Anda di halaman 1dari 51

JAGUNG Tanaman jagung merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa

daerah di Indonesia. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses menjadi minyak goreng, margarin, dan formula makanan. Pati jagung dapat digunakan sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan seperti es krim, kue, dan minuman. Karena cukup beragamnya kegunaan dan hasil olahan produksi tanaman jagung tersebut diatas, dan termasuk sebagai komoditi tanaman pangan yang penting, maka perlu ditingkatkan produksinya secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan.

SYARAT PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG


Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG A. Syarat Benih Jagung


Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan Tanah
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek. Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. Pemupukan
Takaran per hektar pupuk kandang 2 ton, urea 300 kg, SP36 150 kg, KCl 75 kg. Pupuk urea diberikan 2 kali, masing-masing 1/2 bagian pada saat tanaman berumur 18 hari dan 35 hari. Sedangkan pupuk kandang, SP36 dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanam.

D. Penanaman Jagung
Waktu tanam Sebaiknya musim penghujan.

1. Penentuan Pola Tanaman Jagung


Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan : - Tumpang sari ( intercropping ),melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo. - Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll. - Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ),pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang. - Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ), penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam Tanaman Jagung


Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). - Penjarangan dan Penyulaman Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. - Penyiangan Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. - Pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. - Pengairan dan Penyiraman Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang

diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

Panduan Budidaya Tanaman Jagung


Peluang Usaha-Oke.Com

Budidaya Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. SYARAT PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl. PANDUAN BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG B. Pengolahan Tanah Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm.

Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek. Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung. A. Syarat Benih Jagung Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam). C. Pemupukan Takaran per hektar pupuk kandang 2 ton, urea 300 kg, SP36 150 kg, KCl 75 kg. Pupuk urea diberikan 2 kali, masing-masing 1/2 bagian pada saat tanaman berumur 18 hari dan 35 hari. Sedangkan pupuk kandang, SP36 dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanam. D. Penanaman Jagung Waktu tanam Sebaiknya musim penghujan. 1. Penentuan Pola Tanaman Jagung Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan : - Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll. - Tumpang sari ( intercropping ),melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo. - Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ), penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu. - Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ),pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang. 2. Lubang Tanam dan Cara Tanam Tanaman Jagung Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 2575 cm (1 tanaman/lubang). - Penyiangan Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. - Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. - Pengairan dan Penyiraman Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung. - Pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos Kascing dengan Dosis yang Berbeda

Awalita Marvelia *, Sri Darmanti*, Sarjana Parman* *Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP
Abstract Land where as place growth plant must have nutrient content for support plant production. Available nutrient on soil must influence on organic substrate, because organic substrat can repairing of soil plant. Organic content in soil was decrease for a long time, it cant solution with given fertilizer. This research used organic fertilizer as cascing fertilizer with application on corn ( Zea mays L Saccarata ) plant. Main research is understand the influence of fertilizer of kascing with different dosage on production of sweet corn and understanding optimally dosage on maximally production of sweet corn. This research used RAL single factor, 4 treatment is dosage 0 gr/plant ( DO ), 125 gr/plant ( D1 ), 240 gr/plant ( D2 ), and 375 gr/plant ( D3 ). Data analysis with anova and continued by Duncans Multiple Range Test ( DMRT ) on level of signification 5%. Result this research indicatet that production sweet corn by treatment D1, D2, and D3 more lower compare with D0. This fact because the use fertilizer have highly ratio C/N, that hight nutrition that used by plant cant on ready form. Key words : production, zea mays L, fertilizer, kascing Abstrak Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai kandungan hara yang cukup untuk menunjang tanaman berproduksi. Ketersediaan hara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik karena bahan organik mampu memperbaiki sifat-sifat tanah. Kandungan hara dalam tanah semakin lama semakin berkurang, hal ini dapat diatasi dengan pemupukan. Penelitian ini menggunakan pupuk organik, yaitu kompos kascing yang diaplikasikan pada tanaman jagung manis (Zea mays L. Saccharata). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompos kascing dengan dosis yang berbeda terhadap produksi jagung manis dan mengetahui dosis optimal untuk mendapatkan produksi jagung manis yang maksimal. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan 4 perlakuan yaitu : dosis 0 gr/tanaman (D0), 125 gr/tanaman (D1), 250 gr/tanaman (D2) dan 375 gr/tanaman (D3). Data yang

diperoleh dianalisis dengan Anova dilanjutkan dengan uji Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi pada perlakuan D1, D2 dan D3 lebih rendah dibandingkan D0. Hal ini disebabkan karena kompos yang digunakan menpunyai rasio C/N yang tinggi, sehingg hara yang diperlukan oleh tanaman belum terdapat dalam bentuk tersedia. Kata kunci : produksi, Zea mays L, kompos, kascing.

PENDAHULUAN Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai kandungan hara yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai berproduksi, artinya tanah yang digunakan harus subur. Ketersediaan hara dalam tanah sangat
Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

8
dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Hakim dkk. (1986) menyatakan bahwa bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Secara garis besar, bahan organik memperbaiki sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara membuat tanah menjadi gembur dan lepaslepas sehingga aerasi menjadi lebih baik serta mudah ditembus perakaran tanaman. Bahan organik pada tanah yang bertekstur pasir akan meningkatkan pengikatan antar partikel dan meningkatkan kapasitas mengikat air. Sifat kimia tanah diperbaiki dengan meningkatnya kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara, sedangkan pengaruh bahan organik pada biologi tanah adalah menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah (Sutanto 2002). Kandungan hara pada tanah semakin lama biasanya semakin berkurang karena seringnya digunakan oleh tanaman yang hidup diatas tanah tersebut, bila keadaan seperti ini terus dibiarkan maka tanaman biasanya kekurangan unsur hara sehingga pertumbuhan dan produksi mejadi terganggu. Kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat diatasi dengan pemupukan (Sutoro dkk. 1988). Murbandono (1990) mengungkapkan pemupukan adalah pemberian bahan-bahan pada tanah agar dapat menambah unsur-unsur atau zat makanan yang diperlukan tanah secara langsung atau tidak langsung. Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara

atau memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanaman dapat tumbuh lebih cepat, subur dan sehat. Sutejo (1995) serta Roesmarkam & Yuwono (2002) menyatakan bahwa pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk yang sudah dikenal ada 2 jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk sintetis yang dibuat oleh industri atau pabrik, sedangkan pupuk organik adalah yang berasal dari bahan-bahan alam yaitu sisa-sisa tumbuhan atau sisa-sisa hewan (Murbandono, 1990). Kompos kascing merupakan salah satu jenis pupuk organik yaitu pupuk kompos yang dibuat dengan stimulator cacing tanah (Lumbricus rubellus). Kotoran cacing (kascing) yang menjadi kompos merupakan pupuk organik yang sangat baik bagi tumbuhan karena mudah diserap dan mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Anonim, 2002). Penggunaan kompos kascing merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi
Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

9
suatu tanaman. Penelitian tentang penggunaan kompos kascing semakin banyak dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Mahmud dkk. (2002) mengaplikasikan kompos kascing pada tanaman kedelai dan hasilnya mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tersebut pada dosis 15 ton/hektar. Penelitian Tarigan dkk (2002) tentang dosis dan macam pupuk organik pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis mengungkapkan bahwa penggunaan kompos kascing memberikan respon yang lebih baik dibandingkan pupuk kandang dari kotoran ayam. Penelitian ini menggunakan tanaman jagung manis (Zea mays L. saccharata). Tanaman jagung manis atau sweet corn merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan baru dikembangkan di Indonesia. Sweet corn semakin popular

dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. Selain itu umur produksinya lebih singkat (genjah) yaitu 70 80 hari sehingga sangat menguntungkan (Anonim, 1992). Pada penelitian ini kompos kascing diaplikasikan pada tanaman jagung manis pada dosis yang berbeda sehingga diharapkan dapat diketahui pengaruh kompos kascing terhadap produksi tanaman jagung manis dan dosis yang optimal untuk mendapatkan produksi yang maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perbedaan dosis kompos cacing berpengaruh terhadap produksi tanaman jagung manis dan pada dosis kascing berapa didapatkan produksi jagung yang maksimal. METODOLOGI Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal, dengan perlakuan berupa dosis pupuk kascing yang berbeda, yaitu DO : 0 g/tanman, D1: 125 g/tanaman, D2 : 250 g/tanaman, D3 : 375 g/tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis of varians (ANOVA) dan apabila ada beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95% .Penanaman dilakukan di dalam poly bag dengan media tanam berupa tanah yang ditambah dengan kompos kascing dengan dosis sesuai perlakuan. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 90 hari. Parameter yang diukur adalah : berat basah tongkol, panjang tongko dan kadar gula reduksi. C/N rasio kompos kascing dan NPK tanah sebelum dan sesudah perlakuan diukur sebagai data pendukung.
Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

10
HASIL DAN PEMBAHASAN Data rerata berat basah tongkol, rerata panjang tongkol, dan rerata kadar gula reduksi yang diperoleh dari perlakuan pemberian kompos kascing pada dosis yang berbeda terhadap produksi tanaman jagung manis (Zea mays L. saccharata) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerata berat basah tongkol (g), rerata panjang tongkol (cm), dan rerata kadar gula reduksi (%) jagung manis setelah perlakuan pemberian kompos kascing pada dosis yang berbeda.

