Anda di halaman 1dari 28

Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No.

17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

1.4. Main Propulsion System


1.4.1. Metode Perhitungan Tahanan Kapal
Pada tahapan ini harga tahanan kapal akan dihitung berdasarakan ukuran dimensi (Principal
Dimension) untuk mendapatkan harga tahanan sesuai dengan kecepatan dinas dan daerah pelayaran
kapal tersebut, yang dimaksud dengan tahanan kapal sendiri adalah besarnya gaya gaya yang berkerja
mengenai badan kapal yang arahnya berlawanan dengan arah gerak kapal sehingga menghambat
kapal yang bergerak dengan kecepatan tertentu. Untuk menghasilkan besarnya tahanan kapal ada
beberapa metode untuk digunakan sebagai perhitungan antara lain adalah :
 Metode Holtrop
 Metode Van Lapp
 Metode Auf Van Keller
 Metode Guldhammer – Harvald
 Metode Yamagata
Padal perhitungan kali ini menggunakan Metode Holtrop yang secara umum digunakan.
Metode Guldhammer-Harvarld
Data yang harus disiapkan untuk melakukan perhitungan dengan metode ini ialah:

Data utama Kapal :


Nama Kapal = MV. PUTRA TUNGGAL
Type Kapal = GENERAL CARGO
Lpp = 80 m
Lwl = 82 m
B = 14.80 m
H = 8m
T = 6.16 m
Cb = 0.80
Kecepatan Dinas = 10 knots
𝑐𝑏 0,80 0,80
Koefisien perismatik = = 1 = = 0.803
𝑐𝑚 0,996
1+(1−0,80)3,5
Radius pelayaran = 535 mil laut
Jenis Muatan = Delicate Cargo
Daerah pelayaran = Surabaya - Samarinda
Langkah perhitungan
 Menghitung Volume
 = L x B x T x Cb
= 82×14.80×6.16×0.80
= 5980.6208 m3
 Menghitung displasement
 = L x B x T x Cb x  (dimana  = masa jenis air laut ( 1.025 Kg/M3 )
= 82×14.80×6.16×0.80×1.025
= 6130.1363 tons
 Menghitung luas Permukaan Basah ( S )
S = 1.025Lpp (Cb.B + 1.7 T) (harvald 5.5.31, tahanan dan propulsi kapal, hal 133)
= 1.025×80 (0.80×14.80 + 1.7×6.16)
= 1829,584 m2
Rasio Lebar/Sarat (B/T) = 14.80/6.16.
= 2.40
 Menentukan Bilangan Froude Number ( Fn )
Vs = 10 knot ( 1 knot = 0.5144 m/s )
= 5.144
G = Percepatan gravitasi standar
= 9,8 m / detik 2
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

Fn = Vs
gL
5.144
=
√9.8×82
= 0.18
 Menghitung Angka Reynold
Rn = ( Vs x Lwl) / 
v merupakan koefisien viskositas Kinematis pada 15 0 C = 1.18 x 10-6 m2/dt
Rn = (5.144 x82 )/1.18 x 10-6
= 357.464.407

Mencari koefisien tahanan gesek ( Cf )
Koefisien tahanan gesek didapat dengan rumus :
Cf = 0.075/(log Rn-2)2 (Harvald 5.5.14, Tahanan Dan Propulsi Kapal Hal 118)
= 0,075/(log 357464407– 2)2
= 1,746x 10-3
 Menentukan Harga Cr ( Kofisien tahanan sisa ) Dari Diagram
Koefisien tahanan sisa kapal dapat ditentukan melalui diagram Guldhammer - Harvald dengan
hasilnya adalah sebagai berikut

L / 1/3 = 82/5980.62081/3
= 4.5
Rn = 357464407
 = Koefisient Prismatik

Dari diagram Guldhammer dan Harvald (hal. 123 – 124) diperoleh :

Diambil harga Cr :
Cr = 1.3 x 10-3 ( dari diagram Guldhammer dan Harvald )
 Rasio B/T
Bila diagram tersebut dibuat berdasarkan rasio lebar-sarat B/T = 2.5 maka harga Cr untuk kapal
yang mempunyai rasio lebar-sarat lebih besar atau lebih kecil daripada harga tersebut harus
dikoreksi, sesuai pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 119 harus
dikoreksi, sesuai pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 11
(B/T = 2,4)
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

 KOREKSI LCB
LCB dari Tugas Rencana Garis adalah
LCB Kapal = 1.82 (di depan midship)
𝐿𝐶𝐵 1.82
%LCB Kapal = x 100% = x 100% = 2,28%
𝐿𝑝𝑝 80
Penentuan LCB standart dalam % dengan acuan grafik LCB Standart, buku TAHANAN DAN
PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 130, gambar 5.5.15

Standar = 1,4%
LCB = LCB Kapal – LCB Standar = 2,28% – 1.4% = 0,88%
Karena letak LCB di muka LCB standart maka perlu dikoreksi sehingga

𝝏103 𝐶𝑅
Mencari
𝝏𝑳𝑪𝑩

𝝏103 𝐶𝑅
= 0,14 x 10−3
𝝏𝑳𝑪𝑩
𝝏103 𝐶𝑅
10^3CR = 10^3CR(standart) + (LCB)
𝝏𝑳𝑪𝑩
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

10^3CR = 1,3 + 0,14 x 10−3 ( 0,88 )


Cr = 1,3 x 10-3
 Anggota badan Kapal
dalam hal ini yang perlu dikoreksi adalah :
i. Bos Baling-baling
untuk kapal penuh Cr dinaikkan sebesar 3-5%, diambil 5% (tentukan persentasenya),
sehingga :
Cr= ( 1+ 3%) x 𝐶𝑟3
= 1,05 x 1,3 x 10-3
= 1,365 x 10−3
ii. Bracket dan poros baling-baling
untuk kapal ramping Cr dinaikkan sebesar 5-8%, diambil 5%, sehingga :
Cr= ( 1+ 5%) x 1,365 x 10−3
= 2,048x 10−3

Tahanan Tambahan
Koefisien penambahan tahanan untuk korelasi model-kapal umumnya sebesar Ca = 0.0004
namun pengalaman lebih lanjut menunjukkan bahwa cara demikian itu tidak selalu benar,
maka diusulkan koreksi untuk pengaruh kekasaran dan pengaruh sebagai berikut untuk
kondisi pelayaran percobaan’ Dari perhitungan awal diperoleh displacement kapal sebesar =
6130.1363 ton
Displacement pada buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD hal. 132 yaitu :
displacement Ca
1 1000 0,0006
2 10000 0,0004
3 100000 0

untuk dapat menentukan besarnya Ca, maka perlu adanya interpolasi sabagai berikut :

𝐶𝑎 − 0,0006 6130.1363 − 1000


=
0,0004 − 0,0006 10000 − 1000
Ca = 4.86 x 10−4
Tahanan Udara
Karena data mengenai angin dalam perancangan kapal tidak diketahui maka disarankan
untuk mengoreksi koefisien tahanan udara (TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA
HARVALD 5.5.26 hal 132)
Caa = 0,00007
Tahanan Kemudi
berdasarkan TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA HARVALD 5.5.27 hal. 132 koreksi
untuk tahanan kemudi mungkin sekitar :
Cas = 0,00004

 Menghitung Tahanan Total Kapal


Koefisien tahanan total kapal atau Ct, dapat ditentukan dengan menjumlahkan seluruh
koefisien -koefisien tahanan kapal yang ada :
CT = Cf + Cr + Ca + Caa + Cas
= 1.746x 10-3.+ 2,048x 10−3 + 4.86 x 10−4 + 0,00007+0,00004
= 4,39 10-3
sehingga tahanan total :
RT = CT x( 0,5 x ρ air laut x Vs2 x S)
= 4,39x 10-3x (0,5 x 1,025 x 5.1442 x 1829,584 m2)
= 108,932 kN
RT ( dinas) = (15% x RT) + RT
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

= (15% x 108,932) + 108,932 kN


= 125,272 kN

Penambahan sebesar 15% ialah bergantung dari daerah pelayaran kapal

1.4.2 Perhitungan Daya Mesin Induk

Secara umum kapal yang bergerak di air dengan kecepatan tertentu, maka akan mengalami
gaya hambat (resistance) yang berlawanan dengan arah gerak kapal tersebut. Besarnya gaya hambat
yang terjadi harus mampu diatasi oleh gaya dorong kapal ( thrust) yang dihasilkan dari kerja alat gerak
kapal (propulsor). Daya yang disalurkan (PD ) ke alat gerak kapal adalah berasal dari Daya Poros (PS),
sedangkan Daya Poros sendiri bersumber dari Daya Rem (PB) yang merupakan daya luaran motor
penggerak kapal.
Ada beberapa pengertian mengenai daya yang sering digunakan dalam melakukan estimasi
terhadap kebutuhan daya pada sistem penggerak kapal, antara lain : (i) Daya Efektif (Effective Power-
PE); (ii) Daya Dorong (Thrust Power-PT); (iii) Daya yang disalurkan ( Delivered Power-PD); (iv) Daya
Poros (Shaft Power-PS); (v) Daya Rem (Brake Power-PB); dan (vi) Daya yang diindikasi (Indicated
Power-PI).

Setelah harga dari tahanan kapal diperoleh, maka kita dapat menentukan secara kasar (draft) nilai
untuk besarnya daya motor penggerak utama yang diperlukan. Langkah langkah yang harus dilakukan
ialah sebagai berikut :
 Menghitung Daya Efektif Kapal (Ehp)
Perhitungan daya efektif kapal (EHP) menurut buku TAHANAN DAN PROPULSI KAPAL SV. AA
HARVALD hal. 135

EHP = Rtdinas x Vs
= 125,272 kN x 5.144 m/s
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

= 644,397 kw
= 644,397 x 1,3404826
= 863,803 Hp

 Menghitung Wake Friction (W)


Pada perencanaan ini digunakan tipe single screw propeller sehingga nilai w adalah
W = 0.5Cb-0.05
= 0.5(0.80)-0.05
= 0.35
 Menghitung Thrust Deduction Factor (T)
Nilai t dapat dicari dari nilai w yang telah diketahui yaitu
t=kxw nilai k antara 0,7 – 0,9 diambil k = 0,7
= 0.9 x 0.35
= 0.315
 Menghitung Speed Of Advance (Va)
Va = ( 1- w ) x Vs
= ( 1 - 0.35 ) x 5.144 m/s
= 3.3436 m/s
 Menghitung Efisiensi Propulsif
a. Efisiensi Relatif Rotatif (ηrr)
harga ηrr untuk kapal dengan propeller tipe single screw berkisar 1.02-1.05. pada
perencanaan propeller dan tabung poros propeller ini diambil harga ηrr sebesar =1,02
b. Efisiensi Propulsi (ηp)
nilainya antara 40 -70 % dan diambil 47,5 %
c. Efisiensi Lambung (ηH)
(ηH) = ( 1- t ) / ( 1- w)
= ( 1- 0.315 ) / ( 1- 0.35)
= 1.054
d. Coefisien Propulsif (Pc)
(Pc) = ηrr x ηp x ηH
= 1,02 x 47,5% x 1,054
= 0.511
 Menghitung Daya Pada Tabung Poros Buritan Baling-Baling (Dhp)
Daya pada tabung poros baling-baling dihitung dari perbandingan antara daya efektif dengan
koefisien
propulsif, yaitu :
DHP= EHP/Pc
= 863,803 Hp / 0.511
= 1691,779 HP
= 1262,067 KW
 Menghitung Daya Dorong (Thp)
THP= EHP x ηH
= 863,803 Hp x 1.054
= 910,316 Hp
= 679,05
 Menghitung Daya Pada Poros Baling-Baling (Shp)
Untuk kapal yang kamar mesinnya terletak di bagian belakang akan mengalami losses sebesar
2%,sedangkan pada kapal yang kamar mesinnya pada daerah midship kapal mengalami losses
sebesar3%. Pada perencanaan ini kamar mesin di bagian belakang sehingga mengalami losses
atau efisiensi transmisi porosnya (ηsηb) sebesar = 0,98
SHP = DHP/ηsηb
== 1691,779 HP /0.98
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

= 1726,306 Hp
= 1287,824 Kw
 Menghitung Daya Penggerak Utama Yang Diperlukan
a. BHPscr
Adanya pengaruh effisiensi roda sistem gigi transmisi (ηG), pada tugas ini memakai sistem
roda gigi reduksi tunggal atau single reduction gears dengan loss 2% untuk arah maju shg
ηG = 0,98
BHPscr= SHP/ηG
= 1726,306 Hp /0.98
= 1761,536 Hp
= 1314,106 Kw
b. BHPmcr
Daya keluaran pada kondisi maksimum dari motor induk, dimana besarnya daya BHPscr=
dari BHPmcr (kondisi maksimum)
BHPmcr= BHPscr/0.85
= 1761,536 Hp /0.85 Hp
= 2072,396 Hp
= 1546,007 Kw
1.4.3 Pemilihan Main Engine
Pemilihan mesin induk (main angine) dilakukan setelah daya mesin penggerak utama yang
diperlukan diketahui melalui perhitungan menggunakan rumusan. Pertimbangan dalam pemilihan
mesin induk dapat dilakukan dengan optimalisasi segi teknik dan ekonomi.Untuk segi teknis antara
lain dimensi yang cukup, kehandalan, berat mesin induk, unjuk kerja mesin, ukuran mesin induk dan
masih banyak lagi seperti SFOC dan sebagainya yang perlu pertimbangan. Sedangkan untuk faktor
ekonomis antara lain harga mesin induk, keawetan, spare part, bahan bakar, minyak pelumas serta
pelumasan. Adapun mengenai daya kerja dan putaran kerja yang sesuai dengan perhitungan kondisi
kapal dapat dilakukan dengan mengatur putaran kerja sehingga diperoleh daya seperti yang telah
ditentukan.
Pemilihan mesin utama dengan menentukan karakteristik dasar sebagai berikut ini :
 Daya yang diperkirakan
 Factor kecepatan yang diinginkan
 Jenis kontruksi sistemnya
Dari berbagai pertimbangan diatas, maka dalam perencanaan untuk kapal MV. Putra Tunggal
dipilih mesin induk sebagai berikut :
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

Keterangan :
 Merk : Wartsila
 Type : 6L20
 Cycle : 4 stroke
 Power max : 1600 kW : 2175 HP
 Cylinder : 8 in-line
 Bore : 200 mm
 Piston stroke : 280 mm
Selengkapnya data spesifikasi ini dapat dilihat pada lampiran spec engine dari motor diesel tipe
tersebut.
Langkah perhitungan ulang daya engine MAN B&W
Setelah mesin dipilih, maka daya pada kapal perlu dihitung kembali. Dari data mesin yang ada
maka hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
1. BHPMCR
Dimana BHPMCR ini diambil dari data spesifikasi engine motor diesel Wartsila.
2. BHPSCR = BHPMCR x 0,85
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

3. SHP = BHPSCR x ɳG

4. DHP = SHP x ɳSɳB

5. EHP = DHP x PC

6. THP = EHP x ɳH
Detail perhitungan ulang daya engine MAK
Setelah mesin dipilih, maka daya pada kapal perlu dihitung kembali. Dari data mesin yang ada
maka hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
1. BHPMCR
Dimana BHPMCR ini diambil dari data spesifikasi engine motor diesel MAN B&W.
BHPMCR = 1600 kW
= 2175 HP
2. BHPSCR = BHPMCR x 0,85
= 1600 x 0.85
= 1360 kW
= 1823,06 HP
3. SHP = BHPSCR x ɳG
= 1360 x 0.98
= 1332,8 kW
= 1786,60 HP
4. DHP = SHP x ɳSɳB
= 1332,8 x 0.98
= 1306,14 kW
= 1750,86 HP
5. EHP = DHP x PC
= 1332,8 x 0.511
= 667,44 kW
= 894,69 HP
6. THP = EHP x ɳH
= 667,44 x 1,051
= 703,48 kW
= 943 HP
Kesimpulan
NO UNIT SIMBOL NILAI SATUAN
1 Rotary per minutes mesin Rpm 1000 Rpm
2 MEP MEP 24,2 Bar
3 Specific fuel oil consumption SFOC 190 g/kWh
4 Specific lubricating oil SLOC 0,6 g/kWh
consumption
5 Break horse power BHPMCR 1600 Kw
(maksimum continuous
rating)
6 Break horse power (service BHPSCR 1360 Kw
continuous rating)
7 Shaft horse power SHP 1332,8 Kw
8 Delivery horse power DHP 1306,14 Kw
9 Effective horse power EHP 667,44 Kw
10 Thrust horse power THP 703,48 Kw
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

 Perhitungan Admiralty (Kapal Pembanding)


DATA UTAMA KAPAL
Nama kapal : MV. PUTRA TUNGGAL
Type kapal : General Cargo
Muatan : Cargo
Kecepatan dinas : 10 knot = 5,144 m/s
Daerah pelayaran : Surabaya – Samarinda
Radius pelayaran : ± 535 miles
Lama pelayaran : ± 2 hari 6 jam
Displacement : 6130,1363 ton
Jumlah crew : 21 orang
DWT : 3103,414 ton
Ukuran utama :
Loa : 86,23 m
Lwl : 82,00 m
Lpp : 80,00 m
B : 12,5 m
H : 8,00 m
T : 6,16 m
Vs : 10 m
Cb : 0,8

DATA UTAMA KAPAL PEMBANDING

Nama Kapal : KM. INDOBARUNA - III


Tipe Kapal : General Cargo
Loa : 99,50
Lpp : 89 m
B : 14 m
H : 8,4 m
T : 5,8 m
Displacement : 640
BHP : 2500 HP = 1715,11 kW
Kecepatan : 10 knot = 5,144 m/s

Menggunakan rumus admiralty ( pembanding)


Ac = ∆2⁄3 𝑉 3
𝑠
𝐵ℎ𝑝
2
4906,351 ⁄3𝑥 123
=
1715,11
= 290,909
Menentukan BHP kapal menggunakan Ac kapal pembanding
Ac = 2
∆ ⁄3 𝑉 3 𝑠
𝐵ℎ𝑝
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

2
6130,1363 ⁄3 𝑥 103
290,909=
𝐵𝐻𝑃
BHPpembanding = 1151,39 kW = 1543,419 HP
Persentase perbedaan BHP mesin
( 𝐵𝐻𝑃 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔−𝐵𝐻𝑃 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛)
Persentase = x 100 %
𝐵𝐻𝑃 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
(1543,419−1630)
= x 100%
1543,419
= 5,6%

1.4.4 Pemilihan Putaran & Diameter Propeller


1. Memilih propeller dengan metode BP - δ
a. Menghitung nilai NPROP
NPROP = Nmain engine / ratio gearbox
= 1000 / 4,608
= 217 rpm
b. Menghitung nilai Va
Va = Vs x (1-w)
= (5,144) x (1-0,35)
= 3,344 m/s
= 6,5 knot
c. Menghitung nilai Bp

= (217 x1681^0.5)/6,5^2.5
= 82,6
d. Menghitung nilai 0,1739x(Bp0,5)
0,1739x(Bp0,5) = 0,1739x(82,60,5)
= 1,58

Jenis SHP N Vs Va
N.Prop(Rpm) w Bp1 0.1739√Bp1
Prop. (HP) (engine) (knot) (knot)
B4-40 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B4-55 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B4-70 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B4-85 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B4-100 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B3-35 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B3-50 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B3-65 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B3-80 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B5-45 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B5-60 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B5-75 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B5-90 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58
B5-105 1681 1000 217 0,35 10 6,5 82,6 1,58

e. Menghitung nilai δo
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

δo = (1/J0) / 0,009875
Dari pembacaan grafik didapatkan
 P/Do

 1/J0

Type 0.1739
P/Do 1/Jo δo ηo
propeller (BP)1/2

B4-40 1,58 0,625 3,299 334,075 0,472


B4-55 1,58 0,63 3,28 332,152 0,475
B4-70 1,58 0,649 3,25 329,114 0,452
B4-85 1,58 0,69 3,11 314,937 0,426
B4-100 1,58 0,73 3,0 303,797 0,43
B3-35 1,58 0,585 3,43 347,342 0,483
B3-50 1,58 0,59 3,39 343,291 0,47
B3-65 1,58 0,635 3,27 331,139 0,451
B3-80 1,58 0,68 3,15 318,987 0,431
B5-45 1,58 0,63 3,19 331,139 0,452
B5-60 1,58 0,64 3,15 323,038 0,458
B5-75 1,58 0,66 3,09 318,987 0,452
B5-90 1,58 0,695 3,12 312,911 0,445
B5-105 1,58 0,735 3,07 301,772 0,434

f. Menghitung nilai Do

g. Menghitung nilai Db
Db = 0,96 x Do

h. Menghitung nilai δb
δb = (Db x N) / Va
i. Menghitung nilai 1/Jb
1/Jb = 0,009875 x δb
j. Setelah nilai 1/Jb didapat, maka kembali pada pembacaan grafik, dari pembacaan grafik
tersebut akan didapat nilai :
 P / Db
 ɳb
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

Berikut adalah tabel nilai – nilai Do, Db, δb, 1/Jb, P/Db dan ɳb.

Type Db (ft)
Do (ft) δb 1/Jb P/Db ηb
propeller single screw

B4-40 10,01 9,51 317,37 3,13 0,635 0,472


B4-55 9,95 9,45 315,54 3,12 0,638 0,475
B4-70 9,86 9,37 312,66 3,09 0,66 0,452
B4-85 9,43 8,96 299,19 2,96 0,7 0,426
B4-100 9,10 8,64 288,61 2,85 0,76 0,43
B3-35 10,40 9,88 329,97 3,26 0,6 0,483
B3-50 10,28 9,77 326,13 3,22 0,61 0,47
B3-65 9,91 9,42 314,58 3,11 0,647 0,451
B3-80 9,55 9,08 303,04 2,99 0,7 0,431
B5-45 9,91 9,42 314,58 3,11 0,65 0,452
B5-60 9,67 9,19 306,89 3,03 0,65 0,458
B5-75 9,55 9,08 303,04 2,99 0,67 0,452
B5-90 9,37 8,90 297,27 2,94 0,71 0,445
B5-105 9,04 8,59 286,68 2,83 0,75 0,434

Menentukan syarat untuk memilih propeller


Db < DMAX

Apakah
Type Dmax Db <
Db (ft) Db (m) (0.6 -
propeller (m) Dmax
0.7) T
B4-40 9,51 2,93 4,11 0,67 terpenuhi
B4-55 9,45 2,91 4,11 0,67 terpenuhi
B4-70 9,37 2,89 4,11 0,67 terpenuhi
B4-85 8,96 2,76 4,11 0,67 terpenuhi
B4-100 8,64 2,66 4,11 0,67 terpenuhi
B3-35 9,88 3,05 4,11 0,67 terpenuhi
B3-50 9,77 3,01 4,11 0,67 terpenuhi
B3-65 9,42 2,90 4,11 0,67 terpenuhi
B3-80 9,08 2,80 4,11 0,67 terpenuhi
B5-45 9,42 2,83 4,11 0,67 terpenuhi
B5-60 9,19 2,80 4,11 0,67 terpenuhi
B5-75 9,08 2,74 4,11 0,67 terpenuhi
B5-90 8,90 2,77 4,11 0,67 terpenuhi
B5-105 8,59 2,73 4,11 0,67 terpenuhi
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

2. Menghitung kavitasi
a. T (thrust)
T = R / (1-t)
= 107,444 /(1-0,28)
= 149,228 kN
b. Ao (disk area/area of tip circle)
Ao = 1/4 π D2

c. Vr2 = Va2 + (0.7 x π x N x D)2

d. τc (thrust coefficient)
τc = T/ ( 0,5 x ρ x Ap x VR2)

e. σ0,7R (local cavitation number)

188,2  19,62h
 0.7R 
Va 2  (4,836 xn2 xD2 )

Tabel untuk nilai – nilai Ao sampai σ0,7R


VR2
Type NB (rps) Db (m) σ0,7R τC burril (m/s) A0 AD/A0 AD
B4-40 3,62 2,93 0,339 0,21 553,83 72,558 0,40 25,40
B4-55 3,62 2,91 0,343 0,18 547,59 71,725 0,55 35,86
B4-70 3,62 2,89 0,350 0,225 537,83 70,419 0,70 45,77
B4-85 3,62 2,76 0,381 0,23 493,43 64,482 0,85 51,59
B4-100 3,62 2,66 0,409 0,23 459,92 60,002 1,00 24,00
B3-35 3,62 3,05 0,315 0,17 597,78 78,435 0,35 43,14
B3-50 3,62 3,01 0,322 0,172 584,18 76,616 0,50 53,63
B3-65 3,62 2,90 0,345 0,184 544,33 71,288 0,65 60,59
B3-80 3,62 2,80 0,372 0,195 505,92 66,152 0,80 66,15
B5-45 3,62 2,83 0,363 0,188 518,56 67,843 0,45 30,53
B5-60 3,62 2,80 0,372 0,183 505,92 66,152 0,60 39,69
B5-75 3,62 2,74 0,386 0,184 487,25 63,656 0,75 47,74
B5-90 3,62 2,77 0,379 0,190 496,54 64,898 0,90 58,41
B5-105 3,62 2,73 0,391 0,198 481,11 62,834 1,05 65,98

f. Ap (projected area of blade)


Ap = AD x (1.067 - 0.229(P/D))
(principles of naval architecture vol II, page 182)
Tabel pengecekan kavitasi
AP Kavitasi
Type (m2) τc cal τc burril ?
B4-40 23,40 0,022 0,210 tidak
B4-55 33,03 0,016 0,180 tidak
B4-70 41,92 0,013 0,225 tidak
B4-85 46,77 0,013 0,230 tidak
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

B3-35 21,43 0,030 0,230 tidak


B3-50 40,10 0,012 0,170 tidak
B3-65 49,73 0,010 0,172 tidak
B3-80 55,68 0,010 0,184 tidak
B4-100 59,98 0,010 0,195 tidak
B5-45 28,03 0,020 0,188 tidak
B5-60 36,44 0,016 0,183 tidak
B5-75 43,62 0,014 0,184 tidak
B5-90 52,82 0,011 0,190 tidak
B5-105 59,07 0,010 0,198 tidak
g. Dari pembacaan burril’s diagram maka akan didapatkan nilai τc
h. Setelah nilai σ 0.7R diketahui, maka nilai τc dapat diketahui dengan pembacaan
diagram Burril. Cara pembacaan diagram adalah dengan menarik garis vertical keatas
pada nilai σ 0.7R sampai memotong garis putus – putus yang kedua (Suggested upper
Syarat kedua dalam pemilihan propeller yaitu jika τc burril < τc hitungan. Dalam keadaan
ini artinya propeller bebas kavitasi
Karena nilai kavitasi dari hasil perhitungan lebih kecil dari angka kavitasi hasil
pembacaan grafik buril, maka dapat disimpilkan bahwa tidak terjadi kavitasi.
3. Menentukan jenis propeller
Dari hasil perhitungan, pembacaan grafik dan pengecekan kavitasi maka telah ditentukan
jenis propeller yang akan digunakan pada kapal MV. PUTRA TUNGGAL dengan spesifikasi
sebagai berikut :
Type = B4-55
Db = 2,91 m
P / D = 0,638
ɳ = 0,475
N = 217 rpm
4. Menghitung ulang daya kapal
a. Menghitung daya efektif
EHP = RT x Vs
= 107,444 x 5,144
= 552,69 kW
= 740,87 HP
b. Menghitunng delivered horse power (DHP)
DHP = EHP/Pc
 Menghitung nilai Pc (Coefficient Propulsif)
Pc = ɳrr x ɳP x ɳH (untuk kapal baling-baling tunggal)
Dimana,
ɳrr = Ratio antara efisiensi baling-baling pada saat open
water.
Behind the ship umumnya berkisar (1,02 – 1,05)
= 1,02
ɳP = Ratio antara daya dorong dengan daya yang
disalurkan
= 0,475
ɳH = Efisiensi Ratio antara daya efektif dengan daya
dorong
(1-t)/(1-w)
= 1,108
Jadi,
Pc = ɳrr x ɳP x ɳH
= 1,02x 0,475 x 1,108
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

= 0,537
Sehingga, nilai DHP = EHP/Pc
= 552,69/0,537
= 1029,84 kW
= 1380,48 HP
c. Menghitung daya dorong (THP)
THP = EHP / ɳH
= 552,74/1,108
= 498,96 kW
= 668,84 HP
d. Menghitung daya pada poros baling – baling (SHP)
SHP = DHP / ɳSɳB
= 1029,93 / 0.98
= 1050,86 kW
= 1408,66 HP
e. Menghitung daya penggerak utama (BHP)
 BHPSCR = SHP / ɳG
= 1050,86/0.98
= 1072,30 kW
= 1437,41 HP
 BHPMCR = BHPSCR / 0,85
= 1072,30 / 0,85
= 1261,53 kW
= 1691,07 HP
Daya engine yang dipilih adalah 1505 kW. Maka keperluan daya masih tercukupi.

SHAFTING
Langkah Perhitungan
Perencanaa diameter poros propeller
Ds = [(5.1/τa) x Kt x Cb x T]1/3
1. Menghitung daya perencanaan
SHP = 1253,665 kW
Faktor koreksi daya :
fc = 1 – 1,5 (daya normal)
= diambil 1,5
Maka daya perencanaa :
Pd = fc x SHP
= 1,5 x 1253,66 KW
= 1880,50 kW
2. Menghitung kebutuhan torsi
dimana N adalah putaran propeller, dalam perencanaan ini putaran propeller didapatkan sebesar
= 217 rpm
T = 9,74 x 105 x (Pd/N)
= 9,74 x 105 x (1880,50/217)
= 8440574,01 Kg.mm
3. Menghitung tegangan yang diijinkan
τa = σb/(sf1xsf2)
Dimana material poros yang digunakan dalam hal ini adalah S 45 C,
dengan memiliki harga:
S 45 C,σb = 58 Kg/mm²
= 580 N/mm²
Sf1 = Untuk material baja karbon
=6
Sf2 = 1,3 – 3
= Diambil 2,3
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

Sehingga,
τa = 58/(6x2,3)
= 4,20 Kg/mm²
Kt = untuk beban kejutan/tumbukan, nilainya 1,5 – 3, diambil 1,5
Cb = diperkirakan adanya beban lentur, nilainya 1,2 – 2,3, diambil 2
4. Menghitung dimensi poros
a. Fakor konsentrasi tegangan
 Diambil = 1,5
b. Faktor beban lentur
 Diambil = 2
c. Dimensi poros
Ds = [(5,1/τa) x Kt x Cb x T]1/3
= [(5,1/4,20) x 1,5 x 2 x 8440574,01] 1/3
= 313,21 mm
~ 315 mm
 Tegangan yang bekerja pada poros
τ = 5,1 x T / (Ds3) (Kg/mm²)
= (5,1 x 8440574,01) / 315
= 1,38 Kg/mm2
 Syarat
τ < τa
1,38 < 4,20 (memenuhi)
(Ir. Sularso, MSME DASAR PEMILIHAN DAN PERENCANAAN
ELEMEN MESIN)

5. Pemeriksa persyaratan (koreksi)


Persyaratan Diameter poros menurut BKI adalah sebagai berikut :
Berdasarkan BKI vol. III section 4 . C.2 tentang sistem dan
diameter poros adalah :
𝐻 𝐶
Ds’ ≥ 100 x k x √ 𝑅 (𝑈+𝐶 ) ,mm
1
2

Maka :
1253,66 560
Ds’ = 100 x 1,26 x √ ( )
217 800+160
Ds’ = 188,91 mm
~ 189 mm
Dimana :
D = required solid shaft diameter, except hollow shaft; mm (mm, in)
H = power at rated speed; kW (PS, hp) (1 PS = 735W; 1 hp = 746W)
K = shaft design factor, see 4-3-2/Table 1 or 4-3-2/Table 2
R = rated speed rpm
U = minimum specified ultimate tensile strength of shaft material (regardless of
the actual minimum specified tensile strength of the material, the
value of U
used in these calculations is not to exceed that indicated in 4-3-2/Table
3;
H= 1253,665 KW
K= 1,26 ABS Rules 2006 Part 4 Chapter 3 Section, 2 4-3-2/Table 2
R= 217 RPM

U= 800 ABS Rules 2006 Part 4 Chapter 3 Section 2, 4-3-2/Table 3


c1 = 560 ABS Rules 2006 Part 4 Chapter 3 Section 2, 4-3-2 hal 201
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

c2 = 160

Sehingga dari persyaratan menurut ABS harga Ds berdasarkan


perhitungan telah memenuhi syarat :
Ds > Ds’
315 mm > 189 mm
Pemilihan diameter direncanakan antara range batas minimum dari
peraturan ABS dan batasan maksimum hasil perhitungan , dengan
demikian maka diameter poros berada pada range tersebut. Dengan
mempertimbangkan besarnya diameter propeller sebesar 2,91 m maka
diambil besar Ds = 315 mm.

Perencanaan perlengkapan propeller

Keterangan Gambar :
Dba = Diameter boss propeller pada bagian belakang ( m )
Dbf = Diameter boss propeller pada bagian depan ( m )
Db = Diameter boss propeller ( m ) = ( Dba + Dbf )/2
Lb = Panjang boss propeller ( m )
LD = Panjang bantalan duduk dari propeller ( m )
tR = Tebal daun baling – baling ( cm )
tB = Tebal poros boss propeller ( cm )
rF = Jari – jari dari blade face ( m )
rB = Jari – jari dari blade back ( m )
1. Boss propeller
a. Diameter boss propeller
 Db = 0,167 x Dprop
= 0,167 x 2910
= 485,97 mm
 tr = 0,045 x Dprop
= 0,045 x 2910
= 130,95 mm
b. Diameter boss propeller terkecil
Dba/Db = 0,85 – 0,9. Diambil 0,9
Dba = 0,9 x Db
= 0,9 x 485,97
= 481,11 mm
c. Diameter boss propeller terbesar (Dbf)
Dbf/Db = 1,05 – 1,1. Diambil 1,1
Dbf = 1,1 x Db
= 1,1 x 485,97
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

= 535 mm
d. Panjang boss propeller (Lb)
Lb/Ds = 1,8 – 2,4. Diambil 2,0
Lb = 2,0 x Ds
= 2,0 x 315
= 630 mm
 Ln/Lb = 0,3
Ln = 0,3 x Lb
= 0,3 x 630
= 189 mm
 tb/tr = 0,75
tb = 0,75 x tr
= 0,75 x 130,95
= 98 mm
 rf/tr = 0,75
rf = 0,75 x tr
= 0,75 x 130,95
= 98 mm
2. Selubung poros
Sleeve atau selubung poros merupakan selongsong yang digunakan sebagai bantalan
penumpu bearing untuk mengurangi gesekan bearing dengan poros juga sebagai seal untuk
mencegah kebocoran minyak pelumas (jika digunakan pelumasan minyak) atau sebagai
pencegah korosi akibat air laut jika digunakan pelumasan air. Ketebalan sleeve ditentukan sebagai
berikut :
S ≥ 0.03 x Ds + 7.5
S ≥ 0.03 x 390 + 7.5
S ≥ 12,45 mm
Maka tebal sleeve yang direncanakan adalah 13 mm
3. Bentuk ujung poros propeller
a. Panjang konis
Panjang Konis atau Lb berkisar antara 1.8 sampai 2.4 diameter
Poros
Diambil, Lb = 2,0 x Ds
= 2,0 x 315
= 630 mm
b. Kemiringan konis
Biro Klasifikasi Indonesia menyarankan harga kemiringan konis berkisar antara 1/10 sampai
1/15. Diambil sebesar 1/12.
1/12 = x/Lb
x = 1/12 x 630
x = 53 mm
(BKI, Volume 3, 2006)
c. Diameter terkecil ujung konis
Da = Ds – 2x
= 315 – (2 x 53)
= 210 mm
~ 210 mm
(T. O’brien , “The Design Of Marine Screw Propeller”)
d. Diameter luar pengikat boss
Biro Klasifikasi Indonesia menyarankan harga diameter luar pengikat boss atau Du tidak boleh
kurang dari 60 % diameter poros.
dn = 60% x Ds
= 0,6 x 315
= 189 mm
(BKI, Volume 3, 2006)
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

4. Mur pengikat propeller


a. Diameter luar ulir (d)
Menurut BKI Vol. III, diameter luar ulir (d) ≥ diameter konis yang besar :
d ≥ 0,6 x Ds
d ≥ 0,6 x 315
d ≥ 189 mm
Dalam hal ini d diambil 234 mm
b. Diameter inti
Dari sularso untuk diameter luar ulir >3 mm maka diameter inti adalah :
Di = 0,8 x d
= 0,8 x 189
= 151 mm
c. Diameter luar mur
Do = 1,5 x d
= 1,5 x 234
= 284 mm
d. Tebal/tinggi mur
Dari sularso untuk ukuran standar tebal
mur adalah 0,8~1 diameter luar ulir,
diambil 0,9 sehingga:
H = 0,9 x d
= 0,9 x 189
= 170 mm
Untuk menambah kekuatan mur guna menahan beban aksial direncanakan jenis mur yang
digunakan mengguanakan flens pada salah satu ujungnya dengan dimensi sbb. :
tebal flens = 0,2 x diameter mur
= 0,2 x 40
= 42,2 mm
diameter = 1,5x diameter mur
= 1,5x 40
= 316,5 mm
5. Perencanaan pasak propeller
Dasar perancanaan pasak diambil dari buku Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin Ir.
Soelarso Ms.Me. Dalam menentukan dimensi dan spesifikasi pasak propeller yang diperlukan,
berikut ini urutan perhitungannya:
a. Momen torsi pada pasak
Momen torsi (Mt) yang terjadi pada pasak yang direncanakan adalah sebagai berikut :
DHPx 75 x60
Mt  kg.m
Dimana, 2 xxN
Mt = momen torsi (Kg.m)
DHP = delivery horse power (kW)
N = putaran poros atau putaran propeller (rpm)
Sehingga,
1229 ×75 ×60
Mt =
2 ×3,14 ×217
Mt = 1180 Kg.m
Parameter yang dibutuhkan.
 Panjang pasak (L) antara 0,75–1,5 Ds dari buku DP dan PEM hal. 27 diambil 1.5
L = 1 x Ds
= 1 x 315
= 315 mm
 Lebar pasak (B) antara 25 % - 30 % dari diameter poros menurut buku DP dan PEM hal
27 (diambil 27,5 %)
B = 25% x Ds
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

= 25% x 315
= 78,8
~ 79 mm
 Tebal pasak
t = 1/6 x Ds
= 1/6 x 315
= 53 mm
 Radius ujung pasak (R)
R = 0,125 x Ds
= 0,125 x 315
= 39,4 mm
Bila momen rencana T ditekankan pada suatu diameter poros (Ds), maka gaya sentrifugal
(F) yang terjadi pada permukaan
poros adalah :
 T = 9,74 x 105 x Pd / n
= 9,74 x 105 x (1880,50/217)
= 8440574 Kg.mm
 F = T / 0,5 x Ds
= 1,6 x 107 / (0,5 x 315)
= 53590,95 Kgmm2
Sedangkan tegangan gesek yang diijinkan (τka) untuk pemakaian umum pada poros
diperoleh dengan membagi kekuatan tarik σb dengan faktor keamanan (Sf1 x Sf2),
sedang harga untuk Sf umumnya telah ditentukan :
Sf1 = umumnya diambil 6 (material baja)
Sf2 = 1,0 – 1,5 , jika beban dikenakan secara tiba-tiba
= 1,5 – 3,0 , jika beban dikenakan tumbukan ringan
= 3,0 – 5,0 , jika beban dikenakan secara tiba-tiba dan tumbukan berat
Karena beban pada propeller itu dikenakan secara tiba-tiba,
maka diambil harga Sf2 = 1,5. Bahan pasak digunakan S 45 C dengan harga σb = 58
kg/mm2. Sehingga :
τka =
= 6,44 58Kg/mm2
Sedangkan 6 tegangan
x1,5 gesek yang terjadi pada pasak adalah :
8440574
τk =
79 ×315
= 1,33 Kg/mm2
karena τk < τka maka pasak dengan diameter tersebut
memenuhi persyaratan bahan.
 Kedalaman alur pasak pada poros (t1)
t1 = 0,5 x t
= 0,5 x 53
= 26 mm
 Jari-jari pasak
r5 = 5 mm
r4 > r3 > r2 > r1
r4 = 6 mm
r3 = 5 mm
r2 = 4 mm
r1 = 3 mm
r6 = 0,5 x B
= 39,38
~ 39,4 mm
6. Kopling
Ukuran kopling
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

Kopling yang direncanakan diesesuaikan dengan kopling gear box yang digunakan. Bahan
material yang digunakan adalah SF 55 dengan kekuatan tarik sebesar 60 kg/mm 2. Berikut ini
perencanaannya.Jumlah Baut Kopling.
Jumlah baut kopling direncanakan = 8 buah baut
 Panjang tirus (BKI) untuk kopling :
I = (1,25 – 1,5) x Ds
Diambil,
I = 1,5 x Ds
= 1,5 x 315
= 473 mm
 Kemiringan tirus :
Untuk konis kopling yang tidak terlalu panjang maka direncanakan nilai terendahnya untuk
menghitung kemiringan :
x = 1/10 x I
x = 1/10 x 472,5
x = 47,25 mm
 Diameter terkecil ujung tirus :
Da = Ds – 2 x
Da = 315 – 2 . 47,25
Da = 221 mm
 Diameter lingkaran baut yang direncakan
Db = 2,6 x Ds
Db = 2,6 x 315
Db = 819 mm
 Diameter luar kopling
Dout = (3 – 5,8) x Ds
Diambil,
Dout = 3 x Ds
Dout = 3 x 315
Dout = 945 mm
 Ketebalan flange kopling
Berdasarkan BKI Vol. III section 4
Pw  Cw
370 
Sfl = n D
1880,50 ×0,77
= 370 x√
217 ×945
= 31,07
~ 31 mm
Harga minimum diambil 31 mm
 Panjang kopling
L = (2,5 s/d 5,5) x Ds x 0,5 diambil 5
L = 5 x 390 x 0.5
L = 975 mm
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

 Baut pengikat flens kopling


Berdasarkan BKI 2005 Volume III section 4D 4.2
Df = 16 x Pw  10 6
Dimana, n  D  z  Rm
Pw = 1880,50 kW
N = 215 rpm
Z = 8 buah baut
Rm = 568,4 N/m2
Sehingga, Pw  10 6
Df = 16 x
n  D  z  Rm
1880,50 ×10^6
= 16 x √217 ×819 ×8 ×568,4
= 19,93 ~ 20 mm
 Mur pengikat flens kopling
a. Diameter luar mur
D0 = 2 xdiameter luar ulir (df)
D0 = 2 x 20
D0 = 40 mm
b. Tinggi mur
H = (0,8~1) x df
H = 0,8 x 20
H = 16 mm
7. Mur pengikat kopling
Direncanakan dimensi mur pengikat kopling sama dengan dimensi mur pengikat propeller yaitu :
a. Menurut BKI “78 Vol. III, diameter luar ulir (d) ≥ diameter konis yang besar :
d ≥ 0,6 x Ds
d ≥ 0,6 x 315
d ≥ 189 mm
diambil 189 mm
b. Diameter inti
Dari sularso untuk diameter luar ulir > 3 mm maka diameter inti adalah :
di = 0,8 x d
di = 0,8 x 189
di = 151,2 mm
c. Diameter luar mur
Do = 1,5 x d
Do = 1,5 x 189
Do = 283,5 mm
d. Tebal/tinggi mur
Dari sularso untuk ukuran standar tebal mur adalah (0,8~1) diameter luar ulir, sehingga:
H = 0,8 x d
H = 0,8 x 189
H = 151,2 mm
Untuk menambah kekuatan mur guna menahan beban aksial
direncanakan jenis mur yang digunakan mengguanakan flens pada
salah satu ujungnya dengan dimensi sbb. :
tebal flens = 0,2 x diameter mur
= 0,2 x 189
= 37,8 mm
diameter = 1,2 x diameter mur
= 1,2 x 189
= 226,8 mm
8. Kopling poros antara
Kopling flens
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

 Putaran kerja = 215 rpm


 Diameter poros (Ds) = 315 mm
 Diameter baut = 20 mm
 Bahan baja S45 C dengan σb = 58 Kg/mm2
 kwalitas pembuatan biasa
 perkiraan awal jumlah baut yang memenuhi adalah 8 buah
dB = Ds + 5 Db
= 315 + 5 x 20
= 415 mm
DB = dB + 3 Db
= 415 + 3 x 20
= 475 mm
a. Momen torsi
T = 9,74 x 10⁵ x Pd/n
= 9,74 x 10⁵ x 1880,50 /217
= 0,84 x 107 Kg/mm2
b. Jumlah gaya yang bekerja pada seluruh baut
F = 2 x T / Ds
= (2 x 0,84 . 107)/480
= 53590,95 Kg
c. Gaya yang bekerja pada sebuah baut

= (1,1 x 105)/8
= 0,14 x 105 Kg
d. Tegangan geser yang bekerja pada sebuah baut
τsb = Fb / As
= Fb / ( ¼ π db2 )
= 0.14 x 105 / ( ¼ π 202 )
= 28,5 kg/mm2
e. Tegangan kompresi yang bekerja pada sebuah baut
τcb = Fb / Ac
= Fb / ( t x db )
= 0.14 x 105 / ( 53 x 20 )
= 8,62 kg/mm2
f. Tegangan yang diijinkan
τa = σb / sf1 x sf2
Faktor keamanan
 sf1 = 6
 sf2 = 1,3 – 3
Bahan yang digunakan adalah S45 C dengan σb = 58 Kg/mm 2 Faktor keamanan
 sf1 = 6
 sf2 = 1,3 - 3
Diambil sf2 = 1.5
Sehingga, Tegangan geser yang diijinkan (τA) :
τa = 58 / (6 x 1,5)
= 6,4 Kg/mm2
Karena τsb dan τcb < τa , maka kopling tersebut harus
memenuhi persyaratan dan desain perhitungan tersebut dapat
diterapkan.
9. Perencanaan pasak kopling
a. Bahan pasak yang digunakan adalah S 45 C dengan spesifikasi sebagai berikut :
σb = 58 Kg/mm
Sfk1 =6
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

Sfk2 = 1,5
b. Tegangan geser yang diijinkan (τka)
τka = σb/(sfk1 x sfk2)
= 58 / (6 x 1,5)
= 6,44 Kg/mm2
c. Gaya tangensial permukaan poros (F)
F = T/(0,5 x Ds)
Dimana, Ds = 390 mm
 Pd 
T  9, 74 105   
Dimana,  N 
Pd = daya perencanaan
= 2623,95 kW
N = putaran propeller
= 235 RPM
Sehingga,
T = 9.74 105 x (2623,95 / 235)
= 1,63 x 107 Kg.mm
F = T/ ( 0.5 x Ds)
= 1,63 . 107 / ( 0,5 x 390 )
= 83589,744 kg
d. Lebar pasak
B = (0,25 – 0,35 ) x Ds , diambil nilai 0,25 x Ds sehingga :
= 0,25 x 315
= 78,8 ~ 79 mm
e. Tegangan geser yang bekerja (τk)
τk = F / ( B x L)
Syarat pasak (0,75 – 1,5) x Ds ,
L ≥ F / ( B x τka)
≥ 133,14 mm
dalam perhitungan ini diambil nilai :
L = 0,75 x Ds
L = 0,75 x 315
L = 236,25 mm
f. Tebal pasak
t = 1/6 x Ds
t = 1/6 x 315
t = 53 mm
g. Radius ujung pasak
R = 0,125 x Ds
R = 0,125 x 315
R = 39 mm
h. Penampang pasak
A= B x t
A= 79 x 53
A= 4187 mm2
i. Kedalaman alur pasak pada poros
t1 = 50 % x t
t1 = 50 % x 53
t1 = 26,5
j. Kedalaman alur pasak pada naf
t2 = t – t1
t2 = 53 – 26,5
t2 = 26,5 mm
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

