PERENCANAAN KONSTRUKSI
6.1
TINJAUAN UMUM
Dalam perencanaan konstruksi pada Embung Solok Selatan ini dibatasi
Hf h w
he
) ha hi
2
he
ha hi
2
Dengan :
Hf
he
ha
hw
hi
2 Q0
h
3 Q 1 A h
Q
Dimana :
Q0
= 1,53 m
= 0,0092 km2
Tinggi kenaikan air yang disebabkan oleh banjir abnormal (h) adalah,
2 Q0
h
3 Q 1 A h
Q
2 0,2 165,993
1,53
0,0092 1,53
3
83,775
1
83,775
h 0,4038 m
6.7.2
pengaruhi oleh panjangnya lintasan ombak (F) dan kecepatan angin diatas
permukaan embung. Panjang lintasan ombak yang dipakai adalah Fetch Effective
sebesar 63,195 m dapat dilihat pada Gambar 6.2. Kecepatan angin adalah 30
m/det. Perhitungan tinggi ombak (hw) ini menggunakan grafik metode SMB yang
dikombinasikan dengan metode saville dengan kemiringan hulu adalah 1 : 2,5.
Tinggi jangkauan ombak (hw) yang didapat adalah 0,12 m.
X Cos
Cos
Dimana :
Feff
= panjang Fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir
Fetch
cos
X (m)
X cos
48
42
36
30
24
18
12
6
0
6
12
18
24
30
36
42
48
54
60
66
72
78
84
Jumlah
0,6691
0,7431
0,8090
0,8660
0,9135
0,9511
0,9781
0,9945
1,0000
0,9945
0,9781
0,9511
0,9135
0,8660
0,8090
0,7431
0,6691
0,5878
0,5000
0,4067
0,3090
0,2079
0,1045
16,9652
44,3772
45,0455
45,038
45,6235
47,8316
52,7566
57,5824
70,5956
78,1684
85,0875
116,0156
73,8222
73,8516
73,4472
69,4119
60,6252
54,256
49,5996
47,2531
44,4143
43,0689
42,6504
43,0541
29,694
33,475
36,437
39,511
43,696
50,175
56,324
70,209
78,168
84,621
113,480
70,209
67,467
63,607
56,155
45,053
36,304
29,154
23,627
18,065
13,309
8,868
4,500
1072,11
(Sumber : Perhitungan)
Berdasarkan Tabel 6.1 diatas maka diperoleh :
X Cos
Cos
= 1072,11
= 16,9652
Sehingga,
Feff
X Cos
Cos
Feff
1072,11
16,9652
Feff 63,1948 m
Setelah didapatkan nilai Feff maka tinggi ambang (hw) dapat dicari dengan grafik
pada Gambar 6.3 dibawah ini. Dengan kemiringan hulu 1 : 2,5, dan kecepatan
angin 30 m/s.
Faktor
0,9
1
1,1
1,2
Berdasarkan Tabel 6.3 diatas faktor koreksi didapat adalah 1, dengan Tipe
batuan diluvium.
Maka didapatkan data sebagai berikut :
Z
= 1,2
Ac
= 151,72 cm/det2
=1
= 980 cm/det2
V
g
e 1,2 151,72
1,0
980
e 0,186
e
g h0
Dengan :
e
h0
he
e
g h0
he
0,186 1
9,81 10,5
h e 0,6 m
Jadi puncak ombak diatas permukaan air rata-rata adalah he/2 = 0,3 m
6.7.4
Kenaikan
Permukaan
Air
Embung
yang
Disebabkan
oleh
= 0,13 m.
he/2
= 0,3 m
ha
= 0,5 m
hi
= 0,5
Maka tinggi jagaan dapat ditentukan, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Hf1
+ h w + ha
+ he/2 + ha + hi
= hw + he/2 + ha
= 0,13 + 0,3 + 0,5
= 0,930 m
Beton
1m
2m
2,50 m
Urugan
2m
3m
3,5 m
(Soedibyo, 1993)
Berdasarkan Tabel 6.4 diatas di ambil tinggi ruang bebas 2 m untuk
embung tipe urugan karena tinggi embung tidak lebih dari 50 m. Dari ke empat
cara tersebut (Hf1, Hf2, Hf3, dan Tabel). Lalu diambil salah satu nilai yang terbesar
sebagai tinggi ruang bebas. Maka diambil Hf berdasarkan Tabel 6.4 Sandar Ruang
Bebas Menurut JANCOLD adalah 2 m.
6.3
TINGGI EMBUNG
Besarnya tinggi tubuh embung sangat dipengaruhi oleh besarnya masing-
Maka, Tinggi embung berada pada elevasi = Elv. Dasar Kolam + Tinggi Embung
= (+ 795,03) + 12,499
= + 807,60 m
Dengan :
B
B 5,355 m
6m
6.5
vertikal yang melalui puncak dengan panjang garis horizontal yang melalui tumit
masing masing. Dari data teknis yang ada, kemiringan Embung ini direncanakan :
Kemiringan lereng hulu (m) = 1 : 2,25
Kemiringan lereng hilir (n) = 1 : 2
Tabel 6.5 Kemiringan Tanggul
Material Timbunan
Homogen Well Graded
Homogen Course Silt
Homogen Sity Clay
a. H < 15 m
b. H > 15 m
Sand atau Sand Gr avel
Slope
Hulu
1 : 2,5
1 : 3,0
Slope Hilir
1:2
1 : 2,25
1 : 2,5
1:3
1 : 2,25
1 : 2,5
1:3
1:2
berikut :
1. Formasi Garis Depresi Tubuh Embung Kondisi Tanpa Menggunakan Chimney
Diketahui :
h = 10,50 m
l1 = 23,63 m
l2 = 35,5 m
= 42,589 m
Y0 1,275 m
A0
Y0 1,275
0,637 m
2
2
Maka garis parabola bentuk dasar dapat diperoleh dengan persamaan berikut :
Y 2 Y0 X Y0
Y 2 1,275 X 1,275 2
Y
0
X
41
Y
10,3038
0
1
2
3
1,2749
2,0433
2,5933
3,0455
42
43
44
45
10,4268
10,5484
10,6686
10,7874
Y
3,4387
3,7914
4,1139
4,4130
4,6930
4,9572
5,2081
5,4474
5,6766
5,8969
6,1093
6,3145
6,5133
6,7062
6,8937
7,0762
7,2541
7,4278
7,5975
7,7635
7,9260
8,0853
8,2414
8,3947
8,5452
8,6932
8,8386
8,9817
9,1225
9,2612
9,3979
X
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Y
10,9050
11,0213
11,1363
11,2502
11,3630
11,4746
11,5852
11,6947
11,8033
11,9108
12,0173
12,1230
12,2277
12,3315
12,4345
12,5366
12,6379
12,7383
12,8380
12,9370
13,0351
13,1326
13,2293
13,3253
13,4207
13,5153
13,6093
13,7027
13,7954
13,8875
13,9790
35
36
37
38
39
40
9,5326
9,6654
9,7964
9,9257
10,053
10,179
77
78
79
80
81
82
14,0699
14,1603
14,2500
14,3392
14,4278
14,5159
(Sumber : Perhitungan)
d
d
a
cos
cos
Sin
42,689
42,589
a
cos 27
cos 27
10,5
Sin 27
a 5,966 m
a a
Y0
1 Cos
5,966 a
1,275
1 Cos 27
a 5,7308 m
a a 11,697 m
Y0 1,649 m
Maka garis parabola bentuk dasar dapat diperoleh dengan persamaan berikut :
Y 2 Y0 X Y0
Y 2 1,649 X 1,649 2
Y
1,6493
2,4534
3,0525
3,5519
3,9894
4,3833
4,7447
5,0805
5,3953
5,6928
5,9755
6,2455
6,5042
6,7530
6,9930
X
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Y
11,7459
11,8855
12,0234
12,1598
12,2947
12,4282
12,5602
12,6908
12,8201
12,9481
13,0749
13,2004
13,3248
13,4480
13,5701
15
16
17
18
19
20
7,2250
7,4498
7,6680
7,8801
8,0867
8,2882
56
57
58
59
60
61
13,6911
13,8110
13,9299
14,0478
14,1648
14,2807
Y
8,4848
8,6770
8,8651
9,0492
9,2297
9,4067
9,5804
9,7511
9,9188
10,0837
10,2459
10,4057
10,5630
10,7180
10,8708
11,0215
