51
Dermaga apung baja (floating pontoon) ini akan dirancang menggunakan
material baja yang mampu membentuk struktur Ponton dengan kuat dan memiliki
bobot ringan. Kondisi Lambung Ponton saat di perairan akan diberi penjelasan
menggunakan analisa stabilitas. Analisa stabilitas dermaga apung (Floating
pontoon) akan diberikan 3 kondisi variabel muatan yaitu saat muatan kosong (0%
muatan), setengah penuh (50%) dan muatan penuh (100%) dengan mengambil
DWT dari kapal acuan.
Penguatan Dermaga apung (Floating pontoon) kedasar sungai
menggunakan pengikatan tiang pancang dengan letak pile guide berada di luar
badan dermaga. Penggunan fender untuk Dermaga apung (Floating pontoon) ini
akan ditentukan jenis/type fender yang sesuai sekaligus penentuan jarak antar
fender dengan memperhitungkan dimensi panjang dermaga dan besaran nilai gaya
tumbukan kapal saat berlabuh/bertambat menggunakan persamaan dari Guidelines
for the Design of Fenders Systems 2002, PIANC.
Perhitungan struktur dermaga apung (Floating pontoon) antara lain besaran
gaya tarik pada bollard, gaya arus sungai, gaya angin, gaya berthing, dan kecepatan
minimal kapal saat bertambat menggunakan persamaan dari Guidelines for the
Design of Fenders Systems 2002, PIANC. Adapun perhitungan konstruksi kapal
menggunakan acuan persamaan dari BKI : Part 1 seagoing ship Vol-II: Rules for
Hull. Dermaga apung (Floating pontoon) ini akan direncanakan menggunakan
sistem konstruksi melintang dengan 3 variasi jarak frame yaitu 0.6 m, 0.65 m, 0.7
m. setelah itu, dermaga apung (Floating pontoon) dilakukan perhitungan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) kebutuhan material.
Perancangan desain dermaga apung (Floating pontoon) ini menggunakan
metode Preliminary design yang mana semua persamaan perhitungan
menggunakan penerapan teori bangunan kapal (naval architect) yang mana akan
dimulai dari Lines Plan, general arrangement, dan construction drawing. Dengan
adanya metode tersebut akan dengan mudah menentukan dan mengecek ukuran
utama dermaga ini apakah sudah memenuhi standart “design condition” atau rasio
yang ada dalam hal daya muat, keselamatan, kestabilan, dan struktur konstruksi.
Untuk perencanaan ini akan menggunakan metode regresi linier dan persamaan
52
dari International Maritime Organization (IMO) dengan mengacu data dermaga
apung yang ada.
Payload 36 Penumpang & Barang bawaan, dan 2 motor (Total 4.82 Ton)
LOA 18,7 m
LPP 18,16 m
B 4,2 m
T 0.72 m
H 2 m
Cb 0.54
53
4.1.2 Ukuran Utama Dermaga Apung (Floating Pontoon)
4.1.2.1 Penentuan Ukuran Utama Dermaga
Perancangan dermaga apung (Floating Pontoon) ini diusahakan memenuhi
kriteria yang ada. Dan hal paling awal yang wajib ditentukan adalah penentuan
metode perencanaan desain karena sebagai dasar kita untuk memulai men-desain
dermaga apung ini. Perencanaan akan memperhatikan rata –rata dimensi kapal yang
berlabuh atau bersandar pada dermaga apung (floating pontoon) serta akan
menggunakan metode regresi linier menggunakan dermaga pembanding.
= 20,57 m ~ (diambil 20 m)
54
penentuan lebar dermaga ini selain menggunakan rasio dengan regresi linier
hasilnya akan dilipatkan 4 kali lebarnya sebagai tambahan luasan pada Deck
dermaga apung sekaligus untuk bongkar muat dan kebutuhan desain. Ukuran
dermaga apung pembanding bisa dilihat pada tabel 4.3 berikut.
3.5
3
2.5
y = 0.0921x + 1.0727
2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30
Length
55
Y = 2.9147 m ~(diambil 3 m)
Hasil perumusan regresi linier didapatkan hasil lebar adalah 3 meter. Dan
untuk desain dermaga apung ini akan didesain dengan lebar 4 kalinya yaitu 12
meter. Direncanakan demikian 12 meter disebabkan untuk kebutuhan desain,
kebutuhan penumpang, bongkar muat barang/motor dan stabilitas. Tentunya
penentuan lebar demikian juga memperhatikan tingkat kenyamanan dan keamanan
sebab akan mempengaruhi daya angkat dan stabilitas dermaga apung (floating
pontoon).
