga
diharapkan tidak ada kehilangan jalur tanam.
Harus diperhatikan :
1. Hindari pencabutan tunggul kayu yang bisa menyebabkan
cekungan genangan air → mengurangi titik tanam.
2. Jika jalur matting tebal dan tidak mengandung gambut
sehingga tidak bisa ditanami, maka persis di tepi matting
yang 3 meter tsb harus bisa ditanami.
3. Di luar jalur matting, sisa cabang dan ranting tetap harus
diserak dengan standard kualitas spreading yang sama
dengan di darat.
LC Mekanis di Areal Belukar
a. di Areal Belukar Mineral
▪ Belukar dengan potensi kayu < 40 m3/ha layak untuk di-
LC mekanis.
▪ Semak belukar didorong dan diinjak dengan Bulldozer,
pada areal lembah umumnya menggunakan Excavator.

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 2 of 13


b. di Belukar Rawa
▪ Sisa kayu, cabang, dan ranting dikumpulkan pada jalur
lintasan alat berat (jalur kotor). Semak dan belukar
diserak (spreading) sehingga membentuk jalur bersih
lebar 12 meter atau kelipatan 3 meter (15 m, 18 m, dst).
▪ Lebar jalur kotor pada lintasan alat maksimal 3 meter.
Pada aktivitas Harvesting atau LC Mekanis, kadang sampah
cabang & ranting terlalu banyak, walaupun sudah di-spreading
secara merata, namun tumpukan serasah masih tebal sehingga
sulit untuk Menanam. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi
sistem spreading.

Modifikasi Sistem Spreading


Spreading bisa dimodifikasi dengan cara mengurangi sisa
cabang, ranting, dan kayu dan kemudian mengumpulkannya pada
jalur-jalur tertentu, namun jalur bersih tetap tertutup serakan
cabang dan ranting. Sistem ini disebut Semi Spreading.
Standard Kualitas Sistem Semi Spreading :
1. Jalur bersih tidak boleh terkikis topsoilnya (harus tetap
tertutup serasah).
2. Lebar jalur tumpukan maksimal 3 m.
3. Lebar jalur bersih 12 m

Replanting di Areal Rawa


Areal layak Replanting jika :
- Low stocking (stocking < 50%)
- Kondisi pertumbuhan tanaman abnormal
- Distribusi tanaman sisa tidak merata (spot-spot)
- Besarnya kemungkinan untuk perbaikan kondisi lindungan

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 3 of 13


Penyebab Replanting :
1. Banjir
2. Kebakaran
3. Tumbang angin
4. Klaim masyarakat (konflik sosial)
5. Serangan Hama-Penyakit
Dua sistem Land Preparation untuk Replanting :
a. Manual (Slashing + Tebang – Cincang)
b. Mekanis (Spreading / Semi Spreading)
Replanting harus memperhatikan faktor-faktor pendukung
pertumbuhan tanaman seperti : perbaikan drainase, land
preparation yang efektif, pemilihan bibit, dan maintenance
intensif.
Kanal Drainase
Pembuatan Kanal Drainase bertujuan untuk mengatur water table
areal tanam yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Dimensi Kanal Drainase
(Lebar Atas x Lebar Bawah x Kedalaman)
Contoh Drainase 2 x 1 x 2 meter

Ukuran Kanal :
a. Kanal Primer (12 x 9 x 3,5 meter)
b. Kanal Sekunder (8 x 5 x 3,5 meter)
c. Kanal Tersier (2 x 1 x 2 meter)

