Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1

METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah urutan atau tata cara pelaksanaan penelitian

dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan


dalam penulisan tugas akhir. Metode penelitian ini meliputi lokasi penelitian,
metode pengambilan data, data yang diperlukan, analisis data dan flow chart.
4.2

LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian berada di daerah Kecamatan Pengasih , Kulonprogo ,

Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti terlihat pada Gambar 4.1.

BENDUNG PENGASIH

SUNGAI SERANG

Gambar 4.1Peta Lokasi Bendung Pengasih Wates Kulon Progo


Sumber : Google Map, 2013
4.3

METODE PENGAMBILAN DATA


Dalam penelitian sistem pengambilan data yang digunakan adalah

mencari data primer, yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan


petugas pengawas / pemeliharaan bendung pengasih yaitu petugas dari Dinas

40

41

Pekerjaan Umum kabupaten Kulon Progo bagian pengawasan dan pemeliharaan


sungai, sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Kulon Progo bagian Sumber Daya Air.
4.4

DATA DIPERLUKAN
Dalam proses pengumpulan data, ada beberapa sumber data yang

digunakan yaitu data primer yang berupa wawancara dengan petugas Dinas
Pekerjaan Umum bagian Pengairan Kabupaten Kulonprogo, data sekunder yang
berupa data klimatologi yang didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum bagian
Pengairan Kabupaten Kulonprogo dan data yang diperoleh dari studi literature
atau pustaka.
4.4.1

Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan


langsung di lapangan.Data ini bisa diperoleh dengan langsung berwawancara
dengan masyarakat setempat maupun observasi peneliti.
1. Kondisi & Lokasi Bendung Pengasih
Bendung Pengasih terletak di Kali Serang Kecamatan Pengasih
Kulonprogo. Bendung pengasih didesain pertama kali untuk melayani areal
irigasi seluas 2.757 ha untuk areal irigasi di Kecamatan Pengasih Wates
Kulonprogo.. Air yang dari bendung pengasih digunakan untuk mengairi areal
irigasi dibagian Kecamatan Pengasih yang sistem irigasinya dibagi menjadi 2
bagian yaitu Kejuron/GAB.P3A untuk Daerah Irigasi Pengasih Barat dengan
luas sawah 1.323 ha dan Kejuron/GAB.P3A untuk Daerah Irigasi Pengasih
Timur dengan Luas sawah 1.029 ha.
2. Kronologis Masalah Penyusutan Lahan Areal Irigasi di Kecamatan Pengasih
Pada awal pembangunan Bendung Pengasih, bendung didesain untuk
melayani areal irigasi seluas 2.757 ha, namun seiring dengan laju pertumbuhan
penduduk dan bertambah tahun, alih fungsi lahan produktif semakin bertambah
besar.Alih fungsi lahan produktif sendiri adalah peralihan lahan yang awalnya

42

merupakan lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian, sekarang berubah


menjadi

lahan

untuk

bangunan

bangunan

perumahan

maupun

pertokoan.Bendung Pengasih terletak di tengah Kabupaten Kulonprogo, maka


alih fungsi / penyusutan lahan dimungkinkan akan terus bertambah seiring
dengan bertambah tahun.
Dari hasil wawancara dengan petugas Dinas Pekerjaan Umum bagian
Sumberdaya Air daerah Kulonprogo, penyusutan lahan yang terjadi di
kecamatan pengasih sendiri sangatlah banyak. Ada beberapa pembangunan
pembangunan yang akan berpengaruh untuk mengurangi luas areal irigasi di
kecamatan Pengasih yang di antaranya adalah pembangunan kantor Polsek yang
diperkirakan seluas 3 ha, pembangunan lapangan Olahraga untuk Universitas
Negeri Yogyakarta yang diperkirakan 4 ha ( belum termasuk gedung kampus ),
Pembangunan Kios kios pertokoan. Untuk pembangunan pembangunan
tersebut masih berupa dugaan, karena pembangunan pembangunan tersebut
baru akan dilaksanakan pada tahun 2013. Sementara data tentang penyusutan
lahan / data pembangunan pembangunan daerah di Update selama 5 tahun
sekali, dan untuk tahun 2012 2013 ini masih di inventarisasi. Selain dari
masalah tentang penyusutan lahan tersebut, juga terdapat masalah bahwa pada
saat masa Tanam dimulai, justru di bagian hilir atau tepatnya daerah irigasi yang
berada di bawah Bendung Pengasih mengalami kekurangan air irigasi. Di bawah
bendung Pengasih sendiri terdapat Bendung Pekik Jamal yang mengairi lahan
seluas 1.032 ha lahan irigasi. Hal ini bisa saja disebabkan karena Bendung
Pengasih dan Pekik Jamal merupakan 1 golongan masa tanam, yang artinya
bahwa bendung Pengasih dan Pekik Jamal pada saat masa tanam dimulai secara
bersamaan yaitu pada bulan Desember, maka akan terjadi debit puncak yang
cukup besar dan debit yang ada di Kali Serang tidak cukup untuk mencukupi
kebutuhan debit air irigasi yang dibutuhkan untuk irigasi di Bendung Pekik
Jamal.
4.4.2

Data Sekunder

43

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi instansi


pemerintah yang terkait dengan penelitian. Adapun data sekunder tersebut yaitu :
1. data klimatologi untuk mencari nilai Et0,
2. sistem pola tanam ,
3. luas areal irigasi,
4. peta jaringan irigasi yang diairi oleh bendung Pengasih,
5. peta topografi Kali Serang,
Data data tersebut di atas diperoleh dari instansi instansi pemerintah
yang terkait dengan penelitian yaitu Dinas Pekerjaan Umum bagian Sumber
Daya Air Kabupaten Kulon Progo dan Badan Klimatologi dan Geofisika Daerah
Istimewa Yogyakarta.
1.

Data Klimatologi
Data klimatologi adalah data yang menjelaskan tentang kondisi

klimatologi pada suatu daerah.sedangkan klimatologi itu sendiri adalah kondisi


kondisi tentang cuaca , temperatur udara , kelembapan udara , suhu , kecepatan
angin dan curah hujan pada suatu daerah. Untuk data klimatologi itu sendiri
diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2.

Sistem Pola Tanam


Berdasarkan buku peraturan Bupati Kulon Progo nomor 28 Tahun 2012

tentang Tata Tanam Tahunan Periode 2012 2013 , disebutkan bahwa pola
tanam di daerah Pengasih Wates Kulonprogo adalah Padi Padi Palawija
dengan mulai tanam bulan November untuk Golongan II. Dan yang terjadi di
lapangan sudah sesuai dengan yang telah diatur dalam buku peraturan Bupati
Kulon Progo tersebut.Adapun copyan untuk buku peraturan tersebut terlampir
dalam daftar Lampiran V.
3. Luas Areal Irigasi

44

Bendung Pengasih merupakan salah satu bendung yang terdapat di kota


Wates Kabupaten Kulon Progo tepatnya di kecamatan Pengasih. Air dari
bendung ini bersumber dari aliran sungai Serang yang dimana suplesi air di
sungai ini didapat dari Waduk Sermo dan Kali Bawang. Bendung direncanakan
untuk mengairi sebagian lahan produktif di Kabupaten Kulon Progo yang luas
areal irigasinya seluas 2.757 ha, namun pada kenyataannya menurut Surat
Keputusan Bupati Kulonprogo tentang Sistem Tata Tanam pada tahun 2013, luas
lahan sawah yang efektif untuk pertanian hanyalah 2111 ha.
4.

Peta jaringan irigasi yang diairi oleh Bendung Pengasih


Peta Jaringan Irigasi adalah skema jaringan aliran irigasi yang dilayani

oleh bendung Pengasih tersebut.Data peta jaringan irigasi diperoleh dari Dinas
Pekerjaan Umum bagian Sumber Daya Air Kabupaten Kulon Progo
Yogyakarta.Dalam gambar peta jaringan irigasi terdapat pembagian pembagian
luas daerah irigasi yang harus dilayani oleh bendung pengasih.Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat dalam peta jaringan irigasi bendung pengasih dalam
halaman daftar Lampiran V.

45

5. Peta Topografi Kali Serang


Peta topografi di bawah ini menjelaskan tentang kondisi topografi dan
letak Sungai yang ada di daerah Kulonprogo.Letak Kali Serang sesuai pada
gambar yang diarsir.

Gambar 4.2Peta Topografi Sungai Serang

46

Sumber :Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumberdaya Air Kulon Progo, 2013

Gambar 4.3 Peta Letak Sungai daerah Kabupaten Kulonprogo


Sumber :Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumberdaya Air Kulon Progo, 2013

47

48

4.5

ANALISIS KEBUTUHAN AIR DI SAWAH UNTUK PADI


Analisis data sangat bergantung pada jenis data yang diperoleh, karena

setiap data yang diperoleh tidak semuanya bisa langsung siap pakai. Dalam
analisis data penelitian meliputi :
4.5.1

Analisis NFR Waktu Pengolahan Lahan

NFR waktu pengolahan lahan adalah perhitungan kebutuhan air pada saat
pengolahan lahan. Kebutuhan air masa penyiapan lahan dipengaruhi oleh
beberapa faktor :
1. Lama Penyiapan Lahan (T) ditentukan 2 x 2 minggu ( 30 hari, 1 bulan ),
atau 3 x 2 minggu (45 hari, 1,5 bulan ), tergantung luas petak garapan dan
kemampuan pengerjaan,
2. Kondisi tanah sawah sewaktu penyiapana lahan, untuk penentuan
penjuenuhan ( S ), untuk tanah kering biasa/basah dibutuhkan tebal
penjenuhan 250 mm genangan, sedangkan untuk tanah bero/bero
dibutuhkan tebal penjenuhan 300 mm.
Kebutuhan air masa penyiapan lahan diperhitungkan dengan Rumus :
NFR = IR Re

(4.1)

Dengan :
IR

= kebutuhan air irigasi di sawah ( mm/hari )

Re

= Hujan Efektif ( mm/hari )

Kebutuhan air irigasi di sawah (IR) diperhitungkan dengan Rumus :

IR=

M ek
(e k 1)

(4.2)

Dengan :
M

= kebutuhan air irigasi pengganti evaporasi dan perkolasi

49

Nilai M dan k diperhitungkan dengan Rumus :


M = 1,1 . Et0

k=

(4.3)

MT
S

(4.4)

Dengan :
T

= masa penyiapan lahan ( 30 atau 45 hari )

= tebal penjenuhan ( 250 atau 300 mm )

4.5.2
NFR

Analisis NFR Waktu Masa Tanam


masa

tanam

adalah

kebutuhan

air

pada

saat

masa

tanam.Kebbutuhan air pada masa tanam diperhitungkan dengan Rumus (3.5).


Kebutuhan air pada saat masa tanam dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu :
1.

Menentukan Nilai Evapotranspirasi Tetapan ( Et0 )


Untuk menentukan nilai Evaporasi Tetapan , maka dibutuhkan data

data klimatologi untuk mengetahui besarnya nilai ET 0. Data klimatologi yang


dimaksud adalah data kelembapan udara , kecepatan angin, temperature udara ,
suhu udara. Selain data klimatologi juga dibutuhkan data letak geografis tempat
yang dipakai untuk penelitian yaitu posisi letak Garis Bujur Lintang Selatan ( LS
) tempat dimana penelitian dilakukan. Metode yang dipakai untuk menentukan
besarnya nilai ET0 adalah dengan menggunakan metode Penman modifikasi
sesuai yang dijelaskan pada Bab 3 Rumus (3.9) (3.10).
2. Analisis Evapotranspirasi Pada Tanaman ( ETc )
Dari hasil analisis Evapotranspirasi Tetapan ( ET0 ), maka dapat
kemudian menghitung nilai ETc. Nilai Etc sangat bergantung pada kondisi
Klimatologi dan Koefisien Tanaman. Nilai koefisien tanaman bergantung pada
jenis varietas tanaman yang ditanam. Dalam penelitian untuk masa tanam 1 padi

50

dipakai nilai koefisien tanam Nedeco varietas biasa, dan untuk masa tanam 2
padi dipakai koefisien tanam Nedeco varietas unggul. Nilai Koefisien tanaman
( Kc ) dapat dilihat pada Tabel 3.3. Untuk menghitung besar nilai ETc, dapat
dihitung dengan menggunakan Rumus seperti yang dijelaskan pada Rumus (3.6).
3. Analisis Hujan Efektif ( Re )
Analisis hujan efektif adalah menghitung besarnya hujan efektif dalam
kurun waktu tertentu.Untuk mendapatkan nilai hujan efektif maka harus ada data
curah hujan yang direkam melalui stasiun stasiun pengamatan dan perekaman
hujan. Data hujan yang diperoleh adalah curah hujan harian selama kurun waktu
10 tahun an. Untuk analisis menentukan hujan efektif , dari data hujan yang telah
diperoleh dapat dihitung berdasarkan Rumus (3.7).
4.5.3

Analisis Ketersediaan Air di Lahan ( R5 )

Analisis ketersediaan air di lahan adalah memperhitungkan ketersediaan


air pada lahan untuk mencukupi air irigasi pada lahan pertanian.Menurut
Direktorat Jendral Pengairan ketersediaan air di lahan terdiri dari dua sumber
yaitu dari kontribusi air tanah dan hujan efektif (Re).Dalam penelitian
memperhitungkan ketersediaan air di lahan berdasarkan kontribusi dari curah
hujan.Besarnya nilai ketersediaan air di lahan dianggap terpenuhi dengan
probabilitas hujan 80 % dan diperhitungkan dengan Rumus (3.8).
4.5.4

Analisis Debit Kebutuhan Air Irigasi ( Q )

Analisis debit kebutuhan air irigasi digunakan untuk menentukan


besarnya kebutuhan air irigasi pada lahan pertanian. Kebutuhan debit air irigasi
untuk seluruh sawah dapat dihitung dengan menggunakan Rumus (3.4) setelah
nilai NFR dapat diketahui melalui analisis sebelumnya. Untuk menghitung nilai
Debit kebutuhan air irigasi

harus memperhatikan nilai koefisien, efisiensi

saluran ( e ). Nilai efisiensi saluran adalah tingkat kehilangan air pada saluran
saat dalam perjalanan/pendistribusian. Nilai efisiensi saluran dibedakan

51

berdasarkan jenis saluran,untuk saluran Primer e = 0,65, saluran Sekunder e =


0,72, saluran Tersier e = 0,80.
4.6

PERHITUNGAN ALOKASI AIR IRIGASI


Dari hasil analisis data akan didapatkan nilai sisa debit irigasi yang dapat

dimanfaatkan untuk kebutuhan air baku domestik. Perhitungan alokasi air irigasi
dimaksudkan untuk memperhitungkan besarnya kebutuhan air baku domestic
maupun untuk perikanan yang dapat dialokasikan dari sisa debit air irigasi pada
bendun Pengasih untuk wilayah Pengasih.

1.

Alokasi Air Untuk Mencukupi Kebutuhan Air Irigasi Pada Bendung


Pekik Jamal
Bendung Pekik Jamal yang lokasinya di bawah Bendung Pengasih, saat

memasuki masa tanam sering kali mengalami kekurangan air untuk irigasi.
Sedangkan pada Bendung Pengasih melalui hasil analisis akan didapatkan debit
air irigasi yang berlebih yang disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian,
sehingga lebihnya debit air irigasi pada Bendung Pengasih dapat dimanfaatkan
untuk mencukupi kebutuhan air irigasi pada Bendung Pekik Jamal yang
melayani daerah irigasi seluas 1.032 ha.

2.

Alokasi Air Untuk Kebutuhan Air Bersih Tingkat Domestik


Kebutuhan air bersih tingkat domestic adalah kebutuhan air bersih yang di

gunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari hari oleh manusia.Dalam


kehidupan sehari hari manusia diperhitungkan menghabiskan air seperti yang
di jelaskan pada Tabel 3.8.Perhitungan air untuk kebutuhan air bersih tingkat
domestik dimaksudkan untuk memperhitungkan alokasi air irigasi yang berlebih
yang di alokasikan untuk kebutuhan air bersih domestic untuk wilayah
Kulonprogo. Dari sisa debit air irigasi yang berlebih pada Bendung Pengasih
akan diperhitungkan untuk dialokasikan sebagai penambah suplay air bersih

52

tingkat domestic untuk wilayah Kulonprogo dengan jumlah penduduk 370.944


jiwa.

3.

Kebutuhan Air Bersih Untuk Non Domestik


Kebutuhan air bersih tingkat non domestic merupakan kebutuhan air yang

digunakan untuk mencukupi kebutuhan air selain untuk kebutuhan sehari hari.
Kebutuhan air bersih tingkat non domestic adalah kebutuhan air yang digunakan
untuk mencukupi keperluan keperluan air untuk tempat tempat perindustrian,
sekolahan, perkantoran, rumah sakit dan lain sebagainya yang bersifat tempat
tempat komersil dan pelayanan umum. Dari sisa debit air irigasi akan
dimanfaatkan untuk menambah suplay kebutuhan air bersih tingkat non
domestic untuk wilayah Kulonprogo yang setiap tempat memiliki nilai
kebutuhan air bersih yang berbeda beda seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.9.
4.

Kebutuhan Air Untuk Perikanan


Dari sisa debit air irigasi yang berlebih, setelah dialokasikan untuk

kebutuhan air baku bersih tingkat domestic dan non domestic, sisanya juga
dimanfaatkan untuk pembudidayaan ikan air tawar. Dari sisa debit yang tersedia
akan dimanfaatkan untuk kebutuhan air untuk ikan air tawar, yang nantinya akan
didapatkan besarnya luas lahan yang efektif untuk perikanan air tawar dengan
debit yang tersedia dan batas transplantasi / penggantian air sebesar 7mm/dt/ha.

53

4.7

FLOW CHART
Setelah data terkumpul, maka dapat dilakukan pengolahan dan analisis

data dengan langkah langkah yang sesuai dengan Gambar 4.4.

54

Gambar 4.4 Flow Chart Penelitian

Anda mungkin juga menyukai