1.4
1.2
1
0.8 y = 0.0421x + 0.1727
H
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
LENGTH
y = 0.0421(X) + 0.1727
X = Panjang Dermaga Apung yang direncanakan
56
X = 20 m
Y = Tinggi Dermaga Apung yang Direncanakan
Y = 0.0421(X) + 0.1727
Y = 0.0421(20) + 0.1727
Y = 1.0147 m
Berdasarkan perhitungan Regresi Linier didapatkan angka untuk penentuan
minimal Tinggi (H) rencana yaitu 1.0147 m. Tinggi dermaga apung ini juga
mempertimbangkan tinggi freeboard yang baik/optimal, yang mana setiap ada
penambahan beban dan pengurangan beban akan mempengaruhi tinggi freeboard.
mengenai tinggi freeboard akan ada tambahan sistem ballast yang
mengatur/memposisikan draft dermaga apung dengan kapal yang akan bertambat.
Jadi, Tinggi dermaga apung (Floating Pontoon) yang akan digunakan
adalah 1,5 meter.
0.6
0.5
0.4
y = 0.0159x + 0.137
DRAFT
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30
LENGTH
57
Dari Perhitungan menggunakan Regresi Linier didapatkan hasil untuk
penentuan minimal Draft (T) dengan grafik diatas yang membandingkan nilai
Panjang (L) dengan Draft (T) dermaga apung yang sudah ada sebelumnya. Pada
gambar 4.3 didapatkan nilai X dan Y Sebagai berikut.
y = 0,0159(X) + 0,137
X = Panjang Dermaga Apung yang direncanakan
X = 20 m
58
4.2 Pembebanan Horizontal Dermaga Apung (Floating Pontoon)
59
3. Menentukan Virtual Mass Factor (Cm)
Koefisien massa tergantung pada gerakan air di sekeliling kapal yang akan
bertambat dengan menggunakan rumus yang ada didalam Perencanaan
Pelabuhan Bab VI, Bambang Triatmodjo 2009. Adapun persamaan sebagai
berikut.
𝜋 𝑑
𝐶𝑚 = 1 + 𝑥
2. 𝐶𝑏 𝐵
Diketahui :
Cb = Koefisien Blok kapal yang akan bertambat
d = Draft Kapal (m)
B = Lebar Kapal (m)
Jadi, Hasil Perhitungan Virtual Mass Factor (Cm) sebagai berikut :
𝜋 0.72
𝐶𝑚 = 1 + 𝑥
2.0.54 4.2
𝐶𝑚 = 1.498
60
Nilai Ce Ditentukan berdasarkan Kasus Umum kapal saat kan bertambat di
dermaga yaitu seperempat LoA. Maka dengan menggunakan asumsi pada
gambar 4.1 tersebut dapat ditentukan Nilai Ce Sebesar 0,6.
61
8. Menentukan Energi Kinetik kapal Bertambat Kondisi Abnormal (Ea)
Ada kondisi dimana kapal yang berlabuh dengan keadaan memberikan
energi yang abnormal mulai dari kecepatan bertambat ataupun gaya
benturan yang diberikan. Maka dari itu direncanakan ada perhitungan
Energi Abnormal menggunakan persamaan yang ada dibawah ini.
𝐸𝑎 = 𝐹𝑠 𝑥 𝐸𝑓
Dimana :
Fs = Faktor Keamanan. Dapat dilihat pada gambar 4.3
Ef = Energi Kinetik Tumbukan Normal
62
diambil dari Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour
Facilities in Japan, 2002, persamaan 2.2.11 dan 2.2.12.
𝑅𝑥 = 0,5 . 𝜌𝑎 . 𝑈 2 . 𝐴 𝑇 . 𝐶𝑥
𝑅𝑦 = 0,5 . 𝜌𝑎 . 𝑈 2 . 𝐴𝐿 . 𝐶𝑦
Keterangan :
Rx = Gaya Tarikan Angin Arah X, Searah Kapal (kN)
Ry = Gaya Tarikan Angin Arah Y, Tegak Lurus Kapal (kN)
Cx = Koefisien Hambatan Arah X, X = 1.5 (Lihat Gambar 4.6)
Cy = Koefisien Hambatan Arah Y, Y = 2.3 (Lihat Gambar 4.6)
63
4.2.2.2 Gaya Mooring Akibat Arus
Berdasarkan Analisis Data Arus Sungai Mahakam, didapatkan arus sebesar
0,2 m/s – 0,4 m/s, sehingga untuk perhitungan gaya tarikan arus pada kapal
digunakan arus dengan kecepatan 0,4 m/s. perhitungan gaya mooring diakibatkan
arus akan di rencanakan 2 arah arus yaitu arah datang arus sejajar kapal dan tegak
lurus kapal yaitu menggunakan persamaan berikut diambil dari Perencanaan
Pelabuhan Bambang triatmodjo bab VI, 2009.
