17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
Fn = Vs
gL
5.144
=
√9.8×82
= 0.18
Menghitung Angka Reynold
Rn = ( Vs x Lwl) /
v merupakan koefisien viskositas Kinematis pada 15 0 C = 1.18 x 10-6 m2/dt
Rn = (5.144 x82 )/1.18 x 10-6
= 357.464.407
Mencari koefisien tahanan gesek ( Cf )
Koefisien tahanan gesek didapat dengan rumus :
Cf = 0.075/(log Rn-2)2 (Harvald 5.5.14, Tahanan Dan Propulsi Kapal Hal 118)
= 0,075/(log 357464407– 2)2
= 1,746x 10-3
Menentukan Harga Cr ( Kofisien tahanan sisa ) Dari Diagram
Koefisien tahanan sisa kapal dapat ditentukan melalui diagram Guldhammer - Harvald dengan
hasilnya adalah sebagai berikut
L / 1/3 = 82/5980.62081/3
= 4.5
Rn = 357464407
= Koefisient Prismatik
Diambil harga Cr :
Cr = 1.3 x 10-3 ( dari diagram Guldhammer dan Harvald )
Rasio B/T
Bila diagram tersebut dibuat berdasarkan rasio lebar-sarat B/T = 2.5 maka harga Cr untuk kapal
yang mempunyai rasio lebar-sarat lebih besar atau lebih kecil daripada harga tersebut harus
dikoreksi, sesuai pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 119 harus
dikoreksi, sesuai pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 11
(B/T = 2,4)
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
KOREKSI LCB
LCB dari Tugas Rencana Garis adalah
LCB Kapal = 1.82 (di depan midship)
𝐿𝐶𝐵 1.82
%LCB Kapal = x 100% = x 100% = 2,28%
𝐿𝑝𝑝 80
Penentuan LCB standart dalam % dengan acuan grafik LCB Standart, buku TAHANAN DAN
PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 130, gambar 5.5.15
Standar = 1,4%
LCB = LCB Kapal – LCB Standar = 2,28% – 1.4% = 0,88%
Karena letak LCB di muka LCB standart maka perlu dikoreksi sehingga
𝝏103 𝐶𝑅
Mencari
𝝏𝑳𝑪𝑩
𝝏103 𝐶𝑅
= 0,14 x 10−3
𝝏𝑳𝑪𝑩
𝝏103 𝐶𝑅
10^3CR = 10^3CR(standart) + (LCB)
𝝏𝑳𝑪𝑩
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
Tahanan Tambahan
Koefisien penambahan tahanan untuk korelasi model-kapal umumnya sebesar Ca = 0.0004
namun pengalaman lebih lanjut menunjukkan bahwa cara demikian itu tidak selalu benar,
maka diusulkan koreksi untuk pengaruh kekasaran dan pengaruh sebagai berikut untuk
kondisi pelayaran percobaan’ Dari perhitungan awal diperoleh displacement kapal sebesar =
6130.1363 ton
Displacement pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 132 yaitu :
displacement Ca
1 1000 0,0006
2 10000 0,0004
3 100000 0
untuk dapat menentukan besarnya Ca, maka perlu adanya interpolasi sabagai berikut :
Secara umum kapal yang bergerak di air dengan kecepatan tertentu, maka akan mengalami
gaya hambat (resistance) yang berlawanan dengan arah gerak kapal tersebut. Besarnya gaya hambat
yang terjadi harus mampu diatasi oleh gaya dorong kapal ( thrust) yang dihasilkan dari kerja alat gerak
kapal (propulsor). Daya yang disalurkan (PD ) ke alat gerak kapal adalah berasal dari Daya Poros (PS),
sedangkan Daya Poros sendiri bersumber dari Daya Rem (PB) yang merupakan daya luaran motor
penggerak kapal.
Ada beberapa pengertian mengenai daya yang sering digunakan dalam melakukan estimasi
terhadap kebutuhan daya pada sistem penggerak kapal, antara lain : (i) Daya Efektif (Effective Power-
PE); (ii) Daya Dorong (Thrust Power-PT); (iii) Daya yang disalurkan ( Delivered Power-PD); (iv) Daya
Poros (Shaft Power-PS); (v) Daya Rem (Brake Power-PB); dan (vi) Daya yang diindikasi (Indicated
Power-PI).
Setelah harga dari tahanan kapal diperoleh, maka kita dapat menentukan secara kasar (draft) nilai
untuk besarnya daya motor penggerak utama yang diperlukan. Langkah langkah yang harus dilakukan
ialah sebagai berikut :
Menghitung Daya Efektif Kapal (Ehp)
Perhitungan daya efektif kapal (EHP) menurut buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA
HARVALD hal. 135
EHP = Rtdinas x Vs
= 125,272 kN x 5.144 m/s
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
= 644,397 kw
= 644,397 x 1,3404826
= 863,803 Hp
= 1726,306 Hp
= 1287,824 Kw
Menghitung Daya Penggerak Utama Yang Diperlukan
a. BHPscr
Adanya pengaruh effisiensi roda sistem gigi transmisi (ηG), pada tugas ini memakai sistem
roda gigi reduksi tunggal atau single reduction gears dengan loss 2% untuk arah maju shg
ηG = 0,98
BHPscr= SHP/ηG
= 1726,306 Hp /0.98
= 1761,536 Hp
= 1314,106 Kw
b. BHPmcr
Daya keluaran pada kondisi maksimum dari motor induk, dimana besarnya daya BHPscr=
dari BHPmcr (kondisi maksimum)
BHPmcr= BHPscr/0.85
= 1761,536 Hp /0.85 Hp
= 2072,396 Hp
= 1546,007 Kw
1.4.3 Pemilihan Main Engine
Pemilihan mesin induk (main angine) dilakukan setelah daya mesin penggerak utama yang
diperlukan diketahui melalui perhitungan menggunakan rumusan. Pertimbangan dalam pemilihan
mesin induk dapat dilakukan dengan optimalisasi segi teknik dan ekonomi.Untuk segi teknis antara
lain dimensi yang cukup, kehandalan, berat mesin induk, unjuk kerja mesin, ukuran mesin induk dan
masih banyak lagi seperti SFOC dan sebagainya yang perlu pertimbangan. Sedangkan untuk faktor
ekonomis antara lain harga mesin induk, keawetan, spare part, bahan bakar, minyak pelumas serta
pelumasan. Adapun mengenai daya kerja dan putaran kerja yang sesuai dengan perhitungan kondisi
kapal dapat dilakukan dengan mengatur putaran kerja sehingga diperoleh daya seperti yang telah
ditentukan.
Pemilihan mesin utama dengan menentukan karakteristik dasar sebagai berikut ini :
Daya yang diperkirakan
Factor kecepatan yang diinginkan
Jenis kontruksi sistemnya
Dari berbagai pertimbangan diatas, maka dalam perencanaan untuk kapal MV. Putra Tunggal
dipilih mesin induk sebagai berikut :
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
Keterangan :
Merk : Wartsila
Type : 6L20
Cycle : 4 stroke
Power max : 1600 kW : 2175 HP
Cylinder : 8 in-line
Bore : 200 mm
Piston stroke : 280 mm
Selengkapnya data spesifikasi ini dapat dilihat pada lampiran spec engine dari motor diesel tipe
tersebut.
Langkah perhitungan ulang daya engine MAN B&W
Setelah mesin dipilih, maka daya pada kapal perlu dihitung kembali. Dari data mesin yang ada
maka hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
1. BHPMCR
Dimana BHPMCR ini diambil dari data spesifikasi engine motor diesel Wartsila.
2. BHPSCR = BHPMCR x 0,85
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
3. SHP = BHPSCR x ɳG
5. EHP = DHP x PC
6. THP = EHP x ɳH
Detail perhitungan ulang daya engine MAK
Setelah mesin dipilih, maka daya pada kapal perlu dihitung kembali. Dari data mesin yang ada
maka hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
1. BHPMCR
Dimana BHPMCR ini diambil dari data spesifikasi engine motor diesel MAN B&W.
BHPMCR = 1600 kW
= 2175 HP
2. BHPSCR = BHPMCR x 0,85
= 1600 x 0.85
= 1360 kW
= 1823,06 HP
3. SHP = BHPSCR x ɳG
= 1360 x 0.98
= 1332,8 kW
= 1786,60 HP
4. DHP = SHP x ɳSɳB
= 1332,8 x 0.98
= 1306,14 kW
= 1750,86 HP
5. EHP = DHP x PC
= 1332,8 x 0.511
= 667,44 kW
= 894,69 HP
6. THP = EHP x ɳH
= 667,44 x 1,051
= 703,48 kW
= 943 HP
Kesimpulan
NO UNIT SIMBOL NILAI SATUAN
1 Rotary per minutes mesin Rpm 1000 Rpm
2 MEP MEP 24,2 Bar
3 Specific fuel oil consumption SFOC 190 g/kWh
4 Specific lubricating oil SLOC 0,6 g/kWh
consumption
5 Break horse power BHPMCR 1600 Kw
(maksimum continuous
rating)
6 Break horse power (service BHPSCR 1360 Kw
continuous rating)
7 Shaft horse power SHP 1332,8 Kw
8 Delivery horse power DHP 1306,14 Kw
9 Effective horse power EHP 667,44 Kw
10 Thrust horse power THP 703,48 Kw
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
2
6130,1363 ⁄3 𝑥 103
290,909=
𝐵𝐻𝑃
BHPpembanding = 1151,39 kW = 1543,419 HP
Persentase perbedaan BHP mesin
( 𝐵𝐻𝑃 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔−𝐵𝐻𝑃 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛)
Persentase = x 100 %
𝐵𝐻𝑃 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
(1543,419−1630)
= x 100%
1543,419
= 5,6%
= (217 x1681^0.5)/6,5^2.5
= 82,6
d. Menghitung nilai 0,1739x(Bp0,5)
0,1739x(Bp0,5) = 0,1739x(82,60,5)
= 1,58
Jenis SHP N Vs Va
N.Prop(Rpm) w Bp1 0.1739√Bp1
Prop. (HP) (engine) (knot) (knot)
B4-40 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B4-55 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B4-70 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B4-85 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B4-100 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B3-35 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B3-50 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B3-65 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B3-80 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B5-45 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B5-60 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B5-75 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B5-90 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B5-105 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
e. Menghitung nilai δo
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
δo = (1/J0) / 0,009875
Dari pembacaan grafik didapatkan
P/Do
1/J0
Type 0.1739
P/Do 1/Jo δo ηo
propeller (BP)1/2
f. Menghitung nilai Do
g. Menghitung nilai Db
Db = 0,96 x Do
h. Menghitung nilai δb
δb = (Db x N) / Va
i. Menghitung nilai 1/Jb
1/Jb = 0,009875 x δb
j. Setelah nilai 1/Jb didapat, maka kembali pada pembacaan grafik, dari pembacaan grafik
tersebut akan didapat nilai :
P / Db
ɳb
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
Berikut adalah tabel nilai – nilai Do, Db, δb, 1/Jb, P/Db dan ɳb.
Type Db (ft)
Do (ft) δb 1/Jb P/Db ηb
propeller single screw
Apakah
Type Dmax Db <
Db (ft) Db (m) (0.6 -
propeller (m) Dmax
0.7) T
B4-40 9,51 2,93 4,11 0,67 terpenuhi
B4-55 9,45 2,91 4,11 0,67 terpenuhi
B4-70 9,37 2,89 4,11 0,67 terpenuhi
B4-85 8,96 2,76 4,11 0,67 terpenuhi
B4-100 8,64 2,66 4,11 0,67 terpenuhi
B3-35 9,88 3,05 4,11 0,67 terpenuhi
B3-50 9,77 3,01 4,11 0,67 terpenuhi
B3-65 9,42 2,90 4,11 0,67 terpenuhi
B3-80 9,08 2,80 4,11 0,67 terpenuhi
B5-45 9,42 2,83 4,11 0,67 terpenuhi
B5-60 9,19 2,80 4,11 0,67 terpenuhi
B5-75 9,08 2,74 4,11 0,67 terpenuhi
B5-90 8,90 2,77 4,11 0,67 terpenuhi
B5-105 8,59 2,73 4,11 0,67 terpenuhi
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
2. Menghitung kavitasi
a. T (thrust)
T = R / (1-t)
= 107,444 /(1-0,28)
= 149,228 kN
b. Ao (disk area/area of tip circle)
Ao = 1/4 π D2
d. τc (thrust coefficient)
τc = T/ ( 0,5 x ρ x Ap x VR2)
188,2 19,62h
0.7R
Va 2 (4,836 xn2 xD2 )
= 0,537
Sehingga, nilai DHP = EHP/Pc
= 552,69/0,537
= 1029,84 kW
= 1380,48 HP
c. Menghitung daya dorong (THP)
THP = EHP / ɳH
= 552,74/1,108
= 498,96 kW
= 668,84 HP
d. Menghitung daya pada poros baling – baling (SHP)
SHP = DHP / ɳSɳB
= 1029,93 / 0.98
= 1050,86 kW
= 1408,66 HP
e. Menghitung daya penggerak utama (BHP)
BHPSCR = SHP / ɳG
= 1050,86/0.98
= 1072,30 kW
= 1437,41 HP
BHPMCR = BHPSCR / 0,85
= 1072,30 / 0,85
= 1261,53 kW
= 1691,07 HP
Daya engine yang dipilih adalah 1505 kW. Maka keperluan daya masih tercukupi.
SHAFTING
Langkah Perhitungan
Perencanaa diameter poros propeller
Ds = [(5.1/τa) x Kt x Cb x T]1/3
1. Menghitung daya perencanaan
SHP = 1253,665 kW
Faktor koreksi daya :
fc = 1 – 1,5 (daya normal)
= diambil 1,5
Maka daya perencanaa :
Pd = fc x SHP
= 1,5 x 1253,66 KW
= 1880,50 kW
2. Menghitung kebutuhan torsi
dimana N adalah putaran propeller, dalam perencanaan ini putaran propeller didapatkan sebesar
= 217 rpm
T = 9,74 x 105 x (Pd/N)
= 9,74 x 105 x (1880,50/217)
= 8440574,01 Kg.mm
3. Menghitung tegangan yang diijinkan
τa = σb/(sf1xsf2)
Dimana material poros yang digunakan dalam hal ini adalah S 45 C,
dengan memiliki harga:
S 45 C,σb = 58 Kg/mm²
= 580 N/mm²
Sf1 = Untuk material baja karbon
=6
Sf2 = 1,3 – 3
= Diambil 2,3
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
Sehingga,
τa = 58/(6x2,3)
= 4,20 Kg/mm²
Kt = untuk beban kejutan/tumbukan, nilainya 1,5 – 3, diambil 1,5
Cb = diperkirakan adanya beban lentur, nilainya 1,2 – 2,3, diambil 2
4. Menghitung dimensi poros
a. Fakor konsentrasi tegangan
Diambil = 1,5
b. Faktor beban lentur
Diambil = 2
c. Dimensi poros
Ds = [(5,1/τa) x Kt x Cb x T]1/3
= [(5,1/4,20) x 1,5 x 2 x 8440574,01] 1/3
= 313,21 mm
~ 315 mm
Tegangan yang bekerja pada poros
τ = 5,1 x T / (Ds3) (Kg/mm²)
= (5,1 x 8440574,01) / 315
= 1,38 Kg/mm2
Syarat
τ < τa
1,38 < 4,20 (memenuhi)
(Ir. Sularso, MSME DASAR PEMILIHAN DAN PERENCANAAN
ELEMEN MESIN)
Maka :
1253,66 560
Ds’ = 100 x 1,26 x √ ( )
217 800+160
Ds’ = 188,91 mm
~ 189 mm
Dimana :
D = required solid shaft diameter, except hollow shaft; mm (mm, in)
H = power at rated speed; kW (PS, hp) (1 PS = 735W; 1 hp = 746W)
K = shaft design factor, see 4-3-2/Table 1 or 4-3-2/Table 2
R = rated speed rpm
U = minimum specified ultimate tensile strength of shaft material (regardless of
the actual minimum specified tensile strength of the material, the
value of U
used in these calculations is not to exceed that indicated in 4-3-2/Table
3;
H= 1253,665 KW
K= 1,26 ABS Rules 2006 Part 4 Chapter 3 Section, 2 4-3-2/Table 2
R= 217 RPM
c2 = 160
Keterangan Gambar :
Dba = Diameter boss propeller pada bagian belakang ( m )
Dbf = Diameter boss propeller pada bagian depan ( m )
Db = Diameter boss propeller ( m ) = ( Dba + Dbf )/2
Lb = Panjang boss propeller ( m )
LD = Panjang bantalan duduk dari propeller ( m )
tR = Tebal daun baling – baling ( cm )
tB = Tebal poros boss propeller ( cm )
rF = Jari – jari dari blade face ( m )
rB = Jari – jari dari blade back ( m )
1. Boss propeller
a. Diameter boss propeller
Db = 0,167 x Dprop
= 0,167 x 2910
= 485,97 mm
tr = 0,045 x Dprop
= 0,045 x 2910
= 130,95 mm
b. Diameter boss propeller terkecil
Dba/Db = 0,85 – 0,9. Diambil 0,9
Dba = 0,9 x Db
= 0,9 x 485,97
= 481,11 mm
c. Diameter boss propeller terbesar (Dbf)
Dbf/Db = 1,05 – 1,1. Diambil 1,1
Dbf = 1,1 x Db
= 1,1 x 485,97
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
= 535 mm
d. Panjang boss propeller (Lb)
Lb/Ds = 1,8 – 2,4. Diambil 2,0
Lb = 2,0 x Ds
= 2,0 x 315
= 630 mm
Ln/Lb = 0,3
Ln = 0,3 x Lb
= 0,3 x 630
= 189 mm
tb/tr = 0,75
tb = 0,75 x tr
= 0,75 x 130,95
= 98 mm
rf/tr = 0,75
rf = 0,75 x tr
= 0,75 x 130,95
= 98 mm
2. Selubung poros
Sleeve atau selubung poros merupakan selongsong yang digunakan sebagai bantalan
penumpu bearing untuk mengurangi gesekan bearing dengan poros juga sebagai seal untuk
mencegah kebocoran minyak pelumas (jika digunakan pelumasan minyak) atau sebagai
pencegah korosi akibat air laut jika digunakan pelumasan air. Ketebalan sleeve ditentukan sebagai
berikut :
S ≥ 0.03 x Ds + 7.5
S ≥ 0.03 x 390 + 7.5
S ≥ 12,45 mm
Maka tebal sleeve yang direncanakan adalah 13 mm
3. Bentuk ujung poros propeller
a. Panjang konis
Panjang Konis atau Lb berkisar antara 1.8 sampai 2.4 diameter
Poros
Diambil, Lb = 2,0 x Ds
= 2,0 x 315
= 630 mm
b. Kemiringan konis
Biro Klasifikasi Indonesia menyarankan harga kemiringan konis berkisar antara 1/10 sampai
1/15. Diambil sebesar 1/12.
1/12 = x/Lb
x = 1/12 x 630
x = 53 mm
(BKI, Volume 3, 2006)
c. Diameter terkecil ujung konis
Da = Ds – 2x
= 315 – (2 x 53)
= 210 mm
~ 210 mm
(T. O’brien , “The Design Of Marine Screw Propeller”)
d. Diameter luar pengikat boss
Biro Klasifikasi Indonesia menyarankan harga diameter luar pengikat boss atau Du tidak boleh
kurang dari 60 % diameter poros.
dn = 60% x Ds
= 0,6 x 315
= 189 mm
(BKI, Volume 3, 2006)
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
= 25% x 315
= 78,8
~ 79 mm
Tebal pasak
t = 1/6 x Ds
= 1/6 x 315
= 53 mm
Radius ujung pasak (R)
R = 0,125 x Ds
= 0,125 x 315
= 39,4 mm
Bila momen rencana T ditekankan pada suatu diameter poros (Ds), maka gaya sentrifugal
(F) yang terjadi pada permukaan
poros adalah :
T = 9,74 x 105 x Pd / n
= 9,74 x 105 x (1880,50/217)
= 8440574 Kg.mm
F = T / 0,5 x Ds
= 1,6 x 107 / (0,5 x 315)
= 53590,95 Kgmm2
Sedangkan tegangan gesek yang diijinkan (τka) untuk pemakaian umum pada poros
diperoleh dengan membagi kekuatan tarik σb dengan faktor keamanan (Sf1 x Sf2),
sedang harga untuk Sf umumnya telah ditentukan :
Sf1 = umumnya diambil 6 (material baja)
Sf2 = 1,0 – 1,5 , jika beban dikenakan secara tiba-tiba
= 1,5 – 3,0 , jika beban dikenakan tumbukan ringan
= 3,0 – 5,0 , jika beban dikenakan secara tiba-tiba dan tumbukan berat
Karena beban pada propeller itu dikenakan secara tiba-tiba,
maka diambil harga Sf2 = 1,5. Bahan pasak digunakan S 45 C dengan harga σb = 58
kg/mm2. Sehingga :
τka =
= 6,44 58Kg/mm2
Sedangkan 6 tegangan
x1,5 gesek yang terjadi pada pasak adalah :
8440574
τk =
79 ×315
= 1,33 Kg/mm2
karena τk < τka maka pasak dengan diameter tersebut
memenuhi persyaratan bahan.
Kedalaman alur pasak pada poros (t1)
t1 = 0,5 x t
= 0,5 x 53
= 26 mm
Jari-jari pasak
r5 = 5 mm
r4 > r3 > r2 > r1
r4 = 6 mm
r3 = 5 mm
r2 = 4 mm
r1 = 3 mm
r6 = 0,5 x B
= 39,38
~ 39,4 mm
6. Kopling
Ukuran kopling
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
Kopling yang direncanakan diesesuaikan dengan kopling gear box yang digunakan. Bahan
material yang digunakan adalah SF 55 dengan kekuatan tarik sebesar 60 kg/mm 2. Berikut ini
perencanaannya.Jumlah Baut Kopling.
Jumlah baut kopling direncanakan = 8 buah baut
Panjang tirus (BKI) untuk kopling :
I = (1,25 – 1,5) x Ds
Diambil,
I = 1,5 x Ds
= 1,5 x 315
= 473 mm
Kemiringan tirus :
Untuk konis kopling yang tidak terlalu panjang maka direncanakan nilai terendahnya untuk
menghitung kemiringan :
x = 1/10 x I
x = 1/10 x 472,5
x = 47,25 mm
Diameter terkecil ujung tirus :
Da = Ds – 2 x
Da = 315 – 2 . 47,25
Da = 221 mm
Diameter lingkaran baut yang direncakan
Db = 2,6 x Ds
Db = 2,6 x 315
Db = 819 mm
Diameter luar kopling
Dout = (3 – 5,8) x Ds
Diambil,
Dout = 3 x Ds
Dout = 3 x 315
Dout = 945 mm
Ketebalan flange kopling
Berdasarkan BKI Vol. III section 4
Pw Cw
370
Sfl = n D
1880,50 ×0,77
= 370 x√
217 ×945
= 31,07
~ 31 mm
Harga minimum diambil 31 mm
Panjang kopling
L = (2,5 s/d 5,5) x Ds x 0,5 diambil 5
L = 5 x 390 x 0.5
L = 975 mm
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
= (1,1 x 105)/8
= 0,14 x 105 Kg
d. Tegangan geser yang bekerja pada sebuah baut
τsb = Fb / As
= Fb / ( ¼ π db2 )
= 0.14 x 105 / ( ¼ π 202 )
= 28,5 kg/mm2
e. Tegangan kompresi yang bekerja pada sebuah baut
τcb = Fb / Ac
= Fb / ( t x db )
= 0.14 x 105 / ( 53 x 20 )
= 8,62 kg/mm2
f. Tegangan yang diijinkan
τa = σb / sf1 x sf2
Faktor keamanan
sf1 = 6
sf2 = 1,3 – 3
Bahan yang digunakan adalah S45 C dengan σb = 58 Kg/mm 2 Faktor keamanan
sf1 = 6
sf2 = 1,3 - 3
Diambil sf2 = 1.5
Sehingga, Tegangan geser yang diijinkan (τA) :
τa = 58 / (6 x 1,5)
= 6,4 Kg/mm2
Karena τsb dan τcb < τa , maka kopling tersebut harus
memenuhi persyaratan dan desain perhitungan tersebut dapat
diterapkan.
9. Perencanaan pasak kopling
a. Bahan pasak yang digunakan adalah S 45 C dengan spesifikasi sebagai berikut :
σb = 58 Kg/mm
Sfk1 =6
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
Sfk2 = 1,5
b. Tegangan geser yang diijinkan (τka)
τka = σb/(sfk1 x sfk2)
= 58 / (6 x 1,5)
= 6,44 Kg/mm2
c. Gaya tangensial permukaan poros (F)
F = T/(0,5 x Ds)
Dimana, Ds = 390 mm
Pd
T 9, 74 105
Dimana, N
Pd = daya perencanaan
= 2623,95 kW
N = putaran propeller
= 235 RPM
Sehingga,
T = 9.74 105 x (2623,95 / 235)
= 1,63 x 107 Kg.mm
F = T/ ( 0.5 x Ds)
= 1,63 . 107 / ( 0,5 x 390 )
= 83589,744 kg
d. Lebar pasak
B = (0,25 – 0,35 ) x Ds , diambil nilai 0,25 x Ds sehingga :
= 0,25 x 315
= 78,8 ~ 79 mm
e. Tegangan geser yang bekerja (τk)
τk = F / ( B x L)
Syarat pasak (0,75 – 1,5) x Ds ,
L ≥ F / ( B x τka)
≥ 133,14 mm
dalam perhitungan ini diambil nilai :
L = 0,75 x Ds
L = 0,75 x 315
L = 236,25 mm
f. Tebal pasak
t = 1/6 x Ds
t = 1/6 x 315
t = 53 mm
g. Radius ujung pasak
R = 0,125 x Ds
R = 0,125 x 315
R = 39 mm
h. Penampang pasak
A= B x t
A= 79 x 53
A= 4187 mm2
i. Kedalaman alur pasak pada poros
t1 = 50 % x t
t1 = 50 % x 53
t1 = 26,5
j. Kedalaman alur pasak pada naf
t2 = t – t1
t2 = 53 – 26,5
t2 = 26,5 mm
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
Detail perhitungan
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :
= 146,2
~ 146 mm
5. Perencanaan guard