Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum “Fisika Dasar”

L0 – Lensa dan Indeks Bias


Hafizh Hakim/20522143
Asisten: Bella Sinta Hikmasari
Tanggal praktikum: 15 Maret 2020
Teknik Industri – Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

Abstrak— Percobaan mengenai Lensa dan Indeks Bias II. METODE PRAKTIKUM
bertujuan agar mahasiswa dapat memahami sifat dan A. Alat dan Bahan
menentukan kuat serta perbesaran lateral lensa, memahami
hukum Snellius dan menentukan indeks bias bahan padat. 1. Lensa Konvergen (Cembung)
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu
lensa cembung ganda, lampu, layer, mistar, busur derajat dan
medianya yaitu kaca. Pada praktikum ini dilakukan dua kali
percobaan yaitu percobaan lensa dan indeks bias dengan
menggunakan Hukum Snellius, Dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa semakin jauh letak lensa, maka semakin
jelas bayangannya dan besar sudut datang tidak sama dengan
sudut biasnya.
Kata kunci—Lensa, indeks bias, sudut datang, sudut bias, Hukum
Snellius

Gambar 1. Lensa Konvergen


I. PENDAHULUAN
https://id.aliexpress.com/item/32871575730.html
Praktikum Lensa dan Indeks Bias (L0) bertujuan agar
mahasiswa dapat memahami sifat dan menentukan serta
perbesaran lateral lensa, memahami Hukum Snellius dan 2. Layar
menentukan indeks bias bahan padat. Alat optic
merupakan alat-alat yang salah satu atau lebih
komponennya menggunakan benda optik, seperti:
cermin, lensa, serat optik atau prisma. Prinsip kerja dari
alat optik adalah dengan memanfaatkan prinsip
pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya. Pemantulan
cahaya adalah peristiwa pengembalian arah rambat
cahaya pada reflektor. Pembiasan cahaya adalah
Gambar 2. Layar
peristiwa pembelokan arah rambat cahaya karena cahaya
melalui bidang batas antara dua zat bening yang :https://encrypted-
berbeda kerapatannya. Peristiwa pembiasan cahaya tidak tbn0.gstatic.com/images?q=tbn
hanya terjadi pada lensa konvergen atau lensa divergen
saja, tetapi bisa terjadi pada kedua lensa yang %3AANd9GcS_SBUQjsulu zmPfE-
digabungkan. cU8bzQQpFKmh-l1Q-JQ&usqp=CAU
Terdapat dus jenis lensa, yaitu lensa cembung dan lensa
cekung. Pada lensa cembung (lensa positil) sinar dapat
mengumpul (kovergen) dan pada lensa cekung (lensa 3. Lampu
negatil) sinar dapat menyebar (divergen). Pada lensa
terdapat sinar-sinar istimewa. Tentunya, sinar-sinar
istimewa pada lensa cembung berbeda dengan lensa
cekung.
6. Sumber Tegangan

Gambar 3. Lampu
https://shopee.co.id/Lampu-Philips-Tornado-Spiral- Gambar 6. Sumber Tegangan
Berbagai-Watt-Lamp-5-8-12-15-20-24-W- https://www.mmionline.net/produk/alat-service/power-
i.5083909.971239083 supply-cody-1501a/

4. Mistar B. Langkah Percobaan


1. Lensa

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Memasang rangkaian seperti gambar yang telah


diberikan.

Gambar 4. Mistar
https://shopee.co.id/-GRAND-MEDIA-PENGGARIS-
MISTAR-PENGGARIS-BESI-KENKO-JOYKO-20CM-
i.97160145.2265062406

5. Busur

Gambar 5. Busur
https://shopee.co.id/Penggaris-Busur-
i.42013276.859001252
40 0 ,500 , 600 , 700 sebanyak 3 kali

Meletakkan benda (tanda panah disinari lampu) di


depan lensa pada jarak 15 cm

III. DATA PERCOBAAN


Mencari dimana letak bayangan benda pada
A. Lensa
layar dan mencatat jarak bayangan (d') dan
posisi bayangan (tegak / terbalik). Melakukan No d (cm) d’ (cm)
pengamatan tersebut sebanyak tiga kali. 1. 15 30 31 30
2. 20 24 22 24
3. 25 20 18 19
4. 30 17 17 17
5. 35 15 14 16
Mengulangi kegiatan 3 & 4 dengan jarak benda
20 cm B. Lensa
No Media Kaca
Sudut datang Ø1 Sudut bias Ø2
1. 30 21 21 20
2. 40 25 26 25
3 50 33 33 30
Mengulangi langkah 3 - 5 dengan fokus
4. 60 42 40 44
lensa yang berbeda-beda.
5. 70 50 50 52

