Udara, suatu zat yang tidak berwarna dan tidak berbentuk namun keberadaan dan ketersediaanya
menjadi hal yang sangat vital bagi kehidupan, termasuk juga pada ayam. Munculnya kasus penyakit
pernapasan di peternakan ayam akibat peternak telat membuka tirai atau litter terlalu basah, bukanlah
hal yang asing lagi terjadi.
Semua kondisi tersebut berkaitan dengan ketersediaan udara bersih di dalam kandang. Jika
kuantitas dan kualitas udara buruk, maka ayam sudah pasti akan bermasalah. Nah, sebelum membahas
bagaimana cara mempertahankan kualitas udara di dalam kandang, ada baiknya kita mengenal
beberapa gas berbahaya yang menjadi sumber iritasi bagi ayam.
Amonia dengan kadar tinggi secara tidak langsung juga bisa memicu kasus infeksi penyakit
saluran pernapasan seperti CRD, korisa, ND, AI, IB dan ILT. Hal ini tidak lain disebabkan adanya
kerusakan membran saluran pernapasan yang merupakan gerbang pertahanan terhadap infeksi
bibit penyakit.
Efek lainnya ialah timbul gangguan pembentukan kekebalan tubuh, baik yang bersifat lokal
maupun humoral. Produksi kekebalan lokal (IgA) yang terdapat dalam saluran pernapasan atas
akan mengalami gangguan akibat rusaknya sel-sel epitel oleh iritasi amonia. Sedangkan kadar
amonia yang tinggi dalam darah (akibat terhisap dalam jumlah besar) menyebabkan stres pada
sel-sel limfosit sehingga produksi antibodi (IgG dan IgM) juga mengalami gangguan (North, 1984).
Deteksi amonia
Berdasarkan pengalaman di lapangan, kandang postal dengan litter memiliki potensi gangguan
amonia lebih besar dibanding kandang slat/panggung. Sebab, amonia memiliki massa jenis lebih
tinggi daripada udara. Akibatnya, pada kandang litter, ayam akan langsung menghirup amonia
terus menerus.
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi kadar amonia di kandang, di antaranya
dengan memakai alat indikator amonia. Poin terpenting ketika menggunakan alat tersebut ialah
meletakkannya pada ketinggian yang tepat, misalnya saja 10 cm dari lantai atau setara dengan
tinggi kepala ayam.
Jika terlalu dekat ke lantai, maka amonia yang terukur akan terlalu pekat. Sedangkan jika terlalu
tinggi, amonia yang terukur terlalu kecil karena amonia cenderung sudah terbawa angin/udara
sekitar. Oleh karena itu, cara termudah yang bisa diaplikasikan oleh peternak untuk mengetahui
kadar amonia di dalam kandang adalah dengan indera penciuman. Bila kita masuk ke kandang
dan bau kotoran sudah mulai menyengat, maka kadar amonia sudah bisa dikatakan berlebihan.
Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida (CO2) adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan satu setengah kali lebih
berat dibandingkan udara bersih (O2). CO2 dihasilkan dari limbah proses metabolisme tubuh
(proses pernapasan, red) bersamaan dengan dihasilkannya panas tubuh. Gas ini bisa
menyebabkan gangguan sesak napas pada ayam jika kadarnya sangat berlebihan. Konsentrasi
maksimum CO2 yang masih direkomendasikan untuk kandang ayam adalah 2500 ppm. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa saat konsentrasi CO2 sudah mencapai 3500 ppm, maka akan
muncul nodul-nodul pada paru-paru sehingga kerja paru-paru terganggu dan ayam menjadi peka
terhadap serangan bibit penyakit (Alchalabi, Poultry International, 2001).
Hipoksia
Hipoksia merupakan suatu keadaan kekurangan oksigen yang dapat dipicu oleh penurunan kadar
oksigen (O2) dalam udara sehingga ketersediaan O2 untuk proses metabolisme tubuh menjadi
berkurang. Hipoksia sendiri secara tidak langsung bisa memicu kejadian hidrops ascites.
Hidrops ascites merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan pengumpulan cairan pada rongga
tubuh. Kondisi ini awal mulanya disebabkan oleh kurangnya kapasitas paru-paru untuk
menyediakan oksigen. Ayam yang menderita hidrops ascites akan terlihat gendut terutama di
bagian perut dan jika diraba akan terasa ada cairan di dalamnya. Adanya timbunan cairan dalam
rongga perut tersebut akan menyebabkan ayam sulit bergerak sehingga menjadi lebih malas,
serta nafsu makan dan minumnya menurun. Tak jarang ayam juga mengalami kematian
mendadak dengan posisi tubuh terlentang.
seperti tidak ada pembolakbalikan litter dan adanya tumpahan air minum juga akan
mengakibatkan hal ini.
saat dilakukan penggantian air minum agar litter tidak terkena banyak tumpahan air yang
mengakibatkan litter cepat basah.
Jika litter basah dan menggumpal dalam jumlah sedikit, terutama di sekitar tempat makan, tempat
minum dan di depan pintu segera ambil dan ganti dengan yang baru. Namun jika jumlah litter yang
menggumpal banyak, alangkah lebih baik jika ditambahkan litter baru.
Mengontrol Amonia
Fokus berbicara mengenai amonia, peternak sudah sering menghadapi masalah pelik terkait bau
amonia yang sangat menyengat di kandangnya. Jika konsentrasi amonia sudah sangat tinggi dan
baunya sudah sangat menyengat, maka peternak harus segera mengambil tindakan untuk
menguranginya. Selain dengan mengatur sirkulasi udara dan memperbaiki manajemen pemeliharaan
ayam, peternak juga bisa menggunakan zat kimia tertentu yang mampu bekerja mengikat amonia.
Mengingat bahaya yang ditimbulkan amonia sangat besar, khususnya bagi usaha peternakan di
Indonesia dengan iklim tropis dan tata laksana pemeliharaannya, maka diperlukan tindakan yang
terencana dan tepat guna untuk penanggulangannya.
Dari salah satu penelitian dilaporkan bahwa ekstrak tanaman herbal Yucca schidigera terbukti
sangat efektif digunakan untuk mengikat amonia. Menyadari hal tersebut, maka saat ini Medion telah
memproduksi produk pengikat amonia yang dibuat dari ekstrak Yucca schidigera. Produk tersebut adalah
Ammotrol. Ammotrol aman digunakan setiap hari dalam jangka waktu lama untuk mengikat amonia
tanpa menimbulkan efek samping dan residu. Pemberian Ammotrol juga relatif mudah, cukup
disemprotkan ke feses atau dilarutkan dalam air minum, serta bisa diberikan bersamaan/dicampur
dengan vitamin atau antibiotik.
Dalam trial tersebut, R&D Medion melakukan uji tanding Ammotrol dengan produk sejenis yang
mengandung bioflavonoid dan polyphenol (produk X), serta probiotik/effective microorganism (EM)
(produk Y) di kandang ayam layer komersial.
Ammotrol disemprotkan pada feses tiap 3 hari sekali selama jangka waktu 3 minggu. Setelah itu,
kadar amonia pasca penyemprotan diukur setiap minggunya dan hasilnya dibandingkan dengan data
awal sebelum penyemprotan, serta dibandingkan dengan produk sejenis maupun kontrol (tidak diberi
tambahan apapun) (Grafik 1).
Dari trial tersebut (Grafik 1), terlihat bahwa penyemprotan Ammotrol mampu menurunkan kadar
amonia sebesar 8 ppm (atau sekitar 42,11% dari kadar amonia pengukuran awal) dibanding produk lain
sejenis yang mengandung zat aktif probiotik/EM, flavonoid dan polyphenol.
Dari seluruh bahasan di atas bisa disimpulkan bahwa kualitas udara sangat mempengaruhi
kenyamanan hidup ayam di dalam kandang. Jika kualitas udara baik, maka ayam pun bisa tumbuh dan
berproduksi dengan baik. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, peternak wajib mengurangi
konsentrasi gas yang mampu menurunkan kualitas tersebut. Salah satu caranya dengan menggunakan
Ammotrol. Semoga bahasan artikel kami kali ini bisa memberikan informasi baru bagi Anda sebagai
peternak. Salam sukses selalu!