Dosis pupuk (g/tanaman) Rerata berat basah Tongkol (g)

Rerata panjang Tongkol (cm) Rerata kadar gula Reduksi (%) D0 D1 D2 D3 334,46b 248,92a 259,40a 264,06a 26,42b 26,00b 22,44a 22,72a 6,03b 3,07a 2,03a 5,75b
Keterangan : Angka angka pada kolom yang sama dengan diikuti abjad yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji Duncan dengan taraf signifikasi 95%.

Berat Basah dan Panjang Tongkol Jagung Manis Berdasarkan hasil analisis of varians (ANOVA) dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), baik pada berat basah maupun panjang tongkol jagung manis menunjukkan bahwa pemberian kompos kascing pada dosis yang berbeda berpengaruh terhadap berat basah maupun panjang tongkol jagung manis. Hasil uji lanjut Duncan dengan taraf signifikasi 5% terhadap berat basah jagung manis menunjukkan bahwa perlakuan memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan D0, namun antar perlakuan D1, D2 dan D3 memberikan hasil yang berbeda tidak nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa berat basah pada D0 adalah yang paling tinggi dibandingkan perlakuan dosis yang lain.
Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

11

Gambar 1. Histogram berat basah tongkol jagung manis (Zea mays L. saccharata) yang diperlakukan dengan kompos kascing dengan dosis yang berbeda

Hasil yang demikian diduga karena kompos kascing yang digunakan belum matang secara kimia. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis rasio C/N kompos kascing yang

cukup tinggi yaitu 35,25. Hal ini diduga disebabkan karena bahan dasar kompos belum terurai sempurna . Rasio C/N yang masih tinggi meskipun waktu dekomposisi sudah cukup lama ini memberikan indikasi bahwa bahan-bahan mentah organic sebagai bahan dasar kompos merupakan bahan yang sulit hancur, sehingga dekomposisinya membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Nilai C/N yang tinggi juga menunjukkan bahwa ketersediaan karbon berlebih sedangkan jumlah nitrogen sangat terbatas. Apabila produk kompos dengan rasio C/N yang tinggi diaplikasikan ke dalam tanah maka mikroorganisme akan tumbuh dengan memanfaatkan N tersedia didalam tanah untuk membentuk protein dalam tubuh mikroorganisme tersebut, sehingga terjadilah immobilisasi N. Immobilisasi N adalah perubahan N anorganik menjadi N organic oleh mikroorganisme tanah untuk menyusun jaringan-jaringan dalam tubuhnya (Hakim dkk, 1986). Hal ini didukung oleh pernyataan Novizan (2004) yang menyatakan bahwa tanaman justru tampak seperti kekurangan unsur hara setelah diberi pupuk kompos yang belum terurai sempurna. Karena selama proses penguraian sampai proses peguraian sempurna, tanaman akan bersaing dengan mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur hara. Sutanto (2002) menambahkan bahwa dalam kompetisi perebutan unsur hara tersebut kemungkinan besar tanaman kalah bersaing, sehingga tanaman akan kekurangan unsur hara karena unsur hara tersebut sebagian besar digunakan oleh mikroorganisme tanah untuk metabolisme tubuhnya. Unsur hara N sangat diperlukan terutama untuk pertumbuhan vegetatif
0 50 100 150 200 250 300 350 400 0 125 250 375 334.46 248 9 259 259. 4 264.06

aaa b

Dosis pupuk (g/tanaman)

Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

12
tanaman. Proses immobilisasi N menunjukkan bahwa unsur hara N belum tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam tanah sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dan selanjutnya berpengaruh pada produksi tanaman jagung manis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2003) bahwa keuntungan optimum untuk produksi tergantung dari suplai hara yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Faktor lain yang diduga mempengaruhi produksi berat basah jagung manis memberikan hasil yang berbeda nyata pada D0 dan berbeda tidak nyata pada perlakuan D1, D2 dan D3 dalam penelitian ini adalah sifat dari pupuk organic dan jenis tanaman. Salah satu sifat pupuk organic adalah diperlukan dalam jumlah yang sangat banyak untuk dapat memenuhi kebutuhan unsur hara. Jenis tanaman dalam penelitian ini adalah tanaman jagung manis yang dipanen muda yaitu 3 bulan. Penelitian Roesmarkam, dkk (2002) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organic terutama pupuk organik yang belum masak akan terlihat setelah beberapa tahun, sehingga pada penelitian ini diduga pengaruh positif dari kompos kascing belum dapat terlihat optimal karena pupuk organic tidak dapat berpengaruh seketika itu juga untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini didukung oleh pernyataan Harijati dkk. (1996) dalam penelitiannya bahwa dampak positif dari penggunaan kompos terhadap produksi dapat terlihat nyata pada tanaman yang berumur panjang. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan dengan taraf signifikasi 5% pada panjang tongkol jagung manis memberikan hasil yang berbeda tidak nyata pada perlakuan D0 dan D1 dan juga pada perlakuan D2 dan D3, disaikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Histogram panjang tongkol jagung manis (Zea mays L. saccharata) yang diperlakukan dengan kompos kascing dengan dosis yang berbeda.
20 21 22 23

24 25 26 27 0 125 259 375


22.44 22.42 22.72

26

panjang tongkol (cm) bb aa (/) Dosis pupuk (g/tanaman)

Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

13
Unsur hara yang berperan dalam pertumbuhan generatif tanaman adalah unsur hara N dan P. Marschner (1986) mengungkapkan bahwa unsur hara N ikut berperan dalam pembungaan, namun peranan N tidak terlalu besar seperti halnya peran unsur hara P dalam pembentukan bunga. Peran unsur hara P dalam pembentukan bunga mempengaruhi pembentukan dan ukuran tongkol, karena tongkol merupakan perkembangan dari bunga betina. Hal ini didukung oleh pernyataan Sutejo (1995) bahwa untuk mendorong pembentukan bunga dan buah sangat diperlukan unsur P. Dari hasil analisis tanah menunjukkan jumlah unsur hara P tersedia pada perlakuan D0 dan D1 tidak jauh berbeda yaitu 52,76 ppm pada D0 dan 52,69 ppm pada D1. Namun ketersediaan P pada D0 dan D1 jauh lebih tinggi dibandingkan pada D2 dan D3, yaitu 36,73 ppm pada D2 dan 36,92 ppm pada D3, sehingga panjang tongkol pada D0 dan D1 memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan D2 dan D3. P tersedia pada D2 dan D3 jauh lebih sedikit dibandingkan P tersedia pada D0 dan D1 sehingga memberikan hasil ukuran tongkol yang lebih kecil pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (1992) bahwa kekurangan unsur hara P tersedia dapat menyebabkan ukuran tongkol yang kecil. Hakim dkk (1986) menambahkan bahwa kekurangan unsur hara P tersedia menyebabkan produksi merosot. Kadar Gula Reduksi Jagung Manis Hasil analisis varians terhadap kadar gula reduksi menunjukkan bahwa pemberian kompos kascing pada dosis yang

berbeda berpengaruh pada kadar gula reduksi jagung manis. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada perlakuan D0 dengan D3 dan juga pada perlakuan D1 dengan D2. Namun perlakuan D0 dan D3 berbeda nyata dengan perlakuan D1 dan D2. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

14
0 1 2 3 4 5 6 7 0 125 250 375

2.03 5.75 ba b a Kadar gula reduksi (%) 6.03 3.07 Dosis pupuk (g/tanaman) a

Gambar 3. Histogram kadar gula reduksi jagung manis (Zea mays L. saccharata) yang diperlakukan dengan kompos kascing dengan dosis yang berbeda.

Rasa manis pada jagung manis diduga dipengaruhi oleh adanya unsur hara K. Kalium diserap dalam bentuk ion K+. Salisbury & Ross (1992) menyatakan bahwa K+ berperan dalam proses pembentukan pati yaitu sebagai aktivator enzim pati sintetase. Ini merupakan salah satu alasan mengapa K+ penting bagi tumbuhan dan kemungkinan mengapa gula dan bukan pati yang tertimbun dalam tumbuhan yang kekurangan kalium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Foth (1991) yang menemukan bahwa kekurangan K dapat meningkatkan kandungan gula pada bit gula dan tebu. K tersedia pada D0 mempunyai nilai yang paling rendah yaitu 1,10 me/100g. Rendahnya K tersedia pada D0 maka akan menghambat aktivasi enzim pati sintetase sehingga pembentukan pati juga terhambat. Hal ini berarti bahwa pengubahan gula menjadi pati terhambat sehingga kadar gula pada D0 tinggi. Pernyataan serupa disampaikan oleh Marschner (1986) bahwa kalium berperanan terhadap lebih dari 50 enzim baik secara langsung maupun tidak

langsung. Apabila kegiatan enzim terhambat maka akan terjadi penimbunan senyawa tertentu karena prosesnya jadi terhenti. Misalnya enzim katalase yang mengubah glukosa menjadi pati, kekurangan kalium menyebabkan enzim katalase ini terhambat sehingga proses pembentukan pati terhenti dan menyebabkan penimbunan glukosa. Kadar gula reduksi pada perlakuan D0 memang memberikan hasil yang berbeda nyata dibandingkan D1 dan D2 yang tidak berbeda nyata, namun D0 juga tidak berbeda nyata dengan D3. Keadaan seperti ini diduga berhubungan dengan kondisi kompos kascing yang dekomposisinya belum sempurna seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini dimungkinkan karena pemberian pupuk yang semakin banyak memerlukan waktu dekomposisi yang lebih
Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