IV. ANALISIS DATA


B. Indeks Bias 4.1 LENSA
a. Menentukan rerata jarak bayangan
Meletakkan bahan yang akan diamati indeks biasnya 1. Untuk d = 15 cm
kedalam meja potik yang tersedia. d’ δd′(d′ − d̅′) |δd′(d′ − d̅′)|2
30 -0,3 0,09
31 0,7 0,49
30 -0,3 0,09
∑= 91 ∑= 0,67
Menyalakan sumber cahaya dan mengarahkan ke
∑ d ' 91
bidang sisi benda yang diamati. d’= = = 30,3
n 3

∆d’= √
∑ ( d ' −d ' ) 2
Mengatur arah berkas cahaya datang dengan
n−1
sudut 300 dan memvariasi sudut datang sebesar 0,67
=√
200 sebanyak 3 kali 2
= 0,578792 cm
d’ ± ∆d’= (30,3 ± 0,578792)
2. Untuk d = 20 cm
Mengulangi langkah 1-3 dengan sudut datang
d’ δd′(d′ − d̅′) |δd′(d′ − d̅′)|2
24 0,7 0,49 0
22 -1,3 1,69 =√
2
24 0,7 0,49
∑= 70 ∑=2,67 = 0 cm
d’ ± ∆d’= (17 ± 0)
∑ d ' 70 5. Untuk d = 35 cm
d’= = = 23,3
n 3 d’ δd′(d′ − d̅′) δd′(d′ − d̅′)|2
15 0 0
14 -1 1
∆d’= √
∑ ( d ' −d ' ) 2 16 1 1
n−1 ∑=45 ∑=2

0,2,67
=√ ∑ d ' 45
2 d’= = = 15
n 3
= 1,15542 cm
d’ ± ∆d’= (23,3 ± 1,15542)
3. Untuk d = 25 cm ∆d’= √
∑ ( d ' −d ' ) 2
d’ δd′(d′ − d̅′) |δd′(d′ − d̅′)|2
n−1
20 1 1 2
18 -1 1 =√
2
19 0 0
∑= 57 ∑= 2 = 1 cm
d’ ± ∆d’= (15 ± 1)
∑ d ' 57 b. Menentukan focus lensa (f)
d’= = = 19
n 3 1. Untuk d = 15 cm
d . d ' 15.30,3
f= = = 10,03 cm = 0,1 m
d +d ' 15+30,3
∆d’= √
∑ ( d ' −d ' ) 2
n−1 d ( d ' + d ) −d . d ' 2
∆f = √│ '
│ │ ∆ d ' │2
2 ( d +d ) 2
=√
2 15 ( 30,3+15 )−15.30,3 2
= √│ │ │ 0,5787922 │
= 1 cm (15+ 30,3 ) 2
d’ ± ∆d’= (19 ± 1) = 0,0634613 cm = 0,0006 m
4. Untuk d = 30 cm f ± ∆f = (0,1 ± 0,0006)

d’ δd′(d′ − d̅′) δd′(d′ − d̅′)|2 2. Untuk d = 20 cm


17 0 0 d . d ' 20.23,3
17 0 0 f= = = 10,76 cm = 0,1 m
17 0 0
d +d ' 20+30,3
∑=51 ∑=0
d ( d ' + d ) −d . d ' 2
∆f = √│ '
│ │ ∆ d ' │2
∑ d ' 51 ( d +d ) 2
d’= = = 17
n 3 20 (23,3+ 20 )−20.23,3 2
= √│ │ │1,11542 │2
(20+ 23,3 ) 2
= 0,23797 cm = 0,002 m
∆d’= √
∑ ( d ' −d ' ) 2
f ± ∆f = (0,1 ± 0,002)
n−1
3. Untuk d = 25 cm d' 17
M=│ │= │ │= 0,56 cm
d . d ' 25.19 d 30
f= = = 10,79 cm = 0,1 m 5. Untuk d = 35 cm
d +d ' 25+19
d' 15
' M=│ │= │ │= 0,428571 cm
d ( d + d ) −d . d ' 2 d 35
∆f = √│ │ │ ∆ d ' │2 d. Menentukan kuat lensa (P)
( d +d ' ) 2 1. Untuk d = 15 cm
25 (19+ 25 )−25.19 2 1 1
= √│ │ │1 │2 P= = = 10 dioptri
( 25+ 19 ) 2 f 0,1
= 0,3228 cm = 0,003 m 2. Untuk d = 20 cm
1 1
f ± ∆f = (0,1 ± 0,003) P= = = 10 dioptri
f 0,1
4. Untuk d = 30 cm 3. Untuk d = 25 cm
d . d ' 30,17 1 1
f= = = 10,85 cm = 0,1 m P= = = 10 dioptri
d +d ' 30+17 f 0,1
4. Untuk d = 30 cm
' 1 1
d ( d + d ) −d . d ' 2 P= = = 10 dioptri
∆f = √│ │ │ ∆ d ' │2 f 0,1
( d +d ' ) 2 5. Untuk d = 35 cm
30 (17+ 30 )−30.17 2 1 1
= √│ │ │ 0│2 P= = = 10 dioptri
( 30+17 ) 2 f 0,1
4.2 INDEKS BIAS
= 0 cm a. Menentukan rerata sudut indeks bias
f ± ∆f = (0,1 ± 0) 1. Untuk sudut datang (∅)=300
5. Untuk d = 35 cm ∅′ δ∅′(∅′ − ∅′) |δ∅′(∅′ − ∅′ ̅ )|2
21 0,4 0,16
d . d ' 35.15 21 0,4 0,16
f= = = 10,5 cm = 0,1 m
d +d ' 35+15 20 -0,6 0,36
∑=62 ∑= 0,68
d ( d ' + d ) −d . d ' 2
∆f = √│ '
│ │ ∆ d ' │2 ∑ Ø ' 62
( d +d ) 2 ∅̅′ = = = 20,6
n 3
35 (15+ 35 )−35.15 2
= √│ │ │1 │2
(35+ 15 ) 2
∑( Ø ' −Ø ' )
= 0,49 cm = 0,005 cm ∆∅′= √
n−1
f ± ∆f = (0,1 ± 0,005)
0,68
c. Menentukan perbesaran bayangan (M) =√
1. Untuk d = 15 cm 2
d' 30,3 = 0,583095
M=│ │= │ │= 2,02 cm
d 15 ∅′̅± Δ∅′̅= (20,6 ± 0,583095)
2. Untuk d = 20 cm
2. Untuk sudut datang (∅)=40 0
d' 23,3
M=│ │= │ │= 1,165 cm ∅′ δ∅′(∅′ − ∅′) |δ∅′(∅′ − ∅′ ̅ )|2
d 20 25 -0,3 0,09
3. Untuk d = 25 cm 26 0,7 0,49
d' 19 25 -0,3 0,09
M=│ │= │ │= 0,76 cm ∑= 76 ∑=0,67
d 25
4. Untuk d = 30 cm
∑ Ø ' 76
∅̅′ = = = 25,3
n 3
50 -0,6 0,36
' ' 52 1,4 1,96
∑( Ø −Ø ) ∑= 152 ∑= 2,68
∆∅′= √
n−1
0,67 ∑ Ø ' 152
=√ ∅̅′ = = = 50,6
2 n 3
= 0,578792
∅′̅± Δ∅′̅= (23,3 ± 0,578792) ∑( Ø ' −Ø ' )
3. Untuk sudut datang (∅)=500 ∆∅′= √
n−1
∅′ δ∅′(∅′ − ∅′) |δ∅′(∅′ − ∅′ ̅ )|2
33 1 1 2,68
=√
33 1 1 2
30 -2 4
∑= 96 ∑= 5 = 1,15758
∅′̅± Δ∅′̅= (50,6 ± 1,15758)
∑ Ø ' 96 b. Menentukan nilai indeks bias medium
∅̅′ = = = 32
n 3 1. Untuk sudut datang (∅)=300

n . sinØ 1.sin 30
n’ = = = 1,00419
'
∑( Ø −Ø ) ' sinØ ' sin 20,6
∆∅′= √
n−1
5 −n sinØ cosØ ' 2
=√ ∆n′ = √ │ 2 '
│ │ ∆ Ø ' │2
2 sin Ø
= 1,58114 −1.sin 30 cos 20,6 2
=√│ 2
│ │ 0,583095│2
∅′̅± Δ∅′̅= (32 ± 1.58114) sin 20,6
4. Untuk sudut datang (∅)=600 = 0,58554
∅′ δ∅′(∅′ − ∅′) |δ∅′(∅′ − ∅′ ̅ )|2 𝑛′ ± Δ𝑛′ = (1,00419 ± 0,58554)
42 0 0 2. Untuk sudut datang (∅)=40 0
40 -2 4
44 2 4 n . sinØ 1.sin 40
n’ = = = 4,47569
∑=126 ∑= 8 sinØ ' sin 25,3