11,1701
11,3168
11,4616
11,6046
X
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
Y
14,3958
14,5099
14,6231
14,7355
14,8470
14,9576
15,0675
15,1766
15,2849
15,3924
15,4992
15,6052
15,7106
15,8152
15,9191
16,0224
16,1250
16,2270
16,3283
16,4290
(Sumber : Perhitungan)
Y0
1 Cos
a a
1,649
1 (0,559)
a a 1,0578
dengan C
= 0,858 m
h
L
=3
(Asumsi)
Ne
= 10
(Asumsi)
= 5 . 10-8
(Asumsi)
= 10,5 m
= 59,13 m
Qf
3
5 10 8 10,5 59,13
10
Q f 9 10 6
= 83,7748 m3/det
2 % Q Outflow
= 1,68 m3/det
embung mencapai elevasi penuh, pada saat embung baru selesai dibangun dan
sebelum dialiri air dan pada saat air embung mengalami penurunan mendadak.
Data Teknis :
Tinggi Embung (H)
= 12,5 m
=6m
Kemiringan Hulu
= 1 : 1,25
Kemiringan Hilir
=1:2
Elv. MAB
= + 805,53
Tinggi Air
= 10,50 m
Tabel 6.8 Data Mekanika Tanah di Lokasi Perencanaan Embung Solok Selatan
Kekuatan Geser
Tubuh
Embung
C
(kg/cm2)
0,07
20,049
Basah
b
1,83
Jenuh
sat
1,963
Air
w
1
'
sat - w
0,963
Intensitas
Seismis
Horizontal
e
0,186
Metode analisis stabilitas lereng untuk embung tipe tanah urugan (earth
fill type dam) dan timbunan batu (rock fill type dam) didasarkan pada bidang
longsor bentuk lingkaran. Faktor keamanan dari kemungkinan terjadinya
longsoran dapat diperoleh dengan menggunakan rumus keseimbangan sebagai
berikut (Sosrodarsono, 1981) :
Fs
Fs
Cl (N U Ne) Tan
(T Te)
Cl ( A Cos - e Sin - V) Tan
A(Sin e Coso
Dengan :
Fs = Faktor keamanan
N
= beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan bidang luncur
= A Cos
= beban komponen tangensial yang timbul dari berat setiap irisan bidang
luncur = A Sin
= tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur
Ne = komponen vertikal beban seismic yang bekerja pada setiap irisan bidang
luncur = e A Sin
Te = komponen tangensial beban seismic yang bekerja pada setiap irisan bidang
luncur = e A Cos
= sudut gesekan dalam bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang
Luncur
= angka kohesi bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang luncur
Gambar 6.9 Sliding Metode Irisan Bidang Luncur, Kondisi Selesai Dibangun Pada Bagian Hulu
Tabel 6.9 Perhitungan Sliding Metode Irisan Bidang Luncur, Kondisi Selesai Dibangun Pada Bagian Hulu
Irisan
A (m )
W
(t/m)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
7,15
1,28
9,177
57
0,839
0,545
7,697
4,998
17,77
1,28
22,807
44
0,695
0,719
15,843
16,406
23,16
1,28
29,719
35
0,574
0,819
17,046
24,344
24,40
1,28
31,311
26
0,438
0,899
13,726
28,142
24,04
1,28
30,849
18
0,309
0,951
9,533
29,340
22,33
1,28
28,666
10
0,174
0,985
4,978
28,230
19,42
1,28
24,930
0,999
1,305
24,896
15,36
1,28
19,713
-5
0,996
-1,718
19,638
10,13
1,28
13,004
-12
0,978
-2,704
12,720
10
3,67
1,28
4,714
-20
0,052
0,087
0,208
0,342
0,940
-1,612
4,429
Jumlah
Sin
Cos
T = W. Sin
N = W. Cos
Tan
(10)
0,36
5
0,36
5
0,36
5
0,36
5
0,36
5
0,36
5
0,36
5
0,36
5
0,36
5
0,36
5
3,64
9
64,094
193,144
Ne = e. W. Sin
Te = e. W. Cos
CL
(11)
(12)
(13)
(14)
1,428
0,928
2,940
3,045
3,164
4,518
2,547
5,223
1,769
5,445
29,73
5
2,0814
5
0,924
5,239
0,242
4,620
-0,319
3,645
-0,502
2,361
-0,299
0,822
29,73
5
2,0814
5
11,895
(Sumber : Perhitungan)
Maka, Faktor keamanan tubuh embung pada kondisi selesai dibangun (Hulu) adalah sebagai berikut :
35,846
Fs
Fs
Cl (N U Ne) Tan
(T Te)
Fs 6,64
Gambar 6.10 Sliding Metode Irisan Bidang Luncur, Kondisi Selesai Dibangun Pada Bagian Hilir
Tabel 6.10 Perhitungan Sliding Metode Irisan Bidang Luncur, Kondisi Selesai Dibangun Pada Bagian Hilir
Irisan
A (m2)
W (t/m)
Sin
Cos
T = W. Sin
N = W. Cos
Tan
Ne = e. W. Sin
Te = e. W. Cos
CL
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
(2)
6,89
17,32
22,05
22,51
21,33
18,76
14,93
9,88
3,59
(3)
1,28
1,28
1,28
1,28
1,28
1,28
1,28
1,28
1,28
(4)
8,846
22,231
28,303
28,885
27,374
24,081
19,164
12,680
4,603
Jumlah
(5)
49
37
28
20
12
5
-2
-9
-16
(6)
0,755
0,602
0,469
0,342
0,208
0,087
-0,035
-0,156
-0,276
(7)
0,656
0,799
0,883
0,940
0,978
0,996
0,999
0,988
0,961
(8)
6,676
13,379
13,288
9,879
5,691
2,099
-0,669
-1,984
-1,269
47,091
(9)
5,803
17,755
24,990
27,143
26,776
23,990
19,152
12,524
4,425
162,558
(10)
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
3,284
(11)
1,239
2,483
2,466
1,834
1,056
0,390
-0,124
-0,368
-0,235
8,740
(12)
1,077
3,295
4,638
5,038
4,969
4,452
3,554
2,324
0,821
30,169
(13)
(14)
27,495
1,92465
27,495
1,92465
(Sumber : Perhitungan)
Maka, Faktor keamanan tubuh embung pada kondisi selesai dibangun (Hulu) adalah sebagai berikut :
Fs
Fs
Cl (N U Ne) Tan
(T Te)
Fs 6,56
Gambar 6.11 Sliding Metode Irisan Bidang Luncur, Kondisi Air Embung Mencapai Elevasi Penuh Bagian Hilir
Tabel 6.11 Sliding Metode Irisan Bidang Luncur, Kondisi Air Embung Mencapai Elevasi Penuh Bagian Hilir
Irisa
n
A (m2)
6,89
15,48
1,84
15,41
6,64
13,22
9,28
11,44
9,89
10,38
8,38
7
11,51
3,42
1,2
8
1,2
8
1,8
3
1,2
8
1,8
3
1,2
8
1,8
3
1,2
8
1,8
3
1,2
8
1,8
3
1,2
8
1,8
3
W (t/m)
Sin
Cos
T = W. Sin
N = W. Cos
Tan
Ne = e. W. Sin
Te = e. W. Cos
U = ub/Cos
8,846
49
0,755
0,656
6,676
5,803
0,365
1,239
1,077
19,874
37
0,602
0,799
11,960
15,872
0,365
2,220
2,946
2,18
3,359
37
0,602
0,799
2,022
2,683
0,365
0,375
0,498
19,784
28
0,469
0,883
9,288
17,469
0,365
1,724
3,242
12,139
28
0,469
0,883
5,699
10,718
0,365
1,058
1,989
16,971
20
0,342
0,940
5,804
15,947
0,365
1,077
2,960
16,979
20
0,342
0,940
5,807
15,955
0,365
1,078
2,961
14,682
12
0,208
0,978
3,052
14,361
0,365
0,567
2,665
18,088
12
0,208
0,978
3,761
17,692
0,365
0,698
3,284
13,327
0,087
0,996
1,161
13,276
0,365
0,216
2,464
15,326
0,996
1,336
15,267
0,365
0,248
2,833
14,774
6,256
-2
-2
0,087
0,035
0,035
0,999
0,999
-0,516
-0,218
14,765
6,252
0,365
0,365
-0,096
-0,041
2,740
1,160
7,63
9,97
10,20
8,53
3,96
CL
1,92465
9,88
3,59
1,2
8
1,2
8
12,680
4,603
Jumlah
-9
16
0,156
0,276
0,988
-1,984
12,524
0,365
-0,368
2,324
0,961
-1,269
52,581
4,425
183,009
0,365
5,474
-0,235
9,759
0,821
33,965
0
42,460
(Sumber : Perhitungan)
Fs
Cl (N U Ne) Tan
(T Te)
Fs 8,2949
1,92465
Gambar 6.12 Sliding Metode Irisan Bidang Luncur, Kondisi Embung Mengalami Penurunan Air Mendadak Bagian Hulu
Tabel 6.12 Sliding Metode Irisan Bidang Luncur, Kondisi Embung Mengalami Penurunan Air Mendadak Bagian Hulu
Irisan
A (m2)
W (t/m)
Sin
Cos
T = W. Sin
N = W. Cos
Tan
Ne = e. W. Sin
Te = e. W. Cos
U = ub/Cos
CL
7,15
13,30
4,47
9,70
13,46
4,13
20,27
0,17
23,86
22,33
19,42
15,36
10,13
3,67
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1,28
1,28
1,83
1,28
1,83
1,28
1,83
1,28
1,83
1,96
1,96
1,96
1,96
1,96
9,177
17,074
8,171
12,448
24,611
5,296
37,072
0,221
43,647
43,838
38,125
30,146
19,887
7,208
Jumlah
57
44
44
35
35
26
26
18
18
10
3
-5
-12
-20
0,839
0,695
0,695
0,574
0,574
0,438
0,438
0,309
0,309
0,174
0,052
-0,087
-0,208
-0,342
0,545
0,719
0,719
0,819
0,819
0,899
0,899
0,951
0,951
0,985
0,999
0,996
0,978
0,940
7,697
11,860
5,676
7,140
14,117
2,322
16,251
0,068
13,488
7,612
1,995
-2,627
-4,135
-2,465
78,999
4,998
12,282
5,878
10,197
20,160
4,760
33,320
0,210
41,510
43,172
38,073
30,031
19,452
6,774
270,818
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
0,365
5,109
(Sumber : Perhitungan)
Fs
Cl (N U Ne) Tan
(T Te)
Fs 4,4946
1,428
2,201
1,053
1,325
2,620
0,431
3,016
0,013
2,503
1,413
0,370
-0,488
-0,767
-0,458
14,661
0,928
2,279
1,091
1,892
3,742
0,883
6,184
0,039
7,704
8,012
7,066
5,573
3,610
1,257
50,261
0,00
6,32
16,55
22,63
25,32
22,74
19,50
15,46
10,40
3,92
142,852
2,0814
2,08145
6.8
= 165,99 m3/det
= 83,77 m3/det
= 20 m
= Vertikal (900)
=1m
Be
Kp
Ka
= Jumlah Pilar = 0
He
Dengan :
Q
Cd
= koefisien debit = C0 . C1 . C2
= untuk nilai C0 = 1,3 (KP 02 Hal 49)
untuk nilai C1 = 1
untuk nilai C2 = 1
Be
He
2 2
Q 1,3
9,81 (20 0,2 1,5381) (1,5381) 3/2
3 3
Q 83,77 m 3 /det
(OK)
Didapatkan nilai B adalah sebagai berikut :
Be = 20 0,2 . He
Be = 20 0,2 . 1,5381
Be = 19,6924 m
Tinggi air banjir diatas bendung :
Hd = He k
Dengan :
K
= tinggi kecepatan
V2
2g
=
Q
A
Q
(Be He)
=
83,77
(20 19,6924)
=
= 2,766 m/s
( 2,766) 2
2 9,81
k
=
= 0,3899 m
Hd
= He k
= 1,5381 0,3899
= 1,1482 m
Jadi tinggi air diatas mercu pelimpah (Hd) = 1,1482 m
6.8.4
Gambar 6.6 Saluran Pengarah Aliran dan Ambang Pengatur Debit pada Pelimpah
Dari analisis data sebelumnya di mana didapat :
Ketinggian air di atas meru (Hd)
= 1,1482 m
= 83,77 m3/det
Maka :
1
H
5
1
1,1482
5
W = 0,2296 m
W pakai = 9 meter
W = 9 m 0,2296 (OK)
6.8.5
= 0,175 x 1,1485
= 0,201 m
= 0,282 x 1,1485
= 0,324 m
r1 = 0,5 x 1,1485
= 0,544 m
r2 = 0,5 x 1,1485
= 0,230 m
2. Penampang lintang sebelah hilir dari titik tertinggi mercu pelimpah dapat
diperoleh dengan persamaan lengkung Harold sebagai berikut :
X n K Hd 0,85 Y
Dengan :
Hd = Tinggi tekangan rencana (m)
X = jarak horizontal dari titik tertinggi mercu embung ke titik permukaan
mercu disebelah hilirnya (m)
Y = jarak vertikal dari titik tertinggi mercu embung ke titik permukaan
Mercu disebelah hilirnya (m)
Untuk nilai K dan n dapat dilihat pada Tabel 6.6 berdasarkan kemiringan
permukaan hilirnya.
Tabel 6.6 Nilai K dan n
Kemiringan Permukaan Hilir
Vertikal
3:1
3:2
1:1
K
2,000
1,936
1,939
1,873
n
1,850
1,836
1,810
1,776
0,21,85
2 (1,1482) 0,85
Y 0,023 m
Dengan perhitungan yang sama lengkung Harold dapat dilihat pada Tabel 6.7
Tabel 6.7 Perhitungan Lengkung Harold
Koordinat Lengkung
X
0,2
0,4
0,6
0,8
Y
0,023
0,082
0,173
0,294
Elevasi
803,977
803,918
803,827
803,706
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
2,2
2,4
2,6
2,8
3
0,445
0,623
0,829
1,061
1,319
1,603
1,912
2,246
2,604
2,987
3,393
803,555
803,377
803,171
802,939
802,681
802,397
802,088
801,754
801,396
801,013
800,607
(Sumber : Perhitungan)
Koordinat X =1 dan Y = 0,5 m merupakan titik pertemuan antara lengkung dan
garis lurus.
6.8.6
Rencana Kolam Olak
Sebelum aliran air yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan ke
sungai, maka aliran dengan kecepatan yang tinggi dalam kondisi super kritis
tersebut harus diperlambat dan dirubah pada kondisi aliran sub kritis. Guna
meredusir energi yang terdapat di dalam aliran tersebut, maka di ujung hilir
saluran peluncur harus dibuat suatu bangunan yang disebut peredam energi
(stilling basin). Ada beberapa tipe peredam energi yang sangat tergantung pada
karakteristik hidrolis aliran seperti kecepatan aliran (v), bilangan froude (Fr), dan
debit persatuan lebar (q) dan harus aman dari banjir 50 tahunan.