Di samping perhitungan di atas, juga diperlukan perhitungan untuk menghindari dari


kerusakan permukaan samping pasak yang disebabkan oleh tekanan bidang.
Dalam hal ini tekanan permukaan P (kg/mm2) , adalah :
P =F/(Lxt)
= 83589,744 / ( 236,25 x 53 )
= 6,67 kg / mm2
Harga tekanan permukaan untuk poros dengan diameter yang besar
(> 100 mm) adalah Pa = 10 kg/mm 2. Karena harga P < Pa, maka
dengan dimensi tersebut telah memenuhi persyaratan.

Perencanaan Stern Tube


Stern tube merupakan tabung poros yang digunakan sebagai media pelumasan poros propeller
dengan bearing juga dapat berfungsi sebagai penyekat jika terjadi kebocoran. Pada perencanaan ini,
sebagai pelumas poros digunakan minyak. Perencanaan stern tube adalah sebagai berikut :
Langkah perhitungan
1. Jenis pelumas
Jenis pelumasan poros propeller kapal ini direncanakan menggunakan sistem air laut.
2. Panjang stern tube
Panjang stern tube disesuaikan dengan jarak antara stern post dengan
Sekat belakang kamar mesin dalam hal ini diperoleh berdasarkan jarak
gading.
3. Perencanaan bantalan
Berdasarkan dari BKI vol. III Sec. IV.
 Bahan bantalan yang digunakan adalah Lignum Vitae
 Panjang bantalan belakang = 2 x Ds
 Panjang bantalan depan = 0.8 x Ds
 Tebal bantalan
Menurut BKI III 1988 tebal bantalan efektif adalah sebagai
berikut:   Ds  
B =     3,175 
  30yang
 Jarak maksimum  diijinkan antara bantalan
lmax = k1 x (Ds1/2)
Dimana , k1 = 280 – 350 (untuk pelumasan dengan air laut)
= (diambil 300)
 Rumah bantalan
a. Bahan Bushing Bearing yang digunakan adalah : manganese
bronze
b. Tebal bushing bearing
tb = 0,18 x Ds
4. Tebal stern tube
t =
  Ds   25.4  
     3 
  20
b = 1,6 xt  4  
5. Stern post
Berdasarkan BKI vol. III tahun 1988 hal 96.
Tinggi buritan berbentuk segiempat untuk panjang kapal L ≤ 103 m,
maka :
a. Lebar = (1,4 x L) + 90
b. Tebal = (1,6 x L) + 1,5
6. Perencanaan guard
Perencanaan gambar untuk guard adalah sebagai berikut :
a. Panjang guard = 190 mm
b. Tebal guard = 20 mm

Detail perhitungan
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

1. Panjang stern tube


Panjang tabung poros propeller = 4 x jarak gading
= 4 x 600
= 2400 mm
2. Perencanaan bantalan
Berdasarkan dari BKI 1988 vol. III Sec. IV.
 Bahan bantalan yang digunakan adalah Lignum Vitae
 Panjang bantalan belakang = 2 x Ds
= 2 x 315
= 630 mm
 Panjang bantalan depan = 0.8 x Ds
= 0.8 x 315
= 252 mm
 Tebal bantalan
Menurut BKI III 1988 tebal bantalan efektif adalah sebagai
berikut :
B = 
 Ds 
    3,175 
  30
315
= (( ) ×  3,175) 
30
= 33,34
~ 34 mm
 Jarak maksimum yang diijinakan antara bantalan
lmax = k1 x (Ds1/2)
Dimana , k1 = 280 - 350 (untuk pelumasan dengan air laut)
= diambil 320
lmax = k1 x (Ds1/2)
= 300 x (3151/2)
= 5324,47
~ 5325 mm
 Rumah bantalan
a. Bahan Bushing Bearing yang digunakan adalah : manganese bronze
b. Tebal Bushing Bearing ( tb )
tb = 0,18 x Ds
= 0.18 x 315
= 57 mm
3. Tebal stern tube
t =
  Ds   25.4  
     3  
  20
315 
= (( ) + (3 ×  4
25,4
) 
20 4
= 34,80 mm
~ 35 mm
b = 1,6 x t
= 1,6 x 35
= 56 mm
4. Stern post
Berdasarkan BKI vol. III tahun 1988 hal 96.
Tinggi buritan berbentuk segi empat untuk panjang kapal L ≤ 103 m,
maka :
a. Lebar = (1,4 x L) + 90 (dimana L = 82 m)
= (1.4 x 82 ) + 90
= 204,8 mm
~ 205 mm
b. Tebal = (1,6 x L) + 15
= ( 1.6 x 82 ) + 1.5
Jurusan Teknik Perhitungan Tahanan Doc. No. 17030011-02
Permesinan Kapal –D4 Kapal & Pemilihan Tanggal :
Propeller
PPNS Halaman :

= 146,2
~ 146 mm
5. Perencanaan guard

Perencanaan gambar untuk guard adalah sebagai berikut :


Panjang guard = 190 mm
Tebal guard = 20 mm
6. Perencanaaan inlet pipe
Sistem sirkulasi minyak pelumas berdasarkan gaya gravitasi, saluran
inlet pipe pada stern tube dan outlet pipe direncanakan satu buah
dengan diameter luar pipa sebesar 30 mm.
 rb/tr =1
rb = 1 x tr
= 1 x 130,95
= 130,95 mm
~ 315 mm

1.5. Rules, Regulation & Recommendation


Rules pada dunia perkapalan merupakan aturan yang digunakan untuk semua kapal baik
pembangunan baru ataupun pemeliharaan agar mematuhi peraturan sehingga berjalan dengan baik namun
aturan rules bisa berubah kapanpun. Sedangkan Regulation merupakan aturan yang tercatat secara formal
dan legal (ada undang-undangnya). Fungsinya sama dengan rules namun regulation tidak mudah dirubah
kapanpun kecuali ada rapat perubahan secara formal. Perencanaan desain kamar mesin pada kapal MV. PUTRA
TUNGGAL Rules dan rekomendasi yang digunakan antara lain:
1. Resintant and Propultion Of Ships, SV. AA. HARVALD
2. Design Propeller Principle Naval Architect vol 2, BP Diagram Wagenigen, & Burril Cavitation
Diagram.
3. Buku Sularso untuk perencanaan diameter shaft dan intermediate shaft
4. Spesification Main Engine MAN B&W L 21/31
5. MAN B&W Encylopedia.

Anda mungkin juga menyukai