LAPORAN
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3)
Pekerjaan :
KEPULAUAN KARIMUNJAWA
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Sisyem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ini telah sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja dan disetujui oleh Pengguna Jasa.
Disahkan di Semarang
Tanggal: November 2021
PT. Hegar Daya KSO Diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan
PT. Trideconst 1. Ketua : Farida Ery Murniasih, ST., MPSDA
NIP. 19840927 201012 2 003 :............................
2. Sekrertaris : Agus Heri Sutopo, ST., MT
NIP. 19650808 199109 1 001 :............................
Ir. FM. Roemiyanto, MT 3. Anggota : Dony Fabiyanto, ST
Ketua Tim NRP. C24041981092018001 :............................
Menyetujui,
PPK Perencanaan dan Program Satker BBWS Pemali Juana
Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana
DAFTAR ISI
4.8 Pengertian dan Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) ........................................ 4-4
4.10 Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menangani Korban Kecelakaan Kerja ........... 4-11
4.12 Identifikasi Bahaya, Pengendalian Resiko dan Penanggung Jawab .................. 4-14
6.3 Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan ... 6-1
DAFTAR TABEL
Tabel 4-2. Penentuan Nilai Kekerapan/ Frekuensi Terjadinya Resiko K3 ................................ 4-15
Tabel 4-5. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Skala Prioritas, Pengendalian Resiko K3,
Penanggung Jawab ........................................................................................... 4-19
Tabel 4-6. Jenis Pekerjaan yang menimbulkan Gejala Penyakit ............................................... 4-29
DAFTAR GAMBAR
1 BAB 1
KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI PEKERJA
DALAM KESELAMATAN KONSTRUKSI
PT. Hegar Daya KSO PT. Trideconst sebagai Badan Usaha Jasa Konstruksi berkomitmen
melaksanakan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi berkeselamatan pada pelaksanaan
Paket Pekerjaan SI/DD Embung Kabupaten Jepara dan Kepulauan Karimunjawa, demi terciptanya
Zero Accident, dengan memastikan :
PT. Hegar Daya KSO PT. Trideconst berkomitmen untuk mencapai dan memperhatikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Tujuan utama kami adalah menjalankan usaha dengan cara
melindungi keselamatan karyawan dan pihak-pihak yang terkait serta masyarakat yang terlibat
dengan kegiatan kami dan mengambil langkah-langkah yang rasional dan praktis untuk mencegah
serta menghindari segala kecelakaan, cidera dan segala macam penyakit melalui kerjasama yang
didukung penuh oleh setiap karyawan. Perusahaan terikat untuk melaksanakan tanggung jawabnya
dalam mengidentifikasi, menyingkirkan dan mengendalikan resiko terhadap keselamatan yang
berhubungan dengan kegiatannya. Perusahaan juga melarang penggunaan dan penyalahgunaan
alkohol atau minuman beralkohol serta obat-obatan termasuk milik pribadi/ perdagangan pada saat
bekerja guna memelihara keamanan, kesehatan dan produktifitas di tempat kerja. Ini berlaku untuk
semua bentuk-bentuk penyalahgunaan obat dan zat terlarang.
Sesuai dengan Kepmen Tenaga Kerja Nomor : 05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka PT. HEGAR DAYA KSO PT. TRIDECONST demi
menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi seluruh personil dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan dilapangan membuat suatu manajemen yang
mengatur dan mengelola Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pelaksanaan pekerjaan yang
merujuk pada ketetapan / aturan resmi dari pemerintah seperti tersebut diatas.
1.2.2 Maksud
1.2.3 Tujuan
Untuk menjamin bahwa pekerjaan yang dilaksanakan di : Satker Balai Besar Wilayah Sungai
Pemali Juana Provinsi Jawa Tengah, telah mencakup / menjamin hal-hal tentang :
Kepulauan Karimunjawa
Instruksi kerja ini hanya berlaku pada Paket Pekerjaan di Lingkungan Balai Besar Wilayah
Sungai Pemali Juana Provinsi Jawa Tengah PPK Perencanaan dan Program Satker BBWS
Pemali Juana.
1.4 Definisi
1. Pekerjaan ini adalah Pekerjaan SI/DD Embung Kabupaten Jepara dan Kepulauan
Karimunjawa. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah untuk memberikan suatu
dasar dalam bekerja yang menuju kearah tujuan akhirnya, yakni mencegah terjadinya
cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan karena kejadian dan keadaan yang
berhubungan dengan pekerjaan.
2. Kategori I adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan ringan atau
pada prinsipnya tidak membutuhkan perawat / rawat inap di Rumah Sakit.
3. Kategori II adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan sedang /
korban luka berat atau mebutuhkan rawat inap di rumah sakit.
4. Kategori III adalah jenis kecelakaan yang dapat menimbulkan kerusakan berat /
korban meninggal dunia.
1.5 Ketentuan
1. Keselamatan kerja adalah tanggung jawab moril baik karyawan maupun pimpinan
perusahaan
2. Penanggung jawab dalam pelaksanaan K3 di proyek adalah Kasie QA (Quality
Assurance), dengan memastikan melakukan inspeksi secara berkala.
