RESUME UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN
1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA UU No 1 Tahun 1970 terdiri dari X1 bab dengan 18 pasal. Undang-undang ini dimaksudkan untuk menentukan standar yang jelas untuk keselamatan kerja bagi semua karyawan sehingga mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup. Tempat Kerja Yang dimaksud dengan “tempat kerja” dalam undang-undang (UU) ini adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya terhadap pekerja. Ruang Lingkup Dimana UU No 1 Tahun 1970 mengatur keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Syarat-Syarat Keselamatan Kerja Syarat-syarat keselamatan kerja yang ditetapkan adalah dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur,jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda- tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum. Pengawasan K3 Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap UU Keselamatan Kerja, sedangkan pegawai pengawas dan ahli keselamatan dan kesehatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya UU ini dan membantu pelaksanaannya. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja. b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-jawabkan. Kewajiban Pengurus a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undangundang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja; b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja; c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. Ketentuan Pelanggaran Ancaman hukuman dari pelanggaran ketentuan UU Keselamatan Kerja adalah hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda setingginya Rp. 100.000,-. Proses projustisia dilaksanakan sesuai dengan UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP. 2. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO. KEP-186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA Pencegahan Kebakaran Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran ditempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 1. Pengendalian setiap bentuk energi; 2. Penyediaan sarana deteksi, alarm pemadam kebakaran dan sarana evakuasi; 3. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas; 4. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja; 5. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala; 6. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat. Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran 1. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan; 2. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan sedang I; 3. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan sedang II; 4. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan sedang III dan; 5. Klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat. Unit Penanggulangan Kebakaran 1. Petugas peran kebakaran; 2. Regu penanggulangan kebakaran; 3. Koordinator unit penanggulangan kebakaran; 4. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis; Tugas dan Syarat Unit Penanggulangan Kebakaran Petugas Peran Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud mempunyai tugas: 1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran; 2. Memadamkam kebakaran pada tahap awal; 3. Mengarahkan evakuasi orang dan barang; 4. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait; 5. Mengamankan lokasi kebakaran. Regu penanggulangan Regu penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud mempunyai tugas: 1. Mengindentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran; 2. Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran; 3. Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap awal; 4. Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat penanggulangan kebakaran; 5. Memadamkan kebakaran; 6. Mengarahkan evakuasi orang dan barang; 7. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait; 8. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan; 9. Mengamankan seluruh lokasi tempat kerja; 10. Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran. Koordinator unit Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud mempunyai tugas: 1. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; 2. Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan kebakaran; 3. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada pengurus. Ahli K3 Ahli K3 sebagaimana dimaksud mempunyai tugas: 1. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang penanggulangan kebakaran; 2. Memberikan laporan kepada Menteri atau Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; 3. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi yang didapat berhubungan dengan jabatannya; 4. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; 5. Menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan kebakaran; 6. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran; 7. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.