BAB I
PENENTUAN TAHANAN KAPAL
I.1. Metode Guldhamer and Harvald
Optimasi besarnya tahanan yang terjadi pada kapal dilakukan berdasarkan data-data
yang diperoleh dari pengujian model pada tangki percobaan yang hasilnya akan
direpresentasikan dalam bentuk kurva karakteristik model. Kurva tersebut dapat digunakan
untuk menentukan karakteristik dari kapal yang akan direncanakan dengan sarat kurva tersebut
harus ditambahkan dengan Correlation allowence.
Berdasarkan metode perhitungan tahanan yang dipublikasikan oleh Guldhammer dan
harvald, data-data karakteristik dari tahanan diperoleh berdasarkan beberapa cara yaitu :
1. Semua data diacukan pada daerah (lingkup) model dan tahanan model (R Tm)ditentukan
sebagai fungsi kecepatan.
2. Koefisien tahanan total spesifik model (CTm) ditentukan : CTm
R Tm
1 v 2 S
2
m
m
merupakan massa jenis dari fluida, Vm2 merupakan kecepatan model dan Sm
merupakan Luas permukaan basah model
3. Koefisien tahanan sisa spesifik ditentukan dari
CR = CTm - CFm
CFm adalah koefisien tahanan gesek spesifik. Garis korelasi model kapal ITTC 1957
dipakai untuk menentukan koefisien tahanan gesek.
0,075
CF
(Log10 R n 2) 2
Diamana Rn merupakan angka Raynolds (
VL
), dengan
V
gL
1
L BT
6. Diagram utama digambarkan untuk menyatakan Kurva rata-rata CR untuk rasio Lebar
sarat (B/T) = 2,5.
(Sv. Aa. Harvald,(1992). Tahanan dan Propulsi kapal. Airlangga university press).
Halaman 1 dari 42
Berat Displacement ( )
Merupakan banyaknya fluida yang dipindahkan oleh badan kapal dalam satuan berat
(ton), atau dengan kata lain besarnya volume displacement dikalikan dengan massa jenis fluida
tersebut, yang dirumuskan sebagai berikut :
I.4.
I.5.
ton
L
Rasio panjang Volume Displacement ( 13 )
Merupakan panjang garis air muat tiap volume displacement dari kapal yang
direncanakan yang kemudian digunakan dalam pemilihan grafik untuk menentukan besarnya
koefisien tahanan sisa (103 Cr), yang dirumuskan sebagai berikut :
L
125.320
5,267
1
1
3 (13806,843) 3
I.6.
Vs
g L WL
Dinama :
Kecepatan kapal yang direncanankan sebesar 10 knot (5,144 m/s)
Percepatan gravitasi yang digunakan adalah 9,81 m/s2
Sehingga diperoleh :
Halaman 2 dari 42
7,202
0,205
9,81 125,320
L
= 5,0 dengan :
1
3
Fn = 0,205 diperoleh:
Cp( ) = 0,65..103 CR = 0,85
Cp( ) = 0,70..103 CR = 0,95
Sehingga : Harga 103 CR untuk Cp( ) = 0,679 adalah :
0,679 0,65
103 CR = 0,85+
(0,95 0,85)
0,70 0,65
= 0,909
Fn = 0,205 diperoleh:
Cp( ) = 0,65..103 CR = 0,95
Cp( ) = 0,70..103 CR = 1,050
Sehingga : Harga 103 CR untuk Cp( ) = 0,679 adalah :
0,679 0,65
103 CR = 0,95+
(1,050 0,95)
0,70 0,65
= 1,009
3
harga 10 CR pada Fn = 0,205 diperoleh :
0,205 0,200
103 CR = 0,909+
(1,009 0,909)
0,210 0,200
= 0,963
Untuk
L
= 5,5 dengan :
1
3
Fn = 0,15 diperoleh:
Cp( ) = 0,65..103 CR = 0,75
Cp( ) = 0,70..103 CR = 0,80
Sehingga : Harga 103 CR untuk Cp( ) = 0,679 adalah :
0,679 0,65
103 CR = 0,75+
(0,80 0,75)
0,70 0,65
= 0,779
Fn = 0,16 diperoleh:
Cp( ) = 0,65..103 CR = 0,80
Cp( ) = 0,70..103 CR = 0,90
Sehingga : Harga 103 CR untuk Cp( ) = 0,679 adalah :
0,679 0,65
103 CR = 0,80+
(0,90 0,80)
0,70 0,65
= 0,859
3
harga 10 CR pada Fn = 0,144 diperoleh :
Halaman 3 dari 42
0,205 0,200
103 CR = 0,779+
(0,859 0,779)
0,210 0,200
= 0,822
Dengan demikian besarnya Nilai 103 CR untuk
L
= 5,44 adalah sebagai berikut :
1
3
5,267 5,0
(0,822 0,963)
5,5 5,0
103 CR = 0,963+
B
2,5 )
T
19,3
Sedangkan Luas permukaan basah badan dan anggota badan kapal dirumuskan sebagai
penjumlahan anatara S dengan luasan daun kemudi dan perlengkapan di bawah permukaan air,
dalam BKI 1996 volume II section14. A.3, dimana luasan daun kemudi tidak boleh kurang dari
rumusan berikut ini :
A c1 c 2 c3 c 4
1,75 L T
m
100
dimana :
c1 merupakan factor yang disebabkan oleh type kapal, karena type semi container
termasuk umum (general) dengan nilai 1,0
c2 merupakan factor yang disebabkan oleh type daun kemudi yang digunakan, karena
type yang dipilih adalah general dengan peletakan menggantung (Spade Rudder)
dengan nilai 1,0
c3 merupakan factor untuk profil daun kemudi yang digunakan yaitu hollow profil
dengan nilai 0,8
c4 merupakan factor dari peletakkan daun kemudi pada aliran arus propeller dengan
nilai 1,.0
Dengan demikian diperoleh Luasan minimum daun kemudi sebagai berikut :
A 1,0 0,1 0,8 1,0
Maka total luas permukaan badan kapal yang tercelup air adalah sebagai berikut :
S = S + A
= 3408,574 + 1,474
= 3410,048 m2
I.9.
L Vs 125,32 7,202
7,59544808 108
6
1,05372 10
Untuk lebih mendapatkan ketelitian harga CF maka pembacaan grafik tidak dilakukan,
sehingga diperoleh besarnya koefisien gesekan sebagai berikut :
0,075
1,584 10 3
CF =
8
2
(log10 7,59544808 10 2)
3
10 CF = 1,584
Sehingga koreksi untuk koefisien tahanan gesek untuk anggota badan kapal hanya dilakukan
dengan jalan menaikaan 103CF sebanding dengan luas permukaan basah anggota badan, jadi :
Halaman 6 dari 42
103CF = 103CF
S'
S
3410,048
= 1,584 ( 3408,574 )
= 1,58468
I.10.
103 CA = 0,4 +
(0 0,4)
100000 10000
= 0,383
I.11.
I.14.
2
= 2,958 x 10-3 ( 12 1025 7,202 3408,574 )
= 268048 Newton = 268,048 kN
Tahanan Total pada kondisi pelayaran dinas (RT(service))
Tahanan yang dihitung berdasarkan diagram percobaan model berlaku untuk kapal pada
kondisi pelayaran percobaan yaitu untuk koondisi ideal ditinjau dari segi angin, gelombang,
kedalaman air, dan kemulusan badan kapal. Sedangkan untuk kondisi pelayaran dinas perlu
diberi kelonggaran tambahan pada tahanan yang disebabkan oleh angin, laut, erosi dan fouling
Halaman 7 dari 42
pada badan kapal. Tambahan kelonggaran ini sangat tergantung pada jalur pelayaran.
Kelonggaran untuk pelayaran dinas disebut sebagai Sea Margine atau Service Margine. Karena
kapal yang direncanakan akan melewati jalur pelayaran asia timur (Surabaya Hongkong)
maka Sea Margin yang digunakan adalah 15 % ~ 20 %, dengan demikian tahanan kapal yang
terjadi pada kondisi pelayaran dinas adalah :
RT(service) = RT + 20% RT
= 268,048+ 20% (268,048)
= 308,255 kN
Sehingga daya effektif yang dibutuhkanuntuk menarik badan kapal adalah sebagai berikut :
PEservice = RT(service) x Vs
= 308,255 x 7,202
= 2220,102 kW
= 3018,494 HP (1 HP = 0,7355 kW)
BAB II
PEMILIHAN MOTOR INDUK
II.1.
Merupakan daya yang dibutuhkan untuk mendorong kapal maju ke depan melalui suatu
mekanisme penghasil gaya dorong yang berupa baling-baling (propeller). Daya ini dipengaruhi
secara langsung oleh kecepatan fluida yang mengalir ke baling-baling (propeller) atau speed of
advance (Va) dan thrust(T). Sehingga daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan gaya tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut :
PT = T x Va
R
Thrust dirumuskan sebagai : T = T dan speed of Advance dirumuskan sebagai: Va =Vs(11 t
w)
Dimana t : thrust deduction fraction merupakan kehilangan daya dorong (T) pada balingbaling (Propeller)atau perbedaan anatara tahanan pada kapal dengan daya dorong
menyebabkan fluida sekitar mengalami percepatan kearah buritan dan juga karena
kenyataannya baling-baling (propeller) bekerja pada medan kecepatan potensial buritan.
Sedangkan w: wake merupakan perbedaan antara kecepatan kapal dengan kecepatan aliran air
yang menuju ke propeller. Dalam buku Sv. Aa. Harvald, Tahanan dan Propulsi kapal. Hal :
169, terdapat 3 (tiga) kurva (gambar 6.4.26) yang merepresentasikan tentang thrust deduction
19,3
fraction dan wake fraction. Untuk (B/L) = 125,320 0,154 dengan Cb = 0,69 diperoleh
harga t1 = 0,220 dan w1 = 0,260
Untuk koreksi bentuk U diperoleh w2 = 0,40 dan t2 = -0,025
Untuk diameter baling-baling (D) =
2
2
T 8,4 5,6 m diperoleh nilai koreksi garis tengah
3
3
5,6
RT
308,255
387,742 kN
1 t 1 0,205
1 t
1 0,205
o rr
0,6 1,04 0,689
1 w
1 0,280
PD
s b
4380,978 _ HP
4470,386
0.98
=
HP
II.4.
