METODOLOGI KAJIAN
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Kendeng bagian barat. Curah hujan rata-rata Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2009
sebesar 150 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 92 hari per tahun. Wilayah
Kabupaten Bojonegoro memiliki 22 stasiun penangkar hujan yang tersebar di 16
kecamatan. Bulan basah 4 6 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 4 5
bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober Nopember dan berakhir pada bulan
Mei-Juni setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember Pebruari.
Suhu udara Kabupaten Bojonegoro untuk suhu rata-rata harian 27,1 C 28,4
C, Suhu rata-rata minimum terjadi di bulan Juni (22,2 o C 32,1o C) dan suhu rata-rata
maksimum terjadi di bulan November (22,7 o C 34,1o C). Kelembaban rata-rata di
Kabupaten Bojonegoro berkisar 80 %.
3.1.3. Kondisi Tata Guna Lahan
Peruntukan lahan di Desa Pejok sebagian besar merupakan persawahan tadah
hujan seluas 267 ha. Peruntukan lahan berikutnya berupa tegalan / ladang dengan luas
122,970 ha, pemukiman penduduk 41,99 ha dan tanah kas desa 22 ha. Pada saat musim
penghujan, daerah genangan rencana Waduk Pejok yang merupakan persawahan
menjadi tergenang, bahkan sering mencapai permukiman penduduk yang berada di
hulunya.
Desa Kendung, peruntukan lahan sebagian besar juga merupakan persawahan
tadah hujan seluas 323,155 ha, berikutnya merupakan peruntukan tegalan / ladang
dengan luas 110 ha, dan sisanya berupa fasilitas umum dan pemukiman penduduk. Pada
saat musim penghujan, daerah genangan rencana Waduk Pejok yang merupakan
persawahan tergenang, bahkan sering mencapai permukiman penduduk yang berada di
hulunya dengan kedalaman genangan bervariasi antara 5 - 30 cm.
Desa Kesongo, peruntukan lahan sebagian besar merupakan persawahan tadah
hujan seluas 395,97 ha, 75 ha berupa tegal/ ladang, permukiman 27,43 ha dan tanah kas
desa 26 ha. Terdapat juga hutan lindung seluas 8 ha. Desa Talunrejo, peruntukan lahan
sebagian besar merupakan hutan produksi seluas 1.100 ha, persawahan tadah hujan
seluas 259 ha, 89 ha berupa tegal/ ladang, permukiman 30 ha dan tanah kas desa 71,6
ha. Tata guna lahan di daerah studi dapat dilihat pada Tabel 3.1 :
Desa
Sawah
tadah
hujan
(Ha)
Tegal/
ladang
PermukiKas
man Desa
(Ha)
(Ha)
Kendung
323,15 110
Kesongo
395,97 75
27,43
Pejok
267 122,97
41,99
Talunrejo
259
86
30
Jumlah
1244,12393,97
99,42
Sumber : Studi ANDAL Waduk Pejok, 2005
Kant.
Pemerint
ahan
(Ha)
(Ha)
26
22
23,6
71,6
95,25
0,25
0,15
95,65
Hutan
lindung
Hutan
produksi
(Ha)
8
8
(Ha)
1100
1110
Sal
SalInduk
Induk
Pacal
PacalKanan
Kiri
(2.028 ha)
K.Pacal
(5.092 ha)
Dam Klepek
K.Mekuris
Waduk Pacal
K.Kerjo
Dam Mekuris
Re
Pe
Pada musim kemarau ketersediaan air di dam-dam tersebut disuplai dari Saluran
Induk Waduk Pacal, sehingga ketersediaan air Daerah Irigasi Pacal ini merupakan
kombinasi air irigasi permukaan dan air resevoir/Waduk.
3.1.5. Kondisi Daerah Irigasi
Jarigan irigasi Pacal sebagaimana dijelaskan di atas merupakan sistem yang
inter-connected, dengan daerah oncoran sebagai berikut :
Tabel 3.2. Luas Daerah Irigasi Pacal
Luas (Ha)
No
Daerah Irigasi
Non Banjir
Banjir
Total
Pacal Kiri
1,846
182
2,028
Pacal Kanan I
2,276
337
2,613
Pacal Kanan II
2,261
218
2,479
Pacal Mekuris I
3,132
3,132
Pacal Mekuris II
4,455
4,455
Pacal Kerjo
1,812
177
1,989
Total
16,696
2. Data Klimatologi
Untuk data klimatologi, diambil dari dua stasiun klimatologi yang berpengaruh
yaitu stasiun Balung Panggang yang terletak di Kecamatan Balung Panggang
Kabupaten Lamongan dan stasiun Padangan yang terletak di Kecamatan
Padangan Kabupaten Bojonegoro. Data klimatologi pada masing-masing stasiun
digunakan untuk analisis evapotranspirasi potensial yang kemudian diolah dalam
simulasi FJ Mock untuk mengetahui besarnya debit inflow di Waduk Pejok.
3. Data kebutuhan irigasi.
Data Kebutuhan air irigasi yang digunakan pada studi ini adalah kebutuhan irigasi
Daerah Irigasi Pacal Kerjo Kabupaten Bojonegoro seluas 1.989 ha dengan pola
tanam padi-padi-palawija seluas 199 ha dan padi-palawija-palawija seluas 1.790
ha. Data ini digunakan untuk mengetahui besarnya debit outflow pada waduk
Pejok.
4. Evaporasi
Data evaporasi waduk digunakan untuk mengetahui besarnya kehilangan air yang
terjadi di permukaan tampungan Waduk Pejok.