3. Setiap personil/pegawai harus diberikan pelatihan mengenai K3 yang sesuai dengan
lingkup dan tugasnya.
4. Setiap area tempat kerja yang mempunyai resiko dan kemungkinan terjadinya bahaya,
harus menyediakan petunjuk-petunjuk / informasi- informasi yang tepat cara
penanganan dan pencegahan bahaya- bahaya yang mungkin terjadi.
5. Setiap karyawan harus disediakan kebutuhan akan alat-alat pelindung diri, dilatih
bagaimana cara menggunakan, dan digunakan tempat yang seharusnya.
6. Bahan-bahan yang mudah meledak atau terbakar harus disimpan, diangkat dan
diperlakukan sedemikian rupa sehingga dapat dicegah dari kemungkinan terjadinya
kebakaran
7. Alat-alat penyelamat harus tersedia diareal atau tempat-tempat yang membutuhkan
8. Pekerjaan yang dilakukan diatas air harus menyediakan peralatan keselamatan,
seperti pelampung / life jacket yang mudah dijangkau dan diketahui oleh pegawai
yang berada dilokasi tersebut.
9. Peralatan / kendaraan sebelum digunakan harus diperiksa dulu kelayakannya
10. Pihak Manajemen proyek harus melakukan tinjauan manajemen mengenai safety
secara berkala
11. Setiap personil saat bekerja dilapangan harus dilakukan secara berkelompok
12. Masing-masing kelompok harus disediakan sarana untuk
berkomunikasi.
13. Pada saat bekerja pegawai disarankan mengenakan identitas pengenal
14. Semua pegawai dari Pihak Penyedia Jasa untuk Pekerjaan SI/DD Embung
Kabupaten Jepara dan Kepulauan Karimunjawa diasuransikan kesehatannya oleh
Perusahaan.
2 BAB 2
PROTOKOL CORONA VIRUS DISEASE 2019
(COVID-19)
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah dinyatakan oleh WHO sebagai pandemic
dan lndonesia telah menyatakan Covid-19 sebagai bencana non alam berupa wabah penyakit
yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sehingga tidak terjadi peningkatan kasus. Dalam
upaya penanggulangan Covid-19, diperlukan panduan bagi masyarakat dalam mencegah
penularan Covid-19 di tempat kerja.
Sehubungan hal tersebut, dengan ini disampaikan kepada seluruh tim yang terlibat untuk
menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19 di tempat kerja sebagai berikut:
1. Melakukan pemeriksaan suhu tubuh di setiap pintu masuk dan amati kondisi umum
pekerja/ tamu.
a. Apabila terdapat pekerja/ tamu dengan suhu di atas 38°C atau tampak sakit (demam
atau pilek/ batuk/ nyeri tenggorokan/sesak napas) maka tidak diizinkan untuk bekerja
atau memasuki area kerja.
2. Menyediakan sarana cuci tangan menggunakan air dan sabun atau pencuci tangan berbasis
alkohol diberbagai lokasi strategis di tempat kerja sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
seperti pintu masuk, ruangan kerja, mesin absensi, dan tempat lain yang sering diakses
oleh pekerja.
3. Memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis dengan melakukan pembersihan secara
berkala menggunakan desinfektan (seperti pegangan pintu, pegangan tangga, tombol lift,
mesin absensi, ruang meeting dan lain lain).
5. Menyediakan tisu dan masker bagi pekerja yang mengalami demam atau batuk/pilek,
nyeri tenggorokkan/sesak napas serta menyediakan area kerja sementara bagi pekerja
tersebut, terpisah dari pekerja lain. Kemudian segera istirahatkan di rumah. Bersihkan area
kerja yang sudah terkontaminasi dengan desinfektan.
a. Bersihkan meja kerja dan peralatannya sebelum dan sesudah bekerja menggunakan
cairan desinfektan.
b. Lakukan cuci tangan menggunakan air dan sabun atau pencuci tangan berbasis
alkohol secara berkala.
e. Jaga jarak kontak dengan rekan kerja yang sedang batuk /pilek /demam minimal 1
(satu) meter.
g. Apabila tidak ada masker terapkan etika batuk (tutup mulut dan hidung dengan tisu
atau lengan atas bagian dalam). Tisu yang digunakan dibuang ke tempat sampah
tertutup dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelahnya.
h. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi gizi seimbang, perbanyak sayur
dan buah, melakukan aktivitas fisik setiap hari selama 30 (tiga puluh) menit sehari
serta istirahat cukup.
i. Saat pulang kerja di rumah, jangan langsung bersentuhan dengan anggota keluarga
sebelum membersihkan diri (mandi dan mengganti pakaian kerja).
10. Memberi kebijakan kepada pekerja untuk beristirahat atau bekerja dari rumah (self
isolated) tanpa mengurangi hak dan kewajiban pekerja, jika:
a. Pekerja mengalami gejala demam atau batuk/ pilek/ nyeri tenggorokan/sesak napas.
b. Pekerja yang memiliki gejala demam atau batuk/ pilek/ nyeri tenggorokan/ sesak
napas dengan riwayat baru kembali dari negara/ area transmisi lokal.
c. Pekerja yang tidak menunjukkan gejala tetapi dinyatakan pernah memiliki kontak erat
dengan pasien positif COVID-19 oleh Dinas Kesehatan.