∑ Ø ' 126
∅̅′ = = = 42 −n sinØ cosØ ' 2
n 3 ∆n′ = √ │ 2 '
│ │ ∆ Ø ' │2
sin Ø
−1.sin 40 cos 25,3 2
∑( Ø ' −Ø' ) =√│ 2
│ │ 0,578792│2
∆∅′= √ sin 25,3
n−1
= 0,446496
8
=√ 𝑛′ ± Δ𝑛′ = (4,47569 ± 0,446496)
2
3. Untuk sudut datang (∅)=500
=2
∅′̅± Δ∅′̅= (126 ± 2) n . sinØ 1.sin 50
n’ = = = 0,475811
5. Untuk sudut datang (∅)=700 sinØ ' sin32
∅′ δ∅′(∅′ − ∅′) |δ∅′(∅′ − ∅′ ̅ )|2
50 -0,6 0,36
−n sinØ cosØ ' 2 mikroskop atau alat optik lainnya.
∆n′ = √ │ │ │ ∆ Ø ' │2 Hasil analisis data yang didapatkan pada percobaan
si n2 Ø '
pertama yaitu jarak 15 cm rerata jarak bayangannya d’ ±
−1.sin 50 cos 32 2
=√│ │ │1,58814 │2 ∆d’= (30,3 ± 0,578792) cm, fokus lensa yang didapat f ± ∆f
sin 2 32
= (0,1 ± 0,0006) cm, perbesaran bayangan 2,02 cm dan
= 0,752324
kuat lensa yang didapat 10 dioptri, selanjutnya pada jarak
𝑛′ ± Δ𝑛′ = (0,475811 ± 0,752324)
20 cm rerata jarak bayangannya d’ ± ∆d’= (23,3 ± 1,15542)
4. Untuk sudut datang (∅)=600
cm, fokus lensa yang didapat f ± ∆f = (0,1 ± 0,002) cm,
n . sinØ 1.sin 60 perbesaran bayangan 1,165 cm dan kuat lensa yang didapat
n’ = = = 0,332573
sinØ ' sin 42
10 dioptri, pada jarak 25 cm rerata jarak bayangannya d’ ±
∆d’= (19 ± 1) cm, fokus lensa yang didapat f ± ∆f = (0,1 ±
−n s inØ cosØ ' 2 0,003) cm, perbesaran bayangan 0,76 cm dan kuat lensa
∆n′ = √ │ 2 '
│ │ ∆ Ø ' │2
sin Ø yang didapat 10 dioptri, pada jarak 30 cm rerata jarak
−1.sin 60 cos 42 2 bayangannya d’ ± ∆d’= (17 ± 0) cm, fokus lensa yang
=√│ 2
│ │2 │2
sin 42 didapat f ± ∆f = (0,1 ± 0) cm, perbesaran bayangan 0,56 cm
= 0,665147 dan kuat lensa yang didapat 10 dioptri, serta pada jarak 35
𝑛′ ± Δ𝑛′ = (0,332573 ± 0,665147) cm rerata jarak bayangannya d’ ± ∆d’= (15 ± 1) cm, fokus
0
5. Untuk sudut datang (∅)=70 lensa yang didapat f ± ∆f = (0,1 ± 0,005) cm, perbesaran
n . sinØ 1.sin 70 bayangan 0,428571 cm dan kuat lensa yang didapat 10
n’ = = 2,35717
sinØ ' sin 50,6 dioptri.
Kemudian yang kedua yaitu percobaan indeks bias.
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau
−n sinØ cosØ ' 2
∆n′ = √ │ │ │ ∆ Ø ' │2 pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang
sin 2 Ø ' berbeda kerapatan optiknya. Hukum Snellius adalah rumus
matematika yang meberikan hubungan antara sudut datang
−1.sin 70 cos 50,6 2 dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang
=√│ │ │1,15758 │2
sin 2 50,6 melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti
udara dan gelas. Hukum Snellius digunakan untuk
= 2,72861 menghitung sudut datang atau sudut bias, dan dalam
𝑛′ ± Δ𝑛′ = (2,35717 ± 2,72861) eksperimen untuk menghitung indeks bias suatu bahan.
Hasil analisis data yang didapatkan pada percobaan kedua