𝑉𝑐2
𝑅𝑎 = 𝐶𝑐 . 𝛾𝑤 . 𝐴𝐶 .
2. 𝑔
Keterangan :
Ra = gaya Akibat arus (kgf)
Ac = Luas Permukaan Kapal yang terendam air (m2 )
Ac1 = Lebar x Draft 4,2 m x 0,72 m = 3,024 m2
Ac2 = LoA x Draft = 18,7 m x 0,72 m = 13,464 m2
𝛾𝑤 = rapat massa air laut atau tawar = 1000 kg/m3
Vc = Kecepatan Arus (m/s)
Cc = Koefiesien tekanan arus (Sejajar) = 0.2
Cc = Koefiesien tekanan arus (Tegak Lurus) = 1.5
64
I. Arus dari arah Melintang (Sejajar)
𝑉𝑐2
𝑅𝑎 = 𝐶𝑐 . 𝛾𝑤 . 𝐴𝐶1 .
2. 𝑔
0,42
𝑅𝑎 = 0,2 . 1000 . 3,024 . = 4,932 𝑘𝑔 = 0,049 kN
2. 9,81
II. Arus Dari Arah Memanjang (Tegak Lurus)
𝑉𝑐2
𝑅𝑎 = 𝐶𝑐 . 𝛾𝑤 . 𝐴𝐶2 .
2. 𝑔
0.42
𝑅𝑎 = 1,5 . 1000 . 13,464 . = 164.697 𝑘𝑔 = 1,647 𝑘𝑁
2. 9,81
65
4.3.2 Beban Muatan
Beban Muatan Merupakan beban muatan terpusat atau Merata dengan
kondisi Dermaga apung saat digunakan Bongkar Muat atau Aktifitas Pelabuhan
Pada Umumnya. dalam Perhitungan DWT (Dead Weight Tonnage) dermaga Ini
mampu Membawa Muatan sebesar 29,724 Ton.
66
Berdasarkan Gaya maksimum yang terjadi pada satu elemen beserta dengan
kecepatan bertambat yang telah dihitung (0,25 m/s). maka dipilih fender yang
paling sesuai yaitu fender type D 150H X O75 dengan kemampuan menerima Gaya
yang diserap sebesar E = 0,17 Ton-meter dan gaya yang diteruskan kestruktur
dermaga apung adalah sebesar F = 8,58 Ton.
𝐿 = 2 √𝑟 2 − ( 𝑟 − ℎ) 2
Keterangan :
L = Jarak maksimum antara fender (m)
r = jari –jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h = tinggi fender katalog (m) = 0,15 m
I. Jari – Jari Kelengkungan Sisi Haluan Kapal (r)
Jari – jari kelengkungan ini bisa dihitung menggunakan persamaan dari
Trelleborg Marine System, 2015. yaitu sebagai berikut
1 𝐵 𝐿𝑜𝐴2
𝑟= ( + )
2 2 8𝐵
67
Keterangan :
r = Jari –jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
B = Lebar Kapal (m) = 4,2 m
LoA = Panjang Kapal (m) = 18,7 m
1 𝐵 𝐿𝑜𝐴2
𝑟= ( + )
2 2 8𝐵
1 4,2 18,72
𝑟= ( + ) = 6,25 𝑚
2 2 8. 4,2
𝐿 = 2√𝑟 2 − ( 𝑟 − ℎ) 2
Dari hasil tersebut maka gaya tarik Bollard yang digunakan adalah gaya
akibat tarikan kapal yang terbesar yaitu 3,999 kN.
68
Dalam perencanaan bollard untuk dermaga apung ini akan digunakan
Bollard Curved type CV - 10 dari PT. Samudraluas Paramacitra yang memiliki
kekuatan 10 Ton. Pertimbangan pemilihan ini adalah karena kekuatan pada bollard
ini sudah bisa menahan tarikan sebesar 3,999 kN. Adapun spesifikasi Bollard dan
dimensi nya bisa dilihat pada gambar katalog dibawah ini.
