Yang dimaksud tinggi bendungan adalah beda tinggi tegak antara puncak
bendungan dengan bagian terbawah dari pondasi bendungan. Untuk menentukan
tinggi bendungan secara optimal, harus memperhatikan tinggi air untuk operasi
bendungan dan tinggi ruang bebas (free board). Perencanaan tinggi air untuk operasi
bendungan dapat ditentukan dari lengkung kapasitas.
50
40
35
45
Rencana lokasi
waduk/bendungan
IV-1
Tabel 4.1. Luas daerah untuk tiap-tiap kontur.
40 1,8
45 3,9
50 7,2
b. Dihitung volume tampungan diantara dua garis kontur dengan rumusan
A kontur 1 + A kontur 2 + √ ( A kontur 1 ) x ( A kontur 2 )
Volume = x selisih kontur
3
dengan A adalah luas.
Penerapan rumusan tersebut untuk contoh diatas adalah sebagai berikut :
V0 = 0
( 0,5 + 1,8 + √0,5 x 1,8 ) x 106 m2
V1 = x ( 40 − 35 ) = 5 750 000 m3
3
( 1,8 + 3,9 + √ 1,8 x 3,9 ) x 106 m2
V2 = x ( 45 − 40 ) = 14 250 000 m 3
3
( 3,9 + 7,2 + √ 3,9 x 7,2 ) x 10 6 m2
V3 = x (50 − 45 ) = 27 750 000 m3
3
c. Dari masing-masing volume tersebut kemudian dikumulatifkan, didapatkan tabel
berikut :
Tabel 4.2. Volume tampungan komulatif.
d. Dari langkah a dan c kemudian dibuat grafik antara elevasi vs luas genangan dan
volume tampungan sebagaimana ditampilkan berikut ini
IV-2
Volume genangan (m3)
50
Volume genangan
Luas genangan
Elevasi
45
40
35
0 2 4 6 8
Gambar 4.2. Lengkung
Luas genangan (km2) kapasitas
I > O, berarti tampungan waduk naik. Elevasi muka air pada waduk naik.
I < O, berarti tampungan waduk turun. Elevasi muka air pada waduk turun.
Dimana :
Jika :
Maka,
dengan :
I1 : debit masuk pd awal periode penelusuran
I2 : debit masuk pd akhir periode penelusuran
Q1 : debit keluar pd awal periode penelusuran
Q2 : debit keluar pd akhir periode penelusuran
S1 : tampungan pd awal periode penelusuran
S2 : tampungan pd akhir periode penelusuran
∆t : periode penelusuran
Dalam penelusuran banjir pada waduk, maka langkah yang diperlukan adalah :
1. Menentukan hidrograf inflow sesuai skala perencanaan.
2. Menyiapkan data hubungan antara volume dan area waduk dengan elevasi waduk
(lengkung kapasitas).
3. Menentukan atau menghitung debit limpasan spillway waduk pada setiap ketinggian
air di atas spillway dengan menggunakan rumus
Q = C.B.H3/2
dengan :
C = koefisien debit
B = lebar spillway (m)
H = tinggi air di atas spillway (m)
4. Ditentukan kondisi awal waduk (muka air waduk) pada saat dimulai routing. Hal ini
diperhitungkan terhadap kondisi yang paling bahaya dalam rangka pengendalian
IV-4
banjir.
5. Menentukan periode waktu peninjauan t1, t2, …, dst, periode waktu (t2-t1) semakin
kecil bertambah baik.
Contoh perhitungan routing banjir lewat waduk :
Elevasi Tampungan, S
(m) (m3)
272,7 0
272,9 526200
273,1 1066300
273,3 1620300
273,5 2174300
273,7 2728300
273,9 3282300
274,1 3843700
274,3 4412500
274,5 4981300
274,7 5550100
274,9 6118900
275,1 6708300
275,3 7318300
IV-5
Prosedur perhitungan :
1) Buat lengkung kapasitas waduk, dimulai dari elevasi puncak mercu ambang
pelimpah (spillway) bukan dari dasar bendungan/embung
b. Q = C B H3/2
c. ψ dan ϕ
S Q S Q
Elevasi H S S/Dt Q
t 2 t 2
6 3 3 3 3 3
(m) (m) (10 m ) (m /dt) (m /dt) (m /dt) (m /dt)
272,7 0,0 0 0 0 0 0
272,9 0,2 0,53 292 6 295 289
273,1 0,4 1,07 592 16 600 584
273,3 0,6 1,62 900 30 915 885
273,5 0,8 2,17 1208 46 1231 1185
273,7 1,0 2,73 1516 64 1548 1484
273,9 1,2 3,28 1824 84 1866 1781
274,1 1,4 3,84 2135 106 2188 2082
274,3 1,6 4,41 2451 130 2516 2387
274,5 1,8 4,98 2767 155 2845 2690
274,7 2,0 5,55 3083 181 3174 2993
274,9 2,2 6,12 3399 209 3504 3295
275,1 2,4 6,71 3727 238 3846 3608
275,3 2,6 7,32 4066 268 4200 3932
Berdasarkan tabel tersebut di atas kemudian dapat dihitung tinggi air dan debit yang
keluar melalui pelimpah, sebagai berikut :
Tabel 4.6 Analisis Tinggi Air dan Debit yang keluar Melalui Spillway
IV-6
Waktu (t) Inflow, I (I1 +I2 )/2 S1 y1 j2 S2 H Outflow,Q
3 3 6 3 3 3 6 3 3
Jam (m /d) (m /d) (10 m ) (m /d) (m /d) (10 m ) (m) (m /d)
Keterangan :
a. Inflow (I) adalah hidrograf debit masuk ke waduk
e. Kolom St = interpolasi H & S (Tabel 4.5), dg nilai Ht-1
f. Kolom ψ1 = interpolasi H dan ψ1(Tabel 4.5), dengan Nilai Ht-1
g. Kolom ϕ2 = kolom ((I1+I2)/2) + ψ1
h. Kolom S2 = S1 + ((I1+I2)/2)-Qt-1
i. Kolom H = interpolasi H dan S Tabel 1 dengan nilai S 2
j. Kolom Q = C B H3/2
IV-7
Dari tabel 4.6 tersebut, kita dapatkan tinggi air maksimum di waduk pada saat debit
banjir rencana.
Tinggi ruang bebas adalah jarak vertikal antara puncak bendungan dengan
permukaan air di bendungan pada waktu air pada elevasi full supply level, yaitu pada
waktu air mulai melimpah melewati ambang bangunan pelimpah.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan tinggi ruang bebas
adalah sebagai berikut :
1. untuk bendungan tipe urugan, besarnya tinggi ruang bebas harus diambil 1 meter
lebih tinggi dibandingkan dengan bendungan tipe beton karena air sama sekali
tidak boleh melimpah melewati puncak bendungan,
2. peninggian puncak bendungan tipe urugan selama pembangunan (camber) tidak
boleh dihitung sebagai bagian dari tinggi ruang bebas,
3. apabila di sebelah hilirnya terdapat banguan yang sangat vital atau daerah padat
penduduk maka tinggi ruang bebas harus diambil lebih besar,
4. tinggi ruang bebas harus diambil lebih besar jika terdapat hal-hal berikut
terdapat resiko macetnya pembukaan pintu air bangunan pelimpah,
terdapat resiko longsornya tebing bendungan dan masuk ke dalam
bendungan,
data hidrologi yang tersedia kurang lengkap.
Ada tiga cara untuk menentukan tinggi ruang bebas, dari ketiga cara tersebut
tinggi ruang bebas yang dipakai adalah yang paling besar.
1. Permukaan air tertinggi pada waktu banjir (Top Water Level, TWL).
Tinggi ruang bebas adalah selisih antara TWL dengan FSL ditambah dengan
tinggi tambahan sebagai angka keamanan.
t r = H1 + Ha
dengan notasi :
IV-8
a. Tinggi gelombang angin (hw1)
2
V .F
hw1 = cos A
k.d
dengan notasi :
hw1 : tinggi gelombang angin (m),
V : kecepatan angin di atas air (km/jam),
F : fetch yaitu jarak dari tepi genangan di depan bendungan dengan
bendungannya sendiri (km),
d : kedalaman bendungan rata-rata (m),
A : sudut antara arah angin dengan fetch (derajad),
k : koefisien (biasanya diambil 62).
IV-9
d : kedalaman bendungan rata-rata (m),
dengan notasi :
V : volume tanah yang tidak stabil (m3),
A : luas bendungan (m2),
Dari beberapa besaran tersebut, tinggi ruang bebas dihitung dengan rumusan :
Tinggi waduk
No Tipe beton Tipe urugan
(m)
1. < 50 1m 2m
2. 50 - 100 2m 3m
3. > 100 2,5 m 3,5 m
Dari ketiga cara yang disampaikan, dipilih nilai yang paling besar sebagai
tinggi ruang bebas.
IV-10
Elv. top water level (TWL) = 113,5
Elv. full service level (FSL) = 111,0
Kecepatan angin = 35 km/jam
Kedalaman rata-rata bendungan = 5,0 m
Panjang fetch = 3,0 km
Sudut arah angin dengan fetch = 150
Koefisien gempa = 0,2
Lama gempa = 7,0 detik
Spillway dibuat tanpa pintu dan tidak ada bahaya longsor tebing ke
bendungan.
Urugan, 1984) :
b = 3,6.H1/3 – 3
dengan :
b = lebar mercu
H = tinggi bendungan
IV-11
Bahan timbunan asli (alam) dan jarak minimum garis rembesan melalui timbunan
pada elevasi muka air normal.
Pengaruh tekanan gelombang di bagian permukaan lereng hulu.
Tinggi dan tingkat kepentingan dari konstruksi bendungan.
Kemungkinan puncak bendungan untuk jalan penghubung.
Pertimbangan praktis dalam pelaksanaan konstruksi.
Untuk bendungan kecil yang diatasnya akan dimanfaatkan untuk jalan raya,
lebar minimumnya adalah 4 meter. Sementara untuk jalan biasa cukup 2,5 meter.
Lebar bendungan juga dapat ditentukan dengan menggunakan pedoman Tabel 4.8 :
4. 3. Panjang Bendungan
IV-12
4. 4. Volume Bendungan
Seluruh jumlah volume konstruksi yang dibuat dalam rangka pembangunan tubuh
bendungan termasuk semua bangunan pelengkapnya dianggap sebagai volume
bendungan (Sosrodarsono, Bendungan Type Urugan, 1984).
IV-14