15
lama karena bahan yang didekomposisikan lebih banyak, hal ini mengakibatkan ketersediaan K juga semakin lambat. Pada D3, waktu yang dibutuhkan untuk dekomposisi K menjadi bentuk yang tersedia di dalam tanah lebih lama disbanding D1 dan D2 karena bahan yang didekomposisikan pada D1 dan D2 lebih sedikit. K tersedia pada D3 saat dibutuhkan dalam proses yang berhubungan dengan pembentukan rasa manis lebih sedikit dari pada K tersedia pada D1 dan D2. Hal ini berarti bahwa K tersedia pada D1 dan D2 saat itu sudah terbentuk karena waktu dekomposisinya lebih cepat dari pada D3. Keadaan tersebut diduga menyebabkan kadar gula reduksi pada D1dan D2 memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan D0 dan D3. Kualitas Kompos Kascing dan Kandungan Hara Tanah Dari analisis kadar air yang terkandung pada kompos kascing sebesar 13,64%. Hal ini berarti bahwa kompos kascing sudah cukup kering. Sutanto (2002) menyatakan bahwa kadar air pada kompos tidak boleh melebihi 15 25%, bila kadar airnya semakin rendah maka kualitas pupuk organik semakin baik. Namun pengukuran kualitas kompos tidak hanya berdasarkan sifat fisiknya saja, melainkan juga dari sifat

kimianya. Rasio C/N pada kompos kascing sangat tinggi yaitu 35,25%. Hal ini berarti bahwa kompos kascing belum matang secara kimia. Sutejo (1995) menyatakan bahwa akhir fermentasi rasio C/N kompos adalah sebesar 15 17. Sutanto (2002) menyatakan bahwa bahan organic yang mengalami proses pengomposan baik dan telah menjadi pupuk organic yang stabil mempunyai rasio C/N antara 10 15. Sumarto (1992) menyatakan bahwa kompos yang bermutu dan benar-benar matang memiliki rasio C/N kurang dari 20. Selain itu, rasio C/N yang tinggi menunjukkan bahwa bahan dasar kompos belum terurai sempurna. Hal ini ditunjukkan oleh kandungan bahan organik yang sangat tinggi yaitu 83,25%, artinya bahwa bahan organik didalam kompos masih berupa fraksi-fraksi padat yang sulit terdekomposisi sehingga belum dapat diserap oleh tanaman. Keadaan ini didukung pernyataan Sutanto (2002) bahwa bahan dasar kompos yang kaya akan lignin dan sulit dihancurkan mempunyai persentase senyawa organic lebih tinggi dari 70% dan pada akhir pengomposan sebaiknya kandungan bahan organic antara 30% - 60%. Rasio C/N yang tinggi menyebabkan immobilisasi N sehingga mikroorganisme dan tanaman memperebutkan unsur hara khususnya N tersedia pada tanah. Namun demikian, kandungan N total sesudah perlakuan
Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

16
semakin meningkat, disajikan pada. Hal ini dimungkinkan terjadi karena N tanah sudah tersedia kembali, artinya proses dekomposisi masih terus berlangsung selama pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga pada akhirnya didapati unsur N tersedia di dalam tanah. Keadaan seperti ini serupa dengan penelitian Khozim (2000) yang melaporkan bahwa bahan organic yang mempunyai rasio C/N tinggi bila diberikan ke dalam tanah pada awalnya akan mengalami immobilisasi N, namun selanjutnya N akan kembali tersedia karena substrat dan sumber energi dari bahan organic menurun maka aktivitas mikroorganisme juga akan menurun

sehingga N dalam biomassa mikroorganisme akan dilepaskan ke tanah. Hal serupa juga terjadi terhadap ketersediaan K, sehingga didapati kandungan unsur hara K setelah perlakuan semakin meningkat sesuai dengan kenaikan dosis kompos kascing. Unsur P tersedia sesudah perlakuan didapati semakin menurun. Foth (1991) mengungkapkan bahwa unsur P tersedia bereaksi cepat dengan ion-ion lainnya dalam larutan tanah sehingga menjadi tidak tersedia dalam tanah. Kandungan N, P dan K pada D0 semuanya meningkat dibandingkan sebelum perlakuan, berarti terjadi perubahan kandungan hara di dalam tanah walaupun tanpa diberi pupuk. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya proses mineralisasi di dalam tanah oleh mikrobia tanah (Foth, 1991). KESIMPULAN Dari penelitin ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan kompos kascing pada semua konsentrasi perlakuan menyebabkan produksi jagung manis (Zea mays L. Saccarata) yang lebih rendah dibanding dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena kompos kascing yang digunakan mempunyai C/N rasio yang masih tinggi yaitu 35,25 sehingga menyebabkan imobilisasi hara yang pada akhirnya berpengaruh menurunkan pertumbuhan dan produksi jagung manis. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. dan Yustina, E.W. 2001. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya, Jakarta. Agusfita, Stofiarni, 2002. Biologi Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Jurusan Biolobi FMIPA UNDIP, Semarang. Anonim, 1992. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya, Jakarta. Anonim. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Anonim. 2002. Mengolah Sampah Dapur Menjadi Kompos, Memelihara Sungai Menjaga Laut. http://www.Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah htm November 2004. Anonim. 2003. Jadilah Dokter bagi Tanaman Jagungmu. Alih bahasa: Ismunadji http://www.ppifar.

org/ppiweb/seasia.risf; 9 Maret 2006.


Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

17
Anonim,2004.Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus sp) http://www.geocities.com/sas1204/CA CING TANAH.htm. November 2004. Anonim. 2004. Teknologi Pembuatan Pupuk Organik: Kompos Dari Sampah. Program Penerapan IPTEK di Daerah (Iptekda). Anonim. 2005. Jagung Manis. http://agrolink.moa.my/doa/BM/Cropte chbm/botani; 9 Maret 2006. Foth. H.D. 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Alih bahasa: Endang D.W, D.W. Lukiwati dan R. Trimulatsih. UGM Press.Yogyakarta. Goldsworthy, P.R dan N.M Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM Press. Yogyakarta Hakim, Nyakpa dan A.M Lubis. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung Hanafiah, K.A 2003. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harijati, Indrawati dan Dem Vi Sara. 1995. Pengaruh Kompos Berbahan Stimulator Berbeda terhadap Produksi Kangkung Darat (Ipomea reptans poir). Pusat Studi ....Indonesia , Lemlit Jakarta. Koswara, J. 1986. Budidaya Jagung Manis (Zea mays saccharata). Bahan dalam Kursus Budidaya Jagung Manis dan Jamur Merang. Fakulyas Pertanian IPB, Bogor. ---------- 1992. Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk Nitrogen dan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis Seleksi Dermaga (SD2). IP Indonesia IPB, Bogor 1 (2):1-6 Mahmud, A. Guritno, B. dan Sudiarso, 2002. Pengaruh Pupuk Organik Kascing dan Tingkat Pemberian Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine max. (L) Merril)http://digilib.brawijaya.ac.id/vi

rtual-litbang /mlgwarintek/disk.8.htm. 31 Mei 2006 Mardin, L. 2004. Pupuk Organik dari Kompos Cacing Tanah. http://www.aplg.org/infobullet. htm/pupuk/.November 2004. Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition in Higher Plants. Academis Press. London. Murbandono, HS.L. 1990. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta. Pratomo, H dan Anang, S. 2004. Studi Aspek Fisik, Biologi dan Kimia Terhadap Cacing Tanah dan Kascing pada Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos. http://www.ut.ac.id/imst/vlnl/Hurip.ht m/November 2004 Roesmarkam, A dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius Yogyakarta Roesmarkam A, A. Suryadi, S.Z. Saadah dan Suwono. 2002. Pengaruh Pupuk P, K dan Pu.puk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi di Lahan Tadah Hujan. http://www.Bptp-jatim-deptan go.id. 9 Maret 2006. Rubatzky, E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produksi dan Gizi. Penerbit ITB, Bandung. Rukmana, R. 1999. Budidaya Cacing Tanah. Kanisius, Yogyakarta. Sallisbury, F.B. dan W>C Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Alih bahasa : Lukman, DR dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung. Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press, Yogyakarta Sumarto, D.J. 1992. Panduan Teknik Pembuatan Dasar Sampah. CPIS, Jakarta. Suprapto, H.S. 1998. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta. Sutejo, M.M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006

18

Sutoro, Yoyo S, dan Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Penerbit .Tanaman. Pangan, Bogor. Tarigan, T; Sudiarso dan Respatijarti. 2002. Studi tentang Dosis dan Macam Pupuk Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays ..saccharata Sturt) http://digilib.brawijaya.ac.id/virtuallitbang /mlg............warintek/disk.8.htm. 31 Mei 2006. Tjitrosoepomo, G. 1993. Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta

BIOTEKNOLOGI DALAM PROTEKSI TANAMAN -JAGUNG TRANSGENIK YANG MENGANDUNG GEN BtFebruary 4th, 2011 1 Comment *Download file terlampir! DOWNLOAD MAKALAH JAGUNG TRANSGENIK YANG MENGANDUNG GEN Bt! DOWNLOAD JAGUNG TRANSGENIK.PPT

MAKALAH PENGANTAR BIOTEKNOLOGI DALAM PROTEKSI TANAMAN (PTN 403) JAGUNG TRANSGENIK YANG MENGANDUNG GEN Bt Kelompok 1: Radhian Ardy Prabowo Rita Kurnia Apindiati Lutfi Afifah Kurniatus Ziyadah Yulius Dika Ciptadi A34070012 A34070035 A34070039 A34070046 A34070044

Dosen: Dr. Ir. Yayi Munara Kusuma, Msi Dr. Gede Suastika Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, Msc DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman jagung sudah lama diusahakan petani Indonesia dan merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Penduduk kawasan timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Madura, sebagian Maluku, dan Irian Jaya sudah biasa menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Produksi jagung Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa ( 66%) dan sisanya barasal dari di propinsi luar Jawa terutama Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur .

Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Untuk tahun 2009, Deptan melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan mengklaim produksi jagung mencapai 18 juta ton. Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakan dan bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan. Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah ulat penggerek batang jagung, kutu daun, ulat penggerek tongkol, dan Thrips. Upaya pengendalian oleh petani pada saat ini adalah dengan menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya yang tidak ramah lingkungan. Dengan berkembangnya bioteknologi, perbaikan genetik jagung melalui rekayasa genetik akan menjadi andalan dalam pemecahan masalah perjagungan di masa mendatang (id.wikipedia.org). Perbaikan genetik jagung dapat dilakukan secara konvensional maupun melalui rekayasa genetik (genetic engeenering). Seperti diketahui, pemuliaan secara konvensional mempunyai keterbatasan dalam mendapatkan sifat unggul dari tanaman. Dalam rekayasa genetik jagung, sifat unggul tidak hanya didapatkan dari tanaman jagung itu sendiri, tetapi juga dari spesies lain sehingga dapat dihasilkan tanaman transgenik. Jagung Bt merupakan tanaman transgenik yang mempunyai ketahanan terhadap hama, di mana sifat ketahanan tersebut diperoleh dari bakteri Bacillus thuringiensis (Herman 1997). Tujuan Memaparkan penerapan bioteknologi dalam pengendalian hama penggerek batang jagung untuk mendukung sistem perlindungan tanaman dengan adanya tanaman transgenik Jagung Bt dan pemanfaatannya serta untuk mengetahui dampak negatif dan positif Jagung Bt terhadap lingkungan. PEMBAHASAN Tanaman transgenik diperoleh dengan menyisipkan gen-gen tertentu baik berasal dari tanaman, hewan atau mikroorganisme ke dalam DNA tanaman. Adanya gen baru yang disisipkan akan merubah sifat tanaman sesuai yang diinginkan atau memberikan kemampuan pada tanaman untuk memproduksi substansi baru yang diperlukan untuk tujuan tertentu. Tanaman yang mempunyai sifat baru seperti tahan hama dan penyakit dan menghasilkan senyawa baru yang penting baik untuk tanaman itu sendiri maupun kepentingan manusia. Serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) merupakan hambatan dalam upaya peningkatan produksi jagung. Serangan OPT pada tanaman jagung dapat menurunkan produksi sehingga mengurangi pendapatan petani. Kerugian lainnya adanya residu pestisida dalam jumlah besar yang menyebabkan polusi lingkungan. Salah satu OPT tersebut adalah European corn borer (ECB), Ostrinia furnacalis yang merupakan hama jagung di Amerika dan Kanada yang dapat merugikan 1 milyar dolar Amerika per tahun. Hama ECB dapat dieliminasi oleh pestisida kimia, tetapi hanya dapat diaplikasi pada areal yang terbatas (kurang dari 20%), karena aplikasi pestisida sulit dilakukan dan diperlukan aplikasi lain dalam mengontrol ECB. Dalam rekayasa genetik jagung, sifat unggul tidak hanya didapatkan dari tanaman jagung itu sendiri, tetapi juga dari spesies lain sehingga dapat dihasilkan tanaman transgenik. Jagung Bt merupakan tanaman transgenik yang mempunyai ketahanan terhadap hama, di mana sifat ketahanan tersebut diperoleh dari bakteri Bacillus thuringiensis (Herman 1997). Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan bakteri gram positif yang telah banyak digunakan dalam dunia pertanian sebagai pestisida hayati oleh petani yang aman selama tiga puluh tahunan.

Gen Bt disolasi dari bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang telah digunakan petani di negara maju sebagai pestisida hayati sejak puluhan tahun yang lalu. B. thuringiensis menghasilkan protein kristal Bt, atau Crystal protein (Cry) yang merupakan protein endotoksin yang bersifat racun bagi serangga (insektisidal) (Held et al. 1982, Macintosh et al. 1990). Namun protein endotoksin yang dihasilkan oleh B. thuringiensis tidak melakukan pengikatan pada permukaan pencernaan sel mamalia, karena itu hewan ternak dan manusia tahan terhadap protein tersebut (Agbios GM Data Base 2007). Terdapat delapan kelompok gen Bt berdasarkan sifat virulensinya (Herman 2002), tetapi yang sudah banyak ditransformasikan ke dalam tanaman jagung adalah yang menghasilkan jenis Bt endotoksin dari gen Cry1Ab. Protein Cry dari gen ini hanya menghasilkan satu jenis yang mengikat pada lokasi spesifik dari serangga target (Agbios GM Data Base 2007). Tersedianya bioaktif dari kristal protein yang dikode oleh gen Bt, memungkinkan modifikasi genetik tanaman jagung yang disisipi dengan gen Bt untuk menghasilkan jagung transgenik Bt (Bt corn). Bt protein yang dihasilkan oleh gen Bt dapat meracuni hama yang menyerang tanaman jagung. Setelah dimakan oleh corn borer, Bt protein dipecah oleh suatu enzim pemecah dalam pencernaan yang bersifat alkalin dari larva serangga dan menghasilkan protein pendek yang mengikat dinding pencernaan. Pengikatan dapat menyebabkan kerusakan membran sel sehingga larva berhenti beraktivitas (Syngenta Seeds Communication 2003). Salah satu jagung transgenik yang beredar di Indonesia adalah Jagung PRG MON 89034. Jagung PRG MON 89034 adalah produk generasi kedua dari perusahaan Monsanto yang diklaim dikembangkan untuk memberikan aneka manfaat yang makin besar bagi pengendalian hama serangga Lepidoptera pada jagung. Jagung PRG MON 89034 menghasilkan protein Cry1A.105 dan Cry2Ab2 hasil turunan Bacillus thuringiensis (Bt), yang secara bersama-sama mengendalikan serangga-serangga lepidoptera dengan spektrum yang lebih luas serta menawarkan sistem pengelolaan resistensi serangga yang efektif. Jagung PRG MON 89034 mengandung dua gen interes yaitu: Gen cry1A.105 yang memproduksi protein Cry1A.105. Gen kedua adalah gen cry2Ab2 yang memproduksi protein Cry2Ab2. Kedua gen ini bertanggung jawab dalam ketahanan terhadap serangga hama penggerek jagung. Gen ini berasal dari Bacillus thuringiensis. Dua gen interes (cry1A.105 dan cry2Ab2) yang diintroduksikan ke jagung PRG MON 89034 stabil pada tujuh generasi. Vektor yang digunakan untuk transformasi sel-sel jagung untuk membuat jagung PRG MON 89034 adalah plasmid PVZMIR245. DNA yang disisipkan, yakni bagian plasmid PV-ZMIR245 yang diintegrasikan ke dalam genom jagung selama proses transformasi tersebut mengandung dua T-DNA terpisah yang disebut sebagai sistem 2 T-DNA. T-DNA pertama, yang disebut sebagai T-DNA I, mengandung kaset ekspresi cry1A.105 dan cry2Ab2. T-DNA kedua, yang disebut sebagai T-DNA II, mengandung kaset ekspresi nptll yang mengkodekan enzim fosfotransferase neomisin yang memberikan toleransi terhadap sejumlah antiobiotik tertentu seperti neomisin dan paromomisin. Penggunaan sistem 2 T-DNA menjadi landasan bagi pendekatan yang efektif untuk menghasilkan tanaman-tanaman yang bebas penanda. Hal ini memungkinkan penyisipan T-DNA dengan sifat-sifat yang dikehendaki (misalnya, T-DNA I) dan T-DNA yang mengkodekan penanda yang dapat dipilih (misalnya, nptII, T-DNA II) ke dalam dua lokus independen dalam genom tanaman tersebut. T-DNA sisipan yang mengkodekan penanda (misalnya, T-DNA II) dapat disegregasikan dari progeni melalui pembiakan dan seleksi genetik berikutnya; sedangkan T-DNA yang mengandung sifat yang dikehendaki tetap dipertahankan.

Analisis stabilitas genetik integrasi gen interes dari jagung PRG MON 89034 pada beberapa generasi dilakukan dengan Southern blot fingerprint. Sampai tujuh generasi gen interes masih dapat dideteksi dengan melihat adanya pita gen interes pada hasil analisis Southern blot fingerprint. Selain itu, berdasarkan analisis Southern blot fingerprint ditemukan hasil yang penting yaitu tidak dideteksinya elemen T-DNA II dan sekuen backbone plasmid PV-ZMIR245. Stabilitas genetik pewarisan sifat ketahanan serangga hama pada jagung PRG MON 89034 mengikuti prinsip segregasi Mendel (www.agbios.com). Jagung PRG MON 89034 tidak ada bedanya dengan jagung non PRG kecuali dari sifat ketahanan terhadap serangga hama penggerek jagung.