yaitu pada sudut datang 300 diperoleh rerata sudut bias ∅′̅±
V. PEMBAHASAN Δ∅′̅= (20,6 ± 0,583095) dan nilai indeks biasnya 𝑛′ ± Δ𝑛′ =
Praktikum ini dilakukan dua kali percobaan, yang pertama
yaitu percobaan lensa, bayangan yang ditangkap oleh lensa
(1,00419 ± 0,58554), selanjutnya pada sudut 40 0 datang
dapat dipengaruhi oleh letak antara layar dengan sumber diperoleh rerata sudut bias ∅′̅± Δ∅′̅= (23,3 ± 0,578792) dan
bayangan, jarak layar terhadap sumber cahaya juga
berpengaruh terhadap bentuk bayangan dan juga lensa. nilai indeks biasnya ∅′̅± Δ∅′̅= (23,3 ± 0,578792), pada sudut
Jarak mempengaruhi bayangan yang dibentuk, dan
pergeseran benda yang membentuk bayangan juga
datang 500 diperoleh rerata sudut bias ∅′̅± Δ∅′̅= (32 ±
mempengaruhi, benda mempunyai pengaruh terhadap 1.58114) dan nilai indeks biasnya 𝑛′ ± Δ𝑛′ = (0,475811 ±
bentuk bayangan untuk membuat benda agar bisa ditangkap
oleh layar terhadap besar atau kecilnya, jelas atau tidaknya 0,752324), lalu pada sudut datang 600 diperoleh rerata
bentuk benda yang terbentuk. Kaitan percobaan lensa
sudut bias ∅′̅± Δ∅′̅= (126 ± 2) dan nilai indeks biasnya 𝑛′ ±
dengan teorinya yaitu untuk dapat menentukan fokus lensa
pada saat praktikum di laboratorium dalam menggunakan
Δ𝑛′ = (0,332573 ± 0,665147), serta pada sudut datang 700
diperoleh rerata sudut bias ∅′̅± Δ∅′̅= (50,6 ± 1,15758) dan
nilai indeks biasnya 𝑛′ ± Δ𝑛′ = (2,35717 ± 2,72861).
Beberapa faktor yang dapat membuat hasil dari praktikum
ini kurang akurat dikarenakan beberapa kesalahan, yaitu
cahaya yang terlalu terang sehingga tidak mendapatkan
bayangan yang fokus, tidak teliti dalam pengukuran jarak,
lensa cembung rusak sehingga tidak mendapatkan
bayangan yang fokus, tidak teliti mengukur sudut hasil
pembiasan, serta kesalahan menghitung hasil percobaan
dan pembulatan angka yang berpengaruh pada hasil.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa jika jarak lensa semakin jauh, maka
hasil bayangan akan terbentuk semakin (nyata, terbalik,
diperbesar), namun jika semakin jauh hasil bayangannya
semakin nyata. Semakin jauh jarak antara lensa dan layar,
maka hasil bayangannya akan semakin besar, namun
gambar bayangannya akan semakin pudar.
Hukum Snellius dapat digunakan untuk menghitung sudut
datang atau sudut bias, dan dalam eksperimen untuk
menghitung indeks bias suatu bahan. Dari hukum snellius
diketahui sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak
dalam satu bidang datar, Jika sinar datang dari medium
lebih rapat menuju medium yang kurang rapat, maka sinar
akan dibiaskan menjauhi garis normal. Jika sinar datang
dari medium kurang rapat menuju medium yang lebih
rapat, maka sinar akan dibiaskan mendekati garis normal,
dan perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut
bias pada dua medium yang berbeda merupakan bilangan
tetap. Pada percobaan indeks bias disimpulkan bahwa besar
sudut datang tidak sama dengan sudut biasnya. Kebanyakan
besar sudut datang akan selalu lebih besar dari pada sudut
biasnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Laboratorium Terpadu UII, Modul Praktikum
Fisika Dasar Teknik Industri, 2020.
2. P. Jasmine, Laporan Praktikum Fisika Dasar Tara
Kalor Listrik, 2020.
3. Zulfikar, Laporan Eksperimen Fisika Optik, 2016.

Anda mungkin juga menyukai