Anda di halaman 1dari 38

BAB IV

PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

4.1 Kurva Hubungan Debit dan Muka Air


Untuk perencanaan bendung didasarkan pada debit banjir dengan probabilitas
50 tahunan (Q50 th), yaitu sebesar 616,590 m3/dt. Besarnya debit dihitung dengan
persamaan Manning:

1
v= .R /
.S /
n

Q = A .v

dimana:
Q = debit saluran, m3/dt
V = kecepatan aliran, m/dt
A = luas penampang aliran, m3
R = jari-jari hidrolis, m
P = perimeter basah, m
S = kemiringan energi (kemiringan dasar saluran)
n = koefisien kekasaran manning, dt/m1/3

Lebar sungai (B) = 60 m


Kemiringan talud sungai (m) =1:1
n = 0,04
Kemiringan dasar sungai (Isungai) = 0,009
Elevasi dasar sungai bagian hulu (UGL) = +21,23 m
Elevasi dasar sungai bagian hilir (DGL) = +19,87 m

Dari tabel perhitungan setelah di interpolasi didapat tinggi muka air di hilir
bendung adalah sebesar h = 1,8205 m

40
Tabel 4.1 Perhitungan Kedalaman Air Sebelum Pembendungan
P ]= V=
A=
B+2H(1 1/n(R^(
H Elevasi m S n B (B+mH) R = A/P Q=A*V
+m^2)^ 2/3))(S^
H
0,5 0,5)
0,0 21,230 1 0,0090 0,04 60 0,000 60,000 0,000 0,000 0,000
0,2 21,430 1 0,0090 0,04 60 12,040 60,566 0,199 0,808 9,726
0,4 21,630 1 0,0090 0,04 60 24,160 61,131 0,395 1,277 30,859
0,6 21,830 1 0,0090 0,04 60 36,360 61,697 0,589 1,667 60,617
0,8 22,030 1 0,0090 0,04 60 48,640 62,263 0,781 2,012 97,851
1,0 22,230 1 0,0090 0,04 60 61,000 62,828 0,971 2,325 141,854
1,2 22,430 1 0,0090 0,04 60 73,440 63,394 1,158 2,616 192,125
1,4 22,630 1 0,0090 0,04 60 85,960 63,960 1,344 2,888 248,285
1,6 22,830 1 0,0090 0,04 60 98,560 64,525 1,527 3,146 310,033
1,8 23,030 1 0,0090 0,04 60 111,240 65,091 1,709 3,390 377,122
2,0 23,230 1 0,0090 0,04 60 124,000 65,657 1,889 3,624 449,342
2,2 23,430 1 0,0090 0,04 60 136,840 66,223 2,066 3,848 526,517
2,4 23,630 1 0,0090 0,04 60 149,760 66,788 2,242 4,063 608,491
2,4 23,649 1 0,0090 0,04 60 151,002 66,842 2,259 4,083 616,590
2,3 23,530 1 0,0090 0,04 60 143,290 66,505 2,155 3,956 566,913

Gambar 4.1 Kurva Hubungan Debit dan Muka Air Sebelum Pembendungan

Lebar sungai (B) = 60 m


Kemiringan talud sungai (m) =1:1
n = 0,04

41
Kemiringan dasar sungai (Isungai) = 0,009
Elevasi dasar bendung bagian hulu (UGL) = +20,0 m
Elevasi dasar bendung bagian hilir (DGL) = +18,0 m
Elevasi mercu bendung (HL) = +23,0 m
Tinggi mercu bendung (P) = HL – UGL =3m
Tabel 4.2 Perhitungan Kedalaman Air Setelah Pembendungan
V=
P= 1/n(R^( Q =A*
H Elevasi S n B A = B*H R = A/P
B+2H 2/3))(S^ V
0,5)
0,0 20,000 0,0090 0,025 60 0,000 60,000 0,000 0,000 0,000
0,2 20,200 0,0090 0,025 60 12,000 60,400 0,199 1,292 15,505
0,4 20,400 0,0090 0,025 60 24,000 60,800 0,395 2,042 49,008
0,6 20,600 0,0090 0,025 60 36,000 61,200 0,588 2,664 95,907
0,8 20,800 0,0090 0,025 60 48,000 61,600 0,779 3,213 154,240
1,0 21,000 0,0090 0,025 60 60,000 62,000 0,968 3,713 222,761
1,2 21,200 0,0090 0,025 60 72,000 62,400 1,154 4,175 300,570
1,4 21,400 0,0090 0,025 60 84,000 62,800 1,338 4,607 386,967
1,6 21,600 0,0090 0,025 60 96,000 63,200 1,519 5,014 481,381
1,8 21,800 0,0090 0,025 60 108,000 63,600 1,698 5,401 583,332
1,9 20,000 0,0090 0,025 60 111,741 63,725 1,753 5,518 616,590
2,0 22,000 0,0090 0,025 60 120,000 64,000 1,875 5,770 692,410

Gambar 4.2 Kurva Hubungan Debit dan Muka Air Setelah Pembendungan

4.2 Dimensi Tubuh Bendung

42
Data yang digunakan untuk menghitung tinggi air di atas bendung :
Lebar sungai rata-rata (B) = 60 m
Kp = 0,01 (berujung bulat)
Ka = 0,1
Jumlah pilar rencana (n) =3
Lebar pilar utama = 1,5 m
Lebar pilar pemisah =1m
P =3m

Lebar bendung tidak termasuk pilar (B’)


B' = 60 – lebar pilar utama – 2 (lebar pilar pemisah pintu)
B' = 60 – 1,5 – 2(1)
B' = 56,5 m

Beff = B' - 2(n.Kp+ka) He


Beff = 56,5 – 2 (3. 0,01 + 0,1) He
Beff = 56,5 – 0,26 He
Untuk mendapatkan nilai Beff dilakukan trial and error sampai nilai Q hit ≈ Q
dengan menggunakan rumus :

Q = 2/3 Cd 2 / 3g . Be He3/2
Koefesien debit Cd adalah hasil kali dari:
1. Co yang merupakan fungsi H1/r, dengan r adalah jari-jari.
2. C1 yang merupakan fungsi P/H1, dengan P adalah tinggi mercu.
3. C2 yang merupakan fungsi P/H1 dan kemiringan muka hulu mercu.

Perhitungan dilakukan dengan cara interasi dengan menetapkan nilai Cd


sampai nilai Cd ≈ Cdhit.

Tabel 4.3 Perhitungan Tinggi Energi


Cd.a He C0 C1 C2 Cd.h P/He Be Q.h Q
1,286 2,942 1,3 0,989 1,08 1,389 1,020 55,735 616,590 616,590
1,389 2,794 1,3 0,930 1,08 1,306 1,074 55,774 616,590 616,590
1,306 2,912 1,3 0,932 1,08 1,309 1,030 55,743 616,590 616,590
1,309 2,908 1,3 0,933 1,08 1,309 1,032 55,744 616,590 616,590

43
Dari perhitungan di atas diperoleh :
Cd = 1,309
He = 2,908m
Beff = 56,5 – 0,26 He
= 56,5 – 0,26 (2,908)
Beff = 55,744 m

Untuk mendapatkan tinggi air di atas mercu Hd dilakukan trial and error
sampai nilai He hit ≈ He dengan menggunakan rumus :
V2
He  Hd 
2g

1  Q 
He  Hd   
2 g  Be P  H d  

Tabel 4.4 Perhitungan Tinggi Air di Atas Mercu


Hd 1/(2.g) Be P Q He hit He
1 0,050968 55,744 3 616,590 1,141 2,908
1,5 0,050968 55,744 3 616,590 1,625 2,908
2 0,050968 55,744 3 616,590 2,113 2,908
2,5 0,050968 55,744 3 616,590 2,603 2,908
2,8112 0,050968 55,744 3 616,590 2,908 2,908
3 0,050968 55,744 3 616,590 3,094 2,908
3,5 0,050968 55,744 3 616,590 3,587 2,908

Dari perhitungan tabel di atas diperoleh :


Hd = 2,8112 m

Mercu direncanakan Ogee II :


a = 0,214 Hd  a = 0,601 m
R = 0,48 Hd  r = 1,349 m
Dari hasil perhitungan diatas dapat digambar bentuk Mercu Ogee tipe II :
Mencari koordinat titik singgung pada mercu dengan data:

44
Tabel Kemiringan Hilir

Kemiringan Hilir K N
1:1 2 1,85

Hd = 2,8112 m
xn = 1,939 Hd(n-1) . y
x 1,81 = 1,939(2,8112)( , )
.y
x 1,81 = 1,939(2,310). y
x 1,81 = 4,479 y
y = 0,223 x 1,81
y’ =1
y’ = 1,85(0,223). x (1,81-1)
y’ = 0,404 x 0,81
1 = 0,404 x 0,81
x 0,85 = 2,475
x = 3,061 m
y = 0,223 x 1,81
,
y = 0,223(3,061)
y = 1,691 m
jadi, x = 3,061 m dan y = 1,691 m

Tabel 4.5 Perhitungan Permukaan Mercu Ogee II


X Y
0 0,000
0,4 0,043
0,8 0,149
1,2 0,311
1,6 0,523
2 0,783
2,4 1,089
2,8 1,439
3,061 1,691
3,2 1,833

45
Diagram Mercu Ogee II

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00


0,00

0,50

1,00
y (m)

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50
x (m)

Gambar 4.3 Profil Mercu Ogee Tipe II

4.3 Bangunan Peredam Energi (Kolam Olak)


Perencanaan bangunan peredam energi menggunakan data sebagai berikut:
- Debit banjir rancangan Q50 tahunan : 616,590 m3/detik
- Lebar bendung efektif (Be) : 55,744
- Tinggi air diatas mercu (Hd) : 2,811 m
- Tinggi air banjir diatas mercu (He) : 2,908 m
- Tinggi mercu bendung (P) :3m

Untuk merencanakan kolam olak diperlukan data-data seperti UWL, DGL,


dan DWL. Dari data elevasi mercu (HL) dan tinggi air di atas mercu (Hd) dapat
dihitung elevasi muka air bagian Hulu sungai sesudah pembendungan (upstream
water level).
UWL = HL + Hd
= + 24,230 + 2,811
= + 27,041 m

46
Dari data elevasi dasar sungai bagian Hilir (DGL) dan tinggi air sebelum
pembendungan (H) dapat dihitung elevasi muka air sungai bagian Hilir bendung
(downstream water level).
DWL = DGL + H
= + 18 + 2,419
= + 20,419 m

Beda tinggi muka air antara Hulu dengan Hilir :


H = UWL - DWL
= 27,041 – 20,419
= 6,622 m

H1 = He = 2,908
∆ ,
= = 2,277 t
,

Berdasarkan tabel 5.1 Bangunan Utama Oleh Dirwan diperoleh nilai sebagai
berikut :

= 0,1983  Yu = 0,577

= 3,9653  Hu = 11,530
#
= 1,6324  Yd = 4,746

Perhitungan debit persatuan lebar bendung


Qmax
qeff =
Beff
,%
qeff = = 11,061 m3/dt/m
%%,&''

Kedalaman kritis (yc) :


2
q eff
yc = 3
g

47
* , )
= (
,

yc = 2,319 m

Tinggi jatuh (Z)


Z = elevasi hulu + tinggi bendung – elevasi hilir
= 21,23 + 3 – 18
= 6,2 m

q = V1 x Y1
V1 = +2 x g(0,5He + z)

= +2 x 9,81 x (0,5 x 2,908 + 6,2)


= 12,278 m/dt

2
V1 =
34

,
12,278 =
34

y = 0,901 m
84 , &
Fr = = = 4,130
+ 9 : 34 √ , : ,

Berdasarkan nilai q = 11,061 m3/dt/m < 45 m3/dt/m, V1 = 12,278 m/dt < 18


m/dt dan Fr = 4,130 < 4,5 (karakteristik hidraulis), yang cocok digunakan adalah
peredam energy tipe kolam olakan datar tipe IV (USBR type IV).

48
Gambar 4.4 Kolam Olak Tipe IV (USBR 1973)

yu(18  Fr) ,%&& ( <', )


n = = = 0,709 m
18
yu ( 4  Fr ) ,%&& ( ' <', )
n3 = = = 0,781 m
6
1
y2 = ( 1  8 Fr 2 -1 ) x yu
2

(+1 + 8(4,130) -1) x 0,577


1
=
2
= 3,092 m

 Tinggi Endsill yang Diperlukan


Tinggi endsill = 1,25 yu
= 1,25 x 0,577
= 0,721 m

 Panjang Kolam (Lj)


Lj = 5 (n + y2)
= 5 (0,709 + 3,092)
= 19,007 m

49
 Elevasi Dasar Kolam Olak
Elevasi Kolam = + 18 – endsill
= + 18 – 0,721
= + 17,279 m

Gambar 4.5 Perencanaan Bendung dan Kolam Olak

4.4 Bangunan Pengambilan dan Penguras Bendung

Perencanaan Bangunan Pengambilan dan penguras bendung berdasarkan KP-


02 Bangunan Utama Hal 83 atau Bangunan Air oleh Dirwan hal 97 Bendung
direncanakan untuk mengairi areal sawah seluas 3239 Ha, kebutuhan air disawah
sebesar 1,306 l/dt/ha , DR = 2,01 l/dt/ha.
Qrencana intake = DR x A
= 2,01 x 3239
= 6506,90 l/dt
= 6,5069 m3/dt

Dengan adanya kantong lumpur, debit rencana pengambilan ditambah 20%


sehingga debit rencana pengambilan menjadi (Bangunan Air Oleh Dirwan hal 100)
:
Qn = 1,2 Qk
= 1,2 x 6,527
Qn = 7,832 m3/dt

Dimensi bangunan pengambilan dapat dihitung dengan menggunakan rumus


sebagai berikut;

50
Q =  .b.a 2 g . z

4.4.1 Bangunan Pengambilan


Kecepatan pengambilan rencana (v) diambil 1,5 m/dt.

Dengan kecepatan pengambilan rencana 1,5 m/dt, kehilangan tinggi energi


menjadi :
=)
>) . . ?
z =

,%)
, ). . ,
z =

z = 0,179 m

Karena yang diangkut sungai adalah sedimen halus, maka elevasi


ambang pengambilan harus sekurang-kurangnya 0,5 m di atas dasar sungai
bagian hulu (UGL).

 Elevasi dasar sungai bagian hulu (UGL) = + 21,23 m


 Elevasi dasar sungai bagian hilir (DGL) = + 18 m
 Elevasi Mercu bendung (HL) = + 24,23 m
 Tinggi mercu bendung (P) = HL-UGL =3m
 Tinggi bersih bukaan bangunan pengambilan dan lebar pintu bangunan
pengambilan mengacu pada perhitungan dalam “Bangunan Air oleh
Dirwan” :

51
P =3m
p = 1,5 m
z = 0,18
a =P–p–z
= 3 – 1,5 – 0,18
= 1,32
 Lebar bersih pintu bangunan pengambilan :
Qrencana
b =
vxa
&,
b =
,% @ ,

= 3,9468 m = 4 m

Direncanakan 3 pintu bukaan, dengan masing-masing lebar bukaan = 1,3

dipisahkan dengan 2 pilar b = 1 m; sehingga lebar total intake

= (3 x 1,3) + (1 x 2) = 6 m

4.4.2 Bangunan Penguras


 Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan
1/60-1/10 dari lebar bersih bendung (jarak antara pangkal-pangkalnya),
untuk sungai- sungai yang lebarnya kurang dari 100 m.
1/10 x 70 = 7 m
 Lebar bangunan pembilas sebaiknya 60% dari lebar total lebar
bangunan pengambil termasuk pilar-pilarnya.
Lebar penguras = 60% x 6 = 3,6 m
Direncanakan 3 pintu penguras b = 1,2 m dan 2 pilar b = 1 m
Sehingga lebar total bangunan penguras = (3 x 1,2) + (2 x 1) = 5,6 m

52
Gambar Geometri Saluran Pembilas

4.4.3 Saluran Pengarah


Saluran pengarah dari intake ke kantong lumpur agar tidak terjadi
pengendapan di saluran pengarah dari bangunan intake menuju ke kantong
lumpur maka direncanakan dimensi saluran sebagai berikut:
 Kecepatan di saluran pengarah = kecepatan di intake = 1,5 m/det
 Debit pembilasan = 7,832 m3/detik
 Tinggi air di saluran pengarah (Hp) = a + n + d
= 1,32 + 0,05 + 0,15 = 1,52 m
Q pengarah (Qp) = Ap x V
7,832 = Bp x Hp x V
7,832 = Bp x 1,52 x 1,5
Bp = 3,435 m
4.5 Kantong Lumpur
Menurut Anonim 1 (1986), kantong lumpur itu merupakan pembesaran
potongan melintang saluran sampai panjang tertentu untuk mengurangi
kecepatan aliran dan memberi kesempatan kepada sedimen untuk
mengendap. Untuk menampung endapan sedimen ini, dasar bagian saluran
tersebut diperdalam atau diperlebar. Tampungan ini dibersihkan tiap jangka
waktu tertentu (kurang lebih sekali seminggu atau setengah bulan) dengan
cara membilas sedimennya Kembali ke sungai dengan aliran terkosentrasi
yang berkecepatan tinggi. Biasanya panjang kantong lumpur adalah 200
sampai 500 m.

53
Prosedur perencanaan kantong lumpur menurut “Standar Perencanaan
Irigasi KP-02 Bangunan Utama pada hal 135 dan Bangunan Utama oleh Dirwan
pada hal 92”. Data – data yang dibutuhkan :
 Pembagian ukuran butiran sendimen, sendimen dasar maupun sedimen
layang
 Banyaknya sendimen yang masuk ke pengambilan selama periode antara satu
pembilasan dengan pembilasan berikutnya.
 Hubungan pengambilan air irigasi
 Data topografi pada lokasi kantong lumpur

 Ukuran partikel rencana


Ukuran diameter butiran partikel sendimen menurut data yang diberikan
berukuran dari 0,07 mm terangkut sebagai sedimen layang melalui jaringan irigasi.
Asumsi bahwa air yang dielakan mengandung 0,5% sendimen yang harus
diendapkan dalam kantong lumpur. menurut data yang diberikan dalam
perencanaan yaitu D dan T yaitu sebagai berikut :
D = ukuran partikel sedimen yang terangkut kejaringan irigasi = 0,07 mm
T = periode pembilasan kantong lumpur = 1 minggu = 7 harian
M = persentase sedimen yang masuk ke intake = 0,03% = 0,0003

Dengan adanya kantong lumpur, debit rencana pengambilan ditambah 20%


sehingga debit rencana pengambilan menjadi (Bangunan Air Oleh Dirwan hal 100)
:
 Qn = 1,2 Qk =1,2 x 6,527 = 7,832 m3/dt
 Direncanakan kantong lumpur dibagi menjadi 3 pias, sehingga debit
rencana masing-masing pias menjadi :
&,
Qn = = 2,611 m3/dt

 Menentukan volume (V) kantong lumpur yang akan diendapkan


Dikarenakan pembilasan dilakukan seminggu sekali, maka :
Tbilas = 7 x 24 x 3600
= 604800 dt
V = 0,0003 x Q x T

54
= 0,0003 x 2,611 x 604800
= 473,702 m3
 Menentukan lebar penampang saluran kantong lumpur
Menentukan perkiraan awal luas rata-rata permukaan kantong lumpur
dengan grafik 7.4 dalam KP-02 Bangunan Utama hal 143. Di indonesia
dipakai suhu air 20⁰C dan D = 0,07 mm didapat w = 4 mm/dt = 0,004
m/dt, perkiraan luas permukaan :

Q ,
L.B = = ,
= 652,70 m2
'
w

Persyaratan: L/B > 8


Direncanakan L = 10B
10B2 = 652,70 m2
B < 8,079 m dan L > 80,790 m
Perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan B = 8,079 m

 Menentukan kemiringan saluran normal In (eksploitasi normal,


kantong sedimen hampir penuh)
Biasanya Vn diambil 0,40 m/dt untuk mencegah tumbuhnya vegetasi dan
agar partikel partikel yang besar tidak langsung mengendap dihilir
pengambilan. Harga Ks dapat diambil 45. Untuk menentukan Rn, luas
harus diperkirakan dulu.
Qn ,
An = = ,'
Vn

= 6,527 m2

An
hn =
B
,% &
=
, &

= 0,808 m (hn merupakan kedalaman rata-rata)

An
Rn =
Pn

55
,% &
=
(B< CD)
%, '&
=
( , & < ( , ))

= 0,673 m
F F
Vn = Ks x R E × IE

0,4 = 45 x 0,6732/3 x In1/2

In = 0,00013

 Menentukan kemiringan kantong lumpur Is (pembilasan, kantong,


lumpur kosong)
Sedimen di dalam kantong berupa pasir kasar. Untuk asumsi awal dalam
menentukan Is, kecepatan aliran untuk pembilasan diambil 1,5 m/dt.
Debit untuk pembilasan diambil 2,611 m3/dt
 Luas penampang basah kantong lumpur As
Qs
As =
Vs
,
= ,%

= 1,741 m2

As = b x hs
As
hs =
B
,&'
= , &

= 0,215
As
Rs =
Ps
,&'
=(
, & < ( , %))

= 0,205 m
Untuk pembilasan, Harga Ks (koefisien kekasaran) dapat diambil 45
m½ / dt. Maka kemiringan saluran normal (In) dapat dihitung sebagai
berikut:

56
F F
Vs = Ks x IJ × KJ
1,5 = 45 x 0,2052/3 x Is1/2
Is = 0,00922

 Kontrol keadaan aliran


Agar pembilasan dapat dilakukan denga baik, kecepatan aliran harus
dijaga agar tetap subkritis atau Fr < 1
Fr = V1 / g.hn .

= 1,5 /.√9,81 L 0,808


= 0,533 < 1 . . . . . . . . . . (OK)

 Mengecek ukuran partikel yang terbilas


Dari diagram Shields (Gambar 7-6 dalam “Bangunan Utama oleh
Dirwan”) diperoleh diameter partikel :
M = NOℎQK
= 1000 x 9,81 x 0,215 x 0,00922
= 19,487 N/m3
Partikel partikel yang lebih kecil dari 80 mm akan dibilas.
 Menghitung panjang kantong lumpur
Panjang kantong lumpur dihitung dengan memperhatikan beberapa
tinjauan. Dari tinjauan-tinjauan tersebut kemudian diambil nilai panjang
kantong lumpur yang terbesar.
 Tinjauan pertama
R
B
> 8

L > 8B
L > 8 (8,079)
L > 64,632 m

 Tinjauan kedua
Dengan diameter partikel = 0,07 mm,  = 0,04 m/dt, H = hn = 0,808 m,
maka:

57
H =Txω
0,808 m = T x 0,004 m/dt
T = 201,974 dt
sehingga diperoleh:
L = vxT
= 0,4 m/dt x 201,974
= 80,790 m

 Tinjauan ketiga (dengan memperhatikan volume kantong lumpur)


Diasumsikan air yang dielakkan mengandung 0,5o/oo sedimen yang
harus diendapkan dalam kantong lumpur. Direncanakan pembilasan
dilakukan 1 minggu sekali.
Volume kantong lumpur :
Q = V/t
V = 0,3o/oo Qn t
V = 0,0003 2,611 m3/dt  (7 hari  24 jam  3600 dt)
V = 789,504 m3
Dari volume kantong lumpur yang diperoleh, dapat dihitung panjang
kantong lumpur
V = 0,50 b L + 0,5 (Is – In) L2 b
789,504 = 0,50 (8,079) L + 0,5 (0,00922 – 0,00013) L2 (8,079)
789,504 = 4,039 L + 0,037 L2
0,037 L2 + 4,039 L – 789,504 =0
L = 101,618 m
Diambil L = 102,00 m

Jadi, dari ketiga tinjauan di atas, agar volume kantong lumpurnya nanti
lebih besar daripada volume sedimen yang terjadi, maka diambil nilai L
yang terbesar sebagai panjang kantong lumpur, yaitu L = 102,00 m.

58
 Pengecekan efisiensi
Dari diagram Camp (Dalam buku Bangunan Utama oleh Dirwan hal 86),
efisiensi kantong lumpur untuk berbagai diameter sedimen dapat
ditentukan. Telah diperoleh dari perhitungan di atas nilai L = 102,00 m, hn
= 0,808 m, vo = vn = 0,4 m/dt, dan  = 0,004 m/dt.

Kecepatan endap rencana (o) :


hn L

o vo

0,808 m 102 m

o 0,4 m dt

o = 0,0032 m/dt

S , '
= = 1,26 V/WX
TU ,

S , '
= = 0,01 V/WX
=U ,'

4.6 Bangunan Pembilas Kantong Lumpur


Bangunan pembilas tidak boleh menjadi gangguan selama pembilasan
dilakukan. Oleh karna itu aliran pada pintu pembilas harus tidak tenggelam.
Kecepatan tidak boleh ditambah untuk mencegak terjadinya efek pengempangan.
Luas basah pada pintu harus ditambah dengan cara menambah kedalaman air
dengan cara perhitungan mengacu pada “Bangunan Utama oleh Dirwan hal 92”
dengan menggunakan data :
Lebar dasar kantung lumpur (b) = 8,079 m
Kedalaman air pembilas (hs) = 0,215 m
Lebar bersih bukaan pembilas (bnf)
Kedalaman air pada bukaan pembilas (hf)
Untuk menghitung lebar bersih bukaan pembilas (bnf) terlebih dahulu
direncanakan bukaan dan pilar:

59
Diasumsikan ada 3 bukaan dengan lebar masing-masing 1,3 m, dan 2 pilar dengan
lebar masing-masing 0,7 m.
 b nf= 3 x 1,3 = 3,9 m
 AT = b x hs = 8,079 x 0,215 = 1,741 m2
b x Hs = b nf x Hf
1,741 = 3,9 Hf
Hf = 0,446 m
Jadi, kedalaman tambahan 0,446 – 0,215 = 0,231 m harus diberikan ke dasar
bangunan pembilas.

Perencanaan Saluran Pembilas dengan data yang digunakan:


Kecepatan pada saluran pembilas (V) = 1,5 m3/dt
Elevasi dasar sungai = + 20
Dengan menggunakan nilai banding b/h = 2,5
Af = bnf x hf
= 3,9 x 0,446
= 1,741 m2
Af = ( n + m )H2
1,741 = (2,5 + 1)H2
H = 1,418 m ≈ 2 m
Lebar saluran b = 2,5 x H , maka b = 5 m

Af
Rf =
p
,&'
= (%< ( , ))

= 0,319 m

Kemiringan yang diperlukan dapat ditentukan dengan Rumus Strickler,


dengan Ks = 35 (koefisien kekasaran) :
Vf = Ks x Rf 2/3 x if ½
1,5 = 35 x 0,319 2/3 x if ½
if = 0,00844

60
4.7 Bangunan Pengambilan Saluran Primer
Perhitungan ini mengacu pada buku “Bangunan Utama oleh Dirwan hal.
102”. Bangunan saluran primer dilengkapi dengan pintu untuk mencegah agar
selama pembilasan air tidak mengalir kembali ke saluran dan mencegah masuknya
air pembilas yang mengandung sendimen kedalam saluran ambang pengambilan
disaluran primer diambil 0,1 m diatas muka kantong lumpur dalam keadaan penuh.

hn = 0,808 m
hi = hn – 0,1 – 0,1 = 0,608 m
Muka air disebelah hulu pengambilan = +20,70 + 0,608 = +21,308