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 4 of 13


• Penggalian Kanal Tersier (Field Draind Compartment/FDC)
dilakukan sebelum Penanaman untuk menghindari
kerusakan tanaman.
• Pembuatan FDC harus tetap dilakukan walaupun areal
nampak kering atau tidak ada spot-spot air.
Standard Kualitas Kerja Kanal Tersier
1. Ukuran lebar atas 2 meter dan kedalaman 2 meter.
2. Kanal Tersier sejajar jalur matting (jalur kotor).
3. Jarak Antar Kanal Tersier 150 meter.
4. Tanah Eks Galian ditimbun pada salah satu sisi kanal pada
titik terendah, timbunan galian relatif merata (tinggi ≤ 0,5 m).
5. Kanal tidak boleh tersumbat oleh longsoran galian, sampah
ranting dan cabang, dan kayu besar yang melintang harus
dipotong.
6. Kanal tersier tidak boleh langsung ditembuskan ke kanal
Sekunder/Primer, tetapi dihubungkan ke kanal kolektor, kanal
kolektor ke outlet.
7. Standard galian kanal tersier 80 m / ha.
Ground water table
Umur Ground Water
(bulan) Table (cm)
0–6 40 – 60
7 – 12 60 – 80
> 12 80 – 100
Water Table harus dikontrol jangan sampai air habis, karena
dapat mengakibatkan subsidensi (penurunan muka gambut),
irreversible drying, dan efek racun pirit yang berbahaya untuk
tanaman rotasi berikutnya.
Pembuatan Jembatan melintas kanal tersier tiap 50 Meter agar
memudahkan akses untuk kegiatan perawatan dan pengawasan.

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 5 of 13


Desain Kanal Drainase

8
8 150 m

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 6 of 13


Tertiary Drain
Pembuatan Tertiary Drain bertujuan untuk memaksimalkan
pemanfaatan areal tanam. Tertiary drain disebut juga parit cacing.
Genangan spot air dalam cekungan lembah di areal mineral dapat
mengurangi luasan areal tanam.
Ukuran Tertiary Drain : 1 x 1 x 1 meter
Standard Kualitas Tertiary Drain
- Parit harus ditembuskan ke outlet (sungai) atau kolam
penampungan air.
- Bekas galian parit diserak merata pada kedua sisi parit.
- Jika lembah cukup lebar, maka perlu dibuat cabang
tertiary drain (sodetan) untuk mengalirkan spot-spot air
yang masih ada di sekitar jalur utama tertiary drain.
Kondisi tanah bekas galian tertiary drain cukup lembab dan akan
terus lembab karena lembah merupakan tempat akumulasi air,
sehingga species Acacia crassicarpa lebih sesuai ditanam
pada kondisi tanah lembab daripada Eucalyptus dan Acacia
mangium.
Pre Planting Spraying (PPS)
Setelah HOA, kondisi areal tidak bisa langsung ditanam karena
banyaknya gulma.
Gulma harus disemprot guna menekan persaingan pada bibit
yang akan ditanam.
Preplanting spraying dilaksanakan dengan metode blanket (total
spraying). Nozzle yang sesuai untuk digunakan adalah jenis Flat
Jet Spray (Nozzle Kipas).
Herbisida yang tepat digunakan untuk PPS adalah jenis-jenis
herbisida sistemik (glifosat) yang tingkat regrowth gulmanya
lebih lambat dibanding herbisida kontak (paraquat).

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 7 of 13


Kunci efektifitas PPS adalah :
1. Tepat Jenis (Jenis Herbisida vs Jenis Gulma)
2. Tepat Dosis
3. Tepat Waktu
4. Tepat Cara Aplikasi (faktor air, nozzle, dan metode
semprot)
Standard Kualitas PPS :
✓ Gulma yang disemprot harus mati (kering kecoklatan),
servis semprot perlu dilakukan jika masih ada gulma yang
belum mati.
Jika tidak ada PPS sebelum tanam, maka Maintenance akan lebih
sulit dan pertumbuhan awal tanaman menjadi agak lambat.
Selesi Bibit Sebelum Tanam
Manfaat seleksi bibit :
1. Mendapatkan survival rate tanaman yang tinggi
2. Mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam
3. Kontraktor tidak banyak kehilangan waktu untuk blanking
(sulam)
Syarat Bibit Layak Tanam :
✓ Perakaran kompak, tinggi min. 15 cm, diameter min. 2 mm,
jumlah daun min. 3 helai, bebas hama penyakit, dan segar.
Faktor Pendukung Untuk Menjaga Kualitas Bibit Yang Akan
Ditanam
▪ Perlu kehati-hatian dalam proses bongkar muat dan
transportasi bibit agar tidak banyak bibit yang rusak dan
stress.
▪ Bibit harus terjaga kualitas dan kesegarannya (diletakkan
dekat sumber air dan disiram minimal 2 kali sehari).