11. Petugas kesehatan/ petugas K2 melakukan pemantauan secara proaktif pada seluruh
pekerja untuk mendeteksi dini pekerja yang mengalami gejala demam atau batuk/ pilek/
sakit tenggorokan di lingkungan kerja agar memeriksakan diri ke klinik perusahaan atau
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
12. Setiap pekerja yang tidak masuk kerja karena sakit dengan gejala demam atau batuk/
pilek/ nyeri tenggorokan/ sesak nafas, wajib melaporkan kepada bagian kepegawaian/
petugas kesehatan/ petugas K2 untuk dilakukan pemantauan untuk mengetahul
keterkaitannya dengan kriteria COVID-19 (Orang Dalam Pemantauan/ ODP, Pasien
Dalam Pengawasan/ PDP, kasus probable dan kasus konfirmasi).
13. Bila petugas kesehatan menemukan pekerja yang memenuhi kriteria sebagai ODP dan
PDP harus melaporkan dan berkoordinasi dengan Puskesmas atau Dinas Kesehatan
setempat. Pada kasus yang memenuhi kriteria PDP harus segera dirujuk ke rumah sakit
rujukan yang ditunjuk
14. Bila petugas kesehatan/ petugas K3 menerima informasi adanya kasus ODP, kasus PDP,
kasus probable, dan kasus konfirmasi positif Covid-19 pada pekerjanya, maka petugas
Perketat penggunaan alat pelindung diri (masker) dan PHBS bagi pekerja seperti pada
poin 6.
3 BAB 3
ORGANISASI K3
STRUKTUR ORGANISASI
RK3
PAKET :
SI/DD Embung Kabupaten Jepara dan Kepulauan Karimunjawa
General Superintendant
Ahli K3
1. General Superintendant
a. Menyetujui konsep Instruksi Safety yang akan dilaksanakan diproyek
b. Memimipin penerapan program K3 di proyek yang menjadi tanggung jawabnya
c. Memimpin rapat tinjauan manajemen atau rapat koordinasi tentang pelaksanaan
program K3
d. Memimpin upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program K3
2. Ahli K3 :
✓ Merangkan tugas-wewenang & tanggung jawab Ahli K3.
✓ Menjelaskan apa yang menjadi hak-hak pekerja bidang K3.
✓ Menjelaskan kepada pihak perusahaana bahwa upaya K3 sangat menguntungkan bagi
owner. Karena dapat memperkecil cost yang terjadi apabila suatu hari nanti terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban
jiwa/terluka/cacat/meninggal hingga hancurnya asset perusahaan seperti ledakan dan lain-
lain.
✓ Menjelaskan tujuan utama SMK3 atau Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
✓ Menjelaskan kepada perusahaan tentang sistem untuk pelaporan kecelakaan Kerja.
✓ Menganalisa suatu kasus yang terjadi ketika ada kecelakaan, mengetahui faktor aoa yang
menjadi penyebabnya & dapat menyusun laporan kecelakaan yang terjadi kepada pihak
perusahaan/pengusaha.
✓ Mengenal P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan & Kesehatan Kerja), tugas, tanggung-
jawab & wewenang organisasi P2K3 tersebut.
✓ Mengenal pembinaan & pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja/K3 ditingkat
perusahaan, Nasional & Internasional.
✓ Mengidentifikasi obyek pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja/K3.
✓ Mengetahui tentang persyaratan serta pemenuhan mengenai peraturan UU ditempat kerja.
✓ Mengetahui tentang persyaratan K3 ditempat kerja sebagai mana yang telah dituliskan
dalam Undang-undang Keselamatan Kerja.
✓ Mengetahui tentang proses audit & ruang lingkup untuk mengukur target atau tingkat
pencapaian yang telah ditentukan oleh perusahaan/pengusaha.
Wewenang
✓ Mengesahkan instruksi kerja K3
✓ Melaksanakan site inspection secara periodik
4 BAB 4
PERENCANAAN K3
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.
Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah
UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya
mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral
dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya
manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan
kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar
terjalan dengan baik.
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau
kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari
teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan
dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan
memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.
Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang
memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja,
pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak
mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik.
Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan
sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin
mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain.
Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi
kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini
mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan
peralatan keselamatan.
Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah industri terdapat
kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri mengatakan itu sebagai kecenderungan
kecelakaan. Untuk mengukur kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari situasi
yang menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.
Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk seseorang
yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin hanya sedikit yang
diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada hubungan yang
signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil atau salah satu kecelakaan
yang besar. Pendekatan yang sering dilakukan untuk seorang manager untuk salah satu faktor
kecelakaan terhadap pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika
banyak pabrik yang melakukan hal diatas akan menyebabkan berkurangnya rata-rata
pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan
pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja yang lain. Ada
kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan dapat membuat faktor-faktor
kecelakaan tersendiri.
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante
dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi
maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas.
Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa
penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas
kerja.