Diandaikan kehilangan tinggi energi 0,1 m diatas pengambilan. Kemudian


dapat dihitung dimensi saluran pengambilan.
Qn =  x hi x bi x +2gz
2,611 = 0,8 x 0,608 x bi x √2 x 9,81 x 0,1
bi = 3,833 m

bi = lebar bersih bangunan pengambilan dan diambil 3,9 m

Dengan Menggunakan 3 bukaan masing-masing 1,3 m, diperlukan 2 pilar


masing-masing 1 m . Jadi lebar total adalah :
bi = (3 x 1,3) + (2 x 1) = 5,9 m

61
BAB V
ANALISA STABILITAS BENDUNG

5.1 Analisa Rembesan Air


Rembesan di bawah bendung dicek dengan teori Lane guna menyelidiki
adanyan bahaya erosi bawah tanah (hanyutnya bahan - bahan halus). Metode ini
membandingkan jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjang bidang kontak
bangunan/pondasi dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi banguanan.
Rumus yang digunakan pada teori Lane ini adalah :
1
Lv   LH
CL = 3
HW
Keterangan :
CL : Angka rembesan Lane
LV : Jumlah panjang vertikal (m)
LH : Jumlah panjang horizontal (m)
HW : Beda tinggi muka air (m)
Dengan teori yang sama dihitung tekanan air di bawah bendung. Untuk
keperluan perhitungan tersebut diasumsikan lantai bendung (“apron”) hulu yang
kedap air dengan panjang 13,5 m dan koperan setiap 3,50 m.
Tekanan air tanah Px harus di hitung dengan rumus :
Hw
Px = Hx – ΔH = Hx – Lx
L
dimana :
Px = tekanan air pada titik X, (t/m2)
Lx = jarak jalur rembesan pada titik X, (m)
L = panjang total jalur rembesan, (m)
Hw = beda tinggi energi, (m)

62
Tabel 5.1 Perhitungan Jalur Rembesan dan Tekanan Air pada Debit Rendah
Lrembesan Px Px
Titik Garis L Hitung Lx Lx / L Hx
Ver Hor Hor/3 (ton/m²) (kN/m²)
A0 3,00 3,000 30,00
A1 A0-A1 2,69 2,690 2,69 0,058 5,69 5,527 55,27
A2 A1-A2 0,8 0,267 0,267 2,957 0,063 5,69 5,511 55,11
A3 A2-A3 2,19 2,190 5,147 0,110 3,50 3,188 31,88
A4 A3-A4 2 0,667 0,667 5,813 0,125 3,50 3,147 31,47
A5 A4-A5 1,8 1,800 7,613 0,163 5,30 4,838 48,38
A6 A5-A6 0,8 0,267 0,267 7,880 0,169 5,30 4,822 48,22
A7 A6-A7 1,8 1,800 9,680 0,207 3,50 2,913 29,13
A8 A7-A8 2 0,667 0,667 10,347 0,222 3,50 2,873 28,73
A9 A8-A9 1,8 1,800 12,147 0,260 5,30 4,563 45,63
A10 A9-A10 0,8 0,267 0,267 12,413 0,266 5,30 4,547 45,47
A11 A10-A11 1,8 1,800 14,213 0,305 3,50 2,638 26,38
A12 A11-A12 2 0,667 0,667 14,880 0,319 3,50 2,598 25,98
A13 A12-A13 1,8 1,800 16,680 0,357 5,30 4,288 42,88
A14 A13-A14 0,8 0,267 0,267 16,947 0,363 5,30 4,272 42,72
A15 A14-A15 1,8 1,800 18,747 0,402 3,50 2,363 23,63
A A15-A 2 0,667 0,667 19,413 0,416 3,50 2,323 23,23
B A-B 2,19 2,190 21,603 0,463 5,69 4,380 43,80
C B-C 2 0,667 0,667 22,270 0,477 5,69 4,339 43,39
D C-D 0,5 0,500 22,770 0,488 5,19 3,809 38,09
E D-E 1,5 0,500 0,500 23,270 0,499 5,19 3,779 37,79
F E-F 1 1,000 24,270 0,520 6,19 4,718 47,18
G F-G 2 0,667 0,667 24,937 0,534 6,19 4,678 46,78
H G-H 2 2,000 26,937 0,577 8,19 6,556 65,56
I H-I 2 0,667 0,667 27,603 0,592 8,19 6,516 65,16
J I-J 2 2,000 29,603 0,634 10,19 8,395 83,95
K J-K 2 0,667 0,667 30,270 0,649 10,19 8,354 83,54
L K-L 1 1,000 31,270 0,670 9,19 7,294 72,94
M L-M 19,10 6,367 6,367 37,637 0,807 9,19 6,907 69,07
N M-N 1 1,000 38,637 0,828 10,19 7,847 78,47
O N-O 2 0,667 0,667 39,303 0,842 10,19 7,806 78,06
P O-P 7,36 7,360 46,663 1,000 2,83 0,000 0,00
ΣLV ΣLH 1/3 ΣLH ΣLhitung Hx Max
Jumlah
32,730 41,800 13,933 46,663 10,190

Hw = HL – Elevasi Kolam Olak


= 24,23 – 19,007
= 5,223

Dari tabel di atas dihitung angka rembesan Lane-nya :


Lv   13 LH
Cw =
Hw
,& < ,
=
%,

= 8,935

63
5.2 Stabilitas pada Debit Rendah
Gaya – gaya yang bekerja pada bendung adalah :
1. Tekanan air (tekanan air tanah dan hidrostatis)
a. Gaya tekanan hidrostatis dihitung dengan rumus :
W = ½ (h.W) h
Keterangan :
W = Gaya tekanan hidrostatis
w = Berat volume air (w = 1 t/m3)
h = Kedalaman air (m)
b. Tekanan air tanah

2. Tekanan tanah (termasuk lumpur yang mengendap di depan bendung)


Dihitung dengan rumus :
   w 
PS   s   Ka  h 2
 2 
Keterangan :
PS = Tekanan tanah aktif
s = Berat volume tanah/lumpur (s = 1,8 t/m2)
w = Berat volume air (w = 1 t/m2)
h = Tinggi tanah (m)
Ka = Koefisien tanah aktif
 = Sudut gesekan dalam yang tergantung dari jenis tanah
( = 300)
Nilai Ka :
 30 
Ka  tan 2  45    0,33
 2 

3. Beban mati bendung (G)


Berat sendiri konstruksi atau berat mati bangunan bergantung kepada
material yang dipakai untuk membuat bangunan itu. Berat volume untuk
:
γ pasangan batu = 2,2 t/m2

64
γ beton tumbuk = 2,3 t/m2
γ beton bertulang = 2,4 t/m2
Dihitung dengan menggunakan rumus :
G = Luas Penampang x Berat Volume (γ)
Keterangan :
G =berat sendiri konstruksi (ton)
A = luas penampang (m2)
 =berat volume material (t/m2)

Dalam perencanaan ini digunakan material pasangan batu ( = 2,2 t/m2).

Tabel 5.2 Stabilitas Bendung selama Debit Rendah


Horizontal Vertikal ϒ Gaya Lengan Momen
Gaya 2
m m t/m ton m tm
HORIZONTAL
Tekanan Hidrostatis
W1 3,000 3,000 1,00 4,500 8,190 36,855
Tekanan Air Tanah
2,323 2,190 1,00 5,087 5,595 28,459
W2
4,380 2,190 1,00 2,253 5,230 11,781
4,339 0,500 1,00 -0,133 4,750 -0,630
W3
3,809 0,500 1,00 -1,905 4,667 -1,428
3,779 1,000 1,00 3,779 4,500 17,004
W4
4,718 1,000 1,00 0,470 4,333 2,035
4,678 2,000 1,00 9,355 3,000 28,066
W5
6,556 2,000 1,00 1,879 2,667 5,010
6,516 2,000 1,00 13,032 1,000 13,032
W6
8,395 2,000 1,00 1,879 0,667 1,252
8,354 1,000 1,00 -0,530 0,500 -0,265
W7
7,294 1,000 1,00 -7,294 0,333 -2,431
6,907 1,000 1,00 6,907 0,500 3,454
W8
7,847 1,000 1,00 0,470 0,333 0,157
W9 7,806 7,360 1,00 -28,727 2,453 -70,478
Tekanan Tanah
(1/2) x Ka x (rs - rw) x h^2
S1 13,845 3,397 47,026
(1/2) x 0,33 x (1,8 - 1,0) x 11,3^2
RH MH
JUMLAH
24,866 118,899

65
Tabel 5.3 Gaya dan Momen Vertikal
Horizontal Vertikal ϒ Gaya Lengan Momen
Gaya 2
m m t/m ton m tm
VERTIKAL
Beban Mati Bendung
G1 0,717 1,187 2,20 -0,936 40,154 -37,592
G2 1,778 1,187 2,20 -4,643 39,027 -181,205
G3 2,000 6,601 2,20 -29,044 39,632 -1151,088
G4 1,500 0,557 2,20 -0,919 37,638 -34,591
G5 1,500 0,630 2,20 -2,079 37,388 -77,730
G6 1,994 6,101 2,20 -26,764 37,635 -1007,258
G7 0,500 0,500 2,20 -0,275 38,465 -10,578
G8 1,700 1,433 2,20 -2,680 36,071 -96,661
G9 1,700 6,298 2,20 -23,555 35,788 -842,969
G10 5,306 4,141 2,20 -24,169 33,169 -801,682
G11 34,938 2,157 2,20 -165,795 17,469 -2896,269
G12 34,632 2,000 2,20 -152,381 17,316 -2638,626
G13 2,000 2,000 2,20 -8,800 31,632 -278,362
G14 28,600 1,000 2,20 -62,920 16,332 -1027,609
G15 1,000 1,000 2,20 -1,100 30,299 -33,329
G16 2,701 1,192 2,20 -3,542 1,258 -4,456
G17 0,351 1,190 2,20 -0,919 0,179 -0,164
G18 1,000 1,000 2,20 -1,10 2,365 -2,602
G19 2,000 2,000 2,20 -8,80 1,016 -8,941
Jumlah -520,420 -11131,711

66
Tekanan Air Tanah (Uplift Pressure)
4,380 1,00 0,040 39,600 1,601
U1 2,000
4,339 1,00 8,679 39,933 346,572
4,339 1,00 0,133 38,350 5,084
U2 0,500
3,809 1,00 1,905 38,433 73,198
3,809 1,00 0,023 37,350 0,849
U3 1,500
3,779 1,00 5,668 37,600 213,121
4,718 1,00 0,040 35,600 1,439
U4 2,000
4,678 1,00 9,355 35,933 336,168
6,556 1,00 0,040 33,600 1,358
U5 2,000
6,516 1,00 13,032 33,933 442,215
8,395 1,00 0,040 31,600 1,278
U6 2,000
8,354 1,00 16,708 31,933 533,556
8,354 1,00 0,530 30,100 15,963
U7 1,000
7,294 1,00 7,294 30,267 220,752
7,294 1,00 5,135 16,300 83,707
U8 26,600
6,907 1,00 183,738 20,733 3809,500
6,907 1,00 6,907 2,500 17,269
U9 1,000
7,847 1,00 0,470 2,333 1,096
7,847 1,00 0,040 1,000 0,040
U10 2,000
7,806 1,00 15,613 1,333 20,817
Jumlah 275,392 6125,58
RV MV
JUMLAH
-245,029 -5006,128

Dari tabel stabilitas debit rendah di atas, didapat:


 Rv = – 245,029 t
 RH = 24,866 t
 Mv = – 5006,128 tm
 MH = 118,899 tm
 Mo = Mv + Mh
= – 5006,128 + 118,899
= -4887,228 tm

Garis tangkap (line of action) gaya resultante sekarang dapat ditentukan


sehubungan dengan titik 0.
YZ ,
h= = = 4,782 m
[Z ',

Tekanah tanah di bawah bendung dapat dihitung sebagai berikut :

67
Panjang telapak pondasi L = 40,632 m

^ Y`
Eksentrisitas : e = −
[a
' , ' &,
e = −
– '%,

= 0,370 < (1/6 x L = 6,772)


(OK)
Banguan aman terhadap bahaya guling selama terjadi debit rendah.

[d g
Tekanan tanah : σ = ^
x e1 ± h
^
'%, :( , & )
= x e1 ± h
' , ' ,

Didapat ;  maks = 6,360 t/m2 dan  min = 5,701 t/m2


Daya dukung yang diizinkan untuk pasir dan kerikil adalah 20-60 t/m2, sehingga
tanah OK.

Dengan mempertimbangkan gerusan yang mungkin terjadi sampai setengah


kedalaman pondasi, tekanan tanah pasif epi menjadi :
 Pada titik O - P
ep1 = 0,5(ρj − ρk ) x g x 0,5 h x tg2 ( 45o + φ/2 )
= 0,5(1,8 – 1 ) x 10 x 0,5 x 7,36 x tg2 (45o + 30o/2)
= 4,907 kN/m

 Pada titik K - L
ep2 = 0,5(ρj − ρk ) x g x 0,5 h x tg2 ( 45o + φ/2 )
= 0,5(1,8 – 1 ) x 10 x 0,5x 1 x tg2 (45o + 30o/2)
= 0,667 kN/m

 Pada titik E - F
ep3 = 0,5(ρj − ρk ) x g x 0,5 h x tg2 ( 45o + φ/2 )
= 0,5(1,8 – 1 ) x 10 x 0,5 x 1 x tg2 (45o + 30o/2)
= 0,667 kN/m

68
 Pada titik C - D
ep4 = 0,5(ρj − ρk ) x g x 0,5 h x tg2 ( 45o + φ/2 )
= 0,5(1,8 – 1 ) x 10 x 0,5 x 0,5 x tg2 (45o + 30o/2)
= 0,333 kN/m

Tekanan tanah pasif menjadi :


 Pada titik O - P
Ep1 = ½ x (0,5 h x ep1)
= ½ x 0,5 x 7,36 x 8,580
= 9,028 kN

 Pada titik K - L
Ep2 = ½ x (0,5 h x ep2)
= ½ x 0,5 x 1 x 11,160
= 0,167 kN

 Pada titik E - F
Ep3 = ½ x (0,5 h x ep3)
= ½ x 0,5 x 1 x 9,00
= 0,167 kN

 Pada titik C - D
Ep4 = ½ x (0,5 h x ep4)
= ½ x 0,5 x 0,5 x 9,00
= 0,042 kN

Ep total = 9,403 kN

Keamanan terhadap guling sekarang f = 0,5


[d '%,
S=fx[ = 0,5 x = 7,923 > 2
Z ∑ no ', – ,'

(OK)

69
Keamanan terhadap erosi bawah tanah (piping)
Persamaan :
p
j( < )
q
S=
rq

Dimana :
S = factor keamanan (S = 2)
s = kedalaman tanah (5,79 m)
a = tebal lapisan lindung
hs = tekanan air pada titik O, m tekanan air
= 7,806 – 7,36 = 0,446 m

keamanan terhadap erosi bawah tanah menjadi :


&,
S= = 16,489 > 2
,''

(OK)

Keamanan terhadap gempa


Persamaan :
E = ad/g
ad = n (ac x z )
Dimana :
ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2
N,m = koefisien jenis tanah (1,56 dan 0,89)
ac =percepatan gempa dasar, cm/dt2
E = koefisien gempa
Z = factor yang bergantung kepada letak geografis (0,56)

ad =1,56(160 x 0,56)0.89= 85,247


E =85,247/980=0,087 < 0,1 ; diambil E = 0,10
Gaya horizontal tambahan kearah hilir adalah:
He = E x ∑ G = 0,1 x 520,420 = 52,042 t

70
Dan akan bekerja dari pusat gravitasi yang telah dihitung diatas.

Momen tambahan yang dipakai adalah :


He x h = 52,042 x 4,782 = 248,847 kNm
Jumlah momen sekarang menjadi :
M = Mo + MHe = -4887,228 + 248,847 = -4638,381 tm

Stabilitas bendung sekarang menjadi :


 Eksentrisitas (guling):
^ Y`
e = −
[a
' , ' &,
e = −
'%,

= 0,370 < (1/6 x L = 6,772)


(OK)

 Tekanan tanah :
[d g
maks = ^
x e1 + ^
h
'%, ( , & )
maks= x e1 + h
' , ' ,

maks = 6,360 t/m2 < 20 t/m2 (OK)

 Gelincir :
[d
S =fx[
Z < t <∑ no

'%,
= 0,5 x
', <% , ' ,'

= 1,699 > 1,25 (OK)

71
5.3 Stabilitas pada Debit Banjir
Debit rencana (Qmax = 384,296 m3/dt)

Tabel 5.4 Tekanan Air selama Banjir Rencana (Lane)


Lrembesan Px Px
Titik Garis L Hitung Lx Lx / L Hx
Ver Hor Hor/3 (ton/m²) (kN/m²)
A0 8,03 8,034 80,339
A1 A0-A1 2,69 2,690 2,69 0,058 10,72 10,665 106,650
A2 A1-A2 0,8 0,267 0,267 2,957 0,063 10,72 10,659 106,592
A3 A2-A3 2,19 2,190 5,147 0,110 8,53 8,421 84,213
A4 A3-A4 2 0,667 0,667 5,813 0,125 8,53 8,407 84,067
A5 A4-A5 1,8 1,800 7,613 0,163 10,33 10,167 101,673
A6 A5-A6 0,8 0,267 0,267 7,880 0,169 10,33 10,161 101,614
A7 A6-A7 1,8 1,800 9,680 0,207 8,53 8,322 83,220
A8 A7-A8 2 0,667 0,667 10,347 0,222 8,53 8,307 83,074
A9 A8-A9 1,8 1,800 12,147 0,260 10,33 10,068 100,680
A10 A9-A10 0,8 0,267 0,267 12,413 0,266 10,33 10,062 100,622
A11 A10-A11 1,8 1,800 14,213 0,305 8,53 8,223 82,228
A12 A11-A12 2 0,667 0,667 14,880 0,319 8,53 8,208 82,082
A13 A12-A13 1,8 1,800 16,680 0,357 10,33 9,969 99,688
A14 A13-A14 0,8 0,267 0,267 16,947 0,363 10,33 9,963 99,629
A15 A14-A15 1,8 1,800 18,747 0,402 8,53 8,124 81,235
A A15-A 2 0,667 0,667 19,413 0,416 8,53 8,109 81,089
B A-B 2,19 2,190 21,603 0,463 10,72 10,251 102,510
C B-C 2 0,667 0,667 22,270 0,477 10,72 10,236 102,364
D C-D 0,5 0,500 22,770 0,488 10,22 9,725 97,254
E D-E 1,5 0,500 0,500 23,270 0,499 10,22 9,714 97,145
F E-F 1 1,000 24,270 0,520 11,22 10,693 106,926
G F-G 2 0,667 0,667 24,937 0,534 11,22 10,678 106,780
H G-H 2 2,000 26,937 0,577 13,22 12,634 126,342
I H-I 2 0,667 0,667 27,603 0,592 13,22 12,620 126,196
J I-J 2 2,000 29,603 0,634 15,22 14,576 145,758
K J-K 2 0,667 0,667 30,270 0,649 15,22 14,561 145,612
L K-L 1 1,000 31,270 0,670 14,22 13,539 135,393
M L-M 19,1 6,367 6,367 37,637 0,807 14,22 13,400 133,999
N M-N 1 1,000 38,637 0,828 15,22 14,378 143,781
O N-O 2 0,667 0,667 39,303 0,842 15,22 14,363 143,635
P O-P 7,36 7,360 46,663 1,000 7,86 6,842 68,423
ΣLV ΣLH 1/3 ΣL H ΣLhitung Hx Max
Jumlah
32,730 41,800 13,933 46,663 15,224

Dari tabel di atas dihitung angka rembesan Lane-nya :


Lv   13 LH
Cw =
Hw
,& < ,
=
, '

= 5,808

72
Tabel 5.5 Stabilitas Bendung selama Debit Banjir
Horizontal Vertikal ϒ Gaya Lengan Momen
Gaya 2
m m t/m ton m tm
HORIZONTAL
Tekanan Hidrostatis
W1 5,100 5,100 1,00 13,005 8,888 115,588
Tekanan Air Tanah
8,109 2,500 1,00 20,272 5,750 116,566
W2
10,251 2,500 1,00 2,678 5,333 14,280
10,236 0,500 1,00 -0,128 4,750 -0,607
W3
9,725 0,500 1,00 -4,863 4,667 -22,693
9,714 0,800 1,00 7,772 4,400 34,195
W4
10,693 0,800 1,00 0,391 4,267 1,669
10,678 1,500 1,00 16,017 2,750 44,047
W5
12,634 1,500 1,00 1,467 2,500 3,668
12,620 1,500 1,00 18,929 0,750 14,197
W6
14,576 1,500 1,00 1,467 0,500 0,734
14,561 1,000 1,00 -0,511 0,500 -0,255
W7
13,539 1,000 1,00 -13,539 0,333 -4,513
13,400 1,000 1,00 13,400 0,500 6,700
W8
14,378 1,000 1,00 0,489 0,333 0,163
14,363 7,360 1,00 -27,678 3,680 -101,854
W9
6,842 7,360 1,00 -50,360 2,453 -123,549
W10 6,842 3,008 1,00 -10,291 8,36 -86,059
Tekanan Tanah
(1/2) x Ka x (rs - rw) x h^2
S1 30,902 5,075 156,819
(1/2) x 0,33 x (1,8 - 1,0) x 14,93^2
RH MH
JUMLAH
19,421 169,096

73
Tabel 5.6 Gaya dan Momen Vertikal
Horizontal Vertikal ϒ Gaya Lengan Momen
Gaya 2
m m t/m ton m tm
VERTIKAL
Beban Mati Bendung
G1 0,717 1,187 2,20 -0,936 40,154 -37,592
G2 1,778 1,187 2,20 -4,643 39,027 -181,205
G3 2,000 6,601 2,20 -29,044 39,632 -1151,088
G4 1,500 0,557 2,20 -0,919 37,638 -34,591
G5 1,500 0,630 2,20 -2,079 37,388 -77,730
G6 1,994 6,101 2,20 -26,764 37,635 -1007,258
G7 0,500 0,500 2,20 -0,275 38,465 -10,578
G8 1,700 1,433 2,20 -2,680 36,071 -96,661
G9 1,700 6,298 2,20 -23,555 35,788 -842,969
G10 5,306 4,141 2,20 -24,169 33,169 -801,682
G11 34,938 2,157 2,20 -165,795 17,469 -2896,269
G12 34,632 2,000 2,20 -152,381 17,316 -2638,626
G13 2,000 2,000 2,20 -8,800 31,632 -278,362
G14 28,600 1,000 2,20 -62,920 16,332 -1027,609
G15 1,000 1,000 2,20 -1,100 30,299 -33,329
G16 2,701 1,192 2,20 -3,542 1,258 -4,456
G17 0,351 1,190 2,20 -0,919 0,179 -0,164
G18 1,000 1,000 2,20 -1,100 2,365 -2,602
G19 2,000 2,000 2,20 -8,800 1,016 -8,941
Jumlah -520,420 -11131,711

Tekanan Air Tanah (Uplift Pressure)


10,251 1,00 0,015 39,600 0,578
U1 2,000
10,236 1,00 20,473 39,933 817,545
10,236 1,00 0,128 38,350 4,899
U2 0,500
9,725 1,00 4,863 38,433 186,890
9,725 1,00 0,008 37,350 0,307
U3 1,500
9,714 1,00 14,572 37,600 547,897
10,693 1,00 0,015 35,600 0,520
U4 2,000
10,678 1,00 21,356 35,933 767,392
12,634 1,00 0,015 33,600 0,490
U5 2,000
12,620 1,00 25,239 33,933 856,451
14,576 1,00 0,015 31,600 0,461
U6 2,000
14,561 1,00 29,122 31,933 929,977
14,561 1,00 0,511 30,100 15,379
U7 1,000
13,539 1,00 13,539 30,267 409,791
13,539 1,00 1,854 16,300 30,218
U8 26,600
13,400 1,00 356,439 20,733 7390,161
13,400 1,00 13,400 2,500 33,500
U9 1,000
14,378 1,00 0,489 2,333 1,141
14,378 1,00 0,015 1,000 0,015
U10 2,000
14,363 1,00 28,727 1,333 38,303
Jumlah 530,792 12031,914

74
Tekanan Hidrostatis
W11 0,722 1,187 1,00 -0,429 40,391 -17,308
W12 2,494 3,740 1,00 -9,328 39,385 -367,366
W13 1,500 0,557 1,00 -0,418 37,638 -15,723
W14 1,500 3,184 1,00 -4,776 37,388 -178,565
W15 1,500 0,557 1,00 -0,418 37,138 -15,514
W16 1,700 1,433 1,00 -1,218 36,071 -43,937
W17 1,700 2,307 1,00 -3,922 35,788 -140,357
W18 1,700 1,433 1,00 -1,218 35,505 -43,246
W19 0,514 0,401 1,00 -0,103 34,767 -3,583
W20 0,514 3,339 1,00 -1,716 34,681 -59,521
W21 0,514 0,401 1,00 -0,103 34,595 -3,565
W22 4,792 3,740 1,00 -8,961 32,827 -294,161
W23 4,792 3,740 1,00 -8,961 31,229 -279,847
W24 26,600 3,740 1,00 -99,484 16,332 -1624,773
W25 3,032 2,538 1,00 -7,695 1,516 -11,666
W26 2,676 1,190 1,00 -1,592 2,140 -3,407
Jumlah -150,341 -3102,541
RV MV
JUMLAH
-139,969 -2202,337

RV = – 139,969 t
RH = 19,421 t
MV = – 2202,337 tm
MH = 169,096 tm

maka, jumlah momen total adalah:


MO = MV + MH
= – 2202,337 + 169,096
= -2033,241 tm

Garis tangkap (line of action) gaya :


Mh ,
h= = = 8,707 m
Rh ,'

Mv – , &
v= = = 15,734 m
Rv – ,

5.2.1 Kestabilan Konstruksi Bendung


Kestabilan konstruksi bendung dicek terhadap:
a. Penggulingan/Eksentrisitas (Overturning)

75
 L   Mo 
e =   
 2   Rv 
' , , '
e = e h−e h
– ,

e = -3,710 m <esyarat = L = 6,772 m (OK)

b. Tekanan Tanah di Bawah Bendung


Rv  6e 
σ = 1  
L  L
– , ( ,& )
σ = e h − e1 + h
' , ' ,

σmax= 1,557 kN/m2

c. Keamanan Gelincir
Tanpa tanah pasif
Rv
S=f x
Rh
– ,
S = 0,5 x
,'

S = 3,604 > 1 (OK)

Dengan tanah pasif


Rv
S= f x
Rh  Ep
– ,
S = 0,5 x
,' – ,'

S = 2,598 > 1,25 (OK)

76
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim, 2013, Standar Perencanaan irigasi (kriteria perencanaan irigasi


KP.01 – KP.07).
Jakarta: Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan
Umum.

Chow, Ven Te, 1992, Hidraulika saluran terbuka. Jakarta: Erlangga.

Triatdmojo,B. 2008, Hidrologi terapan. Yogyakarta: Beta Offset.

USBR. 1987, Design of small dams, 3u# ed., a Water Resources Technical
Publication.
Washington, DC.: US. Government Printing Office.

77

Anda mungkin juga menyukai