69
3. Berat = 76,92 kg
4. Luas Penampang Melintang = 98,0 cm2
5. Modulus Inersia = 147 x 102 cm4
6. Section Modules = 828 cm3
7. Radius Girasi = 12,3 cm
8. Yield Strength = 240 N/mm2
9. Tensile Strength = 415 N/mm2
70
Dengan nilai Modulus 708,125 cm3 , maka dapat disimpulkan Cukup
menggunakan 4 Steel Pipe Pile ASTM A252 Grade 2 dengan diameter 355,6 mm
dengan modulus 828 cm3 untuk menahan gerakan Dermaga Apung (Floatinng
Ponton).
71
Gambar 2. 35External Square Pile Guide
(Sumber : Barr Plastic Inc, 2023)
72
𝐷𝐿𝐶 (𝑇𝑜𝑛) = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑐𝑘 𝑥 𝐶
𝐻
𝐶= 𝑇𝑜𝑛/𝑚2
1,4
Diketahui :
Jadi, Nilai dari DLC dapat diketahui menggunakan rumus pendekatan diatas.
𝐻
𝐶= 𝑇𝑜𝑛/𝑚2
1,4
1,5
𝐶= 𝑇𝑜𝑛/𝑚2 = 1,071 𝑇𝑜𝑛/𝑚2
1,4
𝐷𝐿𝐶 (𝑇𝑜𝑛) = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑐𝑘 𝑥 𝐶
𝑇𝑜𝑛
𝐷𝐿𝐶 (𝑇𝑜𝑛) = 240 m2 𝑥 1,071 = 257,04 𝑇𝑜𝑛
𝑚2
Bisa didapat pendekatan maksimum beban yang bisa diangkut pada Deck dermaga
apung ini adalah sebesar 257,04 Ton.
73
𝐿
𝐶𝐿 = √ ; 𝑓𝑜𝑟 𝐿 < 90 𝑚
90
20
𝐶𝐿 = √ = 0,471
90
𝑓 = 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟
𝑓 = 1,0 ( 𝑆ℎ𝑒𝑙𝑙 𝑃𝑙𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔, 𝑊𝑒𝑎𝑡ℎ𝑒𝑟 𝐷𝑒𝑐𝑘𝑠)
𝑓 = 0,75 ( 𝐹𝑟𝑎𝑚𝑒𝑠, 𝐷𝑒𝑐𝑘 𝐵𝑒𝑎𝑚𝑠)
𝑓 = 0,6 ( 𝑊𝑒𝑏 𝐹𝑟𝑎𝑚𝑒𝑠, 𝑆𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟𝑠, 𝐺𝑟𝑖𝑙𝑙𝑎𝑔𝑒 𝑆𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚)
4.7.2.2 Basic Dynamic Load For Frames dan Deck Beams (P 02)
𝑃02 = 2,1 . (𝐶𝑏 + 0,7) . 𝐶𝑂 . 𝐶𝐿 . 𝑓. 𝐶𝑅𝑊
𝑃02 = 2,1 . (0,914 + 0,7) . 2,94 . 0,471 . 0,75 . 0,6
74
Gambar 2. 36 Daerah Pendistribusian Beban Pada Kapal
(Sumber : BKI 2022 Rules For Hull )
𝑿
1. Daerah Buritan (A) ; 𝟎 ≤ < 0,2
𝑳
𝑋 𝑋
𝐶𝐷1 = 1,2 − ; 𝐷𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 = 0,1
𝐿 𝐿
𝐶𝐷1 = 1,2 − 0,1 = 𝟏, 𝟏
5 𝑥
𝐶𝐹1 = 1,0 + . (0,2 − ) = 𝟏, 𝟓𝟓
𝐶𝑏 𝐿
𝑿
2. Daerah Midship (M) ; 𝟎, 𝟐 ≤ < 0,7
𝑳
𝐶𝐷2 = 𝟏, 𝟎𝟎
𝐶𝐹2 = 𝟏, 𝟎𝟎
𝑿
3. Daerah Haluan (F) ; 𝟎, 𝟕 ≤ ≤1
𝑳
𝑋 𝑋
𝐶𝐷3 = 1,2 − ; 𝐷𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 = 0,1
𝐿 𝐿
𝐶𝐷3 = 1,2 − 0,1 = 𝟏, 𝟏
20 𝑥 2
𝐶𝐹3 = 1,0 + . ( − 0,7) = 𝟏, 𝟐𝟏𝟗
𝐶𝑏 𝐿
4.7.4 Beban Geladak For Shell Plating & Weather Decks (PDW)
20 x T
𝑃DW = 𝑃01 . ( ) . C𝐷
(10 + z − T). H
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Geladak untuk Shell Plating dan Weather
Decks ada di tabel bawah ini :
75
Tabel 2. 19 Rekapitulasi Nilai Beban Geladak Untuk Shell Plating & Weathers Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 2,677
M 2,434
F 2,677
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Geladak untuk Shell Plating
dan weather Decks Maksimal adalah PDW = 2,677 kN/m2
76
Tabel 2. 20 Rekapitulasi Nilai Beban Geladak Untuk Frames & Deck Beams
Daerah Beban (kN/m2 )
A 2,007
M 1,825
F 2,007
