Anda di halaman 1dari 17

KONSERVASI TANAH DAN AIR

PENGENDALIAN EROSI

FITRI WAHYUNI., SP., MSI


10.1. Pengendalian Erosi Secara
Vegetatif
Metode vegetatif yaitu metode konservasi lahan kritis dengan
menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah,
tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman,
serta penggunaan pupuk organik dan mulsa.
Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin
keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat
memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan
memperbesar granulasi tanah, penutupan lahan oleh seresah dan
tajuk yang akan mengurangi evaporasi dan dapat meningkatkan
aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas
tanah sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah
terjadinya erosi.
Aplikasi Metode Vegetatif :
A. Sistem Pertanaman Lorong
Sistem pertanaman lorong adalah suatu sistem dimana tanaman
pangan ditanam pada lorong diantara barisan tanaman pagar. Sistem ini
sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi
dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama unsur N untuk
tanaman lorong.
Pada budidaya lorong konvensional tanaman pertanian ditanam pada
lorong-lorong diantara barisan tanaman pagar yang ditanam menurut
kontur. Barisan tanaman pagar yang rapat diharapkan dapat menahan
aliran permukaan serta erosi yang terjadi pada areal tanaman budidaya,
sedangkan akarnya yang dalam dapat menyerap unsur hara dari lapisan
tanah yang lebih dalam untuk kemudian dikembalikan ke permukaan
melalui pengembalian sisa tanaman hasil pangkasan tanaman pagar.
B. Sistem Pertanaman Strip Rumput
Konservasi lahan kritis dengan sistem pertanaman strip rumput
hampir sama dengan pertanaman lorong tetapi tanaman pagarnya
adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar
strip 0,5 meter atau lebih. Semakin lebar strip semakin efektif
mengendalikan erosi. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan ternak.
Penanaman rumput pakan ternak di dalam jalur strip.
C. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman ini merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau
bersamaan dengan tanaman pokok. Manfaat tanaman penutup antara
lain untuk menahan atau mengurangi daya perusak bulir-bulir hujan
yang jatuh dan aliran air diatas permukaan tanah, menambah bahan
organik tanah. Peranan tanaman penutup tanah adalah mengurangi
kekuatan disperasi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan
aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah
sehingga mengurangi erosi.
Jenis tanaman penutup yang dapat digunakan yaitu :
a. Tanaman Penutup Tanah Rendah
Tanaman penutup tanah rendah terdiri dari jenis rumput-rumputan dan
tumbuhan merambat atau menjalar.
b. Tanaman Penutup Tanah Sedang (Perdu)
Dipakai dalam pola pertanaman teratur di antara baris tanaman pokok: Clibadium
surinamense var asperum baker, Eupatorium pallessens DC (Ki Dayang, Kirinyuh).
c. Tanaman Penutup Tanah Tinggi Atau Tanaman Pelindung
Digunakan dalam pola teratur di antara baris tanaman utama: Albizia
falcata (sengon laut, jeunjing), Grevillea robusta A Cum, Pithecellobium saman benth
(pohon hujan), Erythrina sp (dadap), Gliricidia sepium.
d. Tumbuh-Tumbuhan Bawah (Undergrowth) Alami Pada Perkebunan
Banyak usaha telah dilakukan pada beberapa perkebunan, terutama perkebunan
karet, dalam memanfaatkan tumbuh-tumbuhan bawah alami untuk melindungi
tanah.
e. Tumbuhan Yang Tidak Disukai
Banyak tumbuhan yang termasuk dalam tumbuhan pengganggu atau tidak disukai
yang dapat berfungsi sebagai penutup tanah atau pelindung tanah terhadap
ancaman erosi. Contoh: Imperata cylindrica, Panicum repens (lampuyangan), Leersia
hexandra (kalamento), Saccharum spontaneum (gelagah), Anastrophus compressus
dan Paspalum compressum (tumput pahit).
D. Mulsa
Mulsa adalah bahan-bahan (sisa panen, plastik dan lain-lain) yang disebar atau
digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk mengurangi penguapan
serta melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan yang akan mengurangi
kepadatan tanah. Mulsa dapat berupa sisa tanaman, lembaran plastik dan batu.
Mulsa sisa tanaman terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung),
pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan
secara merata di atas permukaan tanah setebal 2 s/d 5 cm sehingga permukaan tanah
tertutup sempurna.
Thamrin dan Hanafi (1992) juga menunjukkan bahwa pemberian mulsa seresah tanaman
dapat menghemat lengas tanah dari proses penguapan sehingga kebutuhan tanaman akan
lengas tanah terutama musim kering dapat terjamin. Selain itu pemberian mulsa seresah
juga dapat menghambat pertumbuhan gulma yang mengganggu tanaman sehingga konsumsi
air lebih rendah.