1. Menentukan Bilangan Froude
Diketahui data dari perhitungan sebelumnya :
Z = Tinggi jatuh = 9 m
Be = lebar lffektif = 19,69 m
Qout = debit pelimpah = 83,77 m3/det
H1 = tinggi air diatas ambang = 1,538 m
a. Kecepatan Awal Loncat (v)
v1 2 g 0,5H 1 Z
v1 2 9,81 0,5 1,538 9
v1 13,84 m/s
q = 83,77 / 19,69
q = 4,254 m/s
c. Kedalaman Awal Loncat Air (y1)
q = v1 . y1
y1 = q / v1
y1 = 4,254 / 13,84
y1 = 0,307 m
d. Bilangan Froude (Fr)
v1
Fr
g y1
Fr
13,84
9,81 0,307
Fr 7,974
y2
1
1 8 Fr 2 1 y1
2
1
1 8 (7,974) 2 1 0,307
2
y 2 3,315 m
yu (18 Fr)
18
=
= 0,6 m
Kemiringan
=1:2
4) Jarak Antara Gigi-Gigi Pemancar
0,82 x y2 = 0,82 x 3,315 = 2,718 m
Qout
= 83,77 m3/det
= y2 x B
= 3,315 x 20 = 66,30 m2
= Q/A
= 83,77 / 66,30
= 1,264 m/s
Tinggi Jagaan :
Fb
=c.v.d
= 0,1 . 1,264 . 3,315
= 0,418 m
Atau
Fb
= 0,6 + 0,037 . v . d1/3
= 0,6 + 0,037 . 1,264 . (3,315)1/3
= 0,670 m
Dipakai nilai tertinggi yaitu Fb = 0,670 m dibulatkan Fb = 1,00 m.
c. Tinjauan Terjadinya Scouring
Tinjauan scouring diperlukan untuk mengantisipasi adanya gerusan lokal
di ujung hilir pelimpah. Untuk mengantisipasi hal tersebut dipasang apron
yang berupa pasangan batu kosong. Batu yang dipakai untuk apron harus
keras, padat, awet, serta mempunyai berat jenis 2,4 T/m3. Panjang apron
diambil 4 kali kedalaman gerusan atau scouring (KP 02 hal 104). Rumus
yang digunakan adalah rumus Lacey untuk menghitung kedalaman lubang
gerusan :
Q
R 0,47
f
1/ 3
Dengan :
R
Dm
Untuk menghitung turbulensi dan aliran yang tidak stabil, R ditambah 1,5
nya lagi (data empiris).Tebal lapisan pasangan batu kosong sebaiknya
diambil 2 sampai 3 kali d40 dicari dari kecepatan rata-rata aliran dengan
bantuan Gambar 6.9. Gambar 6.9 dapat dipakai untuk menentukan d40 dari
campuran pasangan batu kosong dari kecepatan rata-rata selama terjadi
debit rencana diatas ambang bangunan.
Q out
penampang
v Rerata =
83,77
22,611
v Rerata =
= 3,705 m/s
Berdasarkan grafik pada Gambar 6.9 didapatkan Dm = 0,4 m
Faktor lumpur Lacey :
F = 1,76 . Dm0,5
F = 1,76 . (0,4)0,5
F = 1,11
Q
R 0,47
f
1/ 3
83,77
R 0,47
1,11
1/ 3
R 1,98
m
Sehingga didapatkan :
Kedalaman gerusan dibawah permukaan air banjir adalah 1,98 m 2,0 m.
Untuk keamanan dari turbulensi dan aliran tidak stabil R = 1,5 x 2 = 3 m
Panjang lindungan dari pasangan batu kosong = 4 x R = 4 x 3 = 12m
Diambil panjang lindungan pasangan batu kosong 12 m.
Gambar 6.10 Penampang memanjang spillway, kolam olak dan pasangan batu untuk gerusan