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 8 of 13


▪ Jamur/bakteri penyakit menyukai lingkungan yang
lembab, sehingga bibit harus dijarangkan guna
mengurangi kelembaban.
Proses Pemancangan
Proses pemancangan spacing tanam merupakan kegiatan utama
Lining. Bertujuan agar jarak dan barisan tanam lebih teratur dan
rapi.
Pancang induk dibuat per 30 m – 50 m sebagai acuan penarikan
tali tanam.
✓ Straping Band / seling → Anti Molor
 Tali tambang nylon → Mudah Molor
Pembuatan Lubang Tanam (Holing)
Prinsip dasar pembuatan lubang tanam adalah :
“Penggemburan tanah”
hancurkan bongkahan tanah sebelum dimasukkan kembali ke
dalam tanah.
Akasia (mineral soil) : 20 x 20 x 20 cm (kedalaman 20 cm)
Ekaliptus : 25 x 25 x 25 cm (kedalaman 25 cm)
Compact soil / Areal padat (Ex- TPN, Skid track) : 30 x 30 x 30 cm
Pada lahan low land dimensi screening 30 cm.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Lubang tanam yang dibuat di tanah padat (compact soil)
ukurannya harus lebih besar.
- Tanah galian bekas lubang tanam dari tanah compact
biasanya tidak bisa gembur, sehingga sebaiknya dicampur
kompos atau ambil topsoil dari tanah di sekitarnya.
- Jika tumpukan spreading terlalu tebal, maka pembuatan
lubang tanam menggunakan dodos.
PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 9 of 13
- Pembuatan lubang tanam di areal gambut langsung
menggunakan “Tugal”.
- Tugal juga digunakan pada areal mineral setelah
menggunakan dodos saat pembuatan lubang tanam.
- Tanah yang sudah siap, ditugal seukuran tube/polybag
untuk tempat masuknya bibit yang ditanam.
 Tugal konvensional : sulit mengontrol kedalaman
lubang
✓ Tugal stoper : Tugal dengan pembatas kedalaman
Perlakuan Bibit Sebelum Ditanam
▪ Seleksi bibit dari Tray dan masukkan bibit beserta
tabungnya ke dalam ember berisi air (bibit jangan dilepas
dari tube/tabung).
▪ Bibit baru boleh dilepas dari tabung sesaat sebelum
ditanam.
▪ Kumpulkan tabung kosong, jangan ditinggalkan di
lapangan.
Proses Penanaman (Planting)
o Setelah lubang tanam dibuat (holing) dan sudah ditimbun
lagi dengan tanah, lakukan pemadatan tanah (konsolidasi)
dengan cara diinjak.
o Lakukan penugalan pada lubang tanam yang telah
dipadatkan tadi menggunakan tugal stoper.
o Masukkan bibit tepat pada lubang yang telah ditugal, bibit
harus tertanam lurus dan akarnya tidak tertekuk.
o Lakukan pemadatan tanah di sekitar titik tanam dengan
menggunakan tangan agar tidak ada rongga udara yang
bisa menyebabkan kelembaban tanah berkurang.
Pengembalian Tube dan Tray setelah Penanaman
➢ Pengembalian tube dan tray sangat mendukung rotasi
produksi bibit di Central Nursery.