E. Pengelompokan Tanaman dalam Suatu Bentang alam (landscape)


Pengelompokan Tanaman dalam Suatu Bentang alam (landscape) mengikuti kebutuhan
air yang sama sehingga irigasi dapat dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman. Teknik
konservasi lahan kritis seperti ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tanaman yang
memiliki kebutuhan air yang sama dalam satu landscape.
Pengelompokkan tanaman tersebut akan memberikan kemudahan dalam melakukan
pengaturan air. Air irigasi yang dialirkan hanya diberikan sesuai kebutuhan tanaman sehingga
air dapat dihemat.
F. Penyesuaian Jenis Tanaman Dengan Karakteristik Wilayah
Teknik konservasi ini dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan
dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai dengan tingkat
kekeringan yang dapat terjadi dimasing-masing daerah. Sebagai contoh
tanaman jagung yang hanya membutuhkan air 0,8 kali padi sawah akan tepat
jika ditanam sebagai pengganti padi sawah untuk antisipasi kekeringan. Pada
daerah hulu DAS yang merupakan daerah yang berkemiringan tinggi
penanaman tanaman kehutanan menjadi komoditas utama.

G. Penentuan Pola Tanam Yang Tepat


Baik untuk areal yang datar maupun berlereng penentuan pola tanam
disesuaikan dengan kondisi curah hujan setempat untuk mengurangi
devisit air pada musim kemarau. Hasil penelitian Gomez (1983) menunjukkan
bahwa pada lahan dengan kemiringan 5% dengan pola tanam campuran ketela
pohon dan jagung akan dapat menurunkan run off dari 43% menjadi 33% dari
curah hujan dibandingkan dengan jagung monokultur. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan besar kebutuhan air tiap jenis vegetasi. Besarnya kebutuhan
air beberapa jenis tanaman dapat menjadi acuan dalam membuat pola tanam
yang optimal.
10.2. Pengendalian Erosi Secara
Sipil Teknis
Pengendalian erosi secara sipil teknis adalah usaha –
usaha pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah
yang hilang pada lahan pertanian dengan cara-cara mekanis
tertentu. Usaha pengendalian erosi secara sipil teknis pada
hakekatnya adalah mengurangi atau menghalangi laju aliran
permukaan sampai pada batas yang tidak menimbulkan erosi.
Proses menghalangi atau mengurangi laju aliran ini tidak berarti
menahan aliran permukaan, melainkan mengendalikan aliran
supaya tidak erosif.
- Gulud (contour ridges/ridges terrace)
Teras gulud adalah guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat dan
saluran air pada bagian lereng atasnya. Teras gulud dapat difungsikan sebagai
pengendali erosi dan penangkap aliran permukaan dari permukaan bidang olah.
Aliran permukaan diresapkan ke dalam tanah di dalam saluran air sedangkan air
yang tidak meresap dialirkan ke Saluran Pembuangan Air (SPA). Pembuatan teras
gulud aplikasinya cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40%, dapat juga
digunakan pada kemiringan 40-60%, namun kurang efektif, dan dapat dibuat pada
tanah-tanah agak dangkal (> 20 cm), tetapi mampu meresapkan air dengan cepat.
- Teras Bangku (bench terrace)
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng
dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk
tangga. Ada 3 jenis teras bangku : datar, miring ke luar, miring ke dalam, dan teras
irigasi
- Teras Kridit (gradual terrace)
Teras jenis ini akan diaplikasikan pada tempat yang memiliki kemiringan
lahan 5-40% dan pada tanah yang bersifat kurang dapat menyerap air,
diaplikasikan pada : kemiringan lahan 5-40%; struktur tanah remah dan
permeabilitas tinggi; kedalaman lapisan tanah 40 cm; dan tidak pada tanah yang
rawan longsor.
- Rorak (catch ditch/sedimen trap)
Rorak merupakan tempat/lubang penampungan
atau peresapan air, dibuat dibidang olah atau saluran
peresapan. Pembuatan rorak ditujukan untuk
memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan
penampung tanah yang tererosi.
- Saluran Drainase
Pembuatan saluran drainase bertujuan untuk
mencegah genangan dan mengalirkan aliran permukaan
sehingga air mengalir dengan kekuatan tidak merusak
tanah, tanaman dan bangunan konservasi tanah lainnya.
Bentuk saluran drainase permukaan yang sering dibuat
adalah : saluran pengelak, saluran teras, pembuangan air
dan bangunan terjun.
Guludan Teras Bangku

Rorak

Drainase
10.3. Pengendalian Erosi Jurang
a. Bronjong
Fungsí : -Penahan material longsor dengan volume yang kecil.
Konstruksi bangunan tersebut dapat menggunakan bahan yang
tersedia di tempat misalnya bambu, batang dan ranting kayu.
Untuk menanggulangi longsor dengan volume besar maka
bronjong dibuat dari susunan batu dalam anyaman kawat. Sistem
ini juga cocok kalau batu yang ada tidak terlalu besar (diameter
antara 30-40 cm) untuk membangun sistem dari batuan lepas.
b. Sumbat jurang bronjong silinder
Fungsi : Menahan material longsor dan
sedimen., Sumbat jurang terdiri dari anyaman
kawat berbentuk silinder (sosis) yang diisi
dengan batu., Sistem ini lebih fleksibel dan lebih
murah dari sistem bronjong.
c. Bangunan penguat tebing
Fungsi :
- Menahan longsoran tanah
pada tebing yang sangat
curam (kemiringan lebih
dari 100%) yang sudah tidak
mampu dikendalikan secara
vegetatif.
- Memperkuat tebing.
d. Trap-trap terasering
Fungsi :
- Menahan longsoran tanah
pada tebing/lahan yang
curam.
- Memperkuat lahan
berteras, agar bidang olah
dan tampingan teras lebih
stabil.
- Melengkapi dan
memperkuat cara vegetatif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai