Anda di halaman 1dari 15

PERSIAPAN LAHAN KONDISI LAHAN IDEAL YANG DIPERLUKAN : Tanah gembur, subur, tidak mudah tergenang air / drainase

e yang baik. Memiliki cukup bahan organik. pH netral sampai agak asam (5,5 7). Kemiringan tanah tidak lebih dari 8%. Ketinggian 0 700 meter dpl. Jenis tanah liat berlempung, tanah lempung atau tanah lempung berpasir. Areal yang memiliki persediaan air (sumber air) yang cukup Sinar Matahari penuh (tidak ternaungi pohon atau bangunan yang tinggi) Lakukan pengolahan lahan dengan baik, agar tanah menjadi gembur dan tanaman bisa tumbuh dengan baik. MANFAAT PENGOLAHAN LAHAN : Memperbaiki Struktur Tanah. Memperbaiki Aerasi Tanah. Membunuh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Menghambat tumbuhnya gulma. Melancarkan Drainase (pemasukan dan pembuangan air) Lebih baik dibuat jalur-jalur arah barat-timur selebar 150 cm atau disesuaikan dengan disc-plow yang dipergunakan, agar drainase lancar. JENIS PENGOLAHAN LAHAN : a. Olah Tanah Konvensional / Sempurna Merupakan sistem pengolahan yang umumnya dilakukan petani dengan cara dibajak dan digaru secara manual maupun mekanis agar tanah menjadi lebih gembur, subur dan mudah ditanami. b. Olah Tanah Sistem TOT (Tanpa Olah Tanah) Merupakan sistem pengolahan tanah minimum untuk mengurangi biaya, sehingga lebih efisien dan tercapai tujuan konservasi lahan. . PERSIAPAN BENIH BENIH BERKUALITAS : Dalam menentukan benih berkualitas dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu : a. FISIK - Ukuran benih seragam. - Bebas jamur/hama gudang. - Daya kecambah baik.

b. MORFOLOGIS - Sifat yang khas. - Tanaman seragam. - Tahan cekaman lingkungan. c. PERTUMBUHAN - Pertumbuhan awal/vigor kokoh. - Tahan hama dan penyakit. - Tanggap terhadap pemupukan. - Tahan rebah karena memiliki perakaran yang kuat. d. HASIL - Kelobot tertutup rapat. - Ukuran tongkol besar. - Produksi tinggi. - Rendemen tinggi. - Biji rapat dan berat. - Biji tertata rapi. Dengan pemilihan benih jagung hibrida berkualitas, dapat meningkatkan produksi sekaligus meningkatkan keuntungan petani. 3. PENANAMAN a. MANUAL Lakukan penanaman saat kondisi tanah lembab, setelah hujan atau setelah diairi. Penanaman secara manual dilakukan dengan cara ditugal. Lubangi tanah dengan tugal sedalam 3 cm, masukkan benih 1-2 biji ke lubang lalu ditutup dengan tanah atau pupuk organik. Pergunakan tali agar jalur tanam rapi dan sesuai dengan jarak tanam yang diinginkan.

(Jarak tanam yang dipergunakan adalah 70 cm x 20 cm)

b. MEKANIS Penanaman secara mekanis bisa dilakukan dengan menggunakan PLANTER yang ditarik traktor. Dengan menggunakan Planter tidak hanya bisa dilakukan penanaman tetapi sekaligus juga pemupukan

4. PEMUPUKAN Pemupukan secara manual dilakukan dengan menggunakan tugal. Buat lubang di samping tanaman dengan jarak 5-10 cm, lalu pupuk dimasukkan ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah. Setelah pemupukan lakukan pengairan. Lakukan pemupukan berimbang, yaitu pemupukan dengan melengkapi semua unsur makro yang dibutuhkan tanaman, yaitu unsur N, unsur P, unsur K. Agar semua unsur tersebut tercukupi dianjurkan untuk menggunakan NPK 15:15:15 dalam aplikasi pemupukan. Aplikasi pemupukan secara manual adalah sebagai berikut (per hektar) : Pemupukan pertama dilakukan bersamaan tanam dengan menugal 5 cm dari lubang tanam. Kebutuhan pupuk, untuk pupuk dasar ini adalah : Urea 200 kg / Hektar, SP36 150 kg / Hektar dan Kcl 100 kg / Hektar atau menggunakan pupuk majemuk NPK Grand S-15 200 - 250 kg / Hektar. Saat tanaman berumur 21 - 25 hst dan 35 - 40 hari setelah tanam pemupukan kedua dan ketiga dilakukan dengan memberikan urea 200 kg / hektar atau 2,5 - 3 gram tiap tanaman. Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan dengan menugal 10 cm dari tanaman dan menutup dengan tanah dan sekaligus sebagai pembumbunan dan pendangiran. DIFISIENSI PUPUK Kekurangan Fospor (unsur P) ditandai dengan daun yang berwarna ungu kemerahan, terutama pada tanaman yang masih muda. Kekurangan Nitrogen (unsur N) ditandai dengan warna kekuningan pada ujung daun dan berkembang sepanjang tulang daun utama. Kekurangan magnesium (unsur micro mg) ditandai dengan timbulnya garis-garis keputihan

sepanjang tulang daun dan seringkali timbul warna ungu pada bagian bawah daun tua. Kekurangan Kalium (unsur K) ditandai dengan pembentukan tongkol yg tidak sempurna dimana ujung tongkol tidak berbiji penuh, dan bijinya jarang. Tongkol jagung akibat kekurangan Nitrogen (unsur N) pada saat kritis, ditandai dengan tongkolnya kecil, kadar protein rendah dan ujung tongkol tidak berbiji. Akibat kekurangan Fosfor (unsur P) ditandai dengan tongkolnya kecil, kering bengkok dengan pembentukkan biji tidak sempurna.

5. PENGENDALIAN GULMA Pengendalian manual yang biasa dilakukan adalah : Pengendalian gulma/rumput dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 30 hari setelah tanam. Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan dengan cara herbisida. Aplikasi penyemprotan dilakukan pada sela-sela tanaman jagung dan dihindari terkena langsung dengan tanaman jagung (dianjurkan memberi sungkup pada nozzle). Contoh gulma yang bisa dikendalikan oleh herbisida NOXONE 297SL adalah : - Cyperus sp. - Digitaria adscendens - Paspalum conjugatum - Eleusine indica - Panicum repens - Mikania sp. - Euphorbia hirta - Imperata cylindrica - Mimosa pudica - Cynodon dactilon - Ischaemum timorense

8. PASCA PANEN Jagung yang sudah dipanen, disortir. Jagung yang jelek dipisahkan dari jagung yang baik untuk menjaga kualitas jagung dan menghindarkan dari tertularnya jamur. Setelah di rumah, jagung harus dijemur, tujuannya untuk menurunkan kadar air menjadi 2528%. Setelah jagung cukup kering atau memiliki KA 25-28%, maka jagung bisa langsung dipipil. Pemipilan dapat dilakukan secara manual maupun mekanis. Untuk mendapat harga yang baik maka jagung yang sudah dipipil perlu dikeringkan lagi untuk mendapatkan kadar air yang lebih rendah. Jagung yang sudah cukup kering (KA = 20-25%) dikarungi dan disimpan di gudang untuk kemudian dibawa ke Pasar, Pedagang Pengumpul atau ke Pabrik Pakan Ternak.

I. PENDAHULUAN Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3). II. SYARAT PERTUMBUHAN Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA A. Syarat benih Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam). B. Pengolahan Lahan Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung. C. Pemupukan

Dosis Pupuk Makro (per ha) Waktu Urea TSP (kg) (kg) Perendaman benih 120 Pupuk dasar 80 25 20 - 40 KCl (kg) 2 - 4 cc/ lt air Dosis POC NASA

tutup/tangki ( siram merata ) 2 minggu 4 - 8 tutup/tangki ( semprot/siram) 115 Susulan I (3 minggu) 4 minggu 4 - 8 tutup/tangki ( semprot/siram ) 115 Susulan II (6minggu) 4 - 8 tutup/tangki ( semprot/siram ) 55 -

Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis 1 botol/1000 m2 dengan cara : - alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. - alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan. D. Teknik Penanaman 1. Penentuan Pola Tanaman Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan : a. Tumpang sari ( intercropping ), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo. b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll. c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ): pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang. d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) : penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu. 2. Lubang Tanam dan Cara Tanam

Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman 1. Penjarangan dan Penyulaman Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. 2. Penyiangan Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. 3. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. 4. Pengairan dan Penyiraman Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung. F. Hama dan Penyakit 1. Hama a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein) Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA b. Ulat Pemotong Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3)

Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI. 2. Penyakit a. Penyakit bulai (Downy mildew) Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh) Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO c. Penyakit karat (Rust) Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO. d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut) Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA . e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam. Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810,

dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. G. Panen dan Pasca Panen 1. Ciri dan Umur Panen Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis. 2. Cara Panen Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung. 3. Pengupasan Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh. 4. Pengeringan Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering. 5. Pemipilan Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung. 6. Penyortiran dan Penggolongan Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.
23:28:00 | |
This entry was posted on 23:28:00 You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. or trackback from your own site.

Senin, 09 April 2012


Cara Budidaya Jagung Manis
Label: Wira Usaha Diposkan oleh Suhada Hanum di Senin, April 09, 2012 Cara Budidaya Jagung Manis Cara Budidaya Jagung Manis Jagung adalah salah satu makanan makan pokok sebagian penduduk Indonesia. Cara Budidaya Jagung Manis ini tampaknya bukanlah barang baru, dan sudah tidak asing lagi bagi petani Indonesia. Cara Budidaya Jagung Manis pada dasarnya sama saja dengan cara budidaya jagung pada umumnya.

Cara Budidaya Jagung Manis ini terdiri dari beberapa langkah kegiatan yaitu:

1. 2. 3. 4.

Persiapan Lahan Budidaya Jagung Manis Penanaman Jagung Manis Pemeliharaan Jagung Manis Pemanenan Jagung Manis

Dari empat jenis kegiatan di atas kemudian dikembangkan dalam beberapa langkah kegiatan, sehingga diharapkan melalui langkah-langkah kegiatan tentang Cara Budidaya Jagung Manis ini, para petani akan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen jagung secara maksimal. 1. 1. Persiapan Lahan Budidaya Jagung Manis 1. a. Isolasi Lahan

Lahan yang akan ditanami jagung manis harus bebas dari tanaman sejenis varietas lain (isolasi), untuk menjamin kemurnian benih yang akan dihasilkan nanti. Isolasi ada dua cara, yaitu isolasi waktu yang berhubungan dengan saat tanam dengan tanam jagung varietas lain yaitu sekitar 30 hari, serta isolasi jarak, yang berhubungan jarak minimal dengan lokasi tanaman jagung varietas lain yaitu sekitar 400 m. 1. b. Pengolahan Tanah

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tertinggi diperoleh lewat pengolahan tanah yang baik dan benar, yaitu dengan cara dibajak dan digaru. Dengan pengolahan tanah akan diperoleh media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan akar, mengurangi keberadaan gulma serta memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah. Untuk tiap 4 meter perlu dibuatkan got yang berfungsi sebagai jalur irigasi dan drainase. Kegiatan ini dilakukan minimal 15 hari sebelum tanam. Akan tetapi penanaman tanpa olah tanah (TOT) bisa juga dilakukan untuk mengejar waktu tanam. Dengan catatan pembersihan lahan harus tetap dijaga untuk mengurangi serangan hama atau penyakit sisa dari tanaman terdahulu. 1. c. Banih Jagung Manis

Benih yang digunakan ada dua macam yaitu benih tanaman jantan yang nantinya akan dimanfaatkan serbuksarinya, dan benih tanaman betina yang akan dimanfaatkan tongkol untuk benih. Kebutuhan benih jantan adalah 3 kg/ha, sedangkan benih betina sebanyak 9 kg/ha. 1. 2. Penanaman Jagung Manis

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman adalah split tanam antara jantan dan betina, perbandingan populasi jantan :betina, jarak tanam, penugalan dan jumlah benih perlubang.

Pemisahan waktu tanam dimana benih jantan ditanam lebih dahulu dan diberi tanda patok berbendera, baru 6 hari kemudian benih betina ditanam. Perbandingan populasi jantan dengan betina adalah 1 : 4. Jarak tanam antar betina adalah 75 x 25 cm, dan jarak baris betina dengan baris jantan adalah 50 cm. Lahan ditugal dengan kedalaman 5 cm, kemudian benih dimasukkan satu benih perlubang dan ditutup lagi dengan abu atau sekam. Pemeliharaan Jagung Manis

1. 3.

Pemeliharaan tanaman untuk Cara Budidaya Jagung Manis terdiri dari: 1. a. Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah pupuk campuran antara ZA : SP-36 : KCl dengan perbandingan dosis perhektar adalah 280 : 210 : 35. pemupukan pupuk campuran ini dilakukan dalam tiga aplikasi berturut-turut adalah : Umur 0 hst dengan dosis ZA : SP-36 : KCl adalah 70 : 140 : 35 yang diaplikasi dengan tugal pada jarak 5 cm dari lubang dan ditutup lagi.

Umur 15 hst dengan dosis ZA : SP-36 adalah 70 : 70 yang diaplikasikan dengan cara tugal 10 cm dari lubang tanam dan ditutup lagi. Umur 45 hst dengan dosis ZA sebanyak 140 kg yang diaplikasikan dengan digejik pada jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup lagi. Pengairan

1. b.

Tiga hari sebelum tanam lahan perlu diairi untuk menciptakan kondisi tanah yang lembab dan hangat, sehingga mempercepat terjadinya perkecambahan benih serta ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pengairan diberikan sesuai kebutuhan, yang penting dijaga agar tanaman tidak kekurangan atau kelebihan air. Pengairan diberikan setiap kali selesai pemupukan. Jadwal pengairan yang dianjurkan adalah -3, 15, 30, 45 hst. 1. c. Dangir dan Bumbun

Pendangiran adalah usaha untuk mengurangi keberadaan gulma di areal tanaman, yang berpotensi sebagai kompetitor bagi tanaman jagung. Dangir dilakukan sebelum perlakuan pemupukan yaitu pada umur 21 dan 28 hst. Sedangkan membumbun adalah usaha untuk memperbaiki sirkulasi udara serta membantu pertumbuhan perakaran tanaman. 1. d. Cabut Bunga (Detaseling)

Yang dimaksud adalah mencabut bunga jantan tanaman betina saat tanaman berumur antara 4050 hst. Pekerjaan ini dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.00 wib sampai selesai dan diulangi lagi sebanyak 7-10 hari sampai benar-benar tidak ada lagi bunga jantan di tanaman betina. Syarat yang harus diperhatikan adalah jangan membiarkan kuncup bunga jantan sampai mekar dan

pollen sudah pecah, karena akan mengakibatkan self pollinations. Standart kelulusan cabut bunga (detaseling) adalah 2. 1. e. Babat Jantan

Tanaman jantan harus dibabat untuk menjaga kerahasiaan perusahaan bila proses serbuk silang sudah selesai dan untuk menghindari tercampurnya buah jantan pada saat panen. Hal ini dapat dilihat dengan adanya ciri-ciri rambut pada tongkol jagung sudah kering dan berwarna kecoklatan. Pekerjaan ini dilakukan cukup sehari yaitu pada umur 65 hst. 1. f. Rouguing

Rouguing adalah kegiatan membuang tanaman yang bersifat menyimpang dari tanaman yang diharapkan. Ini dapat dilihat antara lain dengan ciri-ciri sebagai berikut : penampilan yang terlalu subur dengan daun yang lebar, warna pangkal batang yang merah, serta warna bunga yang merah. Perlakuan ini dilakukan baik pada tanaman jantan maupun betina, berfungsi untuk menjaga kemurnian induk sebagai penghasil benih, dan dilakukan dengan kontrol setiap minggu. 1. g. Hama dan pengendaliannya

1). Lalat bibit (Atherigona exigua S.)

Gejala serangan hama ini pada saat tanaman berumur 7 14 hst dengan gejala daun berubah menjadi kekuning-kuningan, disekitar gigitan atau bagian yang diserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Ciri-ciri lalat bibit adalah warna lalat abu-abu dengan warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, panjang lalat 3 3,5 mm. Pengendalian hama ini adalah dengan penanaman serentak dan menerapkan pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup, terutama setelah selesai panen jagung. Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang, menjaga kebersihan lahan dari gulma, serta mengendalikan dengan semprot pestisida menggunakan Dursban 20 EC, Hostation 40 EC, Marshal 25 ST dengan dosis sesuai anjuran.

2). Ulat pemotong dan penggerek buah


Contoh ulat pemotong adalah Agrotis sp., Spodoptera litura. Contoh ulat penggerek adalah Ostrinia furnacalis. Contoh ulat penggerek buah adalah Helicoverpa armigera. Gejala serangan ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batang, adanya tanaman muda yang roboh. Pengendalian hama-hama tersebut adalah dengan tanam secara seremmpak pada areal yang luas, mencari dan membunuh secara manual, serta melakukan semprot dengan insektisida dengan dosis sesuai anjuran.

1. h.

Penyakit dan pengendaliannya

1). Penyakit bulai (Downy mildew) Disebabkan cendawa peronosporta maydis yang berkembang pesat pada suhu udara 27 derajat ke atas serta keadaan udara yang lembab. Gejala serangan adalah pada tanaman umur 2 3 minggu, daun runcing dan kaku, pertumbuhan terhambat, warna daun kuning dan terdapat spora berwarna putih pada sisi bawah daun. 2). Penyakit bercak daun Disebabkan oleh jamur Helminthosporium sp, dengan gejala adanya bercak memanjang berwarna kuning dikelilingi wanra kecoklatan. Semula, bercak tampak basah kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan, dan akhirnya menjadi coklat tua. Pengendalian dengan cara pergiliran tanaman serta dengan menyemprot bahan kimia seperti Daconil dan Difolatan. 3). Penyakit gosong bengkak Disebabkan jamur Ustilago sp. yang menyerang biji, sehingga menyebabkan pembengkakan yang mengakibatkan pembungkus menjadi rusak. Pengendalian dengan jalan mengatur irigasi dan drainase, memotong bagian yang terserang dan dibakar, serta menggunakan benih yang sudah dicampur dengan fungisida misalnya Saromyl. 4). Penyakit busuk tongkol dan busuk biji Penyebabnya adalah jamur Fusarium atau Giberella zeae. Penyakit ini baru dapat diketahui setelah klobot dibuka. Biji-biji yang terserang berwarna merah jambu atau merah kecoklatan yang akan berubah warna menjadi coklat sawo matang. Pengendalian adalah dengan menggunakan benih varietas unggul, pergiliran tanaman, seed treatment, serta melakukan penyemprotan dengan bahan aktif Mancozep bila ada gejala serangan. 1. 4. Pemanenan Jagung Manis

Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 95-100 hst, dimana pada saat tersebut, buah tanaman sudah dikatakan masak secara fisiologis dengan ciri-ciri daun dan kelobot sudah mengering(menguning), bila kelobot dibuka biji sudah tampak kisut 100%, serta ada black layer pada daerah titik tumbuh. Teknis panen dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Kelobot pembungkus buah dikupas dengan cara disobek dengan tangan. 2. Seleksi buah, dengan cara dipisahkan antara buah normal dengan yang masih muda serta busuk. Buah yang muda dipisahkan untuk kemudian dijemur dahulu. Sedangkan yang busuk dibuang dan tidak perlu dikirim ke pabrik. 3. Buah-buah normal dimasukkan ke dalam zak-zak yang sudah disiapkan, untuk kemudian ditimbang dan dikirim ke pabrik. Gunakan Bahan Organik Insitu Pada Budidaya Jagung Di Lahan Kering Oleh Administrator Selasa, 08 Juni 2010 13:54

Anda pernah dengar istilah bahan organik insitu? nah ternyata bahan organik ini bukanlah produk impor berharga mahal atau bahan yang diproses dengan teknologi tinggi, melainkan adalah usaha untuk memanfaatkan bahan organik yang tersedia di lahan maupun sisa-sisa tanaman setelah panen.

Kenapa bahan organik insitu perlu dilirik? beragam manfaat mengemukakan untuk dipetik, mulai dari meningkatkan dan mempertahankan bahan organik tanah, dengan memberi peluang terbentuknya humus, mengembalikan stabilitas kesuburan tanah sampai mengurangi kerentangan tanah terhadap erosi. Pada umumnya tanah pertanian yang diusahakan terus-menerus tanpa pergiliran tanaman, maka kadar bahan organiknya akan berkurang dan kesuburannnya makin lama makin menurun. Hal ini juga terkait dengan kebiasaan petani yang sering membakar jerami jagung setelah diangkut keluar lahan, ataupun untuk dijadikan sebagai makanan ternak, sehingga sedikit sekali bahan tersebut yang tertinggal di lahan. Yang tergolong dalam pemanfaatan bahan organik insitu adalah : 1. Tanpa Olah Tanah (TOT) Persiapan lahan dengan sistim TOT pada budidaya jagung termasuk salah satu pemanfaatan bahan organik Insitu. Pada sistim ini permukaan tanah tidak diolah/diganggu kecuali untuk penanaman dan penempatan pupuk. Keuntungan sistim TOT dapat mempertahankan dan meningkatkan kadar bahan organik tanah, karena sisa tanaman tetap berada dalam tanah dan sisa tanaman yang terdapat dipermukaan tanah tidak diangkut keluar lahan, tapi dimanfaatkan sebagai mulsa sampai mengalami pelapukan, dampak dari penempatan sisa tanaman dipermukaan tanah, juga mengurangi emisi karbon di udara, sekaligus meningkatkan C organik tanah. Dari hasil beberapa

penelitian menunjukkan bahwa jagung yang ditanam dengan sistim TOT memberikan hasil yang lebih tinggi yakni 8,3 ton/ha sedangkan menggunakan sistim Olah Tanah Sempurna (OTS) 7,90 ton/ha. 2. Sistim Kompos Langsung di Lahan (KLD) Untuk lahan yang selalu ditanami jagung sepanjang musim menerapkan sistim kompos langsung di lahan merupakan pilihan yang tepat, karena pada setiap panen sisa-sisa tanaman langsung dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik dengan cara membenamkan sisa tanaman dan gulma pada saat pengolahan tanah sampai terjadi pengomposan langsung di lahan, lama proses pelapukan berlangsung 30-40 hari, tergantung dari tinggi rendahnya selulosa bahan organik yang dibenamkan, semakin rendah selulosanya, maka proses pelapukan semakin cepat. Dibanding sistim TOT, menerapkan pengomposan langsung di lahan justru mempersingkat waktu pelapukan, hemat tenaga dan biaya, sangat mudah dilaksanakan oleh petani bahkan bahan organik yang dihasilkan juga lebih banyak. Dari hasil analisis setiap ton jerami jagung menghasilkan unsur N, P, K, Ca dan Mg sebesar 24, 3,8. 28,8. 6,8 dan 4,0 kg. Apabila jerami yang dihasilkan setiap panen sebnyak 6 ton, maka unsur nara N, P, K, Ca, dan Mg adalah sebesar 144,0. 22,8.72,8. 40,8 dan 24,0 kg belum lagi didalamnya terdapat sejumlah unsur mikro. Dengan memanfaatkan jerami sebagai sumber bahan organik Insitu setiap musim, berarti dapat mengembalikan sejumlah unsur hara kedalam tanah, serta memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Secara umum penerapan sistim KLD memberikan keuntungan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mudah dilaksanakan karena tidak membutuhkan teknologi yang sulit, Hemat biaya tenaga dan waktu karena tidak membutuhkan tempat dan transportasi, Memberikan solusi terhadap kelangkaan dan tingginya harga pupuk, Pengendalian gula dapat dilakukan bersaam dengan pembumbunan, Bebas dari penggunaan herbisida, Dapat mempertahankan kelembaban tanah pada musim kemarau, sehingga pertanaman dapat dilakukan sepanjang musim tanpa tergantung pada jumlah curah hujan, 7. Pengolahan tanah pada musim tanam berikutnya lebih ringan, karena tanah yang mengandung bahan organik tinggi strukturnya lebih ringan. Dampak terhadap lingkungan. Pemanfaatan bahan organik Insitu sebagai pupuk organik dan mulsa dapat mengarahkan petani agar tidak membakar jerami dan gulma pada saat panen atau pada saat persiapan lahan. Cara membakar ini selain kurang bermanfaat terhadap kesuburan tanah juga dapat menyebabkan polusi udara yang merusak kesehatan masyarakat. Pengomposan langsung dilahan juga menciptakan lingkungan yang bersih, mengurangi pencemaran air karena berfungsi sebagai filter. Selain itu juga mampu mengikat pestisida sehingga tidak ketempat lain bersama aliran air. (Ridwan, Irmansyah Rusli, Len Bahri, Zulrasdi)

Anda mungkin juga menyukai