4470,386 _ HP
0,98
=
= 4561,618 HP
berdasarkan daya motor penggerak utama atau motor induk ini adalah daya keluaran pada
pelayaran normal atau SCR, dimana besarnya adalah 85% dari daya keluaran pada kondisi
maksimum atau MCR. Sedangkan daya keluaran (power brake (PB)) kondisi maksimum atau
MCR dari motor induk adalah :
PBSCR
PB (MCR)
= 0.85
4561,618
0,85
=
= 5366,610 HP
= 3947,142 kWatt
II.5.
Motor induk
Berdasarkan estimasi daya motor pada kondisi MCR, maka dipilih motor penggerak
utama dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Merk
: MAN B&W Diesel A/S, Two Stroke Engine
2. Type
: S 26 MC
3. Number of cylinder : 4
Halaman 10 dari 42
4.
5.
6.
7.
8.
Bore
Stroke
Speed
MEP
Power (L1)
: 260 mm
: 980 mm
: 250 rpm
: 18,5 bar
: 1600 kW (2180 HP)
Dengan dimensi kebutuhan tempat untuk motor (space requirement for engine) adalah sebagai
berikut :
Halaman 11 dari 42
Halaman 12 dari 42
BAB III
PERHITUNGAN
KONSTRUKSI
III.1. Jarak gading (Frame Spacing (ao))
Menurut Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) volume II, Rules for Hull Construction,
1989. section 9. A.1.1, bahwa jarak gading mulai dari 0,2 L dibelakang FP sampai pada sekat
ceruk buritan (After peak bulkhead) ditentukan berdasarkan rumusan berikut ini :
ao =
L
0,48..............( meter)
500
dimana L merupakan panjang kapal dan a o tidak boleh lebih dari 100 m. Sedangkan jarak
gading di depan sekat tubrukan (collision bulkhead) dan di belakang sekat ceruk buritan (after
peak bulkhead) tidak boleh lebih dari 600 mm.
Maka diperoleh jarak gading dengan Lwl = 125,7 m, sebagai berikut :
ao =
125,7
0,48 0,7314 m
500
0,74 m
Halaman 13 dari 42
perpipaan, pompa, mesin Bantu dan lainnya. Hal ini semakin dipersulit dengan tidak
adanya ketentuan yang mengatur tentang panjang kamar mesin yang harus tersedia
untuk panjang kapal tertentu dan adanya dasar prinsip perkapalan untuk jenis kapal
niaga yaitu diusahakan sebisa mungkin memperkecil ruang mesin sehingga ruang muat
memakin bertambah. Dengan demikian pertimbangan yang disebutkan diatas menjadi
dasar untuk menentukan panjang kamar mesin yang direpresentasikan kedalam
beberapa point berikut ini :
1. Panjang tail shaft, jika dirancang untuk dilepas dari dalam kapal maka
dibutuhkan ruang yang cukup untuk proses pelepasan dan pemasangan.
2. Panjang Intermediat shaft, jika motor induk terletak agak jauh ke depan karena
pertimbangan ketersediaan tempat.
3. Kemungkinan pemasangan system transmisi seperti reduction ataupun
reversing gear
4. Dimensi utama dari motor induk yang dipilih terutama panjang dan lebarnya
5. Kemunkingan untuk melakukan perawantan, perbaikan dan tempat lewat orang
untuk melakukan inspeksi
6. kemunkinan penempatan instalasi system penunjang di depan motor induk
Berdasarkan perhitungan pada bab II, maka kamar mesin dirancang dengan panjang 21
jarak frame (frame 9 30) yaitu : 21 x 0,74 m = 15,54 m, dengan demikian Sekat
depan kamar mesin terletak pada frame 30.
BAB IV
Halaman 15 dari 42
Dimana : CST merupakan coefficient steward department (1,20 - 1,33), diperkirakan 1,2
CENG merupakan coefficient engine department (8,5 - 11,0), diperkirakan 8,5
PB merupakan daya motor induk yang telah dipilih pada BAB II yaitu 2180 HP
CDK merupakan coefficient deck department (11,5 - 14,5), diperkirakan 11,5
Lpp : 125,7 meter
B merupakan lebar kapal 18,24 meter
H merupakan tinggi kapal, diukur dari keel sampai geladak terendah11,07 meter
CKAD merupakan jumlah kadet diperkirakan 1 (satu) orang
Maka diperoleh jumlah awak kapal sebagai berikut :
2180 1 / 3
35 1 / 6
= 23,91 orang
24 orang (direncanakan)
IV.2.
1 (satu)
orang
Deck department :
Chief Officer (mualim 1)
Assistant officer (mualim 2)
Second officer (juru mudi)
Radio officer (operator radio)
Boatswain (kepala kelasi)
Seamans (kelasi)
1 (satu)
1 (satu)
1 (satu)
1 (satu)
1 (satu)
2 (dua)
orang
orang
orang
orang
orang
orang
Deck department :
Chief Engineer (kepala kamar mesin)
Assistant Engineer (teknisi 1)
Second Engineer (teknisi 2)
1 (satu)
1 (satu)
1 (satu)
orang
orang
orang
Halaman 16 dari 42
Mechanic
Electrician
Cleaner/oiler (juru kebersihan)
Pump man (pengurus pompa)
Fire man (pengurus air dan pemadam kebakaran)
2 (dua)
2 (dua)
1 (satu)
1 (satu)
1 (satu)
orang
orang
orang
orang
orang
1 (satu)
1 (satu)
1 (satu)
3 (tiga)
orang
orang
orang
orang
orang
Steward department :
Chef (kepala juru masak)
Assistant Chef (pembantu juru masak)
Steward (penanta hidangan)
Boys (pramusaji)
Total awak kapal adalah
BAB V
PERENCANAAN TANGKI
Halaman 17 dari 42
V.1.