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 - 24
jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut
adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat
menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama
tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan
sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan
kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).
Pengertian (Definisi) Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang
digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan
tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain ditempat kerja
1. Safety Helmet
Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai
kepala secara langsung.
2. Safety Belt
Safety belt berfungsi sebagai pelindung diri ketika pekerja bekerja/berada di atas
ketinggian.
3. Safety Shoes
Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya.
4. Sepatu Karet
Sepatu karet (sepatu boot) adalah sepatu yang didesain khusus untuk pekerja yang
berada di area basah (becek atau berlumpur). Kebanyakan sepatu karet di lapisi dengan
metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia,
dsb.
5. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang
dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan
dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
6. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
e. Pakaian kerja
Pakaian kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber – sumber bahaya
tertentu seperti :
- Terhadap radiasi panas
- Terhadap radiasi mengion
- Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia
Pakaian pelindung dipakai pada tempat kerja tertentu misalnya Apron
(penutup / menahan radiasi), yang berfungsi untuk menutupi sebagian atau
seluruh badan dari panas, percikan api, pada suhu dingin, cairan kimia, oli,
dari gas berbahaya atau beracun, serta dari sinar radiasi.
g. Sarung Tangan
Fungsinya melindungi tangan dan jari – jari dari api, panas, dingin, radiasi,
listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, lecet dan infeksi.
h. Pelindung kaki
Fungsinya untuk melidungi kaki dari tertimpah benda – benda berat, terbakar
karena logam cair, bahan kimia, tergelincir, tertusuk.
Kesehatan merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia. Dengan demikian Pemerintah
mempunyai kewajiban untuk mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan yang
dapat dijangkau rakyatnya. Masyarakat, dari semua lapisan, memiliki hak dan kesempatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa
pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar; sampai dengan pelatihan khusus
kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang
membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang mempunyai
pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan tertentu yang
pembangunan kesehatan sehingga tanpa tersedianya tenaga dalam jumlah dan jenis yang
sesuai, maka pembangunan kesehatan tidak akan dapat berjalan secara optimal. Kebijakan
tentang pendayagunaan tenaga kesehatan sangat dipengaruhi oleh kebijakan kebijakan sektor
lain, seperti: kebijakan sektor pendidikan, kebijakan sektor ketenagakerjaan, sektor keuangan
pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain: kebijakan tentang arah dan strategi pembangunan
kesehatan, kebijakan tentang pelayanan kesehatan, kebijakan tentang pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan, dan kebijakan tentang pembiayaan kesehatan. Selain dari pada itu, beberapa
kesehatan dan informasi. Oleh karena itu, kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan harus
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa
pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar; sampai dengan pelatihan khusus
kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang
membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang mempunyai
pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan pekerjaan tertentu yang
a) Perawat
b) Perawat Gigi
c) Bidan
d) Fisioterapis
e) Refraksionis Optisien
f) Radiographer
g) Apoteker
h) Asisten Apoteker
i) Analis Farmasi
j) Dokter Umum
k) Dokter Gigi
l) Dokter Spesialis
n) Akupunkturis
p) Okupasi Terapis.
Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling berkaitan. Pekerja yang menderita
gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah mengalami kecelakaan
kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan kesehatan pekerja sudah sangat serius.
Mereka sangat menyadari bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara
akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sangat besar dan dapat ditekan
Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan banyak buku
serta hasil penelitian yang berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang telah diterbitkan. Di
era globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di negara maju. Dalam hal penanganan
kesehatan pekerja, kitapun harus mengikuti standar internasional agar industri kita tetap dapat
ikut bersaing di pasar global. Dengan berbagai alasan tersebut rumah sakit pekerja merupakan
hal yang sangat strategis. Ditinjau dari segi apapun niscaya akan menguntungkan baik bagi
perkembangan ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi) nasional serta untuk
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah sakit pekerja akan menjadi
pelengkap dan akan menjadi pusat rujukan khususnya untuk kasus-kasus kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Diharapkan di setiap kawasan industri akan berdiri rumah sakit pekerja
sehingga hampir semua pekerja mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang komprehensif. Setelah itu perlu adanya rumah sakit pekerja sebagai pusat rujukan
nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus didukung dengan meluluskan spesialis
kedokteran okupasi yang lebih banyak lagi. Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian
rumah sakit pekerja dapat diperbaiki kemudian dan jika ada penyimpangan dari misi utama
Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi. Salah satu upaya dalam
perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan P3K di perusahaan sesuai dengan UU dan
yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang
professional.