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Geladak untuk Frames dan
Deck Beams Maksimal adalah PDF = 2,007 kN/m2
77
Tabel 2. 21Rekapitulasi nilai Beban Geladak untuk Frames & Stringers
Daerah Beban (kN/m2 )
A 1,607
M 1,46
F 1,607
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Geladak untuk Frames dan
Stringers Maksimal adalah PDG = 1,607 kN/m2
4.7.7 Beban Sisi For Shell Plating & Weather Decks (PSW)
4.7.7.1 Beban Sisi dibawah Garis Air Muat (PSW1)
Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.
Perhitungan antara lain sebagai berikut :
𝑧
𝑃SW1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃01 . C𝐹 (1 + )
𝑇
78
Diketahui :
z = jarak vertikal dari pusat beban ke baseline = 1/3 x T = 1/3 X 0,7 = 0,23 m.
T = Draft Dermaga Apung = 0,7 m
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Sisi dibawah garis air muat untuk Shell Plating
& Weather Decks ada di tabel bawah ini :
Tabel 2. 22 Rekapitulasi nilai Beban sisi Untuk Shell Plating & Weather Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 10,505
M 8,445
F 9,265
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi dibawah garis air muat
untuk Shell Plating & Weather Decks Maksimal adalah Psw1 = 10,505 kN/m2
𝑧
𝑃SW1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃01 . C𝐹1 (1 + )
𝑇
0,23 kN
𝑃SW1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,816 . 1,55. (1 + ) = 10,505 2
0,7 m
𝑧
𝑃SW1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃01 . C𝐹2 (1 + )
𝑇
0,23 kN
𝑃SW1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,816 . 1 . (1 + ) = 8,445 2
0,7 m
3. Beban Untuk Daerah Haluan (F)
𝑧
𝑃SW1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃01 . C𝐹3 (1 + )
𝑇
0,23 kN
𝑃SW1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,816 . 1,219 . (1 + ) = 9,265 2
0,7 m
79
4.7.7.2 Beban Sisi Diatas Garis Muat (PS W2)
Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.
Perhitungan antara lain sebagai berikut :
20
𝑃SW2 = 𝑃01 . C𝐹 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
Diketahui :
Tabel 2. 23Rekapitulasi nilai Beban sisi Shell Plating & Weather Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 8,394
M 5,415
F 6,60
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi diatas garis air muat
untuk Shell Plating & Weather Decks Maksimal adalah Psw2 = 8,394 kN/m2
80
3. Beban untuk Daerah Haluan (F)
20
𝑃SW2 = 𝑃01 . C𝐹2 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SW2 = 2,816. 1,219 .( ) = 6,60 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7
𝑧
𝑃SF1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃02 . C𝐹 (1 + )
𝑇
Diketahui :
z = jarak vertikal dari pusat beban ke baseline = 1/3 x T = 1/3 X 0,7 = 0,23 m.
T = Draft Dermaga Apung = 0,7 m
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Sisi dibawah garis air muat untuk Frames &
Decks Beams ada di tabel bawah ini :
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi dibawah garis air muat
untuk Frames & Decks Beams Maksimal adalah PSF1 = 9,05 kN/m2
81
2. Beban Untuk Daerah Midship (M)
𝑧
𝑃SF1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃02 . C𝐹2 (1 + )
𝑇
0,23
𝑃SF1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,112 . 1,0 . (1 + ) = 7,5 𝑘𝑁/𝑚2
0,7
3. Beban Untuk Daerah Haluan (F)
𝑧
𝑃SF1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃02 . C𝐹3 (1 + )
𝑇
0,23
𝑃SF1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,112 . 1,219 . (1 + ) = 8,122 𝑘𝑁/𝑚2
0,7
20
𝑃SF2 = 𝑃02 . C𝐹 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
Diketahui :
Tabel 2. 25Rekapitulasi nilai Beban sisi Shell Plating & Weather Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 6,295
M 4,062
F 4,95
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi diatas garis air muat
untuk Frames & Decks Beams Maksimal adalah PSF2 = 6,295 kN/m2
82
20
𝑃SF2 = 2,112 . 1,55 . ( ) = 6,295 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7
2. Beban Untuk Daerah Midship (M)
20
𝑃SF2 = 𝑃02 . C𝐹2 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SF2 = 2,112 . 1,00 . ( ) = 4,062 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7
3. Beban untuk Daerah Haluan (F)
20
𝑃SF2 = 𝑃02 . C𝐹3 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SF2 = 2,112 . 1,219 . ( ) = 4,95 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7
𝑧
𝑃SS1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃03 . C𝐹 (1 + )
𝑇
Diketahui :
z = jarak vertikal dari pusat beban ke baseline = 1/3 x T = 1/3 X 0,7 = 0,23 m.
T = Draft Dermaga Apung = 0,7 m
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Sisi dibawah garis air muat untuk Web Frames
& Stringers yang ada di tabel bawah ini :
Tabel 2. 26Rekapitulasi nilai Beban sisi Shell Plating & Weather Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 8,18
M 6,946
F 7,437
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)
83
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi dibawah garis air muat
untuk Web Frames & Stringers Maksimal adalah PSS1 = 8,18 kN/m2
20
𝑃SS2 = 𝑃03 . C𝐹 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
Diketahui :
84
Tabel 2. 27Rekapitulasi nilai Beban sisi Shell Plating & Weather Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 5,0375
M 3,25
F 3,962
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi diatas garis air muat
untuk Web Frames & Strimgers Maksimal adalah PSS2 = 5,0375 kN/m2
20
𝑃SS2 = 𝑃03 . C𝐹1 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SS2 = 1,69 . 1,55 . ( ) = 5,0375 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7
20
𝑃SS2 = 𝑃03 . C𝐹2 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SS2 = 1,69 . 1,00 . ( ) = 3,25 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7
20
𝑃SS2 = 𝑃03 . C𝐹3 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SS2 = 1,69 . 1,219 . ( ) = 3,962 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7
4.7.10 Beban Alas Untuk Shell Plating & Weather Decks (P BW)
𝑃BW = 10 . T + 𝑃01 . C𝐹
85
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Alas untuk Shell Plating & Weather Decks ada
di tabel bawah ini :
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Alas untuk Shell Plating &
Weather Decks Maksimal adalah PBW = 11,365 kN/m2
𝑃BW = 10 . T + 𝑃02 . C𝐹
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Alas untukFrames dan Deck BeamS ada di tabel
bawah ini :
86
Tabel 2. 29 Rekapitulasi Nilai Beban alas Geladak Cuaca
Daerah Beban (kN/m2 )
A 10,274
M 9,112
F 9,575
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Alas untuk Frames dan Deck
Beams Maksimal adalah PBB = 10,274 kN/m2
𝑃BW = 10 . T + 𝑃03 . C𝐹
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Alas untuk Web Frames dan Stringers ada di
tabel bawah ini :
87
M 9,112
F 9,575
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Alas untuk Frames dan Deck
Beams Maksimal adalah PBB = 10,274 kN/m2
88
(Sumber : Olahan data Pribadi,2023)
Diketahui :
L = Panjang kapal (m) = 20 m
k = Faktor Material Berdasarkan BKI section 2.B2 = 1
89
t 𝐷 = 1,21 . a . (√𝑃𝐷 . 𝑘) + 𝑡𝐾 ; for L < 90
Diketahui :
t 𝐷 = 1,21 . a . (√𝑃𝐷 . 𝑘) + 𝑡𝐾
Diketahui :
a = Jarak Gading = 0,6 m
tK = Faktor Korosi = 1,5
PS = Beban Sisi Untuk Shell Plating (Lihat Tabel 2.22) = 10,505 kN/m2
nF = For Transverse Framing = 1
k = Faktor material berdasarkan BKI Volume II section 2 = 1
90
4.8.5 Tebal Pelat Alas (tB)
Perhitungan Tebal Pelat Sisi mengacu pada nilai Beban SisiYang telah
dihitung sebelumnya dan menggunakan Persamaan dari Biro Klasifikasi Indonesia
2022 Volume II: Rules For Hull Section 6 Adapun perhitungannya sebagai berikut
t 𝐵 = 1,9 . a . 𝑛𝐹 (√𝑃𝐵 . 𝑘) + 𝑡𝐾 ;for L < 90
Diketahui :
a = Jarak Gading = 0,6 m
tK = Faktor Korosi = 1,5
PB= Beban Alas Untuk Shell Plating (Lihat Tabel 2.28) = 11,365 kN/m2
nF = For Transverse Framing = 1
k = Faktor material berdasarkan BKI Volume II section 2 = 1
Adapun Tebal Pelat Sisi Bisa Didapatkan sebagai berikut :
t 𝐵 = 1,9 . a . 𝑛𝐹 (√𝑃𝐵 . 𝑘) + 𝑡𝐾 ;for L < 90
Berat Dermaga apung terdiri dari dua komponen, yaitu Komponen DWT
(Dead Weight Tonnage) dan Komponen LWT (Light Weight Tonnage).