Umum
Kompartement yang berada dibawah dasar ganda (double bottom), pada ceruk haluan
dan ceruk buritan dimanfaatkan sebagai tempat peletakan tangki-tangki, yang telah disesuaikan
berdasarkan perencanaan kapasitas dan ukurannya serta kemungkianan penggunaannya pada
saat pelayaran dinas terutama keberadaan tangki diusahakan sedekat mungkin dengan objek
yang akan dilayani.
Pada umumnya tangki bahan bakar terletak pada dasar ganda (double bottom) tepat
didepan sekat kamar mesin, untuk tangki minyak pelumas (Lubrication oil tank) terletak pada
dasar ganda di kamar mesin dan sisa tangki kedepan kapal dimanfaatkan sebagai tangki ballast.
Sedangkan untuk tangki air tawar biasanya diletakkan pada ceruk buritan tepatnya diatas
tabung poros propeller, kapasitas tangki ini merupakan fungsi dari jumlahawak kapal dan
keperluan lain untuk menunjang kelangsungan pelayaran. Tangki-tangki dengan muatan fluida
yang berbeda massa jenisnya harus dipisahkan dengan cofferdam misalnya tangki ballast dan
tangki bahan bakar. Hal ini telah diatur dalam Biro Klasifikasi Indonesia volume III The
Ruler of Machinary Instalation 1996 yaitu sebagai berikut :
1. Ketersediaan bahan bakar perlu disimpan dalam beberapa tangki sehingga meskipun
terjadi kerusakan pada dasar salah satu tangki, supalai bahan bakar ke motor tidak
terganggu. (2.1.1)
2. Tangki bahan bakar harus dipisahkan oleh kofferdam dari tangki-tangki yang
mengandung minyak pelumas, minyak hidraulik, minyak bertemperatur tinggi, dan
tangki-tangki berisi air. (2.1.2)
3. Untuk kapal cargo, pasokan bahan bakar harus cukup 18 jam operasi motor induk. Hal
ini dianalogikan bahwa motor induk tersebut menggerakkan pompa darurat pemadam
kebakaran. (2.4)
4. Tangki service harus direncanakan sedemikian hingga air dan segala kotoran dapat
dipastikan tidak ikut dalam operasi selanjutnya. (3.2)
Berdasarkan ketentuan yang telah ada maka perencanaan tangki-tangki dikategorikan dalam
beberapa kelompok yaitu :
1. Perencanaan tangki bahan bakar
- Tangki MDO
- Tangki HFO
2. Perencanaan tangki minyak pelumas
3. Perencanaan tangki air tawar
4. Perencanaan tangki ballast
V.2.
Perhitungan tangki dimulai dari bagian yang paling belakang yang direncanankan dekat
dengan ruang akmodasi dan kemungkinan digunakan untuk keperluan penunjang motor induk
khususnya system pendinginan, yaitu tangki air tawar. Kemudian dilanjutkan dengan
perhitungan volume tangki minyak pelumas, bahan bakar dan ballast. Perhitungan tersebut
dilakukan sebagai berikut :
V.2.1. Volume tangki air tawar
Deskripsi perencanaan tangki air tawar dilakukan berdasarkan data-data sebagai
berikut :
1. Radius pelayaran 1939 mil laut
2. Kecepatan dinas (Vs) 10 knot (10 mil laut/jam)
Halaman 18 dari 42
Halaman 19 dari 42
3. Kebutuhan total air tawar untuk memasak (Cooking) selama kapal beroperasian
adalah sebagai berikut :
WfwC = hs 1 + hs 2
= 0,864 ton + 0,192 ton
= 1,056 ton
Kebutuhan untuk pendinginan motor induk (PB = 2180 HP) dan motor bantu
(direncanankan 3 buah Genset @ 400HP) (fresh water jacket cooling), memiliki harga
konstanta C dengan range (2 ~ 5) gr/BHP~hr. direncanakan 5 gr/BHP~hr. Maka
kebutuhan air tawar untuk pendingin adalah :
1. Motor induk WfwJ = PB x C x t x 10-6.ton
= (2180 HP)(5 gr/HP~hr)(9 hari)(24hr/1 hari) x 10-6
= 2,3544 ton
2. Motor Bantu WfwA= (0,1 ~0,2) WfwJ .ton
= 0,2 (2,3544 ton)
= 0,471 ton
Maka total kebutuhan air tawar yang harus tersedia selama pelayaran dan
bongkar muat adalah sebagai berikut :
Wfw = Wfwd + Wfws + WfwC + WfwJ + WfwA
= 3,96 + 44,88 + 1,056 + 2,354 + 0,471
= 52,72 ton
Maka volume tangki air tawar yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Jika air tawar= 1000 kg/m3 diperoleh :
Wfw
52,72 103
52,72 m3
Vair tawar =
1000
88,1 m3
VHFO =
HFO
0,95
Karena tangki ini diletakkan pada dasar ganda (double bottom) maka perlu dilakukan
koreksi untuk keperluan ekspansi sebesar 2%, dengan demikian diperoleh volume
tangki untuk penyimpanan (Storage tank) sebagai berikut :
VHFO storage = VHFO + 2% VHFO
= 88,1 + 2% (88,1)
= 89,964 m3
direncananakan 90 m3
Halaman 20 dari 42
Sedangkan untuk tangki penampung settling tank (settling tank) direncanakan dapat
menyalurkan bahan bakar ke dalam motor induk pada beban penuh pada saat
pengoperasiannya selama 24 jam ~ 36 jam.
