KEKUATAN KAPAL
(23D03131004)
DIKERJAKAN OLEH:
DESTRI LOLONGAN
D031211046
MAHASISWA YBS.
TTD
A.8. Tegangan
(hitung tegangan lentur, tarik/tekan, dan tegangan geser yang terjadi pada balok
(wrang atau floor; gading, dan balok geladak))
A.10. Simpulan
(tulis apa yang dapat disimpulkan dari perhitungan dan komparasi tersebut di atas)
B. ASESMEN KEKUATAN LONGITUDINAL KAPAL RANCANGAN
B.1 Tujuan
Kekuatan kapal merupakan salah satu aspek terpenting dalam mendesain
suatu kapal. Kekuatan kapal berkaitan dengan kemampuan struktur kapal dalam
menahan beban yang bekerja pada kapal (Beban Internal kapal dan Beban
Eksternal). Salah satu parameter kekuatan yang penting adalah kekuatan struktur
melintang kapal (Longitudinal Strength) pada kapal sesuai dengan kriteria atau
syarat kekuatan dalam peraturan Badan Klasifikasi Indonesia BKI Tahun 2022.
Sistem konstruksi rangka memanjang adalah konstruksi dimana padanya
bekerja beban yang diterima oleh rangka konstruksi dan diuraikan pada hubungan-
hubungan kaku melintang kapal dengan pertolongan balok-balok memanjang.
Dalam system ini gading-gading utama tidak dipasang vertical, tetapi dipasang
membujur pada sisi kapal dengan jarak antara, diukur kearah vertical sekitar 600
mm – 1000 mm. gading-gading ini (pada sisi) dinamakan pembujur sisi (side
longitudinal). Pada setiap jarak tertentu (sekitar 3-5 m) dipasang gading-gading
besar, sebagaimana gading-gading besar pada system melintang sama halnya seperti
pada system melintang. Yang disebut pelintang sisi (side transverse).
Pada alas dan alas dalam juga dipasang pembujur-pembujur seperti
pembujur-pembujur sisi tersebut diatas dengan jarak antara yang sama pula seperti
jarak antara pembujur-pembujur sisi. Pembujur-pembujur ini dinamakan pembujur-
pembujur alas (bottom longitudinal) dan, pada alas dalam, pembujur alas dalam
(inner bottom longitudinal). Pada alas juga dipasang wrang-wrang, dan
dihubungkan pada pelintang-pelintang sisi. Tetapi umumnya tidak pada tiap
pelintang sisi; yaitu setiap dua, atau lebih, pelintang sisi. Wrang-wrang pda sistem
membujur juga dinamakan pelintang alas (bottom transverse). Penumpu tengah dan
penumpu samping sama halnya seperti pada sistem melintang. Pada geladak juga
dipasang pembujur-pembujur seperti halnya pembujur-pembujur yang lain tersebut
di atas. Pembujur-pembujur ini dinamakan pembujur geladak (deck longitudinal).
Balok-balok geladak dengan bilah yang besar dipasang pada setiap pelintang sisi;
dan disebut pelintang geladak (deck transverse). Konstruksi lainnya (penumpu
geladak, sekat, dsb) sama seperti halnya pada sistem melintang. Dengan demikian
terlihat bahwa dalam sistem membujur elemenelemen kerangka yang dipasang
membujur jauh lebih banyak jumlahnya dari pada yang merupakan penguatan
melintang.
Material Baja kapal yang mempunyai tegangan tinggi yang dipakai untuk
bangunan kapal harus sesuai dengan peraturan-peraturan Biro Klasifiki baik
mengenai komposisi kimia, sifat-sifat mekanik, metode deoksidasi, maupun
perlakuan panasnya. Baja kapal tegangan tinggi untuk lambung, digolongan ke
dalam dua bagian, yaitu baja dengan tegangan lumer minimal 32 Kg / mm2 dan
mempunyai kekuatan tarik dari 48 Kg/ mm2 – 60 kg/mm2 serta baja dengan
tegangan lumer minimum 36 Kg / mm2 dan mempunyai kekuatan tarik dari 50
kg/mm2. Penggolongan kualitas itu didasarkan pada metode deoksidasi, proses
pembuatan, komposisi kimia, pengujian tarik,pengujian takik, pengujian pukul, dan
perlakuan panas, baja tegangan tinggi dipergunakan juga untuk bagian-bagian
konstruksi kapal yang mendapat tekanan besar pada susunan kerangka kapal.
=
=1
CM = Faktor Distribusi
CMH = Faktor Distribusi Kondisi Hogging
=
CMS = Faktor Distribusi Kondisi Sagging
Maka diperoleh Momen Lengkung Ombak Vertikal pada kondisi Hogging dan
Sagging Berdasarkan BKI 2022 Vol II, Section 5-9/34 Lengkung Vertikal
dihitung berdasarkan rumus
𝑀 𝑊𝑉 = 𝐿2 ∙ B ∙ 𝑐0 ∙ 𝑐 1 ∙ 𝑐𝑙 ∙ 𝑐 𝑀 (kNm)
Hogging Sagging
Section
X/L MWVH (kN.m) X/L MWVS (kN.m)
0 = AP 0 0.000 0 0.0000
1 0.05 9880.01 0.05 -11630.33
2 0.1 19760.03 0.1 -23260.66
3 0.15 29640.04 0.15 -34890.99
4 0.2 39520.06 0.2 -46521.32
5 0.25 49400.07 0.25 -58151.65
6 0.3 59280.09 0.3 -69781.98
7 0.35 69160.10 0.35 -81412.31
8 0.4 79040.11 0.4 -93042.64
9 0.45 79040.11 0.45 -93042.64
10 0.5 79040.11 0.5 -93042.64
11 0.55 79040.11 0.55 -93042.64
12 0.6 79040.11 0.6 -93042.64
13 0.65 79040.11 0.65 -93042.64
14 0.7 67748.67 0.7 -79750.83
15 0.75 56457.22 0.75 -66459.03
16 0.8 45165.78 0.8 -53167.22
17 0.85 33874.33 0.85 -39875.42
18 0.9 22582.89 0.9 -26583.61
19 0.95 11291.44 0.95 -13291.81
20 = FP 1 0.00 1 0.00
Gambar kurva sebaran Momen Lengkung Vertikal dapat dilihat pada lampiran 1
2. Perhitungan Gaya Geser Vertikal (Shear Force)
Gaya geser vertikal sepanjang kapal dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
QWV = Co . CL . L . B . (Cb + 0,7) . CQ
(kN.m)
(Reference: BKI 2016 Vol. 2, page 5-11/34)
Dimana:
L = Panjang Kapal = LBP = 82,05 m
B = Lebar Kapal = 15,25 m
CB = Koefisien Blok Kapal = 0,68
CRW = Koefisien Zona Pelayaran
= 0,9 (untuk daerah pelayaran P)
Co = Koefisien Gelombang
= [(L/25)+4,1] x CRW (untuk L < 90 m, L = LBP)
= [(82,05/25)+4,1] x 0,9
= 6,64
CL = Koefisien Panjang
= (L/90)0,5 (untuk L < 90 m, L = LBP)
= (82,05/90)0,5
= 0,955
CQ = Faktor Distribusi
= Untuk menentukan faktor distribusi perhatikan tabel berikut
Dimana:
C1H = Kondisi Hogging
= 0,19 . Cb
= 0,19 . 0,68
= 0,129
C1S = Kondisi Sagging
= -0,11 . (Cb + 0,7)
= -0,11 . (0,68 + 0,7)
= -0,152
m = - (C1H/C1S)
= - (0,129/-0,152)
= 0,850
CV = Pengaruh yang berkaitan dengan kecepatan kapal
=1 (lihat di perhitungan momen lengkung vertikal)
Berdasarkan rumus dan keterangan yang telah dijelaskan di atas maka
didapatkan nilai faktor distribusi positif (C QP) dan faktor distribusi negatif
(CQN) yang selanjutnya akan didapatkan pula nilai gaya geser vertikal positif
(QWVP) dan gaya geser vertikal negatif (QWVN) di posisi (x/L) yang telah
ditentukan menjadi 10 bagian (x/L) sebagai berikut:
Untuk Gaya Geser
Section Positif Untuk Gaya Geser Negatif
X/L CQP X/L CQN
0 = AP 0 0.000 0 0.000
1 0.05 0.059 0.05 -0.069
2 0.1 0.117 0.1 -0.138
3 0.15 0.176 0.15 -0.207
4 0.2 0.234 0.2 -0.267
5 0.25 0.234 0.25 -0.267
6 0.3 0.234 0.3 -0.276
7 0.35 0.222 0.35 -0.243
8 0.4 0.210 0.4 -0.210
9 0.45 0.210 0.45 -0.210
10 0.5 0.210 0.5 -0.210
11 0.55 0.210 0.55 -0.210
12 0.6 0.210 0.6 -0.210