4.9.1 Perhitungan LWT (Light Weight Tonnage)
Berat bagian LWT dermaga apung (Floating Pontoon) terdiri dsari
komponen Baja konstruksi, Berat pelat, dan Berat Equipment & Outfitting yang
terpasang pada dermaga apung ini. Untuk perencanaan perhitungan berat dermaga
apung ini menggunakan konstruksi melintang dengan jarak antar frame sebesar 600
mm, adapun perencanaan perhitungan bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
91
Volume Bulk Head 0.288 m3
Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
2260 Kg
Berat Total Pelat Bulk Head
2,260 Ton
92
Berat Kontruksi Dermaga Apung
5
Dari Software AutoCAD/RhinoCeros Didapatkan Volume Konstruksi
Web Frame (FB100X200X8MM)
Total Volume Web Frame 0,178 m3
5.1 Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
1397 Kg
Berat Web Frame
1,397 Ton
Deck Girder & Bottom Girder (FB100X200X8MM)
Total Volume Girder 0,103 m3
5.2 Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
2107,5 Kg
Berat Deck Girder & Bottom Girder
2,107 Ton
Flat Bar (100X1400X8MM)
Total Volume Flat Bar (40 Lembar) 0,0448 m3
5.3 Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
351,68 Kg
Berat Flat Bar (100X1400X8MM)
0,3516 Ton
Flat Bar (100X14400X8MM)
Total Volume Flat Bar (4 Lembar) 0,046 m3
5.4 Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
361,7 Kg
Berat Flat Bar (100X14400X8MM)
0,3617 Ton
Flat Bar (100X1200X8MM)
Total Volume Bar (8 Lembar) 0,0768 m3
5.5 Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
602,88 Kg
Berat Flat Bar (100X1200X8MM)
0,603 Ton
Flat Bar (100X344X8MM)
Total Volume Bar (16 Lembar) 0,044 m3
5.6
Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
Berat Flat Bar (100X1200X8MM) 34,56 Kg
93
0,3456 Ton
5.7 Angle Bar Melintang (L75X75X8MM)
Katalog Dari PT. Cakung Prima Steel
Berat per Meter 9,03 Kg
Jumlah Kebutuhan Angle Bar 48 Lembar
Panjang Kebutuhan per Lembar 12 m
Berat Angle Bar Melintang 5201 Kg
(L75X75X8MM) 5,201 Ton
5.8 Angle Bar Memanjang (L75X75X8MM)
Katalog Dari PT. Cakung Prima Steel
Berat per Meter 9,03 Kg
Jumlah Kebutuhan Angle Bar 8 Lembar
Panjang Kebutuhan per Lembar 20 m
Berat Angle Bar Memanjang 1444 Kg
(L75X75X8MM) 1,444 Ton
Angle Bar Memanjang (L75X75X8MM)
Katalog Dari PT. Cakung Prima Steel
Berat per Meter 9,03 Kg
5.9 Jumlah Kebutuhan Angle Bar 8 Lembar
Panjang Kebutuhan per Lembar 17,5 m
Berat Angle Bar Memanjang 1264 Kg
(L75X75X8MM) 1,264 Ton
94
6 Pile Guide 6,5 2 13
7 Kanopi 1000 1 1000
Total 1880
Jadi, Rekapitulasi Total Berat LWT (Light Weight Tonnage) untuk Dermaga
Apung (Floating Pontoon) ini bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
95
𝐹𝐵 > 𝐹𝐺
𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ𝑥𝐴> 𝑚𝑥𝑔
𝜌 𝑥 ℎ 𝑥 𝐴> 𝑚
Keterangan :
FB = Gaya Apung Yang bekerja Pada Pontoon (N)
FG = Gaya Tekan Kebawah Pontoon (N)
𝜌 = massa Jenis Air (1000 kg/m3 )
V = Volume Air yang dipindahkan (m3 )
h = Tinggi Pontoon Yang Tenggelam (m)
A = Luas Permukaan Dasar Pontoon (m2 )
m = LWT + Berat Beban diatasnya (Kg)
Maka : 𝜌𝑥ℎ𝑥𝐴= 𝑚
𝑘𝑔
1000 𝑥 ℎ 𝑥 172,8 𝑚2 = (56502 𝑘𝑔 + 8700 𝑘𝑔)
𝑚3
ℎ = 0,377 𝑚 ~ 0,38 𝑚
Berdasarkan Perhitungan Tersebut dapat diketahui Bahwa Tinggi Draft
sebesar 0,38 m, Sehingga Tinggi Freeboard adalah 1,12 m.