Dalam perencanaan ini diperkirakan 30 jam karena pertimbangan jumlah awak kapal,
maka diperoleh volume settling tank sebesar :
Vsettling
PB SFOC t 1,5 10 6
2180 132 30 1,5 106
13,63 m3 (14
tank=
HFO
0,95
m3)
Untuk supply bahan bakar harian, tangki direncananakan dapat menyupply bahan
bakan (HFO) selama 24 jam, maka diperoleh volume tangki harian (daily/service tank)
sebesar :
PB SFOC t 1,5 106
2180 132 24 1,5 106
Untuk starting/awal pengoperasian motor induk (Charge oil) dan konsumsi bahan bakar
motor-motor bantu, digunakan adalah Marine Diesel Oil (MDO) dengan kebutuhan
pada sekali pelayaran adalah 10% ~ 20% dari berat HFO. Direncanakan berat MDO
sebesar 15%, Maka :
WMDO= 20% WHFO
= 20% (83,695 ton)
= 16,739 ton
sehingga diperoleh volume MDO sebesar :
WMDO 16,739
19,69 m3
VMDO=
MDO
0,85
Karena tangki MDO diletakkan pada dasar ganda (double bottom) maka perlu
dilakukan koreksi untuk keperluan ekspansi sebesar 2%, dengan demikian diperoleh
volume tangki untuk penyimpanan (Storage tank) sebagai berikut :
VMDO storage = VMDO + 2% VMDO
= 19,69 + 2% (19,69)
= 20,084 m3
direncananakan 21 m3
V.2.3. Volume tangki minyak pelumas (Lubricating oil)
Deskripsi penentuan kapasitas tangki minyak pelumas (Lubricating oil)
dilakukan berdasarkan spesifikasi motor induk yang telah dipilih pada BAB III dan
juga beberapa poin pada sub BAB V.2.1 dengan tambahan sebagai berikut :
1.
Specific Lubricating Oil Consumption (SLOC) 1,5 kg/Cyl~24 hr atau (0,8 ~
1,2) gr/BHP~hr
2.
Massa jenis (LO) 0,9 ton/m3
3.
toleransi 3% pada kondisi 100% beban penuh
maka banyaknya pelumas yang dibutuhkan untuk 1 (satu) kali periode pelayaran adalah
sebagai berikut :
WLO = PB x SLOC x t x 1,3 x 10-6ton
= (2180 HP)(1,2 gr/HP~hr)(193,9 hr)( 1,3 x 10-6)
= 0,659 ton
dengan demikian diperoleh volume LO yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
WLO 0,659
0,733 m3
VLubrication Oil =
LO
0,9
Halaman 21 dari 42
Dengan demikian direncanankan besarnya volume Sump Tank yang berada tepat
dibawah motor induk. Sebagai berikut :
L
=7m
t1
=1m
t2
= 0,6 m
w
= 1,4 m
maka volume Sump tank yang merupakan volume jajaran genjang adalah :
t t
VSump tank = L x 1 2 x w
2
=7x
1 0,6
x 1,4
2
= 7,84 m3
V.2.4. Volume tangki ballast (Ballast tank)
Berat air ballast direncanakan berkisar antara 10% ~ 15% dari displacement
kapal, dalam Bab sebelumnya telah dipeoleh berat displacement kapal sebesar :
= 13829,46 ton, maka berat air ballast berkisar :
WBallast = 10%
= 10% (13829,46 ton)
= 1382,946 ton
maka volume total untuk tangki ballast adalh sebagai berikut :
WBallast 1382,946
1349,22 m3
Vballast =
Air _ laut
1,025
Dalam perencanaan ini tangki-tangki ballast diletakkan pada dasar ganda (double
bottom) dibawah ruang muat dan tangki pada ceruk haluan.
V.3.
Halaman 23 dari 42
BAB VI
PERENCANAAN PERLENGKAPAN
BONGKAR MUAT
VI.1. Palkah (Hatch)
Palkah merupakan tempat laluan untuk memasukkan dan mengeluarkan muatan dari
ruang muat (Cargo Hold) menuju ke pelebuhan atau sebaliknya, menurut Ing, J.P. De Haan,
dalam PRACTICAL SHIPBUILDING, handbook, bahwa panjang lubang palkah (L) 63% dari
panjang kompartement ruang muat dan lebarnya(w) 60% lebar kapal.
Untuk ruang muat No. 2 ~ 5, dimensi lubang palkahnya adalah :
L = 63% L kompartement
= 63% (19,24 m)
= 12,12 m
w = 60% B
= 60% (18,24 m)
= 10,94 m
Untuk ruang muat No. 1, dimensi lubang palkahnya adalah :
L = 63% L kompartement
= 63% (17,76 m)
= 11,19 m
w = 60% B
= 60% (16,21 m)
= 9,73 m
Pada geladak cuaca lubang palkah selalu dibuat ambang palkah (Hatch Coaming) menurut
peraturan lambung timbul memiliki ketinggian minimal 600 mm, ketinggian tersebut untuk
mengurangi resiko air laut masuk kedalam lubang palkah.