5. Data debit
Data debit yang diperlukan adalah data debit pada DAM Merkuris. Hal ini
berkaitan dengan outflow yang akan dilepas, karena waduk Pejok merupakan
waduk suplesi yang nantinya akan menyesuaikan keadaan debit pada DAM
Merkuris.
6. Data karakteristik waduk
Data karakterisitik waduk yang digunakan adalah data tampungan aktif ,
tampungan mati, luas genangan waduk, volume waduk, dan tinggi waduk.Data ini
diikutkan dalam pengoptimalan Rule Curve dengan metode Algoritma Genetik.
Dalam simulasi FJ Mock data yang digunakan adalah data curah hujan dan
evaporasitranspirasi potensial. Hasil dari simulasi FJ Mock nantinya digunakan
untuk menentukan inflow pada simulasi waduk Pejok
3. Simulasi Waduk
Simulasi waduk ini bertujuan untuk menentukan generasi pertama yang pada
tahapan selanjutnya digunakan untuk pembangkitan Kromosom.
4. Perumusan Fungsi Model
Perumusan fungsi model digunakan sebagai acuan dalam metode optimasi
Algoritma Genetik. Rumusan fungsi model yang digunakan adalah lepasan
berdasarkan tampungan.
5. Perumusan Parameter-Parameter
Tahapan ini bertujuan untuk menentukan parameter-parameter dalam fungsi
model yang akan dioptimalkan melalui metode optimasi Algoritma Genetik.
6. Optimasi Lepasan Berdasarkan Tampungan dengan Metode Algoritma Genetik
Tahapan ini adalah proses dari optimasi lepasan berdasarkan Tampungan dengan
metode Algoritma Genetik, berdasarkan perumusan parameter-parameter yang
telah ditentukan. Dari hasil optimasi dengan menggunakan metode Algoritma
Genetik akan menghasilkan lepasan yang optimal berdasarkan tampungan waduk.
Tahapan dalam metode Algoritma Genetik adalah sebagai berikut :
Inisialisasi Populasi
Inisialisasi populasi bertujuan untuk pembangkitan secara stokastik suatu
populasi awal kromosom dari parameter-parameter. Populasi kromosom ini
adalah generasi pertama yang jumlah dan nilainya ditentukan berdasarkan
parameter-parameter dan mempunyai nilai batas yang telah ditentukan.
Seleksi
Dari hasil generasi pertama dilakukan seleksi untuk mendapatkan populasi
dengan ranking dari nilai kerja pada setiap kromosom. Populasi teratas akan
dipilih untuk mendapatkan generasi berikutnya.
Crossover (Kawin Silang)
Proses Crossover bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari kromosom.
Proses Crossover merupakan kawin silang dari hasil seleksi kromosom
sebelumnya. Sehingga didapatkan kembali populasi kromosom berdasarkan
hasil dari Crossover. Populasi dari kromosom hasil Crossover ini
mempunyai nilai kinerja yang lebih baik dari kromosom sebelum.
Klarifikasi
Klarifikasi adalah penetapan kapan berhentinya proses Crossover.
Berhentinya serangkaian proses dari Algoritma Genetik ini dilakukan jika
Tipe Bangunan
: Bendung Gravity
2.
Tinggi Pelimpah
: 8m
3.
Tipe Pelimpah
4.
Tipe Konstruksi
5.
6.
Lebar Pelimpah
: 40,00 m
7.
Panjang Bendungan
: 43,80 m
8.
Tinggi Bendungan
9.
: 258.654 m3/dt
: 620.425 m3/dt
: + EL 39.00 (SHVP)
: + EL 41.47 (SHVP)
b. Pelimpah
1.
Type
2.
3.
Panjang Ambang
: 40,0 m
4.
Bangunan Pelepasan
: Pintu type C2
5.
Jumlah Pintu
: 2 buah
6.
Lebar Pintu
: 1,00 m
Panjang
3.
Elevasi Dasar
: +29.40 (SHVP)
4.
: 0.40 m
5.
: 1.25 m
6.
Perlindungan Hilir
: Rip-rap
d. Genangan Waduk
1. Luas Genangan Waduk
2.
Volume Tampungan
e. Kebutuhan Lahan
1. Bangunan Utama & Pelengkap
: 125.54 ha
: 2.708.860 m3
: 20,521 ha
2.
3.
Resettlement
: 189,480 ha
4.
Jalan Hantar
2. Tinggi Bendung 10 m
a. Bendungan
1. Tipe Bangunan
0,500 ha
: Bendung Gravity
2.
Tinggi Pelimpah
: 10 m
3.
Tipe Pelimpah
4.
Tipe Konstruksi
5.
6.
Lebar Pelimpah
: 40,00 m
7.
Panjang Bendungan
: 43,80 m
8.
Tinggi Bendungan
9.
: 258.654 m3/dt
: 620.425 m3/dt
: + EL 41.00 (SHVP)
: + EL 43.46 (SHVP)
b. Pelimpah
1. Type
2.
3.
Panjang Ambang
: 40,0 m
4.
Bangunan Pelepasan
: Pintu type C2
5.
Jumlah Pintu
: 2 buah
6.
Lebar Pintu
: 1,00 m
2.
Panjang
: 20 m
3.
Elevasi Dasar
: +29.40 (SHVP)
4.
: 0.40 m
5.
: 1.25 m
6.
Perlindungan Hilir
: Rip-rap
d. Genangan Waduk
1. Luas Genangan Waduk
2.
Volume Tampungan
e. Kebutuhan Lahan
1. Bangunan Utama & Pelengkap
: 125.54 ha
: 6.058.866 m3
: 20,70 ha
2.
3.
Resettlement
: 189,480 ha
4.
Jalan Hantar
0,500 ha