Dermaga Apung Ini Memiliki Displacement sesuai dengan Draft Yang telah
Ditentukan dari hasil perhitungan sebelumnya adalah sebagai berikut.
𝐷𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑐𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 = 𝐿 𝑥 𝐵 𝑥 𝑇 𝑥 𝐶𝑏 𝑥 𝜌 𝑎𝑖𝑟
= 20 𝑚 𝑥 12 𝑚 𝑥 0,38 𝑚 𝑥 0,945 𝑥 1000 𝑘𝑔/𝑚3
= 86184 kg (86,184 ton)
96
DWT = Displacement – LWT
Dermaga apung ini menggunakan metode ship design hal pertama yang
dilakukan adalah menentukan ukuran utama dermaga, setelah itu membuat lines
Plan atau rencana garis menggunakan data ukuran utama yang telah ditentukan .
lines plan atau rencana garis adalah gambar proyeksi badan kapal atau dermaga
apung yang dipotong secara melintang (Body Plan), Secara Memanjang (Sheer
Plan), Vertikal Memanjang (Half Breadth Plan).
Perancangan Dermaga Apung Ini lines Plan atau rencana garisnya
Digambarkan dengan Floating Ponton tipe Square Ended Pontoon. Penggambaran
Lines plan ini menggunakan bantuan software Maxsurf modeller dan autoCAD.
Adapung langkah – langkah pembuatan lines plan dermaga apung
menggunakan Maxsurf Modeller adalah sebagai berikut :
1. Langkah awal, melakukan 3D modelling bentuk dermaga apung pada
Software Maxsurf Modeller menyesuaikan data ukuran utama yang telah
dihitung menggunakan Regresi Linier.
2. Langkah Selanjutnya adalah mengatur Design Grid dengan menentukan
Nilai Station (Frame), Waterline, dan Buttock line
3. Setelah model 3D Dermaga Apung dan Design Grid telah jadi. Maka,
bisa dilakukan export file ke autoCAD untuk diolah menjadi bentuk 2
dimensi atau Bisa menjadi Lines Plan
Hasil Model 3D Dermaga apung dan Lines Plan yang diolah menggunakan
software Maxsurf Modeller dan AutoCAD bisa dilihat pada gambar dibawah ini.
97
Gambar 2. 37 Pemodelan Dermaga Apung Menggunakan Maxsurf Modeller
(Sumber : Data Pribadi, 2023)
98
Gambar 2. 40 Tampilan Half Breadth Plan Dermaga Apung
(Sumber : Data Pribadi, 2023)
Gambar 2. 41 Lines Plan Dermaga Apung Untuk Sungai Mahakam (Pelabuhan Samarinda)
(sumber : Data Pribadi, 2023)
99
4.14 Rencana Umum (General Arrangement )
100
Gambar 2. 42 Front View Dermaga Apung
(Sumber : Rancangan Pribadi,2023)
101
Gambar 2. 44 Rencana Umum Dermaga Apung
(Sumber : Rancangan Pribadi,2023)
102
2 Web Frame 3600 mm
3 Girder 3000 mm
(Sumber : data pribadi,2023)
103
Gambar 2. 46 Deck View Construction
(Sumber : design Pribadi, 2023)
104