Anda di halaman 1dari 54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perancangan Dermaga Apung (Floating Pontoon)

Perancangan untuk dermaga apung (Floating Pontoon) ini menyesuaikan


dengan ukuran kapal penumpang dan barang yang berlabuh/bertambat. Salah satu
kebutuhan yang paling utama dalam perancangan ini adalah tinggi freeboard
dermaga apung yang minimal sesuai atau sama dengan freeboard kapal yang
bersandar itu sendiri dengan memanfaatkan sistem kerja Ballast untuk menaikkan
dan menurunkan draft dermaga apung . Maka dengan konsep ini supaya bisa
memudahkan para penumpang untuk memanfaatkan fasilitas dermaga apung untuk
naik dan turun ke kapal. dimensi dermaga apung yang direncanakan akan
menentukan kapasitas muatan.

Dalam perancangan dermaga apung (Floating pontoon) ini akan


menerapkan desain swim ended pontoons yang memiliki sistem ballast supaya bisa
menyesuaikan dengan draft kapal yang berlabuh. Karakteristik sungai mahakam
sendiri adalah perairan tenang dengan pasang surut yang menyesuaikan dengan
curah hujan dan ketinggian air laut. Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika mencatat hingga akhir tahun 2022, elevasi tertinggi pasang surut air
sungai Mahakam mencapai 2.4 meter. Berikut adalah tabel 4.1 menunjukkan data
kondisi sungai mahakam terkini.

Tabel 2. 13 Data sungai Mahakam 2023


Data sungai

Kecepatan Arus 0.2 – 0.4 m/s

∆ Pasang surut 2.3 m

Kepatan angin rata-rata 0.50 – 2.10 m/s

Kecepatan angin maksimum 3.60 – 7.70 m/s

(sumber : BMKG 2023)

51
Dermaga apung baja (floating pontoon) ini akan dirancang menggunakan
material baja yang mampu membentuk struktur Ponton dengan kuat dan memiliki
bobot ringan. Kondisi Lambung Ponton saat di perairan akan diberi penjelasan
menggunakan analisa stabilitas. Analisa stabilitas dermaga apung (Floating
pontoon) akan diberikan 3 kondisi variabel muatan yaitu saat muatan kosong (0%
muatan), setengah penuh (50%) dan muatan penuh (100%) dengan mengambil
DWT dari kapal acuan.
Penguatan Dermaga apung (Floating pontoon) kedasar sungai
menggunakan pengikatan tiang pancang dengan letak pile guide berada di luar
badan dermaga. Penggunan fender untuk Dermaga apung (Floating pontoon) ini
akan ditentukan jenis/type fender yang sesuai sekaligus penentuan jarak antar
fender dengan memperhitungkan dimensi panjang dermaga dan besaran nilai gaya
tumbukan kapal saat berlabuh/bertambat menggunakan persamaan dari Guidelines
for the Design of Fenders Systems 2002, PIANC.
Perhitungan struktur dermaga apung (Floating pontoon) antara lain besaran
gaya tarik pada bollard, gaya arus sungai, gaya angin, gaya berthing, dan kecepatan
minimal kapal saat bertambat menggunakan persamaan dari Guidelines for the
Design of Fenders Systems 2002, PIANC. Adapun perhitungan konstruksi kapal
menggunakan acuan persamaan dari BKI : Part 1 seagoing ship Vol-II: Rules for
Hull. Dermaga apung (Floating pontoon) ini akan direncanakan menggunakan
sistem konstruksi melintang dengan 3 variasi jarak frame yaitu 0.6 m, 0.65 m, 0.7
m. setelah itu, dermaga apung (Floating pontoon) dilakukan perhitungan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) kebutuhan material.
Perancangan desain dermaga apung (Floating pontoon) ini menggunakan
metode Preliminary design yang mana semua persamaan perhitungan
menggunakan penerapan teori bangunan kapal (naval architect) yang mana akan
dimulai dari Lines Plan, general arrangement, dan construction drawing. Dengan
adanya metode tersebut akan dengan mudah menentukan dan mengecek ukuran
utama dermaga ini apakah sudah memenuhi standart “design condition” atau rasio
yang ada dalam hal daya muat, keselamatan, kestabilan, dan struktur konstruksi.
Untuk perencanaan ini akan menggunakan metode regresi linier dan persamaan

52
dari International Maritime Organization (IMO) dengan mengacu data dermaga
apung yang ada.

4.1.1 Data Ukuran Kapal Acuan


Perancangan dermaga apung (Floating pontoon) harus mengetahui jenis
kapal yang akan berlabuh atau bersandar. Sebab dalam perancangan dermaga apung
(Floating pontoon) ini akan menyesuaikan dengan ukuran kapal yang bersandar.
Kapal acuan ini adalah kapal yang mampu mengangkut penumpang sekaligus
barang dan kapal acuan inilah ukuran paling panjang yang beroperasi di dermaga
tersebut. Adapun data kapal dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 2. 14 Data Kapal Motor KM Dahliya F3


Jenis Kapal Kapal Motor

Payload 36 Penumpang & Barang bawaan, dan 2 motor (Total 4.82 Ton)

LOA 18,7 m

LPP 18,16 m

B 4,2 m

T 0.72 m

H 2 m

Vs 8 knots (4,115 m/s)

Cb 0.54

(Sumber : Data Dishub Kaltim, 2022)

53
4.1.2 Ukuran Utama Dermaga Apung (Floating Pontoon)
4.1.2.1 Penentuan Ukuran Utama Dermaga
Perancangan dermaga apung (Floating Pontoon) ini diusahakan memenuhi
kriteria yang ada. Dan hal paling awal yang wajib ditentukan adalah penentuan
metode perencanaan desain karena sebagai dasar kita untuk memulai men-desain
dermaga apung ini. Perencanaan akan memperhatikan rata –rata dimensi kapal yang
berlabuh atau bersandar pada dermaga apung (floating pontoon) serta akan
menggunakan metode regresi linier menggunakan dermaga pembanding.

Dermaga apung pembanding yang digunakan adalah Dermaga Apung Telud


Cikaso di Sukabumi, Jawa Barat; Dermaga Apung di Pulau Angso Duo, Sumatera
Barat; Deramaga Apung Pulau Liwungan, Banten; Dermaga Apung di Pulau Senoa,
Natuna; Dermaga Apung di pulau saronde, Gorontalo.

4.1.2.2 Panjang Dermaga Apung (LoA)


Salah satu dimensi yang ditentukan adalah panjang Dermaga Apung. Dan
penentuan ini direncanakan menyesuaikan fungsi dan ukura rata-rata kapal
penumpung dan barang yang beroperasi di Sungai mahakam. Berdasarkan rules
didalam International Maritime Organization (IMO) panjang akan ditentukan
menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut :

Lp = Loa + ( Loa x 10% )

= 18,7 m + ( 18,7 m x 10% )

= 20,57 m ~ (diambil 20 m)

4.1.2.3 Lebar Dermaga Apung (B)


Untuk penentuan lebar Dermaga Apung menggunakan metode pembanding
dengan ukuran dermaga apung sebelumnya. Dalam menentukan ukuran utama
dengan rasio yaitu L/B, B/T, L/H. jika rasio L/B semakin kecil maka stabilitas lebih
baik. Namun, memiliki tahananyang lebih besar dan untuk rasio B/T jika lebih besar
maka akan menambah nilai stabilitas (menurut Budi Utomo, 2010). L/H akan
berpengaruh terhadap kontruksi itu sendiri (menurut Watson, 2004). Dalam

54
penentuan lebar dermaga ini selain menggunakan rasio dengan regresi linier
hasilnya akan dilipatkan 4 kali lebarnya sebagai tambahan luasan pada Deck
dermaga apung sekaligus untuk bongkar muat dan kebutuhan desain. Ukuran
dermaga apung pembanding bisa dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 2. 15 Ukuran dermaga Apung Pembanding


No Nama Dermaga Apung L (m) B (m) H (m) T (m)

1 Dermaga Apung Cikaso 20 3 0.9 0.5

2 Dermaga Apung Angso Duo 15 2 0.75 0.35

3 Dermaga Apung Liwungan 24 3 1.2 0.5

4 Dermaga Apung Senea 20 3 1 0.43

5 Dermaga Apung Surande 18 3.3 1.1 0.45

(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

3.5
3
2.5
y = 0.0921x + 1.0727
2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30
Length

Gambar 2. 24 Grafik Regresi L-B


(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Berdasarkan Grafik Regresi Linier dapat diamati bahwa perbandingan


Panjang (L) dengan Lebar (B) pada gambar 4.1 diatas. Maka, bisa dambil
persamaan nilai X dan Y sebagai berikut.
y = 0.0921(X) + 1.0727
X = Panjang Dermaga Apung yang Direncanakan
X = 20 m
Y = Lebar Dermaga Apung yang direncanakan
Y = 0.0921(X) + 1.0727
Y = 0.0921(20) + 1.0727

55
Y = 2.9147 m ~(diambil 3 m)
Hasil perumusan regresi linier didapatkan hasil lebar adalah 3 meter. Dan
untuk desain dermaga apung ini akan didesain dengan lebar 4 kalinya yaitu 12
meter. Direncanakan demikian 12 meter disebabkan untuk kebutuhan desain,
kebutuhan penumpang, bongkar muat barang/motor dan stabilitas. Tentunya
penentuan lebar demikian juga memperhatikan tingkat kenyamanan dan keamanan
sebab akan mempengaruhi daya angkat dan stabilitas dermaga apung (floating
pontoon).

4.1.2.4 Tinggi Dermaga Apung (H)


Salah satu dimensi yang ditentukan adalah Tinggi Dermaga Apung. Dan
penentuan ini direncanakan menyesuaikan fungsi dan ukuran draft rata-rata kapal
penumpung dan barang yang beroperasi di Sungai mahakam. Maka akan ditentukan
menggunakan metodr rumusan regresi linier seperti gambar 4.2 berikut.

1.4
1.2
1
0.8 y = 0.0421x + 0.1727
H

0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
LENGTH

Gambar 2. 25 Grafik Regresi L-H


(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Perhitungan menggunakan Regresi Linier didapatkan hasil untuk


penentuan minimal Tinggi (H) dengan grafik diatas yang membandingkan nilai
Panjang (L) dengan Tinggi (H) dermaga apung yang sudah ada sebelumnya. Pada
gambar 4.2 didapatkan nilai X dan Y Sebagai berikut.

y = 0.0421(X) + 0.1727
X = Panjang Dermaga Apung yang direncanakan

56
X = 20 m
Y = Tinggi Dermaga Apung yang Direncanakan
Y = 0.0421(X) + 0.1727
Y = 0.0421(20) + 0.1727
Y = 1.0147 m
Berdasarkan perhitungan Regresi Linier didapatkan angka untuk penentuan
minimal Tinggi (H) rencana yaitu 1.0147 m. Tinggi dermaga apung ini juga
mempertimbangkan tinggi freeboard yang baik/optimal, yang mana setiap ada
penambahan beban dan pengurangan beban akan mempengaruhi tinggi freeboard.
mengenai tinggi freeboard akan ada tambahan sistem ballast yang
mengatur/memposisikan draft dermaga apung dengan kapal yang akan bertambat.
Jadi, Tinggi dermaga apung (Floating Pontoon) yang akan digunakan
adalah 1,5 meter.

4.1.2.5 Draft Dermaga Apung (T)


Salah satu dimensi yang ditentukan adalah Draft Dermaga Apung. Dan
penentuan ini direncanakan menyesuaikan fungsi dan ukuran draft rata-rata kapal
penumpung dan barang yang beroperasi di Sungai mahakam. Maka akan ditentukan
menggunakan metodr rumusan regresi linier seperti gambar 4.2 berikut.

0.6

0.5

0.4
y = 0.0159x + 0.137
DRAFT

0.3

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30
LENGTH

Gambar 2. 26 Grafik Regresi L-T


(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

57
Dari Perhitungan menggunakan Regresi Linier didapatkan hasil untuk
penentuan minimal Draft (T) dengan grafik diatas yang membandingkan nilai
Panjang (L) dengan Draft (T) dermaga apung yang sudah ada sebelumnya. Pada
gambar 4.3 didapatkan nilai X dan Y Sebagai berikut.

y = 0,0159(X) + 0,137
X = Panjang Dermaga Apung yang direncanakan
X = 20 m

Y = Draft Dermaga Apung yang Direncanakan


Y = 0,0159(X) + 0,137
Y = 0,0159(20) + 0,137
Y = 0,455 m
Berdasarkan perhitungan Regresi Linier didapatkan angka untuk penentuan
minimal Draft (T) rencana yaitu 0,455 m. Draft dermaga apung ini juga
mempertimbangkan tinggi freeboard yang baik/optimal, yang mana setiap ada
penambahan beban dan pengurangan beban akan mempengaruhi tinggi freeboard.
mengenai tinggi freeboard akan ada tambahan sistem ballast yang
mengatur/memposisikan draft dermaga apung dengan kapal yang akan bertambat.
Draft dermaga apung (Floating Pontoon) yang akan digunakan adalah 0.7 meter.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa setelah perhitungan dari persamaan diatas didapatkan
ukuran utama dermaga apung ini ada pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 2. 16 Ukuran Utama Dermaga Apung
Ukuran Utama

Panjang (L) 20 meter

Lebar (B) 12 meter

Tinggi (H) 1.5 meter

Draft (T) 0.7 meter

(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

58
4.2 Pembebanan Horizontal Dermaga Apung (Floating Pontoon)

4.2.1 Gaya Tumbukan Akibat Kapal Sandar


Gaya Tumbukan yang dihasilkan antara kapal saat merapat atau sandar ke
dermaga apung (Floating Ponton) adalah Energi Benturan atau bisa disebut dengan
Energi Kinetik (Ef). Energi ini bisa dihitung menggunakan persamaan dari
Guidelines for the Design Of Fender System 2002, PIANC dan juga bisa dihitung
menggunakan persamaan dari buku Perencanaan Pelabuhan bab VI Halaman 217
(Bambang Triatmodjo,2009). Berikut adalah Energi yang dihasilkan menggunakan
rumus 2.11 :
𝑊𝑉 2
𝐸𝑓 = 𝑥 𝐶𝑚 𝑥 𝐶𝑒 𝑥 𝐶𝑠 𝑥 𝐶𝑐
2𝑔
1. Menentukan Displacement Kapal Acuan (W)
W = Lpp x B x T x Cb x Rho Air tawar
= 18.16 m x 4.2 m x 0.72 m x 0.54 x 1
= 29,65 Ton
2. Menentukan Kecepatan sandar Kapal Acuan (V)
Dengan anggapan bahwa area untuk mudah bertambat maka dapat ditentukan
Kecepatan kapal saat membentur dermaga. dengan acuan DWT kapal yang
bertambat yaitu 49 Ton dan dengan tabel 4.5 dibawah ini. Jadi, Kecepatan Kapal
Membentur Dermaga Apung adalah 0.25 m/s.

Tabel 2. 17 Kecepatan Merapat Kapal Pada Dermaga


Kecepatan Merapat
Ukuran Kapal (DWT)
Pelabuhan (m/s) Laut Terbuka (m/s)

Sampai 500 0.25 0.30

500 – 10.000 0.15 0.20

10.000 – 30.000 0.15 0.15

Di atas 30.000 0.12 0.15

(Sumber : Perencanaan Pelabuhan Bab VI, Bambang Triatmodjo 2009)

59
3. Menentukan Virtual Mass Factor (Cm)
Koefisien massa tergantung pada gerakan air di sekeliling kapal yang akan
bertambat dengan menggunakan rumus yang ada didalam Perencanaan
Pelabuhan Bab VI, Bambang Triatmodjo 2009. Adapun persamaan sebagai
berikut.
𝜋 𝑑
𝐶𝑚 = 1 + 𝑥
2. 𝐶𝑏 𝐵

Diketahui :
Cb = Koefisien Blok kapal yang akan bertambat
d = Draft Kapal (m)
B = Lebar Kapal (m)
Jadi, Hasil Perhitungan Virtual Mass Factor (Cm) sebagai berikut :

𝜋 0.72
𝐶𝑚 = 1 + 𝑥
2.0.54 4.2

𝐶𝑚 = 1.498

4. Menentukan Eccentricity Factor (Ce)


Dalam menetukan Koefisien Eksentrisitas atau Ce digunakan pendekatan
asummsi kapal menumbuk fender pada saat berlabuh. Terdapat tiga
kemungkinan kondisi ketika kapal berlabuh, yaitu seperempat bagian kapal
menumpbuk fender (Quarter-Point berthing), sepertiga bagian kapal
menumbuk fender (Third-Point Berthing), dan setengah bagian kapal
menumbuk fender (Mid-Point Berthing)

Gambar 2. 27 Penentuan Koefisien Ce


(Sumber : Guidelines For The Design Of Fenders System, PIANC,2002 )

60
Nilai Ce Ditentukan berdasarkan Kasus Umum kapal saat kan bertambat di
dermaga yaitu seperempat LoA. Maka dengan menggunakan asumsi pada
gambar 4.1 tersebut dapat ditentukan Nilai Ce Sebesar 0,6.

5. Menentukan Cushion Coeficient (Cc)


Untuk koefisien Cc dipilih berdasarkan tipe konstruksi yang digunakan pada
struktur yang direncanakan. Baik merupakan tipe struktur terbuka, tertutup
maupun semi terbuka. Penentuan Koefisien Cc dapat dilihat pada Gambar
4.2. Untuk perhitungan efek dari bantalan dengan kondisi struktur dermaga
berbentuk open pier, maka nilai Cc = 1.

Gambar 2. 28 Penentuan Koefisien Cc


(Sumber : Guidelines For The Design Of Fenders System, PIANC,2002 )

6. Menentukan Softness Coefficient (Cs)


Koefisien Cs ditentukan untuk mengantisipasi pengaruh deformasi elastis
terhadap keadaan kapal maupun konstruksi dermaga apung. Koefisien
kelembutan ini bisa ditentukan dengan asumsi tidak terjadinya deformasi,
sehingga nilai Cs adalah 1. Bisa dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini.

Gambar 2. 29 Penentuan Koefisien Cs


(Sumber : Guidelines For The Design Of Fenders System, PIANC,2002 )

7. Menentukan Energi Kinetik Normal (Ef)


𝑊𝑉 2
𝐸𝑓 = 𝑥 𝐶𝑚 𝑥 𝐶𝑒 𝑥 𝐶𝑠 𝑥 𝐶𝑐
2𝑔
29,65. 0.252
𝐸𝑓 = 𝑥 1,498 𝑥 0,6 𝑥 1 𝑥 1
2.9,81
𝐸𝑓 = 0.085 𝑇𝑜𝑛. 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

61
8. Menentukan Energi Kinetik kapal Bertambat Kondisi Abnormal (Ea)
Ada kondisi dimana kapal yang berlabuh dengan keadaan memberikan
energi yang abnormal mulai dari kecepatan bertambat ataupun gaya
benturan yang diberikan. Maka dari itu direncanakan ada perhitungan
Energi Abnormal menggunakan persamaan yang ada dibawah ini.
𝐸𝑎 = 𝐹𝑠 𝑥 𝐸𝑓
Dimana :
Fs = Faktor Keamanan. Dapat dilihat pada gambar 4.3
Ef = Energi Kinetik Tumbukan Normal

Gambar 2. 30 Faktor Keamanan Kapal Bertambat


Abnormal
(Sumber : Guidelines For The Design Of Fenders System, PIANC,2002 )
Jadi, Nilai Energi Abnormal Kapal Bertambat adalah :
𝐸𝑎 = 𝐹𝑠 𝑥 𝐸𝑓
𝐸𝑎 = 2 𝑥 0.085 = 0.17 𝑇𝑜𝑛. 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

4.2.2 Gaya Tarikan Kapal Saat Bersandar (Mooring Force)


Kapal yang bertambat atau bersandar di dermaga apung akan menerima
Tiupan Angin dan arus air yang dapat menimbulkan tegangan tarik pada Bollard..
Tujuan memperhitungkan gaya tarikan kapal pada saat bertambat supaya bisa
menentukan type bollard yang akan digunakan. hasil dari perhitungan gaya tarikan
akan akan dibandingkan dengan catalog Bollard yang ada.

4.2.2.1 Gaya Mooring Akibat Angin


Berdasarkan Analisis Data angin Sungai Mahakam, didapatkan angin
dengan kecepatan maksimum 3.60 m/s – 7.70 m/s, sehingga untuk perhitungan
gaya tarikan angin pada kapal digunakan angin dengan kecepatan 7.70 m/s.
perhitungan gaya mooring diakibatkan angin menggunakan persamaan berikut

62
diambil dari Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour
Facilities in Japan, 2002, persamaan 2.2.11 dan 2.2.12.
𝑅𝑥 = 0,5 . 𝜌𝑎 . 𝑈 2 . 𝐴 𝑇 . 𝐶𝑥
𝑅𝑦 = 0,5 . 𝜌𝑎 . 𝑈 2 . 𝐴𝐿 . 𝐶𝑦
Keterangan :
Rx = Gaya Tarikan Angin Arah X, Searah Kapal (kN)
Ry = Gaya Tarikan Angin Arah Y, Tegak Lurus Kapal (kN)
Cx = Koefisien Hambatan Arah X, X = 1.5 (Lihat Gambar 4.6)
Cy = Koefisien Hambatan Arah Y, Y = 2.3 (Lihat Gambar 4.6)

Gambar 2. 31 Koefisien Hambatan Angin


(Sumber : Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan,
2002)
𝜌𝑎 = Massa Jenis Angin = 1,23 x 10−3 t/m3
U = Kecepatan Angin (m/s)
AT = Luas Permukaan Kapal di atas permukaan Air arah Melintang (m2 )
= Lebar x (Depth - Draft)
= 4,2 m x 1,28 m = 5,376 m2
AL = Luas Permukaan Kapal diatas permukaan air arah Memanjang (m2 )
= LoA x (Depth - Draft)
= 18,7 m x 1,5 m = 28,05 m2
Sehingga, Bisa didapatkan Nilai gaya mooring yang diakibatkan Angin dari arah
melintang dan memanjang kapal adalah sebagai berikut :
𝑅𝑥 = 0,5 . 𝜌𝑎 . 𝑈 2 . 𝐴 𝑇 . 𝐶𝑥
𝑅𝑥 = 0,5 . 1,23 x 10−3 . (7,70)2 . 5,376 . 1,5 = 0,294 𝑘𝑁
𝑅𝑦 = 0,5 . 𝜌𝑎 . 𝑈 2 . 𝐴𝐿 . 𝐶𝑦
𝑅𝑦 = 0,5 . 1,23 x 10−3 . (7,70)2 . 28,05 . 2,3 = 2,352 𝑘𝑁

63
4.2.2.2 Gaya Mooring Akibat Arus
Berdasarkan Analisis Data Arus Sungai Mahakam, didapatkan arus sebesar
0,2 m/s – 0,4 m/s, sehingga untuk perhitungan gaya tarikan arus pada kapal
digunakan arus dengan kecepatan 0,4 m/s. perhitungan gaya mooring diakibatkan
arus akan di rencanakan 2 arah arus yaitu arah datang arus sejajar kapal dan tegak
lurus kapal yaitu menggunakan persamaan berikut diambil dari Perencanaan
Pelabuhan Bambang triatmodjo bab VI, 2009.
𝑉𝑐2
𝑅𝑎 = 𝐶𝑐 . 𝛾𝑤 . 𝐴𝐶 .
2. 𝑔
Keterangan :
Ra = gaya Akibat arus (kgf)
Ac = Luas Permukaan Kapal yang terendam air (m2 )
Ac1 = Lebar x Draft 4,2 m x 0,72 m = 3,024 m2
Ac2 = LoA x Draft = 18,7 m x 0,72 m = 13,464 m2
𝛾𝑤 = rapat massa air laut atau tawar = 1000 kg/m3
Vc = Kecepatan Arus (m/s)
Cc = Koefiesien tekanan arus (Sejajar) = 0.2
Cc = Koefiesien tekanan arus (Tegak Lurus) = 1.5

Nilai Cc adalah faktor menghitung gaya Melintang dan Memanjang. Adapun


kriteria untuk penentuan nilai Cc arah melintang adalah sebagai berikut, diambil
dari Perencanaan Pelabuhan Bambang Triatmodjo tahun 2009 Bab VI :
a. Di air dalam, nilai Cc = 1,0 – 1,5
b. Kedalaman air/draft kapal = 2, maka nilai Cc = 2,0
c. Kedalaman air/draft kapal = 1,5, maka nilai Cc = 3,0
d. Kedalaman air/draft kapal = 1,1, maka nilai Cc = 5,0
e. Kedalaman air/draft kapal = 1, maka nilai Cc = 6,0
Untuk Nilai Cc arah memanjang bisa langsung diambil Nilai 0,2 untuk air dalam
dan 0,6 untuk jika perbandingan kedalaman air dengan draft kapal bernilai
mendekati 1.

64
I. Arus dari arah Melintang (Sejajar)
𝑉𝑐2
𝑅𝑎 = 𝐶𝑐 . 𝛾𝑤 . 𝐴𝐶1 .
2. 𝑔
0,42
𝑅𝑎 = 0,2 . 1000 . 3,024 . = 4,932 𝑘𝑔 = 0,049 kN
2. 9,81
II. Arus Dari Arah Memanjang (Tegak Lurus)
𝑉𝑐2
𝑅𝑎 = 𝐶𝑐 . 𝛾𝑤 . 𝐴𝐶2 .
2. 𝑔
0.42
𝑅𝑎 = 1,5 . 1000 . 13,464 . = 164.697 𝑘𝑔 = 1,647 𝑘𝑁
2. 9,81

4.3 Pembebanan Vertikal Dermaga Apung (Floating Pontoon)

4.3.1 Beban Struktur


Beban Struktur merupakan beban dari bangunan Atas yang menyatu
dengan konstruksi dan Merupakan Bagian dari LWT (Light Weight Tonnage)
dermaga dalam satuan Ton. Yaitu beban Equipment dan Outfitting yang terpasang
Diatas Dermaga apung.

No Berat Equipment dan Outfitting


Item Value (Kg) Jumlah Total Unit (Kg)
1 Bollard 190 3 570
2 Pedestal 62 1 62
3 Firehouse 57 2 114
4 Kursi Tunggu 6 4 24
5 Fender 5 7 35
6 Pile Guide 6,5 4 26
7 Kanopi 1000 1 1000
Total 1831

65
4.3.2 Beban Muatan
Beban Muatan Merupakan beban muatan terpusat atau Merata dengan
kondisi Dermaga apung saat digunakan Bongkar Muat atau Aktifitas Pelabuhan
Pada Umumnya. dalam Perhitungan DWT (Dead Weight Tonnage) dermaga Ini
mampu Membawa Muatan sebesar 29,724 Ton.

4.4 Perencanaan Fender Dermaga Apung (Floating Pontoon)

4.4.1 Pemilihan Tipe Fender


Dari perhitungan gaya tumbukan atau energi kinetik dan energi abnormal
yang diberikan oleh kapal yang bersandar diperoleh nilai Energi (Ea) maksimum =
0,17 tonmeter. Setelah mempertimbangkan beberapa hal fender yang akan
digunakan dermaga apung ini berdasarkan katalog Mahameru Putra Mandiri
Perkasa adalah Fender Type D 150. dikarenakan fender type ini paling banyak
digunakan pada kapal-kapal penumpang.
Tabel 2. 18 Kapasitas Fender Type D

(Sumber : PT. Mahameru Putra Mandiri Perkasa )

66
Berdasarkan Gaya maksimum yang terjadi pada satu elemen beserta dengan
kecepatan bertambat yang telah dihitung (0,25 m/s). maka dipilih fender yang
paling sesuai yaitu fender type D 150H X O75 dengan kemampuan menerima Gaya
yang diserap sebesar E = 0,17 Ton-meter dan gaya yang diteruskan kestruktur
dermaga apung adalah sebesar F = 8,58 Ton.

4.4.2 Perhitungan Jarak Antar Fender


Untuk Memastikan jarak maksimum fender yang akan dipasang pada
dermaga apung (Floating Pontoon), maka dalam perhitungannya ditentukan oleh
jenis kapal yang akan sandar dan bobot matinya. Pada dermaga ini perencanaan
jarak fender yang akan dipasang adalah sebagai berikut, diambil dari persamaan
Perencanaan Pelabuhan Bambang Triatmodjo Bab VII, 2009.

𝐿 = 2 √𝑟 2 − ( 𝑟 − ℎ) 2

Keterangan :
L = Jarak maksimum antara fender (m)
r = jari –jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h = tinggi fender katalog (m) = 0,15 m
I. Jari – Jari Kelengkungan Sisi Haluan Kapal (r)
Jari – jari kelengkungan ini bisa dihitung menggunakan persamaan dari
Trelleborg Marine System, 2015. yaitu sebagai berikut

Gambar 2. 32 Penentuan Jarak Antar Fender


Sumber : Trelleborg Marine System, 2015

1 𝐵 𝐿𝑜𝐴2
𝑟= ( + )
2 2 8𝐵

67
Keterangan :
r = Jari –jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
B = Lebar Kapal (m) = 4,2 m
LoA = Panjang Kapal (m) = 18,7 m
1 𝐵 𝐿𝑜𝐴2
𝑟= ( + )
2 2 8𝐵
1 4,2 18,72
𝑟= ( + ) = 6,25 𝑚
2 2 8. 4,2

Jadi, jarak antar fender adalah sebagai berikut :

𝐿 = 2√𝑟 2 − ( 𝑟 − ℎ) 2

𝐿 = 2√6,252 − (6,25 − 0.15)2 = 2.72 𝑚


Maka, jarak maksimum yang digunakan dalam perencanaan fender untuk
dermaga ini adalah 2,7 m. dan adapun jumlah fender yang dibutuhkan sepanjang
dermaga apung ini adalah sebagai berikut.

Jumlah Fender = Panjang Dermaga Apung / Jarak Antar Fender


Jumlah fender = 20 m / 2,7 m = 7 Fender

4.5 Perencanaan Bollard Dermaga Apung (Floating Pontoon)

4.5.1 Gaya Tarik Bollard


Berdasarkan perhitungan gaya tarikan kapal sebelumnya terhadap Bollard
yaitu gaya tarikan akibat angin dan arus sungai yang bekerja pada kapal saat
bertambat diketahui sebagai berikut :

1. Gaya tarik arah memanjang/sejajar (akibat angin + arus) = 0,343 kN


2. Gaya tarik arah melintang/tegak lurus (akibat angin + arus) = 3,999 kN

Dari hasil tersebut maka gaya tarik Bollard yang digunakan adalah gaya
akibat tarikan kapal yang terbesar yaitu 3,999 kN.

4.5.2 Pemilihan Type Bollard

68
Dalam perencanaan bollard untuk dermaga apung ini akan digunakan
Bollard Curved type CV - 10 dari PT. Samudraluas Paramacitra yang memiliki
kekuatan 10 Ton. Pertimbangan pemilihan ini adalah karena kekuatan pada bollard
ini sudah bisa menahan tarikan sebesar 3,999 kN. Adapun spesifikasi Bollard dan
dimensi nya bisa dilihat pada gambar katalog dibawah ini.

Gambar 2. 33 Spesifikasi dan Dimensi Bollard


(Sumber : PT. Samudraluas Paramacitra, 2023)

4.6 Perencanaan Equipment Dermaga Apung (Floating Pontoon)

4.6.1 Perencanaan Tiang Pancang


Perencanaan struktur Tiang Pancang Tiang pancang berguna supaya
dermaga apung tidak terbawa oleh arus dan berada tetap pada posisinya (Tidak
Bergeser ke samping ), dalam perencanaan ini tiang pancang berada diluar block
dermaga, dengan pengikatan menggunakan Pile guide. Pondasi yang digunakan
dalam struktur dermaga apung ini menggunakan Steel Pipe Pile diameter 318,5
mm. Direncanakan mutu baja tiang pancang ASTM A 252 Grade 2. Pada
perencanaan digunakan Steel Pipe Pile dari PT. Swarna Baja. Dengan spesifikasi
sebagai Berikut :

1. Diameter Luar = 355,6 mm


2. Tebal =9 mm

69
3. Berat = 76,92 kg
4. Luas Penampang Melintang = 98,0 cm2
5. Modulus Inersia = 147 x 102 cm4
6. Section Modules = 828 cm3
7. Radius Girasi = 12,3 cm
8. Yield Strength = 240 N/mm2
9. Tensile Strength = 415 N/mm2

Perhitungan Perancangan struktur Tiang Pancang untuk Dermaga apung ini


dilakukan agar mengetahui pembebanan yang diterima tiang pancang disebabkan
gaya sandar kapal saat berlabuh pada dermaga apung. Adapun perhitungan
kekuatan tersebut dapat menggunakan persamaan dibawah ini :

P = Gaya sandar Kapal + gaya angin + gaya arus


= 1666 N + 1647 N + 2352 N = 5665 N
Selanjutnya dilakukan Perhitungan Momen Bending Maksimum pada
Perencanaan Tiang Pancang .
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑃 𝑋 𝑙
Diketahui : l = panjang Tiang pancang = 20000 mm
𝑀𝑚𝑎𝑥 = 5665 𝐍 𝐗 20000 𝑚𝑚 = 𝟏𝟏𝟑, 𝟑𝟎𝟎, 𝟎𝟎𝟎 𝑵. 𝒎𝒎

Selanjutnya Menentukan Tegangan Izin Steel ASTM A 252 Grade 2


sebagai Berikut :

𝜎𝑦 𝐴252 = 240 𝑁/𝑚𝑚2

𝑆𝑓 = 1,5 (𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟)

𝜎𝑦 𝐴252 240 𝑁/𝑚𝑚2


𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 = = = 160 𝑁/𝑚𝑚2
𝑆𝑓 1,5

Untuk Menghitung Modulus Penampang yang dibutuhkan pada profil dapat


dihitung dengan persamaan dibawah ini :

𝑀𝑀𝑎𝑥 𝟏𝟏𝟑, 𝟑𝟎𝟎, 𝟎𝟎𝟎 𝑁. 𝑚𝑚


𝑤𝑟𝑒𝑞 = = = 708125 𝑚𝑚3 = 𝟕𝟎𝟖, 𝟏𝟐𝟓 𝒄𝒎𝟑
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 160 𝑁/𝑚𝑚2

70
Dengan nilai Modulus 708,125 cm3 , maka dapat disimpulkan Cukup
menggunakan 4 Steel Pipe Pile ASTM A252 Grade 2 dengan diameter 355,6 mm
dengan modulus 828 cm3 untuk menahan gerakan Dermaga Apung (Floatinng
Ponton).

4.6.2 Perencanaan Firehouse

Gambar 2. 34 Lemari Firehouse


(Sumber : Data Pribadi, 2023)

Fire House Merupakan Sebuah equipment Sebagai solusi lengkap untuk


kebutuhan kebakaran, P3K, dan penyelamatan awal jika terjadi kecelakaan.
Firehouse ini direncanakan untuk kebutuhan keperluan pemadaman kebakaran dan
fitur penyelamatan, didalam firehouse tersebut sudah ada Fire extinguisher, Life
Jacket, LifeBuoy dan P3K dalam bentuk Lemari Baja yang bisa digunakan kapan
saja.

4.6.3 Perencanaan Pile Guide


Pile Guide merupakan Equipment yang berfungsi untuk mengikat Tiang
pancang yang terkoneksi dengan dermaga apung. Dengan adanya Tiang pancang
dan Pile Guide akan menambah kekuatan agar dermaga apung tetap stay on
Position, Tidak hanyut terbawa arus dan cukup gerakan naik turun menyesuaikan
pasang surut air sungai. Di perencanaan dermaga apung kali ini pile guide
menggunakan model external Square pile Guide dengan material baja galvanis

71
Gambar 2. 35External Square Pile Guide
(Sumber : Barr Plastic Inc, 2023)

keluaran dari perusahaan BARR Plastic Inc. Perusahaan tersebut memiliki


external Square pile Guide type PH-14EX dengan diamter 14”. Yang sesuai dengan
diameter Steel Pipe Pile yang digunakan untuk dermaga apung ini.

4.7 Perhitungan Beban Dermaga Apung


Perhitungan beban dilakukan untuk mengetahui besarnya beban yang terjadi
pada dermaga. Perhitungan beban juga nantinya dapat digunakan untuk
menghitung tebal pelat minimum untuk dermaga apung (Floating Pontoon).
Perhitungan beban diawali dengan menghitung Basic External Dynamic Load (P0 ).
Kemudian diteruskan menghitung Basic Dynamic Load bagian Sisi (PS), Alas (PB),
dan Deck (PD).

4.7.1 Deck Load Capacity (DLC)


Kemampuan suatu geladak untuk menahan beban muatan yang ada di
atasnya. Dan Untuk Dermaga Apung ini perhitungan Deck Load Capacity
digunakan untuk mengetahui kemampuan Geladak untuk menahan beban yang ada
diatasnya. Perhitungan Deck Load Capacity Bisa dirumuskan menggunakan
persamaan dibawah ini.

72
𝐷𝐿𝐶 (𝑇𝑜𝑛) = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑐𝑘 𝑥 𝐶

𝐻
𝐶= 𝑇𝑜𝑛/𝑚2
1,4

Diketahui :

H = Tinggi Deck = 1,5 m

Luas Deck = LoA x B = 20 m x 12 m = 240 m2

Jadi, Nilai dari DLC dapat diketahui menggunakan rumus pendekatan diatas.

𝐻
𝐶= 𝑇𝑜𝑛/𝑚2
1,4
1,5
𝐶= 𝑇𝑜𝑛/𝑚2 = 1,071 𝑇𝑜𝑛/𝑚2
1,4
𝐷𝐿𝐶 (𝑇𝑜𝑛) = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑒𝑐𝑘 𝑥 𝐶
𝑇𝑜𝑛
𝐷𝐿𝐶 (𝑇𝑜𝑛) = 240 m2 𝑥 1,071 = 257,04 𝑇𝑜𝑛
𝑚2
Bisa didapat pendekatan maksimum beban yang bisa diangkut pada Deck dermaga
apung ini adalah sebesar 257,04 Ton.

4.7.2 Basic External Dynamic Load (P 0)

Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.


Perhitungan antara lain sebagai berikut :
𝑃0 = 2,1 . (𝐶𝑏 + 0,7) . 𝐶𝑂 . 𝐶𝐿 . 𝑓. 𝐶𝑅𝑊 (kN/m2 )
Diketahui :
𝐶𝑏 = 0,914
𝐶𝑅𝑊 = 0,6 ; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑍𝑜𝑛𝑎 𝑇
𝐶0 = 𝑊𝑎𝑣𝑒 𝐶𝑜𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑡
𝐿
𝐶0 = ( + 4,1) . 𝐶𝑅𝑊 ; 𝑓𝑜𝑟 𝐿 < 90 𝑚
25
20
𝐶0 = ( + 4,1) . 0,6 = 2,94
25
𝐶𝐿 = 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝐶𝑜𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑡

73
𝐿
𝐶𝐿 = √ ; 𝑓𝑜𝑟 𝐿 < 90 𝑚
90

20
𝐶𝐿 = √ = 0,471
90

𝑓 = 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟
𝑓 = 1,0 ( 𝑆ℎ𝑒𝑙𝑙 𝑃𝑙𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔, 𝑊𝑒𝑎𝑡ℎ𝑒𝑟 𝐷𝑒𝑐𝑘𝑠)
𝑓 = 0,75 ( 𝐹𝑟𝑎𝑚𝑒𝑠, 𝐷𝑒𝑐𝑘 𝐵𝑒𝑎𝑚𝑠)
𝑓 = 0,6 ( 𝑊𝑒𝑏 𝐹𝑟𝑎𝑚𝑒𝑠, 𝑆𝑡𝑟𝑖𝑛𝑔𝑒𝑟𝑠, 𝐺𝑟𝑖𝑙𝑙𝑎𝑔𝑒 𝑆𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚)

4.7.2.1 Basic Dynamic Load For Shell Plating, Weather Decks


(P01)
𝑃01 = 2,1 . (𝐶𝑏 + 0,7) . 𝐶𝑂 . 𝐶𝐿 . 𝑓. 𝐶𝑅𝑊
𝑃01 = 2,1 . (0,914 + 0,7) . 2,94 . 0,471 . 1 . 0,6

𝑃01 = 2,816 𝑘𝑁/𝑚2

4.7.2.2 Basic Dynamic Load For Frames dan Deck Beams (P 02)
𝑃02 = 2,1 . (𝐶𝑏 + 0,7) . 𝐶𝑂 . 𝐶𝐿 . 𝑓. 𝐶𝑅𝑊
𝑃02 = 2,1 . (0,914 + 0,7) . 2,94 . 0,471 . 0,75 . 0,6

𝑃02 = 2,112 𝑘𝑁/𝑚2


4.7.2.3 Basic Dynamic Load For Web Frames & Stringers (P03)
𝑃03 = 2,1 . (𝐶𝑏 + 0,7) . 𝐶𝑂 . 𝐶𝐿 . 𝑓. 𝐶𝑅𝑊
𝑃03 = 2,1 . (0,914 + 0,7) . 2,94 . 0,471 . 0,6 . 0,6

𝑃03 = 1,69 𝑘𝑁/𝑚2

4.7.3 Distribution Factor (CD & CF )

Dihitung menggunakan persamaan dalam tabel 4.1 Biro Klasifikasi


Indonesia Volume II Rules For Hull Section 4.2

74
Gambar 2. 36 Daerah Pendistribusian Beban Pada Kapal
(Sumber : BKI 2022 Rules For Hull )
𝑿
1. Daerah Buritan (A) ; 𝟎 ≤ < 0,2
𝑳

𝑋 𝑋
𝐶𝐷1 = 1,2 − ; 𝐷𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 = 0,1
𝐿 𝐿
𝐶𝐷1 = 1,2 − 0,1 = 𝟏, 𝟏
5 𝑥
𝐶𝐹1 = 1,0 + . (0,2 − ) = 𝟏, 𝟓𝟓
𝐶𝑏 𝐿
𝑿
2. Daerah Midship (M) ; 𝟎, 𝟐 ≤ < 0,7
𝑳

𝐶𝐷2 = 𝟏, 𝟎𝟎
𝐶𝐹2 = 𝟏, 𝟎𝟎

𝑿
3. Daerah Haluan (F) ; 𝟎, 𝟕 ≤ ≤1
𝑳

𝑋 𝑋
𝐶𝐷3 = 1,2 − ; 𝐷𝑖𝑘𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑖 = 0,1
𝐿 𝐿
𝐶𝐷3 = 1,2 − 0,1 = 𝟏, 𝟏
20 𝑥 2
𝐶𝐹3 = 1,0 + . ( − 0,7) = 𝟏, 𝟐𝟏𝟗
𝐶𝑏 𝐿

4.7.4 Beban Geladak For Shell Plating & Weather Decks (PDW)

Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.


Perhitungan antara lain sebagai berikut :

20 x T
𝑃DW = 𝑃01 . ( ) . C𝐷
(10 + z − T). H
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Geladak untuk Shell Plating dan Weather
Decks ada di tabel bawah ini :

75
Tabel 2. 19 Rekapitulasi Nilai Beban Geladak Untuk Shell Plating & Weathers Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 2,677
M 2,434
F 2,677
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Geladak untuk Shell Plating
dan weather Decks Maksimal adalah PDW = 2,677 kN/m2

4.7.4.1 Beban Untuk Daerah Buritan (A)


20 x T
𝑃DW = 𝑃01 . ( ) . C𝐷1
(10 + z − T). H
20 x 0,7
𝑃DW = 2,816 . ( ) . 1,1 = 2,677 kN/m2
(10 + 1,5 − 0,7) . 1,5

4.7.4.2 Beban Untuk Daerah Midship (M)


20 x T
𝑃DW = 𝑃01 . ( ) . C𝐷2
(10 + z − T). H
20 x 0,7
𝑃DW = 2,816 . ( ) . 1 = 2,434 kN/m2
(10 + 1,5 − 0,7) . 1,5

4.7.4.3 Beban Untuk Daerah Haluan (F)


20 x T
𝑃DW = 𝑃01 . ( ) . C𝐷3
(10 + z − T). H
20 x 0,7
𝑃DW = 2,816 . ( ) . 1,1 = 2,677 kN/m2
(10 + 1,5 − 0,7) . 1,5
4.7.5 Beban Geladak For Frames & Deck Beams (PDF)

Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.


Perhitungan antara lain sebagai berikut :
20 x T
𝑃DF = 𝑃02 . ( ) . C𝐷
(10 + z − T). H
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Geladak untuk Frames dan Deck Beams ada di
tabel bawah ini :

76
Tabel 2. 20 Rekapitulasi Nilai Beban Geladak Untuk Frames & Deck Beams
Daerah Beban (kN/m2 )
A 2,007
M 1,825
F 2,007
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Geladak untuk Frames dan
Deck Beams Maksimal adalah PDF = 2,007 kN/m2

4.7.5.1 Beban untuk Daerah Buritan (A)


20 x T
𝑃DF = 𝑃02 . ( ) . C𝐷1
(10 + z − T). H
20 x 0,7
𝑃DF = 2,112 . ( ) . 1,1 = 2,007 kN/m2
(10 + 1,5 − 0,7) . 1,5

4.7.5.2 Beban untuk Daerah Midship (M)


20 x T
𝑃DF = 𝑃02 . ( ) . C𝐷2
(10 + z − T). H
20 x 0,7
𝑃DF = 2,112 . ( ) . 1 = 1,825 kN/m2
(10 + 1,5 − 0,7) . 1,5

4.7.5.3 Beban untuk Daerah Haluan (F)


20 x T
𝑃DF = 𝑃02 . ( ) . C𝐷3
(10 + z − T). H
20 x 0,7
𝑃DF = 2,112 . ( ) . 1,1 = 2,007 kN/m2
(10 + 1,5 − 0,7) . 1,5

4.7.6 Beban Geladak for Web Frames & Stringers (PDS)

Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.


Perhitungan antara lain sebagai berikut :
20 x T
𝑃DS = 𝑃03 . ( ) . C𝐷
(10 + z − T). H
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Geladak untuk Web Frames dan Stringers ada
di tabel bawah ini :

77
Tabel 2. 21Rekapitulasi nilai Beban Geladak untuk Frames & Stringers
Daerah Beban (kN/m2 )
A 1,607
M 1,46
F 1,607
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Geladak untuk Frames dan
Stringers Maksimal adalah PDG = 1,607 kN/m2

4.7.6.1 Beban Untuk Daerah Buritan (A)


20 x T
𝑃DS = 𝑃03 . ( ) . C𝐷1
(10 + z − T). H
20 x 0,7
𝑃DS = 1,69 . ( ) . 1,1 = 1,607 kN/m2
(10 + 1,5 − 0,7) . 1,5

4.7.6.2 Beban Untuk Daerah Midship (M)


20 x T
𝑃DS = 𝑃03 . ( ) . C𝐷2
(10 + z − T). H
20 x 0,7
𝑃DS = 1,69 . ( ) . 1 = 1,46 kN/m2
(10 + 1,5 − 0,7) . 1,5

4.7.6.3 Beban Untuk Daerah Haluan (F)


20 x T
𝑃DS = 𝑃03 . ( ) . C𝐷3
(10 + z − T). H
20 x 0,7
𝑃DS = 1,69 . ( ) . 1,1 = 1,607 kN/m2
(10 + 1,5 − 0,7) . 1,5

4.7.7 Beban Sisi For Shell Plating & Weather Decks (PSW)
4.7.7.1 Beban Sisi dibawah Garis Air Muat (PSW1)
Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.
Perhitungan antara lain sebagai berikut :

𝑧
𝑃SW1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃01 . C𝐹 (1 + )
𝑇

78
Diketahui :
z = jarak vertikal dari pusat beban ke baseline = 1/3 x T = 1/3 X 0,7 = 0,23 m.
T = Draft Dermaga Apung = 0,7 m
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Sisi dibawah garis air muat untuk Shell Plating
& Weather Decks ada di tabel bawah ini :

Tabel 2. 22 Rekapitulasi nilai Beban sisi Untuk Shell Plating & Weather Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 10,505
M 8,445
F 9,265
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi dibawah garis air muat
untuk Shell Plating & Weather Decks Maksimal adalah Psw1 = 10,505 kN/m2

1. Beban untuk daerah Buritan (A)

𝑧
𝑃SW1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃01 . C𝐹1 (1 + )
𝑇
0,23 kN
𝑃SW1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,816 . 1,55. (1 + ) = 10,505 2
0,7 m

2. Beban untuk Daerah Midship (M)

𝑧
𝑃SW1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃01 . C𝐹2 (1 + )
𝑇
0,23 kN
𝑃SW1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,816 . 1 . (1 + ) = 8,445 2
0,7 m
3. Beban Untuk Daerah Haluan (F)
𝑧
𝑃SW1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃01 . C𝐹3 (1 + )
𝑇
0,23 kN
𝑃SW1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,816 . 1,219 . (1 + ) = 9,265 2
0,7 m

79
4.7.7.2 Beban Sisi Diatas Garis Muat (PS W2)
Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.
Perhitungan antara lain sebagai berikut :

20
𝑃SW2 = 𝑃01 . C𝐹 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇

Diketahui :

z = jarak vertikal dari pusat beban ke baseline = T + 0,5*(H-T) = 1,1 m


T = Draft Dermaga Apung = 0,7 m
Persamaan yang telah disediakan didapatkan rekapitulasi Beban Sisi diatas
garis air muat untuk Shell Plating & Weather Decks yang ada di tabel bawah ini :

Tabel 2. 23Rekapitulasi nilai Beban sisi Shell Plating & Weather Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 8,394
M 5,415
F 6,60
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi diatas garis air muat
untuk Shell Plating & Weather Decks Maksimal adalah Psw2 = 8,394 kN/m2

1. Beban Untuk daerah Buritan (A)


20
𝑃SW2 = 𝑃01 . C𝐹1 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SW2 = 2,816. 1,55. ( ) = 8,394 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7

2. Beban untuk Daerah Midship (M)


20
𝑃SW2 = 𝑃01 . C𝐹2 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SW2 = 2,816. 1,0 . ( ) = 5,415 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7

80
3. Beban untuk Daerah Haluan (F)
20
𝑃SW2 = 𝑃01 . C𝐹2 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SW2 = 2,816. 1,219 .( ) = 6,60 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7

4.7.8 Beban Sisi Untuk Frames & Decks Beams (PSF)

4.7.8.1 Beban sisi Dibawah Garis Air (P S F1)


Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.
Perhitungan antara lain sebagai berikut :

𝑧
𝑃SF1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃02 . C𝐹 (1 + )
𝑇

Diketahui :
z = jarak vertikal dari pusat beban ke baseline = 1/3 x T = 1/3 X 0,7 = 0,23 m.
T = Draft Dermaga Apung = 0,7 m
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Sisi dibawah garis air muat untuk Frames &
Decks Beams ada di tabel bawah ini :

Tabel 2. 24Rekapitulasi nilai Beban sisi Frames & Decks Beams


Daerah Beban (kN/m2 )
A 9,05
M 7,5
F 8,112
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi dibawah garis air muat
untuk Frames & Decks Beams Maksimal adalah PSF1 = 9,05 kN/m2

1. Beban Untuk daerah Buritan (A)


𝑧
𝑃SF1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃02 . C𝐹1 (1 + )
𝑇
0,23
𝑃SF1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,112 . 1,55 . (1 + ) = 9,05 𝑘𝑁/𝑚2
0,7

81
2. Beban Untuk Daerah Midship (M)
𝑧
𝑃SF1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃02 . C𝐹2 (1 + )
𝑇
0,23
𝑃SF1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,112 . 1,0 . (1 + ) = 7,5 𝑘𝑁/𝑚2
0,7
3. Beban Untuk Daerah Haluan (F)
𝑧
𝑃SF1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃02 . C𝐹3 (1 + )
𝑇
0,23
𝑃SF1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 2,112 . 1,219 . (1 + ) = 8,122 𝑘𝑁/𝑚2
0,7

4.7.8.2 Beban Sisi Diatas Garis Air (P S F2)


Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.
Perhitungan antara lain sebagai berikut :

20
𝑃SF2 = 𝑃02 . C𝐹 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇

Diketahui :

z = jarak vertikal dari pusat beban ke baseline = T + 0,5*(H-T) = 1,1 m


T = Draft Dermaga Apung = 0,7 m
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Sisi diatas garis air muat untuk Frames & Decks
Beams ada di tabel bawah ini :

Tabel 2. 25Rekapitulasi nilai Beban sisi Shell Plating & Weather Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 6,295
M 4,062
F 4,95
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi diatas garis air muat
untuk Frames & Decks Beams Maksimal adalah PSF2 = 6,295 kN/m2

1. Beban Untuk Daerah Buritan (A)


20
𝑃SF2 = 𝑃02 . C𝐹1 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇

82
20
𝑃SF2 = 2,112 . 1,55 . ( ) = 6,295 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7
2. Beban Untuk Daerah Midship (M)
20
𝑃SF2 = 𝑃02 . C𝐹2 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SF2 = 2,112 . 1,00 . ( ) = 4,062 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7
3. Beban untuk Daerah Haluan (F)
20
𝑃SF2 = 𝑃02 . C𝐹3 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇
20
𝑃SF2 = 2,112 . 1,219 . ( ) = 4,95 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7

4.7.9 Beban Sisi untuk Web Frames dan Stringers (P SS)

4.7.9.1 Beban Dibawah Garis Muat (P S S 1)


Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.
Perhitungan antara lain sebagai berikut :

𝑧
𝑃SS1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃03 . C𝐹 (1 + )
𝑇

Diketahui :
z = jarak vertikal dari pusat beban ke baseline = 1/3 x T = 1/3 X 0,7 = 0,23 m.
T = Draft Dermaga Apung = 0,7 m
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Sisi dibawah garis air muat untuk Web Frames
& Stringers yang ada di tabel bawah ini :

Tabel 2. 26Rekapitulasi nilai Beban sisi Shell Plating & Weather Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 8,18
M 6,946
F 7,437
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

83
Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi dibawah garis air muat
untuk Web Frames & Stringers Maksimal adalah PSS1 = 8,18 kN/m2

1. Beban Sisi Daerah Buritan (A)


𝑧
𝑃SS1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃03 . C𝐹1 (1 + )
𝑇
0,23
𝑃SS1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 1,69 . 1,55 . (1 + ) = 8,18 𝑘𝑁/𝑚2
0,7
2. Beban Sisi Daerah Midship (M)
𝑧
𝑃SS1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃03 . C𝐹2 (1 + )
𝑇
0,23
𝑃SS1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 1,69 . 1,00 . (1 + ) = 6,946 𝑘𝑁/𝑚2
0,7

3. Beban Sisi Daerah Haluan (F)


𝑧
𝑃SS1 = 10 . (𝑇 − 𝑧) + 𝑃03 . C𝐹3 (1 + )
𝑇
0,23
𝑃SS1 = 10 . (0,7 − 0,23) + 1,69 . 1,219 . (1 + ) = 7,437 𝑘𝑁/𝑚2
0,7

4.7.9.2 Beban Diatas Garis Muat (P S S 2)


Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.
Perhitungan antara lain sebagai berikut :

20
𝑃SS2 = 𝑃03 . C𝐹 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇

Diketahui :

z = jarak vertikal dari pusat beban ke baseline = T + 0,5*(H-T) = 1,1 m


T = Draft Dermaga Apung = 0,7 m
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Sisi diatas garis air muat untuk Web Frames &
Stringers ada di tabel bawah ini :

84
Tabel 2. 27Rekapitulasi nilai Beban sisi Shell Plating & Weather Decks
Daerah Beban (kN/m2 )
A 5,0375
M 3,25
F 3,962
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Sisi diatas garis air muat
untuk Web Frames & Strimgers Maksimal adalah PSS2 = 5,0375 kN/m2

1. Beban Untuk Daerah Buritan (A)

20
𝑃SS2 = 𝑃03 . C𝐹1 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇

20
𝑃SS2 = 1,69 . 1,55 . ( ) = 5,0375 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7

2. Beban Untuk Daerah Midship (M)

20
𝑃SS2 = 𝑃03 . C𝐹2 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇

20
𝑃SS2 = 1,69 . 1,00 . ( ) = 3,25 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7

3. Beban Untuk Daerah Haluan (F)

20
𝑃SS2 = 𝑃03 . C𝐹3 ( )
10 + 𝑧 − 𝑇

20
𝑃SS2 = 1,69 . 1,219 . ( ) = 3,962 𝑘𝑁/𝑚2
10 + 1,1 − 0,7

4.7.10 Beban Alas Untuk Shell Plating & Weather Decks (P BW)

Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.


Perhitungan antara lain sebagai berikut :

𝑃BW = 10 . T + 𝑃01 . C𝐹

85
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Alas untuk Shell Plating & Weather Decks ada
di tabel bawah ini :

Tabel 2. 28 Rekapitulasi Nilai Beban alas Geladak Cuaca


Daerah Beban (kN/m2 )
A 11,365
M 9,816
F 10,433
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Alas untuk Shell Plating &
Weather Decks Maksimal adalah PBW = 11,365 kN/m2

1. Beban Untuk Daerah Buritan (A)

𝑃BW = 10 . T + 𝑃01 . C𝐹1


𝑃BW = 10 . 0,7 + 2,816 . 1,55 = 11,365 kN/m2

2. Beban Untuk Daerah Midship (M)


𝑃BW = 10 . T + 𝑃01 . C𝐹2
𝑃BW = 10 . 0,7 + 2,816 . 1 = 9,816 kN/m2

3. Beban Untuk Daerah Haluan (F)


𝑃BW = 10 . T + 𝑃01 . C𝐹

𝑃BW = 10 . 0,7 + 2,816 . 1,219 = 10,433 kN/m2


4.7.11 Beban Alas Untuk Frames dan Deck Beams (PBB)

Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.


Perhitungan antara lain sebagai berikut :

𝑃BW = 10 . T + 𝑃02 . C𝐹
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Alas untukFrames dan Deck BeamS ada di tabel
bawah ini :

86
Tabel 2. 29 Rekapitulasi Nilai Beban alas Geladak Cuaca
Daerah Beban (kN/m2 )
A 10,274
M 9,112
F 9,575
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Alas untuk Frames dan Deck
Beams Maksimal adalah PBB = 10,274 kN/m2

1. Beban Untuk Daerah Buritan (A)

𝑃BW = 10 . T + 𝑃02 . C𝐹1


𝑃BW = 10 . 0,7 + 2,112 . 1,55 = 10,274 kN/m2

2. Beban Untuk Daerah Midship (M)


𝑃BW = 10 . T + 𝑃02 . C𝐹2
𝑃BW = 10 . 0,7 + 2,112 . 1,00 = 9,112 kN/m2

3. Beban Untuk Daerah Haluan(F)

𝑃BW = 10 . T + 𝑃02 . C𝐹3


𝑃BW = 10 . 0,7 + 2,112 . 1,219 = 9,575 kN/m2

4.7.12 Beban Alas Untuk Web Frames dan Stringers (P BS)

Dihitung menggunakan persamaan yang ada di BKI 2022 Vol 2 Section 4.


Perhitungan antara lain sebagai berikut :

𝑃BW = 10 . T + 𝑃03 . C𝐹
Menurut hasil Perhitungan dari Persamaan yang telah disediakan
didapatkan rekapitulasi nilai Beban Alas untuk Web Frames dan Stringers ada di
tabel bawah ini :

Tabel 2. 30 Rekapitulasi Nilai Beban alas Geladak Cuaca


Daerah Beban (kN/m2 )
A 10,274

87
M 9,112
F 9,575
(Sumber : Olahan Data Pribadi, 2023)

Dari Rekapitulasi Tabel diatas, diambil Beban Alas untuk Frames dan Deck
Beams Maksimal adalah PBB = 10,274 kN/m2

1. Beban Untuk Daerah Buritan (A)

𝑃BW = 10 . T + 𝑃03 . C𝐹1


𝑃BW = 10 . 0,7 + 1,69 . 1,55 = 9,62 kN/m2

2. Beban Untuk Daerah Midship (M)


𝑃BW = 10 . T + 𝑃03 . C𝐹2
𝑃BW = 10 . 0,7 + 1,69 . 1,00 = 8,69 kN/m2

3. Beban Untuk Daerah Haluan (F)

𝑃BW = 10 . T + 𝑃03 . C𝐹2


𝑃BW = 10 . 0,7 + 1,69 . 1,219 = 9,06 kN/m2

4.8 Perhitungan Tebal Pelat Dermaga Apung (Floating Pontoon)

Perhitungan tebal pelat dermaga apung dilakukan dengan mengacu pada


besarnya beban-beban yang telah dihitung pada Konstruksi Lambung dermaga
Apung. Makin besar beban maka makin tebal pula pelat yang harus digunakan.
Perhitungan pelat diawali dengan perhitungan tebal pelat minimal dan tebal pelat
maksimal menggunakan persamaan yang ada di Biro Klasifikasi Indonesia 2022
Volume II Section 6. Adapun cara perhitungan bisa mengikuti rules yang tersedia.

Tabel 2. 31Rekapitulasi Tebal Pelat


Nama Komponen Jenis Pelat Tebal (mm)
Pelat Geladak Bordes 8
Pelat Sisi Standart Marine 8
Pelat Alas Standart Marine 10

88
(Sumber : Olahan data Pribadi,2023)

4.8.1 Jarak Gading (a)


Jarak antar Frame atau gading pada dermaga apung. Persamaan diambil
dari BKI 2022 Volume II, Yaitu :
L
a0 = ( ) + 0,48 ; untuk L < 90
500
L = LoA = 20 m
20
a0 = ( ) + 0,48 = 0, 𝟓𝟐 (diambil 0,6 m)
500

Untuk Perancangan dermaga apung (Floating Dock) ini akan direncanakan


3 variasi jarak gading yaitu Jarak Gading 0,6 m, 0,65 m, dan 0,7 m untuk keperluan
analisis perbandingan Nilai kekuatan konstruksi, Nilai ekonomis dan desain

4.8.2 Wrang Pelat


Tinggi Wrang tidak Boleh Kurang dari :

h = 55𝐵 − 0,45 ; untuk L < 90

h = 55(12) − 0,45 = 615 mm (Diambil 650 mm)Tebal Pelat Minimum


& Maksimum (tmin & tmax )

𝐭 𝒎𝒊𝒏 = (1,5 − 0,01. L). √(L . k) ; For L < 90 m

Diketahui :
L = Panjang kapal (m) = 20 m
k = Faktor Material Berdasarkan BKI section 2.B2 = 1

𝐭 𝒎𝒊𝒏 = (1,5 − 0,01. L). √(L . k)

𝐭 𝒎𝒊𝒏 = (1,5 − 0,01 . 20). √(20 . 1) = 5,814 mm ≫ 𝟔 𝐦𝐦


tma x = 16 mm

4.8.3 Tebal Pelat Geladak (tD)


Perhitungan Tebal Pelat Geladak mengacu pada nilai Beban Geladak Yang
telah dihitung sebelumnya dan menggunakan Persamaan Biro Klasifikasi Indonesia
2022 Volume II: Rules For Hull Section 6 Adapun perhitungannya sebagai berikut

89
t 𝐷 = 1,21 . a . (√𝑃𝐷 . 𝑘) + 𝑡𝐾 ; for L < 90

Diketahui :

k = Faktor material berdasarkan BKI Volume II section 2 = 1


a = Jarak Gading = 0,6 m
tK = Faktor Korosi = 1,5
PD = Beban Geladak Untuk Shell Plating (Lihat Tabel 2.19) = 2,677 kN/m2

Adapun Tebal Pelat Geladak Bisa Didapatkan sebagai berikut :

t 𝐷 = 1,21 . a . (√𝑃𝐷 . 𝑘) + 𝑡𝐾

t 𝐷 = 1,21 . 0,6 . (√ 2,677 . 1) + 1,5 = 2,688 (Diambil 8 mm)

4.8.4 Tebal Pelat Sisi (tS )


Perhitungan Tebal Pelat Sisi mengacu pada nilai Beban SisiYang telah
dihitung sebelumnya dan menggunakan Persamaan dari Biro Klasifikasi Indonesia
2022 Volume II: Rules For Hull Section 6 Adapun perhitungannya sebagai berikut
t 𝑆 = 1,9 . a . 𝑛𝐹 (√𝑃𝑆 . 𝑘) + 𝑡𝐾 ;for L < 90

Diketahui :
a = Jarak Gading = 0,6 m
tK = Faktor Korosi = 1,5
PS = Beban Sisi Untuk Shell Plating (Lihat Tabel 2.22) = 10,505 kN/m2
nF = For Transverse Framing = 1
k = Faktor material berdasarkan BKI Volume II section 2 = 1

Adapun Tebal Pelat Sisi Bisa Didapatkan sebagai berikut :


t 𝑆 = 1,9 . a . 𝑛𝐹 (√𝑃𝑆 . 𝑘) + 𝑡𝐾 ;for L < 90

t 𝑆 = 1,9 . 0,6 .1 . (√10,505 . 1) + 1,5 = 5,19 (Diambil 8 mm)

90
4.8.5 Tebal Pelat Alas (tB)
Perhitungan Tebal Pelat Sisi mengacu pada nilai Beban SisiYang telah
dihitung sebelumnya dan menggunakan Persamaan dari Biro Klasifikasi Indonesia
2022 Volume II: Rules For Hull Section 6 Adapun perhitungannya sebagai berikut
t 𝐵 = 1,9 . a . 𝑛𝐹 (√𝑃𝐵 . 𝑘) + 𝑡𝐾 ;for L < 90

Diketahui :
a = Jarak Gading = 0,6 m
tK = Faktor Korosi = 1,5
PB= Beban Alas Untuk Shell Plating (Lihat Tabel 2.28) = 11,365 kN/m2
nF = For Transverse Framing = 1
k = Faktor material berdasarkan BKI Volume II section 2 = 1
Adapun Tebal Pelat Sisi Bisa Didapatkan sebagai berikut :
t 𝐵 = 1,9 . a . 𝑛𝐹 (√𝑃𝐵 . 𝑘) + 𝑡𝐾 ;for L < 90

t 𝐵 = 1,9 . 0,6 .1 . (√11,365 . 1) + 1,5 = 5,34 mm (Diambil 10 mm)

Perhitungan Modulus Konstruksi Dermaga APung


4.9 Perhitungan Berat Dermaga Apung

Berat Dermaga apung terdiri dari dua komponen, yaitu Komponen DWT
(Dead Weight Tonnage) dan Komponen LWT (Light Weight Tonnage).
4.9.1 Perhitungan LWT (Light Weight Tonnage)
Berat bagian LWT dermaga apung (Floating Pontoon) terdiri dsari
komponen Baja konstruksi, Berat pelat, dan Berat Equipment & Outfitting yang
terpasang pada dermaga apung ini. Untuk perencanaan perhitungan berat dermaga
apung ini menggunakan konstruksi melintang dengan jarak antar frame sebesar 600
mm, adapun perencanaan perhitungan bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Berat LWT Dermaga Apung


No Item Value Unit
Berat Pelat Bulk Head Dermaga Apung
Dari Software AutoCAD/RhinoCeros Didapatkan Luasan Bulk Head
1
Total Luasan Bulk Head 36 m2
Tebal Pelat Bulk Head 0,008 m

91
Volume Bulk Head 0.288 m3
Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
2260 Kg
Berat Total Pelat Bulk Head
2,260 Ton

Berat Pelat Alas (Bottom) Dermaga Apung


Dari Software AutoCAD/RhinoCeros Didapatkan Luasan Alas Dermaga
Total Luasan Alas (Bottom) 244,56 m2
Tebal Pelat Alas (Bottom) 0,01 m
2
Volume Bottom Plate 2,4456 m3
Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
19198 Kg
Berat Total Pelat Alas
19,198 Ton

Berat Pelat Sisi Dermaga Apung


Dari Software AutoCAD/RhinoCeros Didapatkan Luasan Sisi Dermaga
Total Luasan Sisi 64,92 m2
Tebal Pelat Sisi 0,008 m
3
Volume Side Plate 0,519 m3
Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
4076 Kg
Berat Total Pelat Sisi
4,076 Ton

Berat Pelat Geladak (Deck) Dermaga Apung


Pelat Geladak Menggunakan Jenis Pelat Bordes
Total Luasan Geladak 240 m2
4 Tebal Pelat Geladak 0,008 m
Berat per Meter 66,67 Kg
16000 Kg
Berat Total Pelat Geladak
16 Ton

92
Berat Kontruksi Dermaga Apung
5
Dari Software AutoCAD/RhinoCeros Didapatkan Volume Konstruksi
Web Frame (FB100X200X8MM)
Total Volume Web Frame 0,178 m3
5.1 Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
1397 Kg
Berat Web Frame
1,397 Ton
Deck Girder & Bottom Girder (FB100X200X8MM)
Total Volume Girder 0,103 m3
5.2 Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
2107,5 Kg
Berat Deck Girder & Bottom Girder
2,107 Ton
Flat Bar (100X1400X8MM)
Total Volume Flat Bar (40 Lembar) 0,0448 m3
5.3 Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
351,68 Kg
Berat Flat Bar (100X1400X8MM)
0,3516 Ton
Flat Bar (100X14400X8MM)
Total Volume Flat Bar (4 Lembar) 0,046 m3
5.4 Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
361,7 Kg
Berat Flat Bar (100X14400X8MM)
0,3617 Ton
Flat Bar (100X1200X8MM)
Total Volume Bar (8 Lembar) 0,0768 m3
5.5 Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
602,88 Kg
Berat Flat Bar (100X1200X8MM)
0,603 Ton
Flat Bar (100X344X8MM)
Total Volume Bar (16 Lembar) 0,044 m3
5.6
Massa Jenis Baja 7850 Kg/ m3
Berat Flat Bar (100X1200X8MM) 34,56 Kg

93
0,3456 Ton
5.7 Angle Bar Melintang (L75X75X8MM)
Katalog Dari PT. Cakung Prima Steel
Berat per Meter 9,03 Kg
Jumlah Kebutuhan Angle Bar 48 Lembar
Panjang Kebutuhan per Lembar 12 m
Berat Angle Bar Melintang 5201 Kg
(L75X75X8MM) 5,201 Ton
5.8 Angle Bar Memanjang (L75X75X8MM)
Katalog Dari PT. Cakung Prima Steel
Berat per Meter 9,03 Kg
Jumlah Kebutuhan Angle Bar 8 Lembar
Panjang Kebutuhan per Lembar 20 m
Berat Angle Bar Memanjang 1444 Kg
(L75X75X8MM) 1,444 Ton
Angle Bar Memanjang (L75X75X8MM)
Katalog Dari PT. Cakung Prima Steel
Berat per Meter 9,03 Kg
5.9 Jumlah Kebutuhan Angle Bar 8 Lembar
Panjang Kebutuhan per Lembar 17,5 m
Berat Angle Bar Memanjang 1264 Kg
(L75X75X8MM) 1,264 Ton

No Berat Equipment dan Outfitting


Item Value (Kg) Jumlah Total Unit (Kg)
1 Bollard 190 3 570
2 Pedestal 62 2 62
3 Firehouse 57 1 57
4 Kursi Tunggu 6 4 24
5 Fender 5 7 35

94
6 Pile Guide 6,5 2 13
7 Kanopi 1000 1 1000
Total 1880

Jadi, Rekapitulasi Total Berat LWT (Light Weight Tonnage) untuk Dermaga
Apung (Floating Pontoon) ini bisa dilihat pada tabel dibawah ini :

No Item Berat (Ton)


1 Pelat Bulk Head 2,260
2 Pelat Alas (Bottom) 19,198
3 Pelat Sisi 4,076
4 Pelat Geladak 16
5 Berat Konstruksi 13,0749
6 Equipment & Outfitting 1,880
Total 56,502

4.9.2 Perhitungan DWT (Dead Weight Tonnage)


Pembebanan Berat DWT pada dermaga menggunakan acuan Berat
penumpang dan barang pada kapal yang akan bersandar atau yang akan bongkar
muat. Dengan data yang telah diperoleh dapat direncanakan Berat yang dibawa oleh
kapal tersebut. Adapun Perhitungan beratnya bisa di lihat pada tabel dibawah ini.

No Muatan Value (Kg) Jumlah Total (Kg)


1 Penumpang Kapal 75 70 5850
2 Barang Bawaan 30 70 2100
3 Berat Motor 150 5 750
Total 8700

4.10 Freeboard Dermaga Apung (Floating Pontoon)

Perhitungan Draft Dermaga Apung tiap Satuan Luas 1 m2 untuk


Menentukan Freeboard Dermaga Apung adalah sebagai Berikut :

95
𝐹𝐵 > 𝐹𝐺
𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ𝑥𝐴> 𝑚𝑥𝑔
𝜌 𝑥 ℎ 𝑥 𝐴> 𝑚
Keterangan :
FB = Gaya Apung Yang bekerja Pada Pontoon (N)
FG = Gaya Tekan Kebawah Pontoon (N)
𝜌 = massa Jenis Air (1000 kg/m3 )
V = Volume Air yang dipindahkan (m3 )
h = Tinggi Pontoon Yang Tenggelam (m)
A = Luas Permukaan Dasar Pontoon (m2 )
m = LWT + Berat Beban diatasnya (Kg)

Maka : 𝜌𝑥ℎ𝑥𝐴= 𝑚
𝑘𝑔
1000 𝑥 ℎ 𝑥 172,8 𝑚2 = (56502 𝑘𝑔 + 8700 𝑘𝑔)
𝑚3
ℎ = 0,377 𝑚 ~ 0,38 𝑚
Berdasarkan Perhitungan Tersebut dapat diketahui Bahwa Tinggi Draft
sebesar 0,38 m, Sehingga Tinggi Freeboard adalah 1,12 m.

4.11 Displacement Dermaga Apung (Floating Pontoon)

Dermaga Apung Ini Memiliki Displacement sesuai dengan Draft Yang telah
Ditentukan dari hasil perhitungan sebelumnya adalah sebagai berikut.
𝐷𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑐𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 = 𝐿 𝑥 𝐵 𝑥 𝑇 𝑥 𝐶𝑏 𝑥 𝜌 𝑎𝑖𝑟
= 20 𝑚 𝑥 12 𝑚 𝑥 0,38 𝑚 𝑥 0,945 𝑥 1000 𝑘𝑔/𝑚3
= 86184 kg (86,184 ton)

4.12 DWT (Dead Weight Tonnage) Dermaga Apung (Floating


Pontoon)

Kemampuan Beban maksimum Yang dapat diangkut atau dimuat pada


dermaga Apung ini setelah diketahui Nilai Displacement dan LWT (Light Weght
Tonnage) dari perhitungan sebelumnya adalah sebagai berikut :

96
DWT = Displacement – LWT

DWT = 86,164 Ton – 56,44 Ton

DWT = 29,724 Ton

Jadi, Kemampuan Beban Loading Unloading yang dapat diterima Dermaga


Apung ini atas kapal yang sering berlabuh adalah Sebesar 29,724 Ton.

4.13 Rencana Garis (Lines Plan)

Dermaga apung ini menggunakan metode ship design hal pertama yang
dilakukan adalah menentukan ukuran utama dermaga, setelah itu membuat lines
Plan atau rencana garis menggunakan data ukuran utama yang telah ditentukan .
lines plan atau rencana garis adalah gambar proyeksi badan kapal atau dermaga
apung yang dipotong secara melintang (Body Plan), Secara Memanjang (Sheer
Plan), Vertikal Memanjang (Half Breadth Plan).
Perancangan Dermaga Apung Ini lines Plan atau rencana garisnya
Digambarkan dengan Floating Ponton tipe Square Ended Pontoon. Penggambaran
Lines plan ini menggunakan bantuan software Maxsurf modeller dan autoCAD.
Adapung langkah – langkah pembuatan lines plan dermaga apung
menggunakan Maxsurf Modeller adalah sebagai berikut :
1. Langkah awal, melakukan 3D modelling bentuk dermaga apung pada
Software Maxsurf Modeller menyesuaikan data ukuran utama yang telah
dihitung menggunakan Regresi Linier.
2. Langkah Selanjutnya adalah mengatur Design Grid dengan menentukan
Nilai Station (Frame), Waterline, dan Buttock line
3. Setelah model 3D Dermaga Apung dan Design Grid telah jadi. Maka,
bisa dilakukan export file ke autoCAD untuk diolah menjadi bentuk 2
dimensi atau Bisa menjadi Lines Plan
Hasil Model 3D Dermaga apung dan Lines Plan yang diolah menggunakan
software Maxsurf Modeller dan AutoCAD bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

97
Gambar 2. 37 Pemodelan Dermaga Apung Menggunakan Maxsurf Modeller
(Sumber : Data Pribadi, 2023)

Gambar 2. 38 Tampilan Body Plan Dermaga Apung


(Sumber : Data Pribadi, 2023)

Gambar 2. 39Tampilan Sheer Plan Dermaga Apung


(sumber : Data Pribadi, 2023)

98
Gambar 2. 40 Tampilan Half Breadth Plan Dermaga Apung
(Sumber : Data Pribadi, 2023)

Gambar 2. 41 Lines Plan Dermaga Apung Untuk Sungai Mahakam (Pelabuhan Samarinda)
(sumber : Data Pribadi, 2023)

99
4.14 Rencana Umum (General Arrangement )

Dengan semua perencanaan-perencanaan yang telah ditentukan dan rencana


garis sudah didesain. Maka, langkah selanjutnya bisa mendesain Rencana Umum
(General Arrangement) untuk dermaga apung ini. Pada umumnya rencana umum
atau General Arrangement digunakan untuk perencanaan peletakan equipment dan
outfitting yang berada diatas Deck dan juga sekaligus merencanakan peletakan
tiang pancang.
Rencana Umum dibuat agar peletakan komponen-komponen diatas deck
sesuai dengan standart kenyamanan bagi pengguna. Peletakan Bollard, Firehouse,
dan Railling harus sesuai dengan fungsinya. Tiang pancang untuk dermaga apung
ini berjumlah 4 Buah dipasangkan dengan external Square pile Guide agar bisa
mengikuti gerak pasang surut air. Agar penumpang atau pengunjung nyaman
dermaga apung ini dilengkapi dengan atap yang terbuat dari aluminium. Peletakan
Bolard dan Firehouse juga sudah pas mengikuti arah datangnya kapal. dermaga ini
juga dilengkapi dengan kursi aluminium berjumlah 4 buah.

Tabel 2. 32 Kuantiotas Equipment Dermaga Apung


No Nama Equipment Kuantitas
1 Landing Pontoon 1
2 Tiang pancang (Pile) 4
3 Pile Guide 4
4 Gangway 1
5 Bollard 3
6 Kursi Alumunium 4
7 Fender 7
8 Atap 1
9 Pagar 6

100
Gambar 2. 42 Front View Dermaga Apung
(Sumber : Rancangan Pribadi,2023)

Gambar 2. 43Right View Dermaga apung


(Sumber : Rancangan Pribadi,2023)

101
Gambar 2. 44 Rencana Umum Dermaga Apung
(Sumber : Rancangan Pribadi,2023)

4.15 Konstruksi Dermaga Apung (Floating Pontoon)


Sistem Kontruksi yang digunakan pada dermaga apung ini adalah sistem
konstruksi Melintang dan Memanjang yang mana tiap jarak 3600 mm dan 3000
mm akan ditopang dengan Web Frame dan girder dengan ketebalan 8 mm. dan
setiap sisi akan diberikan komponen penguat menggunakan Anggle Bar dan Flat
Bar. Dan menggunakan sekat Melintang atau Bulkhead dengan pelat 8 mm sebagai
sekat kedap air untuk Ballast System Adapun dimensi dan Profile dari konstruksi
dermaga bisa dilihat dibawah ini.

4.15.1 Jarak Frame, Web Frame, Dan Girder.


Jarak Frame Yang digunakan Pada Dermaga Apung ini adalah 600 mm dari
Midship Dermaga., Web frame pada dermaga apung ini 3600 mm dari midship, dan
Girder memanjang dengan jarak setiap 3000 mm dari Centerline

Tabel 2. 33 jarak Frame, Web Frame, Girder


No Nama Bagian Value Unit
1 Jarak Frame 600 mm

102
2 Web Frame 3600 mm
3 Girder 3000 mm
(Sumber : data pribadi,2023)

4.15.2 Profile Kontruksi


Tabel 2. 34 Profile Konstruksi
Juml
No Nama Profile Ukuran Panjang (mm)
ah
1 Web Frame 200X8MMXF100X8MM 12000 3
L100X75X8MM 12000 28
2 Main Frame FB100X8MM 1400 20
FB100X8MM 12000 8
3 Side Longitudinal FB100X8 14400 4
4 Bottom Girder 200X8MMXF100X8MM 14400 3
5 Deck Girder 200X8MMXF100X8MM 20000 3
6 Longitudinal Bulkhead 14400 2
8MM
Plate
7 Transverse Bulkhead 12000 2
8MM
Plate
8 Bottom Longitudinal L100X75X8MM 14400 8
9 Deck Longitudinal L100X75X8MM 20000 8
10 Bracket 100x100 - 20
(Sumber : Data Pribadi,2023

Gambar 2. 45 Center Girder Construction


(sumber : Design Pribadi,2023)

103
Gambar 2. 46 Deck View Construction
(Sumber : design Pribadi, 2023)

Kemudian konstruksi dermaga apung ini digambarkan dalam bentuk 3


dimensi dan disesuaikan dengan tebal pelat yang telah diperhitungkan. Adapun
bentuk 3D dari Konstruksi Dermaga apung Baja ini bisa dilahat pada gamar
dibawah ini

Gambar 2. 47 3D Konstruksi Dermaga Apung Baja


(Sumber : Design Pribadi,2023)

104

Anda mungkin juga menyukai