(a)

(b)

Gambar 1. Jagung Bt (a) dan Jagung non Bt (b) Produksi jagung Bt pada saat ini didominasi oleh Amerika, di mana areal pertanamannya pada tahun 2000 telah mencapai 92% dari total areal pertanaman jagung. Keuntungan diperoleh dari pertanaman jagung Bt di Amerika mencapai 141 juta dolar (59%) dari total keuntungan sebesar 240 juta dolar Amerika (Herman 2002). Pertanaman jagung Bt mempunyai dampak positif terhadap lingkungan karena dapat menekan penggunaan pestisida. Dampak positif lain dari pertanaman jagung Bt adalah ketahanan tanaman terhadap jamur toksin dari Fusarium penyebab busuk tongkol, dibandingkan dengan jagung nonBt yang mengalami kerusakan berat. Untuk melihat apakah jagung Bt aman atau tidak, telah dilakukan analisis bioinformatik secara menyeluruh. Berdasarkan hasil analisis mikotoksin, jagung Bt mempunyai kandungan fumonisin 1,5 ppm, sedangkan jagung non-Bt mempunyai kadar yang lebih tinggi, mencapai 14,5 ppm (Fuller 1999). Fumonisin adalah mikotoksin yang dihasilkan oleh kapang Fusarium spp. terutama F. verticillioides dan F. proliferatum yang banyak dijumpai pada komoditas pertanian seperti jagung, beras dan gandum. Fumonisin B 1 (FB1) merupakan jenis fumonisin yang paling banyak ditemui di alam dan paling toksik, diklasifikasikan sebagai senyawa karsinogen (Grup 2B) (iirc.ipb.ac.id). Analisis terhadap protein Cry2Ab2 menunjukkan tidak ada kemiripan struktur primer, sekunder dan tertier dengan protein lain yang diketahui bersifat alergen, ataupun toksik terhadap manusia dan hewan. Juga tidak dijumpai keberadaan 8 sekuen asam amino yang menyusun peptida, sehingga tidak berpeluang bersifat imunoreaktif atau tidak dapat melakukan reaksi silang (cross reactive). Sehingga dapat disimpulkan bahwa protein Cry2Ab2 tidak menunjukkan adanya potensi dapat menimbulkan alergi. Uji toksisitas telah dilakukan dan hasilnya dilaporkan sebagai company report terhadap protein Cry1A.105 dan Cry2Ab2 pada mencit. Kesimpulan uji toksisitas tersebut adalah sebagai berikut: a. Tidak ada mencit mati yang disebabkan oleh protein Cry1A.105 dan Cry2Ab2 selama 14 hari percobaan. Nilai LD50 sangat tinggi, yaitu untuk Cry1A.105 > 2072 mg/kg dan untuk Cry2Ab2 > 2198 mg/kg. b. Tidak terdapat perbedaan nyata pada konsumsi ransum maupun berat badan mencit yang mengkonsumsi jagung konvensional dibandingkan dengan jagung PRG. c. Hasil nekropsi pada mencit tidak menunjukkan adanya kelainan patologis.

Hasil penelitian lain pada ayam (telah dipublikasikan dalam Poultry Science, 2007, 86:19721979) menyimpulkan bahwa nilai gizi pakan jagung transgenik sama dengan jagung hibrida komersial. Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa protein Cry1A.105 dan Cry2Ab2 termasuk dalam golongan zat yang praktis tidak toksik (practically non toxic). Penelitian lain lagi menunjukkan bahwa penanaman jagung Bt tidak berpengaruh terhadap serangga berguna seperti laba-laba, Coccinellid, Chtysopid, Nabid, dan aman terhadap burung puyuh Northern Bobwhite (McLean and MacKenzie 2001) KESIMPULAN Jagung Bt merupakan tanaman transgenik yang mempunyai ketahanan terhadap hama, di mana sifat ketahanan tersebut diperoleh dari bakteri Bacillus thuringiensis. Bakteri B. thuringiensis menghasilkan protein kristal Bt, atau Crystal protein (Cry) yang merupakan protein endotoksin yang bersifat racun bagi serangga (insektisidal). Bt protein yang dihasilkan oleh gen Bt dapat meracuni hama yang menyerang tanaman jagung. Salah satu jagung transgenik yaitu jagung PRG MON 89034 mengandung dua gen interes yaitu: Gen cry1A.105 yang memproduksi protein Cry1A.105. Gen kedua adalah gen cry2Ab2 yang memproduksi protein Cry2Ab2. Kedua gen ini bertanggung jawab dalam ketahanan terhadap serangga hama penggerek jagung. Setelah dimakan oleh corn borer, Bt protein dipecah oleh suatu enzim pemecah dalam pencernaan yang bersifat alkalin dari larva serangga dan menghasilkan protein pendek yang mengikat dinding pencernaan. Pengikatan dapat menyebabkan kerusakan membran sel sehingga larva berhenti beraktivitas. DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2010. Bioteknologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Bioteknologi [14 Desember 2010] Agbios GM Data Base. 2007. Budidaya jagung. http://www.agbios.com/dbase.php [14 Desember 2010] Fuller, G. 1999. Safety assessment of genetically modified corn: a case study. Regional Symposium on Genetically Modified Foods: Benefits and Awareness. Bangkok, March 17-18, 1999. Held, G.A., L.A. Bulla, E. Jr. Ferrari, J. Hoch, and A.I. Aronson. 1982. Cloning and localization of the lepidopteran protoxin gene of Bacillus thuringiensis subsp. kurstaki. Proc. Natl. Acad. Sci. 79:60-65. Herman, M. 1997. Insect resistant via genetic engineering. In: A. Darussamin, I.P. Kompiang, and S. Moeljopawiro (Eds.). Proceedings Second Conference on Agricultural Biotechnology. Jakarta, 13-15 June 1995. Current Status of Agricultural Biotechtology in Indonesia, Research and Development and Priorities, Agency for Agricultural Research and Development, Ministry of Agriculture: 217-226. Herman, M. 2002. Perakitan tanaman tahan serangga hama melalui teknik rekayasa genetik. Buletin AgroBio 5(1): 1-13. MacIntosh, S.C., T.B. Stone, S.R. Sims, P. Hunst, J.T. Greenplate, P.G. Marrone, F.J. Perlak, D.A. Fischhoff, and R.L. Fuchs. 1990. Specificity and efficacy of purified Bacillus thuringiensis proteins against agronomically important species. J. Insects Path. 56:95-105. Maryam dan Romsyah. 2007. Produksi Antibodi Monoklonal Menggunakan Konjugat Fumonisin B1-Ovalbumin Sebagai Antigen Untuk Deteksi Fumonisin Secara Imunoasai. http://iirc.ipb.ac.id/jspui/handle/123456789/40843 [14 Desember 2010]

McLean, M.A. and D.J. MacKenzie. 2001. Principles and practice of environmental safety assessment of transgenic plants. Materials presented for Food Safety and Environmetal Assesment Workshop. Bogor, April 10-12, 2001. Syngenta Seeds Comunication. 2003. Kernels of gold: the fact of Bt corn. Syngenta Seeds AG, Basel, Switzerland.

Close Klik 2X Investasi Kecil Untung Besar CARA AMAN ATASI EJAKULASI DINI REKOM BOYKE, BPOM FOREDI BIKIN ISTRI KETAGIHAN MLULU! Tiket Pesawat Diskon 50.000 SEX KUAT TAHAN LAMA REKOMENDASI BOYKE! SEX LEBIH KUAT & TAHAN LAMA ISTRI MAKIN KETAGIHAN PENIS-BESAR-PANJANG-TANPA-OBATDISC-60%-KLIKDISINI EREKSI KERAS + TAHAN LAMA DISINI SOLUSINYA! PENIS BESAR PANJANG TANPA OBAT hanya 199rb KUAT TAHAN LAMA HUBUNGAN SEX, MAU? KumpulBlogger.com

PENIS-BESAR-PANJANG-TANPA-OBATDISC-60%-KLIKDISINI PENIS BESAR PANJANG TANPA OBAT hanya 199rb PENIS-BESAR-PANJANG-TANPA-OBATDISC-60%-KLIKDISINI INVESTASI 95 RIBU HASIL 30 JUTA/BULAN, MAU ?

Tanaman Jagung Label: Pertanian BAB I PENDAHULUAN

1.1 Asal usul tanaman jagung Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu. Teori Asal Asia Tanaman jagung yang ada di wilayah Asia diduga berasal dari Himalaya. Hal ini ditandai oleh ditemukannya tanaman keturunan jali (jagung jali, Coix spp) dengan famili Aropogoneae.Kedua spesies ini mempunyai lima pasang kromosom. Namun teori ini tidak mendapat banyak dukungan. Teori Asal Andean Tanaman jagung berasal dari dataran tinggi Andean Peru, Bolivia, dan kuador. Hal ini dukung oleh hipotesis bahwa jagung berasal dari Amerika elatan dan jagung Andean mempunyai keragaman genetic yang luas terutama di daratan tinggi peru. kelemahan teori inia adalah ditemukannya kerabat liar seperti teosinte di dataran tinggi tersebut. Mangelsdorf seorang ahli biologi evolusi yang menghususkan perhatian pada tanamn jagung menampik hipotesis ini. Teori Asal Meksiko Banyak ilmuwan percaya bahwa jagung berasal dari Meksiko, karena jagung dan spesies liar jagung teosinte sejak lama ditemukan di daerah tersebut, dan masih ada di habitat asli hingga sekarang. Ini juga mendukung ditemukannya fosil tepung sari dan tongkol jagung dalam gua, dan kedua spesies mempunyai keragaman genetic yang luas. Teosinte dipercaya sebagai nenek moyang tanaman jagung. Jagung telah dibudidayakan di Amerika Tengah mecsiko bagian selatan sekitar 8000 10.000 tahun yang lalu.dari penggalian di temukan jagung berukuran kecil, yang diperkirakan usianya mencapai sekitar 7000 tahun. Menurut pendapat beberapa ahli botani teosinte Zea mays spp.sebagai nenek moyang tanaman jagung merupakan tumbuhan liar yang berasal dari lembah sungai Balsas. Lembah di meksiko selatan. Bukti genetic antropologi arkeologi menunjukkan bahwa daerah

asal jagung adalah di Amerika Selatan daerah ini jagung tersebar dan di tanam di seluruh dunia. 1.2 Botani Tanaman Jagung Klasifikasi Tanaman : Kingdom : Plantae (Tumbuhan Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Zea Spesies : Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Jagung hibrida di ladang. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku

Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). 1.3 Syarat Tumbuh Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah baik, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebahagian terdapat juga di daerah pergunungan pada ketinggian 1000- 1800 m di atas permukaan laut. Tanah Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, kerana tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang dibuat diantara barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekittir 5,5 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar, Iklim Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohonPohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 27 C.