Yang menjadi dasar pengadaan P3K di tempat kerja adalah UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja; kewajiban manajemen dalam pemberian P3K, UU No.13 Tahun 2000
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja ; tugas pokok meliputi P3K dan Peraturan Mentri Tenaga
Kerja No. 05/Men/1995 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) Yaitu upaya untuk menemukan
gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat
kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan
pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun
terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih
masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit
akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja
dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan
pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya. Anamnese umum Pemerikasaan kesehatan awal
ini meliputi:
a) Anamnese pekerjaan
c) Alrergi
e) Pemeriksaan badan
g) Tuberkulin test
h) Psiko test
Pemeriksaan Khusus Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar
waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang
dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3
tidak hanya untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna
juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya
pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak
kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam
mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Uraian Kegiatan : Tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan rutin
dan non-rutin
Dampak bahaya : Paparan/ konsekuensi yang timbul akibat kondisi bahaya dan Tindakan
bahaya
Tingkat Risiko : Perpaduan nilai tingkat kekerapan dan nilai tingkat keparahan
Peluang perbaikan : Nilai positif yang dapat dikembangkan berdasarkan dampak bahaya
yang timbul
Sumber : Tarwaka, 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press
Penentuan nilai kekerapan atau frekuensi terjadinya Resiko K3 konstruksi seperti dinyatakan
pada Tabel 4-2.
Skala Konsekuensi
Tingkat
Keselamatan Lingkungan
Keparahan
Manusia Peralatan Material
5 Timbulnya Terdapat Material rusak dan Menimbulkan pencemaran
fatality lebih peralatan utama perlu mendatangkan udara/air/tanah/suara yang
dari 1 orang yang rusak total meterial baru yang mengakibatkan keluhan dari
meninggal lebih dari satu dan membutuhkan waktu pihak masyarakat, atau
dunia, atau mengakibatkan lebih dari 1 minggu Terjadi Kerusakan lingkungan
Lebih dari 1 pekerjaan dan mengakibatkan di Taman Nasional yang
orang cacat berhenti selama pekerjaan berhenti berhubungan dengan flora dan
tetap lebih dari 1 selama lebih dari 1 fauna, atau Rusaknya aset
minggu minggu masyarakat sekitar secara
keseluruhan. Terjadi
kerusakan yang parah terhadap
akses jalan masyarakat.
Sumber : Tarwaka, 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press
Tingkat Resiko K3 Konstruksi adalah hasil perkalian antara nilai kekerapan terjadinya
Resiko K3 Konstruksi dengan nilai keparahan yang ditimbulkan. Hasil perhitungan Tingkat
Resiko K3 Konstruksi dapat dijelaskan dengan Tabel 4-4.
Sumber : Tarwaka, 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press
Tabel 4-5. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Skala Prioritas, Pengendalian Resiko K3, Penanggung Jawab
PENILAIAN RESIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT SKALA PENGENDALIAN PENANGGUNG
RESIKO PRIORITAS RESIKO K3 JAWAB
1 2 3 4 5 6=4x5 7 8 9
1. Mobilisasi - Terjadi tabrakan > kerusakan 1 3 3 2 (Resiko 1. Sopir yang Pelaksana
alat berat dan korban jiwa Sedang) memobilisasi alat berat
- Lepasnya alat berat dari mobil harus yang memiliki
angkutan/ jatuh keahlian dan memiliki
- Terkena alat berat > luka izin mengemudi yang
resmi
2. Alat berta yang
diangkut harus diikat
dengan alat pengikat
yang standar
3. Pengangkutan/
penurunan alat berat
harus mengikuti
procedure yang standar
2. Manajemen dan Keselamatan - Terkena peralatan kerja > luka 1 3 3 2 (Resiko 1. Penggunaan alat berat Pelaksana
Lalu Lintas ringan/ berat Sedang) dan angkut yang
- Pekerja (orang) jatuh ke dalam standar
galian > luka 2. Menggunakan
- Kecelakaan akibat operasional peralatan kerja dan
alat berat > luka berat APD yang benar
- Kecelakaan akibat lalu lintas 3. Memasang pagar
kendaraan pengaman
- Kecelakaan tumpukan bahan 4. Menjaga jarak antar
galian para pekerja pada jarak
yang aman
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
PENILAIAN RESIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT SKALA PENGENDALIAN PENANGGUNG
RESIKO PRIORITAS RESIKO K3 JAWAB
1 2 3 4 5 6=4x5 7 8 9
3. Pengeboran, termasuk SPT dan - Terkena peralatan kerja > luka 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat berat Pelaksana
laporan ringan/berat dan angkut yang
- Pekerja (orang) jatuh ke dalam standar
galian > luka 2. Menggunakan
- Kecelakaan akibat operasional peralatan kerja dan