Untuk penutup palkah (Hatch Cover) direncanankan menggunakan tutup palkah Mac
Gregor Steel Hatch cover type Single Pull dengan perhitungan sebagai berikut :
Panjang penutup = Panjang lubang palkah / n, dimana n = 2 ~ 5 diambil 5
= 12,12 m / 5
= 2,242 m
Panjang untuk stowage hatch = 0,05 x w x n x 0,37 x panjang penutup
= 0,05 x 10,94 x 5 x 0,37 x 2,242
= 2,269 m
Tinggi stowage Space = Panjang untuk stowage hatch + Clearance (300 ~500) mm
= 2,269 m + 400 mm
= 2,669 m
VI.2. Perancangan Cargo handling (Cargo Winch dan Derrick Boom)
Kapal container dibagi menjadi 2 (dua) grup yaitu full container dan parsial (semi
container). Untuk jenis parsial (semi) container didalam ruang muatnya dimanfaatkan untuk
muatan cargo sedangkan untuk muatan dalam bentuk container diletakkan diatas geladak
utama dan diletakkan secara memanjang, juga ketinggian container dibatasi hanya sampai 2
(dua) atau 3 (tiga) tumpukkan saja. (Ship Design and Constuction). Utnuk peralatan bongkar
muat direncanankan menggunakan Derrick Boom dengan perhitungan sebagi berikut :
Berdasarkan Marine Auxiliary Machinery and System oleh M.Khetagurov. penentuana
kapasitas Cargo Winch dilakukan dengan data-data perencanaan sebagai berikut :
P
= Berat maksimum yang diangkat = 15000 kg
Halaman 24 dari 42
p
k
dr
b
z
b
vtd
nm
wd
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
(10000 48)
0,92
= 12404,94 kg
Diameter gelondong winch (Db)
Db
= (16,5 ~ 18)dr
=18 x dr
= 18 x 0,015
= 0,27 m
Kekuatan tarik tali (Rbr)
Rbr
= 6 x Pg
= 6 x 12373,33
= 74239,98 kg
Panjang Gelondong Winch (Lb)
Lb
= (1,1 ~ 1,6) x Db,.m
= 1,6 x 0,27
= 0,432 m
Jumlah lilitan sepanjang gelondong (m)
m
= Lb/dr
= 0,432 /0,015
= 28,8
= 29 lilitan
Panjang tali pada lapisan pertama (Lm1)
Lm1
= x (Db + dr) x m ,.m
= 3,14 x (0,27 + 0,015) x 29
= 25,29 m
Kapasitas penggulung sampai pada lapisan ke z (Lmz)
Untuk z
= 5 lapis
Lmz
= b x x [ (z x Db) + (z2 x dr)] x m,. m
= 0,9 x 3,14 x [ (5 x 0,27) + (52 x 0,015) ] x 29
Halaman 25 dari 42
9.
10.
11.
12.
14.
4203.109.602
= 141,37 m
Diameter perencanaan barrel winch (Dbd)
Dbd
= Db + dr(2z 1)
= 0,27 + 0,015((2 x5) 1)
= 0,40 m
Torsi pada poros barrel / gelondong winch (Mbd)
Mbd
= x [Db + dr(2z 1)] (Tb/b),kg.m
= x [0,27 + 0,015(2.5 1)]( 12404,94/0,9)
= 2015,8025 kg.m
Kecepatan putar poros gelondong (nbd)
60 xvtd
nbd
=
xDbd
= 19,1 x (vtd/Dbd)
= 19,1 x (30/0,40)
= 1432,5 RPM
Rasio reduksi gear (iwd)
nm x
xDbd
iwd
=
60 xvtd
=
13.
= 0,698
Momen torsi pada poros motor (Mmd)
M bd
Mmd =
iwd x wd
= 2015,8025 /(0,698 x 0,75)
= 3850,63 kg.m
Daya motor (Ne)
Ne
M md xn m
,..Hp
60 x 716,2
= 0,7 lb
= 0,7 x 16
= 11,2 m
direncanankan 12 meter
c) Diameter tiang mast (D)
w1
= 0,1 x (Pm x d) m3
Dimana :
w1 = modulus penampang tiang mast dengan 1 derrick boom
Pm = beban yang diangkat
= 1,5 x P
= 1,5 x 15000
= 22500 kg
d = jarak yang dicapai boom = 2/3 x L + Lm
= (2/3 x 12,12) + 5,3
= 13,38 m
Untuk ruang muat II dan III digunakan 1 tiang mast dengan 2 derrick boom dimana
modulus penampangnya adalah sebagai berikut :
w = 0,1 x 2 (Pm x d)
= 0,1 x 2(15000 x 13,38)
= 40140
sehingga diperoleh diameter tiang mast adalah :
w
0
,
0148
D =
1/ 3
..cm
= (/0,0148)1/3
= 139,46 cm
direncanankan 140 cm (1,4 meter)
Diameter dalam tiang mast adalah :
d = 0,96 x D
= 0,96 x 139,46
= 133,88 cm
Untuk ruang muat IV dan V digunakan 1 tiang mast dengan 2 derrick boom dengan
ukuran sama seperti pada ruang muat II dan III, sedangkan untuk ruang muat I
digunakan 1 tiang mast dengan 1 derik boom. Dengan ukuran diameter tiang
mastnya sebagai berikut :
w = 0,1 x (Pm x d)
= 0,1 x (15000 x 13,38)
= 20070
sehingga diperoleh diameter tiang mast adalah :
0
,
0148
D =
1/ 3
..cm
= (20070/0,0148)1/3
= 110.69 cm
direncanankan 110 cm (1,1 meter)
Diameter dalam tiang mast adalah :
d = 0,96 x D
= 0,96 x 110
= 105,6 cm
BAB VII
RENCANA RUANG AKOMODASI
Halaman 27 dari 42
BAB VIII
PERMESINAN GELADAK
Halaman 33 dari 42
1,75 L T
m
100
dimana :
c1 merupakan factor yang disebabkan oleh type kapal, karena type semi
container termasuk umum (general) dengan nilai 1,0
c2 merupakan factor yang disebabkan oleh type daun kemudi yang digunakan,
karena type yang dipilih adalah semi balanced dengan peletakan setengah
menggantung (Semi spade Rudder) dengan nilai 0,9
c3 merupakan factor untuk profil daun kemudi yang digunakan yaitu hollow
profil dengan nilai 0,8
c4 merupakan factor dari peletakkan daun kemudi pada aliran arus propeller
dengan nilai 1,.0
Dengan demikian diperoleh Luasan minimum daun kemudi sebagai berikut :
A 1,0 0,9 0,8 1,0
A = b x h(2)
Halaman 34 dari 42
Maka lebar daun kemudi (b) diperoleh dari substitusi pers. 1 dan 2 adalah
sebagai berikut :
A = b x (1,8 b)
A = 1,8 b2
b A 13,93 2,71 _ m
1,8
1,8
Tinggi daun kemudi (h) adalah sebagai berikut :
h = 1,8 b
= 1,8 (2,71)
= 4,88 m
C1
h1
h2
A1
A2
Af1
Af2
C2
Luas A dibagi menjadi luasan A1, A2, Af1 dan Af2 dimana luasan A1 merupakan 50% A
dikurangi Af1 begitu juga luasan A2 merupakan 50% A dikurangi Af2 sehingga total A
menjadi 100%, sedangkan Af1 dan 2 merupakan total dari luasan daun kemudi didepan
sumbu poros kemudi, maka :
Af1 = 35% A
= 35% (3,204 m2)
= 1,1214 m2
Af2 = 65% A
= 65% (3,204 m2)
= 2,083 m2
A1 = 50% A Af1
= 50% (13,93) 1,1214
= 5,844 m2
A2 = 50% A Af2
= 50% (13,93) 2,083
= 4,88 m2
Sedangkan jarak C1 dan C2 ditentukan dengan rumusan sebagai berikut :
C1 = A1/b1 = 5,844/(50% b)
= 4,313 m
C2 = A2/b2 = 4,88/(50% b)
= 3,6 m
Halaman 35 dari 42
1.2.
Cr1 = Cr
1.3.
= 58986,05 Nm
Sehingga total torque pada tangkai daun kemudi adalah sebagai berikut :
QR = QR1 + QR2
= 37396,70 + 58986,05
= 96382,75 Nm
1.4.
R eH
0 , 75
235
280
0 , 75
0,88
mm
1.6.
0,044 _ rad / s
75
28 180o
Sehingga daya yang dibutuhkan :
Nrs =
96382,75 0,044
56,54 _ Hp
75
dengan demikian daya yang harus dihasilkan oleh kemudi adalah sebagai berikut :
N
56,54
NST rs
161,54 _ Hp
SG 0,35
VIII.2. Sekoci dan Davit (Life saving Appliance)
Perencanaan dimensi sekoci ditentukan berdasarkan jumlah awak, banyaknya sekoci
yang digunakan sebanyak 2 (dua) unit, masing-masing terletak pada sisi starboard dan sisi port
pada bridge deck. Masing-masing sekoci harus dapat melayani seluruh awak kapal yang
berjumlah 24 orang, berdasarkan angka tersebut maka dipilih dimensi sekoci yang tertera pada
buku Practical Shipbuilding hal. 326 sesuai dengan standart ukuran yang diberikan oleh Boat
Of Trade (BOT), sebagai berikut :
Size (L x B x H) in meter
: 6,71 meter x 2,21 meter x 0,84 meter
Halaman 37 dari 42
Maka :
Tmax
= 544,27 kg
Tegangan minimum dari ujung tali (Tmin)
0,5 x (Qb 0,9Q p ) Q f
Tmin =
3
mx f x r x s
=
= 486 kg
Daya Motor Penggerak untuk winch (Ne)
(Tmaks Tmin ) xVb
Ne
=
75 x bw
Dimana:
Vb
= kecepatan menurunkan sekoci = 0,15 m/det
bw
= effisiensi boat winches = 0,5
Halaman 38 dari 42
Maka :
Ne
= 4,12 Hp
VIII.3. Penjangkaran (Anchoring)
Penjangkaran bertujuan untuk mempertahan kan posisi kapal dari dari arus, gelombang,
maupun tiupan angin yang mengenai badan kapal pada saat bersandar dipelabuhan ataupun
pada saat menunggu untuk masuk kedalam pelabuhan. Untuk mendapatkan karakteristik
jangkar, Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) 1996 volume II section 18 B, karakteristik jangkar
ditentukan berdasarkan Equipment numerical (Z) yang dirumuskan sebagai berikut :
2
A
Z = 3 2 h B
10
Dimana :
merupakan moulded displacement pada saat garis air muat berada pada musim
panas dengan densitas air laut 1,025 ton/m3, sebesar : 13492,16 m3
h
tinggi efektif yang diukur dari garis air muat pada musim panas sampai pada
ujung deck tertinggi (top uppermost house) yaitu sebesar : 19,86 meter
B
Lebar kapal sebesar : 18,24 meter
A
Luasan (m2) merupakan penampakan profil lambung, superstructure dan houses
yang memiliki lebar lebih besar dari B/4 yang berada diatas garis air muat pada
musim panas termasuk panjang L dan diatas dari tinggi h, yang besarnya :
= 2,5(18,24 m) + 2,4(12,55 m) + 2,4(12,55 m) + 2,4(12,55 m) + 2,4(10,51 m)
= 161,184 m2
Maka :
2
161,184
Z = (13492,16) 3 2 (19,86) (18,24)
1307,36
10
Berdasarkan Equipment Numerical diatas maka karakteristik jangkar dapat dipilih pada tebel
yang telah disajikan dalam Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) volime II section 18 tabel 18.2
anchor, chain cables and Ropes; hal. 18.6 :
Equipment numerical (Z)
: 1300 1390
Number of Anchor
: 3 unit (1 haluan ,1 buritan dan 1 sebagai cadangan)
Mass Per Anchor
: 4050 kg
Anchor Type
: Stocless
Total Length of Chain
: 522,5 m
Diamenter (d1 x d2 x d3)
: 64 x 56 x 50 in mm
Berdasarkan buku Marine Auxiliary Machinery And System hal 401
Gaya Tarik Angkat Jangkar (Tcl)
Tcl
Dimana : fh
Ga
Pa
La
a
w
Maka :
Tcl
1025
))
7750
= 25692.79 kg
Penentuan Chain Locker
Volume chain locker adalah :
Sm = Volume chain locker untuk panjang rantai jangkar 100 fathom ( 183 m )
D = Diameter rantai jangkar dalam inch
60
= 0,0254
= 2,4409 inch
panjang rantai : 522,5 m, maka :
Sm =
522.5
x 2,44092
183
TclxDcl
;
2 x cl
Dimana :
Dcl = diameter penarik jangka
= 13,6 dc = 13,6 x 56
= 761,16 mm = 0,7616 m
cl = effisiensi kabel lifte = 0,9 0,92
Maka :
Mcl
25692,79 x0,7616
;
2 x 0,91
= 10751,44 kg.m
Torsi Pada Poros Motor
Torque pada motor dirumuskan sebagai berikut :
Mcl
Mm = iax
a
Dimana:
Halaman 40 dari 42
ia = perbandingan putaran poros motor windlass dengan putaran poros kabel lifter.
putaran kabel lifter (ncl ) = 300 dan dc = 60 ,RPM
putaran motor penggerak (nm) pada buku Marine Auxiliary Machinery and System,
table 61 hal 409. Untuk jenis electric windlass diperoleh harga n m antara 720 1550
RPM dengan perbandingan gigi mekanis 105 250 . Dalam perencanaan ini diambil
1200 RPM, sehingga :
ia =
nm
1200
=
= 240
ncl
5
a = effisiensi peralatan
untuk mekanisme penggerak dipilih type worm gearing dengan harga effieiensi
peralatan adalah 0,70 0,85.
Dalam perencanaan diambil 0,75
10751,44
Mm = 240 x0,75
= 59,73 kg.m
Daya Motor Penggerak Windlass
Daya motor penggerak windlass dapat ditentukan dengan menggunakan rumusan
sebagai berikut :
Ne
Ne
Mmxn m
716,2
59,73 x1200
716,2
= 100,09 Hp
Perhitungan Daya Capstan
Berdasarkan buku Marine Auxiliary Machinery and System yang disusun oleh
M.Khetagurov. Karakteristik peralatan :
Jumlah tali tambat
= 4 buah
Panjang tali tambat = 180 m
Beban putus = 270 KN
= 270000N=22556kg
Dipilih tali tambat dengan bahan dari nylon yang mempunyai spesifikasi sebagat berikut :
Berat / 100 m = 158 kg
Beban putus = 22556 kg ( Rbr )
Keliling tali = 152mm
Diameter tali = 24.2 mm
Gaya Tarik Pada Capstan ( Twb )
Twb
Rbr
6
22556
=
6
= 3759,33 kg
Putaran Pada Poros Penggulung Capstan ( Nw )
Nw
Dimana:
Vw
19,1xVw
; RPM
Dw dw
dw
Dw
Nw
= 0,14 0,0242
= 29,08 RPM
Momen Torsi Penggulung Capstan (Mm)
Mm
Twbx ( Dw dw)
; kg .m
2 xiwx w
Dimana :
w
iw
nm
iw
= 29,08 = 41,27
1200
sehingga :
Mm
3579,33(0,14 0,0242)
2 x 41,27 x0,9
= 7,9 kg.m
Daya Motor Capstan (Nc)
Nc
Mmxn m
716,2
7,9 x1200
716,2
= 13,23 Hp
Halaman 42 dari 42