1.4 Program pemuliaan pada tanaman jagung Pemuliaan tanaman merupakan suatu metode eksploitasi potensi genetik tanaman untuk mendapatkan kultivar atau varietas unggul baru yang berdaya hasil dan berkualitas tinggi pada kondisi lingkungan tertentu (Guzhov 1989, Stoskopf et al. 1993, Shivanna and Sawhney 1997, Mayo 1980). Eksploitasi potensi genetik tanaman semakin gencar setelah dicetuskannya revolusi hijau. Sejak itu, pemulia

tanaman telah berhasil memperbaiki tanaman untuk sifat kualitatif maupun kuantitatif yang mempengaruhi penampilan agronomis maupun preferensi konsumen menggunakan pengamatan fenotipik yang dibantu dengan metode statistik yang tepat. Beberapa masalah yang sering muncul melalui pendekatan tersebut seperti yang disarikan oleh Lamadji et al. (1999) di antaranya adalah (i) memerlukan waktu yang cukup lama; (ii) kesulitan memilih dengan tepat gen-gen yang menjadi target seleksi untuk diekspresikan pada sifat-sifat morfologi atau agronomi karena penampilan fenotipe tanaman bukan hanya ditentukan oleh komposisi genetik, tetapi juga oleh lingkungan tumbuh tanaman; (iii) rendahnya frekuensi individu yang diinginkan yang berada dalam populasi seleksi yang besar untuk mendapat hasil yang valid secara statistik; (iv) fenomena pautan gen antara sifat yang diinginkan dengan sifat tidak diinginkan sulit dipisahkan saat melakukan persilangan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi molekuler pada awal tahun 80an, telah ditemukan teknologi molekuler berbasis DNA. Markah molekuler merupakan alat yang sangat baik bagi pemulia dan ahli genetik untuk menganalisis genom tanaman. Sistem ini telah merevolusi bidang pemetaan genetik, antara lain dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan keragaman genetik, klasifikasi dan filogeni yang berhubungan dengan pengelolaan plasma nutfah, dan alat bantu dalam pemuliaan dan seleksi melalui penandaan gen. Pada akhirnya dapat digunakan sebagai suatu cara untuk pengklonan gen yang difasilitasi oleh peta markah molekuler. Tulisan ini membahas beberapa strategi pemanfaatan markah molekuler dalam pemuliaan jagung. Markah molekuler adalah suatu penanda pada level DNA yang menawarkan keleluasaan dalam meningkatkan efisiensi pemuliaan konvensional dengan melakukan seleksi tidak langsung pada karakter yang diinginkan, yaitu pada markah yang terkait dengan karakter tersebut. Markah molekuler tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan dapat terdeteksi pada semua fase pertumbuhan tanaman. Oleh karena markah molekuler dapat mengkarakterisasi ,galur-galur secara langsung dan tepat pada level DNA sehingga dapat dibentuk kelompok heterotik dan pola heterotik, yang dapat memandu para pemulia dalam menyeleksi kandidat tetua hibrida secara cepat, tepat, dan efisien. Selain itu, markah-markah tersebut dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi perbedaan tanaman secara individu melalui profilprofil unik secara alelik yang diaplikasikan dalam perlindungan kultivar tanaman. Kemiripan genetik dari dua genotipe dapat diperkirakan secara tidak,langsung dari data pedigree dan melalui markah molekuler (isozim, protein dan markah DNA). Markah DNA dapat digunakan pula sebagai alat bantu seleksi (MAS = Marker-Assisted Selection), di mana seleksi hanya didasarkan pada sifat genetik tanaman, tanpa intervensi faktor lingkungan. Dengan demikian, pemuliaan tanaman menjadi lebih tepat, cepat dan relatif lebih hemat biaya dan waktu.Teknologi markah molekuler

BAB II KEBERHASILAN PERSILANGAN 2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Persilangan Penyerbukan sering mengalami kegagalan bila dilakukan pada saat kondisi lingkungan yang tidak mendukung atau dilakukan pada saat serbuk sari atau kepala putik dalam keadaan belum matang oleh karena itu saat penyerbukan yang tepat merupakan faktor penting yang harus diperhatikan agar penyerbukan berhasil dengan baik. Untuk melakukan penyerbukan harus dipilih waktu yang tepat dan tidak boleh terlambat dimana pada saat itu putik maupun serbuk sari dalam keadaan segar, sehat, telah matang, dan cuaca mendukung proses persarian dengan baik. Waktu yang baik untuk penyerbukan kacang panjang adalah jam 06.00 (sebelum bunga mekar, karena jika bunga telah mekar ditakutkan sudah mengalami penyerbukan sendiri pada bunga yang dijadikan induk jantan). Selain itu hal penting yang harus diperhatikan adalah cara meletakkan serbuk sari dari induk jantan ke atas kepala putik induk betina, dan menjaganya jangan sampai kepala putik tersebut kejatuhan serbuk sari dari tanaman lain yang tidak dikehendaki maupun dari tanaman yang sama. Oleh karena itu, setelah polinasi bunga ditutup/ dibungkus menggunakan plastik agar tidak terserbuku bunga lain dan tidak rusak).

BAB III METODOLOGI

3.1 Bahan Dan Alat 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tanaman Jagung Gunting Kantung Penutup Bunga Jantan Kantung Penutup Bunga Betina Klip / Isolasi Label ( Kertas yang tidak gampang rusak dan tinta yang tidak gampang luntur )

3.2 Metode Penyerbukan Pada Tanaman Jagung 1. Pilih individu tanaman yang akan digunakan sebagai tetua. 2. Tutup tassel dengan kertas kedap air sebelum tepung sari masak. 3. Potong ujung tongkol jagung pada tetua betina sebelum silk bunga betina keluar dari kelobot kemudian tutup dengan kertas kedap air.

4. Apabila bunga betina sudah resetif dan tepung sari sudah masak, potong bunga jantan di bawah penutupnya lalu goyangkan agar tepung sari keluar, buka penutup tongkol tetua betina, potong ujung silk kira kira 2 cm diatas bekas pemotongan pertama dan lakukan penyerbukan sendiri tutup kembali bunga betina segera setelah diserbuki. 5. Beri lebel yang berisi tanggal penyerbukan, identitas tetua dan nama penyerbuk. 6. Sebaiknya polinasi dilakukan beberapa kali agar semua silk terserbuki. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Lakukanlah penelitian terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil dan pembahasan. Terimakasih banyak sudah berkunjunt semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA Dahlan M, Pembentukan benih jagung Hibrida, Risalah lokakarya produksi benih hibrida, hal 1-13 (Malang: Balai penelitian tanaman pangan, 1992) Lamadji, M.J., L. Hakim, dan Rustidja. 1999. Akselerasi pertanian tangguh melalui pemuliaan nonkonvensional. Prosiding Simposium V Pemuliaan Tanaman. PERIPI Komda Jawa Timur. p. 28-32.

Jagung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari


?

Jagung

Jagung

Klasifikasi ilmiah Kerajaan: (tidak termasuk) (tidak termasuk) Ordo: Famili: Genus: Spesies: Plantae Monocots

Commelini ds Poales Poaceae Zea Z. mays

Nama binomial Zea mays ssp. mays

L.

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Daftar isi
[tampilkan] 1 Biologi jagung 1 . 1 K l a s i f i k a s i 1 . 2 D e s k r i p s i 2

Keane karaga man 3 Kandu ngan gizi 4 Peman faatan 5 Produk si jagung dan perdag angan dunia 6 Bahas a lokal 7 Refere nsi

8 Pranal a luar

[sunting] Biologi jagung

[sunting] Klasifikasi

Tongkol jagung dengan bulir beraneka warna.

Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. [1] Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.
[sunting] Deskripsi

Jagung hibrida di ladang.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). ciri-ciri:
1. panjang 2. berisi 3. ada buhya

Jagung Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa ?Jagung Jagung Jagung Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Plantae (tidak termasuk) Monocots (tidak termasuk) Commelinids Ordo: Poales Famili: Poaceae Genus: Zea Spesies: Z. mays Nama binomial Zea mays ssp. mays L. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Daftar isi
[sembunyikan] 1 Biologi jagung 1.1 Klasifikasi 1.2 Deskripsi 2 Keanekaragaman 3 Kandungan gizi 4 Pemanfaatan 5 Produksi jagung dan perdagangan dunia 6 Bahasa lokal 7 Referensi 8 Pranala luar

[sunting] Biologi jagung [sunting] Klasifikasi Tongkol jagung dengan bulir beraneka warna. Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. [1] Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk

gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman. [sunting] Deskripsi Jagung hibrida di ladang. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). ciri-ciri:
panjang berisi ada buhya

[sunting] Keanekaragaman Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, di kiri latar depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe mutiara.

Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bulir/biji yang bermacam-macam. Di dunia terdapat enam kelompok kultivar jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang membentuk bulirnya:
Indentata (Dent, "gigi-kuda") Indurata (Flint, "mutiara") Saccharata (Sweet, "manis") Everta (Popcorn, "berondong") Amylacea (Flour corn, "tepung") Glutinosa (Sticky corn, "ketan") Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspesies yang berbeda dari jagung budidaya lainnya)

Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung dibuat dikenal berbagai tipe kultivar:
galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.

Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda. [sunting] Kandungan gizi Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.[2]. Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:[3]
Kalori : 355 Kalori Protein : 9,2 gr Lemak : 3,9 gr Karbohidrat : 73,7 gr Kalsium : 10 mg Fosfor : 256 mg Ferrum : 2,4 mg Vitamin A : 510 SI Vitamin B1 : 0,38 mg Air : 12 gr

Dan bagian yang dapat dimakan 90 %. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. [sunting] Pemanfaatan

Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif.[4] Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan. [5] [sunting] Produksi jagung dan perdagangan dunia Provinsi penghasil jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt ton; Jawa Tengah : 3,3 jt ton; Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt ton; Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700 800 rb ton, sisa lainnya (NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung nasional 16 jt ton per tahun [6] Produsen jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (38,85% dari total produksi dunia), diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%. Sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-negara lainnya 14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3 juta MT [7] [sunting] Bahasa lokal
Bahasa Sanger/Sangihe: katela Bahasa Tolitoli: binte

[sunting] Referensi
^ http://news.nationalgeographic.com/news/2006/03/0302_060302_peru_corn.html] ^ James, M. G.. "Characterization of the Maize Gene sugary1, a Determinant of Starch Composition in Kernels". The Plant Cell 7 (4): 417-429. ^ Sumber Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia ^ (Indonesia) Jurnal KeSimpulan.com - Transfer Gen Mutan Jagung ke Rumput Gajah Untuk Biofuel ^ http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/01/tgl/09/time /091302/idnews/876754/idkanal/317 ^ http://www.kontan.co.id/index.php/bisnis/news/37303/Produksi-JagungNasional-Terganjal-Cuaca ^ http://www.grains.org/corn

[sunting] Keanekaragaman

Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, di kiri latar depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe mutiara.

Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bulir/biji yang bermacam-macam. Di dunia terdapat enam kelompok kultivar jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang membentuk bulirnya:
1. Indentata (Dent, "gigi-kuda") 2. Indurata (Flint, "mutiara") 3. Saccharata (Sweet, "manis") 4. Everta (Popcorn, "berondong") 5. Amylacea (Flour corn, "tepung") 6. Glutinosa (Sticky corn, "ketan") 7. Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspesies yang berbeda dari jagung budidaya lainnya)

Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung dibuat dikenal berbagai tipe kultivar:
1. galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih 2. komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul 3. sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam 4. hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.

Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.

[sunting] Kandungan gizi


Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.[2]. Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:[3]
Kalori : 355 Kalori Protein : 9,2 gr Lemak : 3,9 gr Karbohidrat : 73,7 gr Kalsium : 10 mg Fosfor : 256 mg Ferrum : 2,4 mg

Vitamin A : 510 SI Vitamin B1 : 0,38 mg Air : 12 gr

Dan bagian yang dapat dimakan 90 %. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.

[sunting] Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif.[4] Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap dipasarkan. [5]

[sunting] Produksi jagung dan perdagangan dunia


Provinsi penghasil jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt ton; Jawa Tengah : 3,3 jt ton; Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt ton; Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700 800 rb ton, sisa lainnya (NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung nasional 16 jt ton per tahun [6] Produsen jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (38,85% dari total produksi dunia), diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%. Sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-negara lainnya 14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3 juta MT [7]

[sunting] Bahasa lokal


Bahasa Sanger/Sangihe: katela Bahasa Tolitoli: binte

[sunting] Referensi
1. ^ http://news.nationalgeographic.com/news/2006/03/0302_060302_peru_corn.h tml] 2. ^ James, M. G.. "Characterization of the Maize Gene sugary1, a Determinant of Starch Composition in Kernels". The Plant Cell 7 (4): 417-429. 3. ^ Sumber Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 4. ^ (Indonesia) Jurnal KeSimpulan.com - Transfer Gen Mutan Jagung ke Rumput Gajah Untuk Biofuel 5. ^ http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/01/tgl/09/ti me/091302/idnews/876754/idkanal/317

6. ^ http://www.kontan.co.id/index.php/bisnis/news/37303/Produksi-JagungNasional-Terganjal-Cuaca 7. ^ http://www.grains.org/corn

PENGARUH CUACA, IKLIM dan TANAMAN

PENGARUH CUACA, IKLIM dan TANAMAN 1. Pengaruh iklim dalam produksi tanaman. Hasil suatu jenis tanaman bergantug pada interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim dan teknologi. Dari faktor lingkungan, maka faktor tanah merupakan modal utama. Keadaan tanah sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu hujan, suhu dan kelembaban. Pengaruh itu kadang menguntungkan tapi tidak jarang pula merugikan. Lang membedakan tanah menjadi 2 tipe yaitu : 1. Climate Soil tipe, adalah tanah yang pembentukannya dipengaruhi oleh hujan dan temperatur. Lang membuat istilah yang disebut dengan faktor hujan dengan rumus : R = r /t dimana R: faktor hujan r: curah hujan tahunan t : temperatur

Untuk faktor hujan Lang mengambil batasan R=40, untuk daerah kering dimana nilai R kurang dari 40 tanaman akan tumbuh kurang baik karena pembentukan zat organik kurang. Apabila R lebih dari 40 kemungkinan produksi zat organik akan lebih besar. Saat R=120 berarti tanah tersebut bertipe optimal bagi pertumbuhan. Namun apabila R lebih dari 120 maka akan terjadi humus yang berlebihan, akibatnya akan terbentuk gambut. 1. Aclimate Soil type, adalaah tanah yang pembentukannya bukan disebabkan oleh faktor iklim, melainkan keadaan batuan. Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap tanah adalah hujan. Air hujan akan mengikis bagian top soil tanah yang merupakan bagian tanah yang subur. Apabila bagian top soil dibiarkan terkikis terus menerus, maka lapisan ini akan hilang dan yang tampak adalah lapisan bagian bawahnya, yang dikenal denga sub soil. Sub soil ini merupakan lapisan di bawahnya yang kurang subur, masih mentah, di mana mikroorganismenya sudah hilang sehingga diperlukan perbaikan-perbaikan yang memakan waktu cukup lama untuk menjadi produktif kembali (antara 2-5 tahun). Pada tanah yang memiliki land slope 5%-10% gejala-gejala erosi pada top soil bisa terjadi. Sehingga perlu dilakukan tindakan-tindakan praktis untuk mempertahankan produktivitasnya. Misalnya dengan melakukan penanaman menurut kontur dan cross slope seeding of legumes. Pada tanah yang yang memiliki land slope yang lebih curam yaitu antara 15%-25% yang menurut penelitian lapisan top soilnya hampir seluruhnya terhanyutkan makam perlu dibuatkan sengkedan dan drinage yang baik agar saat hujan deras pengikisan lapisan top soilnya dapat dikurangi. Selanjutnya tanah yang memiliki land slope antar 25%-35%, yang berdasarkan penelitian bagian top soil-nya telah tererosi hebat, kandungan kelembabannya sangat dipengaruhi angin kencang, akan tetapi dalam batas-batas tertentu masih dapat ditanami misalnya :tanaman yang tumbuhnya rapat, rumput-rumputan atau jenis makanan ternak. Dengan membiarkan jenis rerumputan tumbuh didaerah ini, kemungkinan lapisan permukaan akan sedikit demi sedikit terbentuk kembali. Tanah yang memiliki land slope melebihi 40% sebaiknya dipelihara sebagai tanah-tanah hutan, ditanami dengan tanaman keras sedang ground cover crops-nya seperti rerumputan dan semak belukar, dengan cara ini erosi dapat dihambat. Berbeda dengan faktor tanah yang telah banyak dipelajari dan difahami, cuaca dan iklim merupakan salah satu peubah dalam produksi pangan yang paling sukar dikendalikan. Oleh

karena itu dalam usaha pertanian, umumnya disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Junghuhn mengklasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan Pembagian daerah iklim tersebut adalah: 1. Daerah panas/tropis Tinggi tempat : 0 600 m dari permukaan laut. Suhu : 26,3o C 22o C. Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat. 2. Daerah sedang Tinggi tempat : 600 m 1500 m dari permukaan laut. Suhu : 22o C 17,1o C. Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina, sayur-sayuran. 3. Daerah sejuk Tinggi tempat : 1500 2500 m dari permukaan laut. Suhu : 17,1o C 11,1o C. Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran. 4. Daerah dingin Tinggi tempat : lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu : 11,1o C 6,2o C. Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya. Di Indonesia, perhatian dan kerjasama antara para ahli klimatologi dengan ahli pertanian semakin meningkat terutama dalam rangka menunjang produksi tanaman pangan. Daya hasil beberapa tanama pangan di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat. Perbedaan ini disebabkan oleh pemakaian teknologi tinggi dan pengelolan yang baik. Penigkatan produksi tanaman pangan selain dengan panca usaha tani juga dilakukan dengan pemanfaatan iklim.
Daya hasil (ton/ha) berbagai tanaman di beberapa negara (1978) Jenis tanaman Indonesia Filipina Thailand Malaysia Jepang USA