alat berat > luka berat SPD yang benar
- Kecelakaan kegiatan 3. Memasang pagar
masyarakat pengaman
- Kecelakaan tumpukan bahan 4. Menjaga jarak antara
galian para pekerja pada jarak
yang aman
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
4. Galian untuk salura air - Terkena peralatan kerja > luka 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat berat Pelaksana
ringan/ berat dan angkut yang
- Kecelakaan akibat terkena alat standar
berat > luka berat 2. Menggunakan
- Kecelakaan tumpukan bahan peralatan kerja dan
timbunan APD yang benar
- Kecelakaan bagi masyarakat 3. Memasang pagar
sekitar pesisir pengaman
- Terjadi iritasi pada kulit dan 4. Menjaga jarak antar
paru-paru akibat debu material para pekerja pada jarak
timbunan yang kering yang aman
- Terjadi gangguan lalu lintas 5. Menggunakan metode/
akibat penimbunan material cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
PENILAIAN RESIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT SKALA PENGENDALIAN PENANGGUNG
RESIKO PRIORITAS RESIKO K3 JAWAB
1 2 3 4 5 6=4x5 7 8 9
5. Galian biasa - Terjadi iritasi pada kulit dan 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat berat Pelaksana
paru-paru akibat debu agregat dan angkut yang
yang kering standar
- Terjadi gangguan lalu lintas, 2. Menggunakan
akibat penimbunan material → peralatan kerja dan
macet APD yang benar
- Kecelakaan akibat terkena alat 3. Memasang pagar
berat > luka berat pengaman
- Kecelakaan bagi masyarakat 4. Menjaga jarak antar
sekitar pesisir → terjatuh para pekerja pada jarak
- Kecelakaan tertimpa/ tertimbun yang aman
material pada saat penurunan 5. Menggunakan metode/
material. cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
6. Galian struktur dengan - Terjadi iritasi pada kulit dan 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat berat Pelaksana
kedalaman 0-2 meter paru-paru akibat debu agregat dan angkut yang
yang kering standar
- Terjadi gangguan lalu lintas, 2. Menggunakan
akibat penimbunan material → peralatan kerja dan
macet APD yang benar
- Kecelakaan akibat terkena alat 3. Memasang pagar
berat > luka berat pengaman
- Kecelakaan bagi masyarakat 4. Menjaga jarak antar
sekitar pesisir → terjatuh para pekerja pada jarak
- Kecelakaan tertimpa/ tertimbun yang aman
material pada saat penurunan 5. Menggunakan metode/
material. cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
PENILAIAN RESIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT SKALA PENGENDALIAN PENANGGUNG
RESIKO PRIORITAS RESIKO K3 JAWAB
1 2 3 4 5 6=4x5 7 8 9
7. Galian struktur dengan - Terjadi iritasi pada kulit dan 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat berat Pelaksana
kedalaman 2-4 meter paru-paru akibat debu agregat dan angkut yang
yang kering standar
- Terjadi gangguan lalu lintas, 2. Menggunakan
akibat penimbunan material → peralatan kerja dan
macet APD yang benar
- Kecelakaan akibat terkena alat 3. Memasang pagar
berat > luka berat pengaman
- Kecelakaan bagi masyarakat 4. Menjaga jarak antar
sekitar pesisir → terjatuh para pekerja pada jarak
- Kecelakaan tertimpa/ tertimbun yang aman
material pada saat penurunan 5. Menggunakan metode/
material. cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
8. Beton cyclop - Terkena peralatan kerja > luka 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat berat Pelaksana
ringan/ berat dan angkut yang
- Kecelakaan akibat terkena alat standar
berat > luka berat 2. Menggunakan
- Kecelakaan akibat lalu lintas peralatan kerja dan
kendaraan, terkena peralatan APD yang benar
kerja > luka 3. Memasang pagar
- Kecelakaan akibat terkena alat pengaman
berat > luka berat 4. Menjaga jarak antar
- Kecelakaan bagi masyarakat para pekerja pada jarak
sekitar pesisir yang aman
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
PENILAIAN RESIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT SKALA PENGENDALIAN PENANGGUNG
RESIKO PRIORITAS RESIKO K3 JAWAB
1 2 3 4 5 6=4x5 7 8 9
9. Timbunan pilihan dari sumber - Terjadi ganguan lalu lintas, 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Mengenakan peralatan Pelaksana
quarry akibat pengambilan material pelindung sesuai
dan penimbunan material dengan yang
(tergelincir) disyaratkan.
- Kecelakaan akibat terkena alat 2. Operator mempunyai
berat > luka berat surat ijin
- Kecelakaan bagi masyarakat mengoperasikan
sekitar pantai peralatan
- Kecelakaan tertimpa/ tertimbun 3. Operator bekerja atas
material pada saat penimbunan perintah Pelaksana
(tertimbun) 4. Operator harus
mengetahui area yang
akan digali atau
ditimbun
5. Operator
Melaksanakan
Pengoperasian alat
sesuai instruksi kerja
yang berlaku di proyek
6. Menggunakan Alat
bantu jika diperlukan
7. Operator bekerja dalam
keadaan fit / sehat
10. Pekerjaan Pancang beton / - Kecelakaan tertimpa/ tertimbun 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat berat Pelaksana