13 0.65 0.255 0.65 -0.232
14 0.7 0.300 0.7 -0.255
15 0.75 0.300 0.75 -0.255
16 0.8 0.300 0.8 -0.255
17 0.85 0.300 0.85 -0.255
18 0.9 0.200 0.9 -0.170
19 0.95 0.100 0.95 -0.085
20 = FP 1 0.000 1 0.000
Gambar kurva sebaran Momen Gaya Geser Vertikal dapat dilihat pada lampiran 2
B.3 Perhitungan Momen Inersia Penampang Struktur Longitudinal dan Perhitungan
Modulus
Perhitungan momen inersia dan modulus penampang melintang kapal
diberlakukan terhadap elemen-elemen konstruksi memanjang kapal. Secara
praktis elemen-elemen konstruksi memanjang kapal ini diketahui ketika
penampang kapal dipotong secara melintang maka elemen-elemen konstruksi
tersebut terpotong. Elemen-elemen konstruksi tersebut menopang kapal secara
memanjang artinya mereka berkonstribusi terhadap kekuatan memanjang
kapal. Elemen-elemen konstruksi tersebut terdiri dari: pelat lunas, pelat alas,
pelat bilga, penumpu alas tengah, penumpu alas samping (jika ada), stiffner
alas, alas ganda, stiffener alas ganda, pelat sisi kapal, sheer strake, penumpu
samping, deck stringer, pelat geladak, penumpu tengah geladak, penumpu
samping geladak (jika ada), deck stringer dan beberapa elemen memanjang
bangunan atas yang efektif.
Untuk perhitungan momen inersia dan modulus penampang dalam
kekuatan memanjang kapal ditinjau dari komponen longitudinal pada
konstruksi midship, berikut adalah hasil dari perhitungannya:
Tabel Perhitungan Inersia Komponen
B.5. Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan tegangan lentur dan tegangan geser maksimum yang
terjadi pada kapal yang dapat dilihat pada poin B.4, selanjutnya tegangan maksimum
tersebut akan dibandingkan dengan tegangan izin yang telah ditetapkan oleh biro
klasifikasi (dalam hal ini adalah BKI) untuk mengetahui apakah tegangan maksimum
tersebut memenuhi syarat atau tidak.
Diketahui:
Tegangan Lentur Izin = 150 N/mm2
Tegangan Geser Izin = 110 N/mm2
Maka hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:
Tegangan izin
Tegangan (N/mm2) Cek
(N/mm2)
Tegangan lentur maksimum terhadap deck (σd) 40.70 150 MEMENUHI
Tegangan lentur maksimum terhadap bottom (σb) 33.35 150 MEMENUHI
Tegangan geser maksimum (τ) 3.33 110 MEMENUHI
Didapatkan hasil komparasi bahwa tegangan yang terjadi masih dibawah tegangan
izin, sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan memanjang kapal memenuhi atau baik.
DAFTAR PUSTAKA
Biro Klasifikasi Indonesia, 2022, Rules For Hull Construction, Volume II, Jakarta
Jaya, Indra Kusna. 2008. Teknik Konstruksi Kapal Jilid I. Depatemen Pendidikan Nasional
Rosmani, 2012, ” Buku Ajar Konstruksi Kapal II”, Program Studi Teknik Perkapalan,
Universitas Hasanuddin
Rosmani dan A. Ardiyanti, 2013, ”Panduan Tugas Prarancangan Kapal Konstruksi Kapal
B. Lampiran 2
Gambar Kurva Gaya Geser Gelombang Vertikal