Padi sawah Jagung Ubi kayu Kacang tanah Kedelai Ubi jalar Tebu Kopi Teh Tembakau

2,29 1,10 9,21 1,35

1,84 0,96 9,59 0,73

2,05 2,16 18,34 1,36

2,52 3,23 10,01 4,30

6,25 2,75 1,79

5,05 6,35 2,96

0,97 7,81 83,33 0,49 0,38 0,47

0,82 4,00 41,43 1,06 0,54 0,66

0,71 10,17 33,53 0,47

1,56 9,70 38,05 0,47 0,78

1,50 20,00 56,06 2,71

1,79 14,13 80,51 3,38

Sumber: FAO, 1978

Namun sekarang penyimpangan-penyimpangan terhadap iklim sering terjadi. Pengalaman menunjukkan bahwa secara temporer berbagai bentuk penyimpangan iklim telah sering mengancam sistem produksi pertanian. Ancaman tersebut tidak saja menyebabkan gangguan produksi, tetapi juga menggagalkan panen dalam luasan ratusan ribu hektar. Peristiwa kekeringan tahun 1994 dan 1997 merupakan yang terburuk selama abad 20. Luas areal pertanian di Indonesia yang mengalami kekeringan mencapai 161.144 sampai 147.126 ha yang mengakibatkan penurunan produksi beras nasional secara signifikan dan pemerintah kembali harus mengimpor beras sekitar 5 juta ton. Kerawanan sosial sebagai dampak lanjutan dari kekeringan ini akan semakin memberatkan manakala periode ulang El Nino meningkat menjadi 2-3 tahun satu kali. Di dalam 18 dari 28 tahun panenan (1955-1982), banjir atau kemarau panjang merupakan penyebab utama dari kegagalan panen di Indonesia (Baradas, 1984). Langkah-langkah yang lazim diambil untuk mengatasi masalah ini adalah dengan merangsang hujan, meramal hujan atau memperbaiki jenis-jenis tanaman. Tetapi pada musim kemarau pembentukan awan sangat

sedikit dan massa udara kering, sehingga sulit untuk dilakukan hujan buatan. Sedangkan ramalan hujan hanya memberikan informasi mengenai waktu terjadinya hujan, padahal tumbuhan memerlukan air dengan jumlah dan saat yang tepat. Jenis padi yang tahan banjir dan kemaraupun hanya tidak dapat memberikan hasil yang besar dan itupun kalau banjir tidak menghanyutkan atau kemaru tidak membuatnya kering.
1.

1. Suhu Suhu udara dan tanah mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai batas suhu minimum, optimum dan maksimum yang berbeda-beda untuk setiap tingkat pertumbuhannya. Gandum dalam musim dingin tahan berada dalam kondisi suhu nisbi rendah dan dan dapat bertahan dalam suhu beku selama periode musim dingin. Tanaman tropis misalnya coklat memerlukan suhu tinggi sepanjang tahun. Batas atas suhu yang mematikan aktivitas sel-sel tanaman berkisar antara 1200 sampai 1400 F tetapi nilai ini beragam sesuai dengan jenis tanaman dan tingkat pertumbuhannya. Suhu tinggi tidak mengkhawatirkan dibandingkan suhu rendah dalam menahan pertumbuahan tanaman asal persediaan air memadai dan tanaman dapat menyesuaikan terhadap daerah iklim. Dalam kondisi suhubyang sangat tinggi, pertumbuhan terhambat bahkan terhenti tanpa menghiraukan persediaan air, dan kemungkinan keguguran daun atau buah sebelum waktunya. Bencana terhadap tanaman pangan biasanya berasal dari keadaan kering yang sangat panas dan angin yang mempercepat penguapan dan mengakibatkan dehidrasi jaringan tanaman. Suhu udara merupakan faktor lingkungan yang penting karena berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan berperan hampir pada semua proses pertumbuhan. Suhu udara merupakan faktor pentinga dalam menentukan tempat dan waktu penanaman yang cocok, bahkan suhu udara dapat juga sebagai faktor penentu dari pusat-pusat produksi tanaman, misalnya kentang di daerah bersuhu rendah sebaliknya padi di daereah bersuhu tinggi. Ditinjau dari klimatologi pertanian, suhu udara di Indonesia dapat berperan sebagai kendali pada usaha pengembangan tanaman padi di daerah-daerah yang mempunyai dataran tinggi. Sebagian besar padi unggul dapat berproduksi dengan baik sampai pada ketinggian 700 dpl, demikian juga tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Suhu udara rata-rata yang tinggi baik untuk tanaman seperti kacang tanah dan kapas. Sedangkan gandum, kentang dan tomat dapat ditanam di dataran tinggi dengan suhu yang lebih

rendah. Jenis tanaman yang tahan kekeringan diantaranya ubi kayu, wijen, kacang tanah, kacang hijau dan semangka.
1.

1. Air Air adalah faktor yang lebih penting dalam produksi tanaman pangan dibandingakan dengan faktor lingkungan lainnya. Tanaman pangan memperoleh persediaan air dari akar, itu sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor yang penting dalam pertanian. Jumlah air yang berlebih dalam tanah akan mengubah berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan meningkatkan pembentukan senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman. Curah hujan yang lebat dapat menggangu pembungaan dan penyerbukan. Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan ke bagianbagian lainnya. Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun hilang, kemudian proses fotosintesis akan berhenti jika kehilangan air mencapai 60% (Griffiths, 1976) Pola umum curah hujan di Kepulauan Indonesia dapat dikatakan sebagai berikut: 1. Pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak dari pantai timur. 2. Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT merupakan barisan pulau-pulau yang panjang dan berderet dari barat ke timur. Pulau-pulau ini hanya diselingi oleh selat-selat yang sempit, sehingga untuk kepulauan ini secara keseluruhan tampak seakan akan satu pulau, sehingga berlaku juga dalil, bahwa di sebelah timur curah hujan lebih kecil, kalau dibandingkan dengan sebelah barat. Sebelah barat dari jejeran pulau ini adalah pantai Barat Jawa Barat. 3. Selain bertambah jumlahnya dari timur ke barat, hujan juga bertambah jumlahnya dari dataran rendah ke pegunungan, dengan jumlah terbesar pada ketinggian 600 900 m. 4. Di daerah pedalaman semua pulau, musim hujan jatuh pada musim Pancaroba, demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar-besar. 5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak D.K.A.T. 6. Saat mulai turunnya hujan juga bergeser dari Barat ke Timur. Pantai Barat Pulau Sumatera sampai Bengkulu, mendapat hujan terbanyak bulan November. Lampung,

Bangka, yang letaknya sedikit ke timur, pada bulan Desember. Sedangkan Jawa (utara), Bali, NTB, NTT pada bulan Januari-Februari, yang letaknya lebih ke timur lagi. 7. Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah mempunyaimusim hujan yang berbeda, yaitu Mei-Juni. Justru pada waktu bagian lain Kepulauan Indonesia ada pada musim kering. Batas wilayah hujan Indonesia Timur kira-kira terdapat pada 120o bujur timur. Dalam kondisi alamih, kelebihan air kurang bermasalah jika dibandingkan dengan kekeringan. Menurut Thornthwaite (1974), kekeringan didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang membutuhkan air untuk transpirasi dan penguapan langsunga melalui jumlah air yang tersedia di tanah. Kekeringan dapat dibedakana menjadi tiga kelas yaitu : 1. Kekeringan permanen yang disebabkan oleh iklim kering. 2. Kekeringan musiman yang terjadi pada iklim dengan periode cuaca kering tahunan berbeda. 3. Kekeringan akibat keadaan curah hujan yang berubah-ubah. Sumber pokok dari kekeringan adalah curah hujan, meskipun faktor peningkatan kebutuhan air cenderung meningkat. Kelembaban nisbi rendah, angin kencang dan suhu yang tinggi merupaka faktor pendukung kekeringan karena faktor ini mempercepat evapotranspirasi. Tanah yang kehilangan air secara cepat oleh penguapan atau pembuangan air juga meningkatkan kekeringan. Irigasi adalah cara yang paling cocok untuk mengatasi kekeringan. Jika ada irigasi maka suhu menjadi faktor iklim yang penting dalam mengendalikan produksi tanaman pangan.
1.

1. Radiasi matahari Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang menpunyai hijau daun merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat proses pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan radiasi matahari.

Tanaman yang dipanen buah atau bijinya akan tumbuh dengan baik pada intensitas radiasi matahari yang tinggi. Pada tanaman kedelai penurunan intensitsa radiasi matahari akan menurunkan hasil polong dan biji kering. Intensitas radiasi yang rendah sejak penanaman dapat menurunkan hasil yang sangat besar jika dibandingakan jika hanya pada fase pengisia

Anda mungkin juga menyukai