Dolken material pada saat penimbunan dan angkut yang
(tertimbun) standar
- Kecelakaan akibat terjatuh 2. Menggunakan
- Kecelakaan akibat terpukul alat peralatan kerja dan
- Kecelakaan akibat alat berat APD yang benar
tidak pas posisinya (tergelincir) 3. Memasang pagar
- Kecelakaan akibat terkena pengaman
material
PENILAIAN RESIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT SKALA PENGENDALIAN PENANGGUNG
RESIKO PRIORITAS RESIKO K3 JAWAB
1 2 3 4 5 6=4x5 7 8 9
4. Menjaga jarak antar
para pekerja pada jarak
yang aman
8. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
11. Pekerjaan Geotekstile (kelsa 1) - Kecelakaan akibat terkena alat 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat Pelaksana
berat > luka berat penyambung geotextile
- Kecelakaan akibat terkena yang standar
peralatan kerja > luka 2. Menggunakan
ringan/berat peralatan kerja dan
- Kecelakaan akibat tertimpa APD yang benar
bahan material geotekstile > 3. Memasang pagar
ringan/sedang pengaman
4. Menjaga jarak antar
para pekerja pada jarak
yang aman
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
12. Pekerjaan boulder - Kecelakaan akibat terkena alat 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat berat
berat > luka berat yang standar
- Kecelakaan akibat terkena 2. Menggunakan
peralatan kerja > luka peralatan kerja dan
ringan/berat APD yang benar
- Kecelakaan akibat tertimpa 3. Menjaga jarak antar
bahan material geotekstile > para pekerja pada jarak
ringan/sedang yang aman
4. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
PENILAIAN RESIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT SKALA PENGENDALIAN PENANGGUNG
RESIKO PRIORITAS RESIKO K3 JAWAB
1 2 3 4 5 6=4x5 7 8 9
dan peralatan kerja
yang baik
13. Pekerjaan besi - Kecelakaan akibat kurang hati- 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat yang Pelaksana
hati (terjatuh) standar
- Kecelakaan akibat terkena alat 2. Menggunakan
- Kecelakaan akibat kejatuhan peralatan kerja dan
material maupun alat APD yang benar
- Kecelakaan akibat medan 3. Memasang pagar
(tergelincir) pengaman
- Kecelakaan akibat terkena batu 4. Menjaga jarak antar
para pekerja pada jarak
yang aman
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
14. Pekerjaan Las - Kecelakaan akibat percikan las 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat yang Pelaksana
standar
2. Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar
3. Menjaga jarak antar
para pekerja pada jarak
yang aman
4. Patuhi aturan/ metode
kerja dan instruksi kerja
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
PENILAIAN RESIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT SKALA PENGENDALIAN PENANGGUNG
RESIKO PRIORITAS RESIKO K3 JAWAB
1 2 3 4 5 6=4x5 7 8 9
15. Pekerjaan listrik - Kecelakaan akibat terkena 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat yang Pelaksana
lairan listrik standar
2. Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar
3. Menjaga jarak antar
para pekerja pada jarak
yang aman
4. Perhatikan metode
kerja terkait dengan
korsleting/ arus pendek
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
16. Pekerjaan pembongkaran - Kecelakaan akibat kurang hati- 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat yang Pelaksana
hati (terjatuh) standar
- Kecelakaan akibat terjepit 2. Menggunakan
material maupun alat peralatan kerja dan
- Kecelakaan akibat kejatuhan APD yang benar
material maupun alat 3. Menjaga jarak antar
- Kecelakaan akibat medan para pekerja pada jarak
(tergelincir) yang aman
4. Perhatikan metode
kerja terkait
pembongkaran
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan peralatan kerja
yang baik
PENILAIAN RESIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT SKALA PENGENDALIAN PENANGGUNG
RESIKO PRIORITAS RESIKO K3 JAWAB
1 2 3 4 5 6=4x5 7 8 9
17. Pekerjaan pengecatan - Kecelakaan akibat terjatuh, 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat yang Pelaksana
tergelincir, terpukul, terbelit standar
kejatuhan benda 2. Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar
3. Menjaga jarak antar
para pekerja pada jarak
yang aman
4. Perhatikan metode
kerja terkait pengecatan
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan mencari pijakan
yang stabil
18. Bahan bakar - Kecalakaan akibat kebakaran 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat yang Pelaksana
standar
2. Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar
3. Menjaga jarak antar
para pekerja pada jarak
yang aman
4. Perhatikan metode
kerja terkait
penyimpanan bahan
bakar
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan meletakkan pada
tempat yang aman dan
jauh dari jangkauan
yang berbahaya
PENILAIAN RESIKO
No URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT SKALA PENGENDALIAN PENANGGUNG
RESIKO PRIORITAS RESIKO K3 JAWAB
1 2 3 4 5 6=4x5 7 8 9
19. Perkakas - Kecelakaan akibat terjepit, 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat yang Pelaksana
terpukul dan tertimpa perkakas standar
2. Menggunakan
peralatan kerja dan
APD yang benar
3. Menjaga jarak antar
para pekerja pada jarak
yang aman
4. Perhatikan metode
kerja terkait
penggunaan perkakas
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan meletakkan pada
tempat yang aman
20. Peralatan bengkel - Kecelakaan akibat terpukul, 1 3 3 2 (Resiko sedang) 1. Penggunaan alat yang Pelaksana
terkena percikan terkena aliran standar
listrik kejatuhan benda terkena 2. Menggunakan
debu kebakaran, terbelit peralatan kerja dan
kejatuhan benda APD yang benar
3. Menjaga jarak antar
para pekerja pada jarak
yang aman
4. Perhatikan metode
kerja terkait
penggunaan alat-alat
5. Menggunakan metode/
cara kerja yang benar
dan meletakkan pada
tempat yang aman
Sumber : Ramli Soehatman, 2009. Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat
1. Pengemudi alat berat Gaduh, Tekanan Udara, Suhu, Getaran, Sinar / Radiasi Gas / Pemakaina alat yang benar
Uap, Zat Kimiawi, Debu
Pemakaian masker dan kacamata
Pemeriksaan kerja
Instruksi kerja
Terampil
2. Peralatan yang bergetar Gaduh, Tekanan Udara, Getaran, Gas / Uap, Debu Pemakaina alat yang benar
Pemakaian masker dan kacamata
Pemeriksaan kerja
Instruksi kerja
Terampil
3. Operator Gaduh Tekanan Udara Suhu, Getaran, Sinar / Radiasi Gas / Pemakaina alat yang benar
Uap, Zat Kimiawi Debu
Pemakaian masker dan kacamata
Pemeriksaan kerja
Instruksi kerja
Terampil
4. Pekerjaan kayu Gaduh Suhu Getaran Debu Pemakaina alat yang benar
Pemakaian masker dan kacamata
Pemeriksaan kerja
Instruksi kerja
Terampil
5. Pekerjaan batu Gaduh Suhu Getaran Debu Pemakaina alat yang benar
Pemakaian masker dan kacamata (pelindung mata (APD)
Pemeriksaan kerja
Instruksi kerja
Terampil
6. Pekerjaan las Gaduh Tekanan Udara Sinar / Radiasi Percikan Pemakaina alat yang benar
Pemakaian masker dan kacamata (pelindung mata (APD)
Pemeriksaan kerja
Instruksi kerja
Terampil
7. Pekerjaan pembongkaran Gaduh, Udara, Suhu, Getaran, Debu Pemakaina alat yang benar
Pemakaian masker dan kacamata (pelindung mata (APD)
Pemeriksaan kerja
Instruksi kerja
Terampil
9. Survey Serangga, bakteri/ virus, jamur, getah, cacing Pemakaina alat yang benar
10. Laboratorium Gas, uap, zat kimia, debu Pemakaina alat yang benar
Pemakaian masker dan kacamata (pelindung mata (APD)
Pemeriksaan kerja
Instruksi kerja
Terampil
11. Pekerjaan Kantor Mental, tanggung jawab, penyesuain diri Pemeriksaan sebelum kerja dan sesudah kerja
Sumber : Ramli Soehatman, 2009. Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat
4.13.1 Tujuan
4.14.1 Sasaran K3
• Zero Accident
- Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa/ cacat tetap (0%)
- Kehilangan Jam Kerja akibat Kecelakaan kerja maksimal 1 %
- Kehilangan jam kerja akibat sakit maksimal 5
• Pemenuhan Undang-undang dan Peraturan SMK3
• Pemahaman dan Kesadaran K2 Seluruh Karyawan
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) 95%
- Laporan kerja K2 minimal 1 kali dalam 3 bulan
4.14.2 Program K3
5 BAB 5
PENGENDALIAN OPERASIONAL
Disesuaikan kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3 seperti yang tertera pada contoh
Tabel 3-5. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan
Penanggung Jawab.
1. Deteksi alarm
2. Penanganan huru hara
3. Lokalisir kejadian
4. Evakuasi dan Rescue
5. Pengamanan
1. Investigasi
2. Analisa
3. Rekomendasi
4. Rehabilitasi
STRUKTUR ORGANISASI
TANGGAP DARURAT
PENANGGUNG JAWAB
Direktur Utama
KOODINATOR UMUM K3
KOORDINATOR INFORMASI
PUBLIK
6 BAB 6
PEMERIKSAAN
Bentuk formulir prosedur pengukuran dan pemantauan kinerja dapat dilihat di lampiran.
Setiap perubahan yang terjadi akibat tindakan perbaikan dan pencegahan harus
didokumentasikan.
Rekaman K3 harus:
• Dapat dibaca
• Dapat diidentifikasi
• Dapat ditelusur
Organisasi harus memastikan bahwa audit internal SMK3 dilakukan pada interval waktu
tertentu.
Tujuannya adalah:
Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus memastikan proses audit objektif dan
tidak memihak.
7 BAB 7
TINJAUAN MANAJEMEN
Manajemen puncak akan meninjau sistem manajemen K2 pada interval yang terencana,
untuk menjamin kecocokan sistem, kelayakan dan efektifitas. Peninjauan ini mencakup
penilaian peluang untuk peningkatan dan kebutuhan perubahan sistem manajemen K2,
termasuk kebijakan K2 dan sasaran K2. Catatan tinjauan manajemen akan dipelihara.
• Hasil audit internal dan evaluasi pemenuhan terhadap regulasi dan persyaratan lain
yang diikuti organisasi Unit Pelaksana
• Hasil kegiatan partisipasi dan konsultasi
• Komunikasi yang terkait dengan pihak eksternal, termasuk keluhan
• Kinerja K2
• Perkembangan pencapaian tujuan K2
• Status penyelidikan kecelakaan, tindakan perbaikan dan pencegahan
• Perkembangan tindak lanjut dari hasil tinjauan ulang sebelumnya
• Perubahan keadaan, termasuk perkembangan hukum dan persyaratan lain yang terkait
K2
• Rekomendasi tindakan perbaikan