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 10 of 13


➢ Tube harus disusun rapi ke dalam Tray. Tabung yang tidak
disusun ke dalam Tray akan menyulitkan dalam
pengontrolan jumlah pengembalian, serta kemungkinan
besar akan tercecer di lapangan / di jalan.
➢ Tim Estate bertanggung jawab terhadap pengelolaan
tabung dan tray, terutama monitoring jumlah pengiriman
dari Central Nursery maupun jumlah pengembalian ke
Central Nursery.
Pergeseran Titik Tanam (offsetting)
Jarak tanam hanya bisa berubah / digeser jika :
a. Titik tanam jatuh pada genangan air atau daerah
cekungan yang apabila hujan turun berpotensi untuk
tergenang.
b. Titik tanam jatuh pada tunggul atau kayu besar yang sulit
disingkirkan.
c. Titik tanam jatuh pada tumpukan spreading yang sulit
disibak.
d. Titik tanam jatuh pada alur aliran air permukaan.
✓ Jika dilakukan offsetting, beri ajir pada titik tanam
seharusnya, kemudian tanam bibit pada titik tanam yang lebih
aman.
Catatan (offsetting) :
o Jika serakan tebal, jangan hanya ditugal. Lakukan
penyibakkan (screening) pada titik tanam agar lubang
tanam bisa dibuat.
o Lakukan pergeseran titik tanam jika ada serakan tebal.
o Jangan tanam di dekat tunggul
o Jangan tanam di genangan air
o Jangan tanam menggantung di atas ranting/sampah
o Jangan tanam di alur aliran air

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 11 of 13


Blanking (Penyulaman)
Blanking adalah kegiatan menanam ulang sebagian bibit yang
mati.
Daerah Kritis Sasaran Penyulaman (Blanking) :
a. Areal dengan spreading yang tebal
b. Areal lereng dan lembah
c. Tanaman umur 0 – 3 bulan adalah masa kritis
pertumbuhan
d. Areal spot-spot air
e. Areal ujung compartment atau batas-batas compartment,
misalnya yang berbatasan dengan areal konservasi atau
belukar.
Waktu yang paling ideal untuk Blanking adalah 1 bulan setelah
tanam agar keseragaman pertumbuhan masih bisa dijaga.
Zero Blanking adalah Prioritas Utama.
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Pemupukan
Dasar
1. Gunakan takaran pupuk guna memastikan aplikasi pupuk
sesuai dengan dosis standard.
2. Penyimpanan pupuk di lapangan harus diperhatikan
(terutama pupuk Urea/ZA, TSP/RP, KCL/MOP). Lindungi
pupuk dari panas dan hujan dengan diberi
naungan/penutup.
3. Penempatan pupuk di lapangan juga harus
memperhatikan faktor keamanan, jangan letakkan pupuk
sembarangan di tepi jalan.
4. Pemupukan dasar harus dilakukan bersamaan dengan
proses penanaman, jangan terlalu terlambat diaplikasikan.
5. Pengiriman pupuk sebaiknya satu paket dengan bibit.

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 12 of 13


Regime Plantation
Regime Plantation adalah sekumpulan informasi mengenai
standard kerja plantation yang menjadi pedoman dalam
operasional di lapangan.
Informasi yang tercantum dalam Regime Plantation adalah :
a. Jenis kegiatan plantation
b. Schedule pelaksanaan
c. Standard HOK tenaga kerja per-Hektar
d. Standard penggunaan material per-Hektar
e. Spesifikasi standard kerja
f. Standard cost
Regime Plantation dipisahkan berdasarkan :
1. Asal Areal (Ex-MHW, Ex-HTI, Belukar dan Replanting)
2. Tipe Lahan (Mineral / Peat)
3. Species

Simpang Hulu, 27 Desember 2022


Disusun oleh,

M. Fahman Fauzi, S.Hut.


PQA & Inventory Coord. PT Mayawana Persada

PLANTATION ESTABLISHMENT - Page 13 of 13

Anda mungkin juga menyukai