Anda di halaman 1dari 13

PRALABORATORIUM

PRAKTIKUM FISIKA DASAR II


(ABKC4204)

PRINSIP KERJA MIKROSKOP


(6D)

DOSEN PEMBIMBING:
ABDUL SALAM, M.Pd

ASISTEN PRAKTIKUM:
FAZRUL FALAH

OLEH:
RESTI DWI INDAH PERMATA SARI
(A1C415208)
KELOMPOK/SHIFT:
III/3
KELAS B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini telah banyak
ditemukan alat bantu untuk menyelesaikan permasalahan. Salah satu penemuan itu
adalah mikroskop. Dengan menggunakan mikroskop kita dapat mengamati dengan
jelas benda-benda yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
(kurang dari 0.1 mm). Kemahiran dan ketelitian sipemakai dalam menggunakan
mikroskop sangat diperlukan. Hal dapat di dapat dicapai dengan mengenali baik-baik
bagian-bagiannya, fungsinya, serta cara penggunaan dan pemulihannya. Semakin ahli
kita dalam menggunakan mikroskop maka akan semakin baik pula hasil pengamatan
mikroskopis yang kita lakukan dengan menggunakan mikroskop. Mikroskop
sederhana yang biasa kita gunakan umumnya menggunakan cahaya dari alam atau
juga dapat menggunakan cahaya lampu sebagai sumber cahaya pengganti matahari.
Cahaya masuk kemudian dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung,
cermin inilah yang akan mengarakan cahaya dari luar kedalam mikroskop. Namun
setiap mikroskop pada dasarnya terdiri atas bagian-bagian optik dan bagian-bagian
merkanik. Dua nilai penting sebuah mikroskop ialah daya pembesaran dan
penguraiannya, atau resolusi. Pembesaran mencerminkan berapa kali lebih besar
objeknya terlihat dibandingkan ukuran sebenarnya. Daya urai merupakan ukuran
kejelasan citra, yaitu jarak minimum dua titik yang dapat dipisahkan dan masih dapat
dibedakan sebagai dua buah titik
Bendasarkan latar belakang diatas dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai
berikut: “Bagaimana prinsip kerja mikroskop dan bagaimana sifat-sifat bayangan
pada mikroskop?”.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menyelidiki prinsip kerja
mikroskop dan menyelidiki sifat-sifat bayangan pada mikroskop.

II. KAJIAN TEORI


Lensa adalah sistem optik yang dibatasi oleh dua permukaan bias yang
mempunyai sumbu bersama. Titik pada sumbu lensa tempat dipusatkannya cahaya
yang sejajar sumbu, ialah titik fokus lensa. Sedangkan jarak fokus kepusat lensa
disebut jarak fokus atau panjang fokus.
Lensa obyektif
Lensa ini merupakan lensa positif yang digunakan langsung berhubungan
dengan obyek yang diamati. Obyek atau benda yang diamati ditempatkan diruang
kedua. Bayangan lensa obyektif ini disebut bayangan 1 yang memiliki sifat nyata,
tegak diperbesar.
Hubungan antara jarak benda dengan jarak bayangan pada lensa tipis memenuhi
persamaan:
1 1 1
+ 𝑠′ = 𝑓 (1)
𝑠

dengan
s : jarak benda
s' : jarak bayangan
f : jarak focus

Lensa okuler
Lensa ini merupakan lensa positif yang digunakan untuk mengamati obyek
berupa bayangan 1 (bayangan dari lensa obyekif). Lensa okuler berfungsi seperti lup,
sehingga bayangan yang dibentuknya maya, tegak diperbesar, bayangan ini disebut
bayangan akhir.
Perhatikan bahwa: s'(-) = x dan s+ = x+d. Sehingga dari rumus untuk lensa
positif berlaku:
1 1 1
+ 𝑠′ =𝑓 (2)
(𝑥+𝑑) (+) +

Dari persamaan 2, x dapat dihitung. Untuk lensa negatif, karena bayangan yang
dibentuk selalu maya (tidak dapat diterima layar), maka untuk menentukan jarak
fokusnya memakai pertolongan lensa positif yang telah diketahui f nya. Selanjutnya
untuk lensa negative:
1 1 1
+𝑠 =𝑓 (3)
𝑥 (−) (−)

(Sutrisno, 1984: 170)

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mikroskop, yaitu:


1) Jarak antara lensa obyektif dan lensa okuler disebut juga panjang tabung (d).
panjang tabung sama dengan penjumlahan jarak bayangan yang dibentuk lensa
obyektif (s’ob) dengan jarak benda (bayangan pertama) ke lensa okuler (sok).
d = s’ob+sok (4)
2) Menggunakan mikroskop dengan mata berkomodasi maksimum berarti letak
bayangan akhir berada di titik dekat mata di depan lensa okuler. Jadi, dapat
dituliskan
s’ok = -sn (5)
3) Menggunakan mikroskop dengan mata tidak berakomodasi berarti jarak benda
didepan lensa okuler (sok) berada tepat di titik focus lensa okuler(fok). Jadi,
dapat dituliskan
sok = fok (6)
(Campbell, 2000: 286)
Untuk melihat benda yang sangat kecil seperti virus dan bakteri, diperlukan alat
optik yang memilik perbesaran angular lebih besar lagi. Alat optik yang diperlukan
untuk melihat benda-benda yang sangat kecil adalah mikroskop.
(Kanginan, 2004: 217)
Pada tahun 1590, pembuat lensa asal Belanda, yaitu Zacharias Janssen berhasil
membuat mikroskop pertama yang berupa tabung sederhana dengan lensa cembung
disetiap ujungnya.Pada tahun 1650, ilmuwan asal Belanda Antoni Van Leeuwenhoek
berhasil membuat mikroskop dengan perbesaran 250 kali. Dia berhasil melihat benda-
benda yang sangat kecil, seperti sel darah, hewan bersel satu, mata serangga dan
susunan sel daun dengan mikroskop ini. Mikroskop cahaya yaitu mikroskop yang
menggunakan cahaya untuk membentuk bayangan dari benda yang akan dilihat.
Mikroskop cahaya ini memiliki perbesaran 1.000-2.000. Sedangkan mikroskop
electron mempunyai perbesaran lebih dari 1.000.000 kali sehingga mampu melihat
virus AIDS.
(Suharyanto, 2009: 90)
Mikroskop adalah suatu alat yang digunakan untuk membentuk suatu bayangan
yang diperbesar dari suatu objek kecil serta untuk meningkatkan kemampuan daya
pisah seseorang, sehingga memungkinkan untuk dapat mengamati objek yang halus.
(Martin, 2012: 661)
Sebuah mikroskop terdiri atas susunan dua lensa cembung.lensa cembung yang
dekat dengan benda disebut lensa objektif. Lensa cembung yang dekat dengan mata
disebut lensa okuler. Jarak fokus lensa okuler lebih besar daripada jarak fokus lensa
objektif. Hal ini agar benda yang diamati dapat kelihatan sangat besar dan mikroskop
tidak terlalu panjang.

Gambar 1. (a) Mikroskop. (b) Diagram sinar pembentukkan bayangan pada


mikroskop
Benda yang diamati diletakkan didepan lensa objektif diantara Fob dan 2Fob (atau
fob< sob< 2fob). Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif adalah I1, yang bersifat
nyata, terbalik, diperbesar. I1 ini dipandang sebagai benda oleh lensa okuler.Supaya I1
diperbesar, maka I1 harus terletak didepan lensa okuler diantara titik optic O dan jarak
fokus okuler (Fok).Jadi, lensa okuler berfungsi seperti lup.Bayangan akhir I2 yang
dibentuk oleh lensa okuler terletak didepan lensa okuler, bersifat maya, diperbesar,
dan terbalik terhadap arah benda semula.
(Kanginan, 2004: 217-218)
Perbesaran total mikroskop merupakan hasil kali perbesaran yang dihasilkan oleh
kedua lensa. Bayangan I1yang dibentuk oleh lensa objektif adalah sebesar faktor mo
lebih besar dari benda itu sendiri. Untuk perbesaran lateral lensa sederhana, kita
dapatkan:
ℎ 𝑑 𝑙−𝑓𝑒
𝑚𝑜 = ℎ 𝑖 = 𝑑 𝑖 = (7)
𝑜 𝑜 𝑑𝑜

dimana do dan di adalah jarak benda dan bayangan untuk lensa objektif, 𝑙 adalah jarak
antar lensa(sama dengan panjang tabung). Jika kita anggap bahwa mata rileks,
perbesaran anguler Me adalah:
𝑁
𝑀𝑒 = 𝑓 (8)
𝑒

Dimana titik dekat N = 25 cm untuk mata normal. Karena okuler memperbesar


bayangan yang dibentuk oleh objektif, perbesaran anguler total M adalah hasil kali
dari perbesaran lateral lensa objektif mo, dikalikan perbesaran anguler Me, dari lensa
okuler (persamaan 1 dan 2):
𝑁 𝑙−𝑓𝑒
𝑀 = 𝑚𝑒 𝑚𝑜 = (𝑓 ) ( ) (9)
𝑒 𝑑𝑜
𝑁𝑙
=𝑓𝑓 (10)
𝑒 𝑜

Pendekatan ini akurat jika fe dan fo kecil dibandingkan dengan 𝑙, sehingga 𝑙 − 𝑓𝑒 = 𝑙


dan do = fo,.
(Giancoli, 2001: 344-345)
Prinsip kerja mikroskop adalah objek ditempatkan diruang dua lensa objektif
sehingga terbentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar.Lensa okuler mempunyai
peran seperti lup, sehingga pengamat dapat melakukan dua jenis pengamatan yaitu
dengan mata berakomodasi maksimum atau dengan mata tidak berakomodasi. Pilihan
jenis pengamatan ini dapat dilakukan dengan cara menggeser jarak benda terhadap
lensa objektif yang dilakukan dengan tombol soft adjustment (tombol halus yang
digunakan untuk menemukan fokus).Persamaannya dijelaskan sebagai berikut:
A. Mata berakomodasi maksimum
Dengan mata berakomodasi maksimum, diperoleh persamaan perbesaran total
mikroskop (M) sebagai berikut:
M = Mob × Mok (11)
𝑠 ′ 𝑠
𝑀 = 𝑠𝑜𝑏 (𝑓 𝑛 + 1) (12)
𝑜𝑏 𝑜𝑘

Panjang mikroskop (jarak tubus) merupakan jarak pusat antara kedua lensa (L) dan
dinyatakan dengan persamaan berikut:
L = sob’ + sok (13)

Gambar 2. Mata berakomodasi


B. Mata tidak berakomodasi
Dengan mata tidak berakomodasi, diperoleh perbesaran total mikroskop (M)
dengan persamaan:
𝑠 ′ 𝑠
𝑀 = ( 𝑠𝑜𝑏 ) (𝑓 𝑛 ) (14)
𝑜𝑏 𝑜𝑘

Panjang mikroskop (jarak tubus) merupakan jarak pusat antara kedua lensa (L)
dinyatakan dengan persamaan:
L = sob’ + fok (15)

Gambar 3. Mata tidak berakomodasi


(Bueche dan Eugene, 2006: 527-528)
Semua daya urai yang bias didapatkan mikroskop akan tidak berguna jika benda
yang dilihat tidak bias dipisahkan dari latar belakangnya. Perbedaan kecerahan antara
bayangan benda dan bayangan lingkungannya disebut kontras. Mendapatkan kontras
tinggi merupakan masalah penting pada mikroskop dan bentuk lain dari
pembentukkan bayangan. Dua jenis khusus mikroskop yang dapat menambah
kontras, yaitu mikroskop interferensi dan kontras-fase.
Mikroskop interferensi menggunakan properti gelombang dari cahaya secara
langsung. Ini merupakan satu dari alat bantu yang paling efektif untuk menambah
kontras pada benda transparan.

Gambar 4. Benda-katakanlah bakteri dalam larutan air


Dari gambar diatas dapat dilihat cahaya masuk secara seragam dari kiri dan
koheren pada semua titik seperti a dan b. Jika benda setransparan larutan air, berkas
yang meninggalkan d akan hampir sama kecerahannya dengan yang meninggalkan c,
tidak akan kontras dan benda tidak akan terlihat. Apabila indeks bias benda sedikit
berbeda dari medium disekelilingnya, panjang gelombang didalam benda akan diubah
seperti digambarkan. Dengan demikian, gelombang pada titik c dan d akan berbeda
fase, jika tidak ada amplitudo. Yang dilakukan mikroskop interferensi adalah
mengubah perbedaan fase menjadi perbedaan gelombang.Hal ini dilakukan dengan
menumpangkan cahaya yang melewati sampel ke berkas referensi yang tidak
melewati benda tersebut, sehingga berinterferensi.Perhatikan gambar 5 dibawah ini.
Gambar 5. Diagram mikroskop interferensi
Cahaya dari sumber dibagi menjadi dua berkas yang sama dengan cermin yang
setengah perak, MS1. Satu berkas yang melewati benda dan yang kedua melewati
suatu sistem yang identic tanpa benda.Keduanya bertemu lagi dan disatukan oleh
cermin setengah perak, MS2 sebelum memasuki okuler dan mata. Benda bervariasi
dalam ketebalannya, perbedaan fase antara berkas ac dan bd pada gambar 4 akan
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi besarnya interferensi. Berarti variasi
ketebalan benda akan tampak sebagai variasi kecerahan pada bayangan.
Mikroskop kontras fase jauh lebih mudah dibuat dan dipakai dari mikroskop
interferensi.

Gambar 6.Diagram sederhana dari mikroskop kontras fase


Kita anggap bahwa berkas dari setiap titik pada sumber dibuat paralel oleh
serangkaian lensa condenser, ssebuah pelat dengan lubang yang berbentuk cincin
diletakkan diatas sumber, sehingga cahaya hanya dapat lewat melalui cincin anular
ini. Cahaya yang tidak disimpangkan benda difokuskan oleh lensa objektif pada
bidang tegangan sumber. Setiap titik pada benda kemudian berfungsi sebagai sumber
untuk berkas yang menyebar dari titik tersebut, berkas-berkas ini difokuskan pada
bidang bayangan benda, yang terletak dibelakang bidang bayangan sumber.
Kontras didapatkan dengan menyisipkan pelat fase kaca bundar dibidang
bayangan sumber. Pelat fase memilik alur seperti digambarkan berbentuk cincin.
Cincin ini diletakkan sehingga semua berkas yang tidak disimpangkan melaluinya.
Dengan demikian bayangan benda akan kontras dengan tajam dengan latar belakang.
Keterbatas utama dari mikroskop kontras fase adalah bayangan-bayangan cendrung
memiliki “halo” disekitarnya sebagai akibat dari difraksi dan bukaan pelat fase. Jadi,
kita harus berhati-hati dalam menginterprestasikan bayangan.
(Tipler, 1996: 419)
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan bahan
1. Kotak cahaya
2. Bangku otpik bermistar
3. Lensa cembung fokus 5 cm
4. Lensa cembung fokus 10 cm
5. Layar
6. Power supply
B. Rumusan Hipotesis
Bayangan dari lensa objektif nyata, terbalik, diperbesar dan bayangan dari lensa
okuler maya, terbalik, diperbesar.
C. Identifikasi dan definisi operasional variable
1. Identifikasi variabel
 Variabel manipulasi : jarak benda (s0)
 Variabel respon : jarak bayangan (s’)
 Variabel kontrol : fokus lensa cembung
2. Definisi Operasional Variabel
 DOV Manipulasi : jarak benda adalah jarak sebuah benda yang
sebenarnya. Mengubah jarak benda sebanyak ….. kali dengan
menggunakan mistar satuan cm
 DOV Respon : jarak bayangan adalah jarak antara lensa
dengan bayangan yang terbentuk oleh lensa tersebut. Menghitung
besar jarak bayangan sebanyak ….. kali dengan menggunakan mistar
dengan satuan cm
 DOV Kontrol : Fokus lensa cembung adalah letak bayangan
jika bendanya berada di titik tak hingga. Menjaga tetap fokus lensa
cembung sebesar 5 cm dan 10 cm.

D. Langkah kerja
Pecobaan ini diawali dengan menyusun perlatan seperti gambar 7. Meletakkan
layar sejauh x = 20 cm dari benda (kotak cahaya) ke layar. Mengatur letak lensa 1
sehingga terbentuk bayangan paling tajam pada layar, lebih besar dari
bendanya.Mengukur jarak benda ke lensa sebagai s0. Memberi tanda letak layar
dengan nama titik p, kemudian menyingkirkan layar dari susunan alat. Mengamati
bayangan benda dengan menggunakan lensa 2 seperti gambar 8.

Gambar 7. Rancangan percobaan


Gambar 8. Mengamati bayangan dengan menggunakan 2 lensa

E. Teknik analisis
Percobaan ini bertujuan untuk menyelidiki prinsip kerja mikroskop dan
menyelidiki sifat-sifat bayangan pada mikroskop. Untuk menentukan sifat-sifat
bayangan pada mikroskop dapat digunakan persamaan:
𝑠′𝑜𝑏 𝑝𝑝 𝑠′ 𝑝𝑝
𝑀= atau 𝑀 = 𝑠 𝑜𝑏 𝑠′
𝑠𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑘 𝑜𝑏 𝑜𝑘
DAFTAR PUSTAKA
Bueche, Frederick J dan Eugene Heacth. 2006. Fisika untuk Universitas Edisi
Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Campbell, N.A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga
Giancoli, Douglas C. 2001. FISIKA Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Martin, Elizabeth A. 2012. Kamus Sains. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharyanto. 2009. Fisika untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Sutrisno. 1984. Fisika dasar seri gelombang dan optik. Bandung: ITB
Tipler, Paul A. 1996. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai