Anda di halaman 1dari 11

REVIEW MATERI PRAKTIKUM

ACARA I
MIKROSKOP

Oleh :
Kelompok 27
Besti Baramita H0920022
Kelas A
Gabriale Umar Sharif H0920040
Kelas B
Qanita Syahshiyah H0920077
Kelas C

PROGRAM STUDI ILMU TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
ACARA I
MIKROSKOP

Mikroskop adalah suatu alat optik dengan tingkat presisi tinggi yang
menggunakan satu lensa atau gabungan lensa untuk memperoleh gambar dengan
perbesaran tinggi dari suatu objek atau spesimen yang tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Secara sederhana, mikroskop adalah suatu alat yang dapat menghasilkan
bayangan objek/spesimen yang diletakkan pada mikroskop menjadi lebih besar.
(Richards & Mollring, 1969). Sejarah mikroskop dapat dilacak mundur sampai abad
ke-15 saat dua orang ayah dan anak dari Belanda, Hans dan Zacharias Janssen,
menemukan mikroskop. Lalu pada tahun 1665, Robert Hooke menerbitkan sebuah
buku berjudul ‘Micrographia’ yang berisikan tentang pengamatan berbagai macam
spesimen dengan menggunakan mikroskop. Buku tersebut adalah salah satu karya
paling relevan yang menjadi permulaan dari perkembangan mikroskop hingga saat ini.
(Harris, 2019). Sedangkan menurut Weishnang Yang, secara sederhana mikroskop
adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk memperbesar benda kecil. Mikroskop
memiliki berbagai tingkat perbesaran, mulai dari bagian spesimen yang masih bisa
dilihat dengan mata telanjang sampai organel-organel yang berukuran sekian
nanometer. (Yang, 2005)
Menurut Gremaud, mikroskop adalah suatu alat yang dapat menghasilkan
perbesaran bayangan dari benda-benda atau spesimen kecil. Mikroskop
memungkinkan pengamat untuk melihat struktur spesimen dari dekat pada skala yang
memudahkan analisa untuk dilakukan. (Gremaud, 2001)

Gambar 1.1 Bagian Mikroskop Binokuler


Mikroskop binokuler terdiri dari berbagai bagian dengan fungsi tersendiri. Di
antaranya adalah
1. Lensa Okuler/Eye-Piece, berfungsi untuk memperbesar/membentuk bayangan
nyata dari lensa objektif yang kemudian dapat dilihat langsung oleh mata.
Dalam mikroskop monokuler terdapat satu lensa okuler, sedangkan pada
mikroskop binokuler, terdapat dua lensa okuler.
2. Diopter Adjustment/Pengatur Dioptri, pada mikroskop binokuler berfungsi
untuk mengatur fokus pada masing-masing eye-piece.
3. Head/Kepala Mikroskop, berfungsi sebagai penopang bagian optik mikroskop
bagian atas.
4. Nose Piece/Revolver, berfungsi sebagai penyangga lensa objektif dengan
berbagai macam pembesaran.
5. Arm/Lengan Mikroskop, berfungsi sebagai tempat untuk dipegang saat ingin
memindahkan atau mengangkat mikroskop.
6. Objective Lens/Lensa Objektif, merupakan lensa utama yang digunakan untuk
memperbesar bayangan spesimen. Lensa objektif memiliki kekuatan
perbesaran mulai dari 10x-100x.
7. Stage Clip/Penjepit pada meja objek, berfungsi untuk menahan kaca preparat
agar mudah digerakkan saat melakukan pengamatan.
8. Aperture, yaitu lubang yang terletak pada meja benda dimana cahaya keluar
dari reflektor atau sumber cahaya lain.
9. Mechanical Stage/Meja Objek, berfungsi sebagai tempat dimana kaca preparat
berisi spesimen diletakkan untuk dilakukan pengamatan.
10. Diapraghm/Diafragma, berfungsi untk mengatur banyak cahaya yang
mencapai spesimen.
11. Condenser/Kondensor, yaitu lensa yang berfungsi untuk menerima dan
memfokuskan cahaya dari sumber cahaya ke spesimen.
12. Illuminator, yaitu sumber cahaya yang digunakan untuk melihat spesimen.
13. Coarse and Fine Adjustment/Pengatur Kasar dan Halus, berfungsi untuk
mengatur fokus mikroskop.
14. Stage Control/Pengatur Meja Objek, berfungsi untuk menggerakkan meja
objek ke atas, bawah, kanan, maupun kiri.
15. Base, berfungsi sebagai penopang mikroskop dan tempat sumber cahaya.
(Gajghate, 2016)

Terdapat banyak jenis mikroskop yang memiliki kegunaan yang berbeda, di


antaranya
1. Compound Light Microscope/Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya adalah mikroskop yang menggabungkan fungsi cahaya dan lensa
untuk memperbesar objek yang diamati. Pada umumnya, perbesaran yang dapat
dihasilkan oleh mikroskop cahaya berkisar antara 10x-1000x setelah lensa okuler dan
objektif digabungkan.
2. Stereo Microscope/Mikroskop Stereo/Mikroskop Bedah
Mikroskop stereo atau mikroskop bedah adalah jenis mikroskop yang memungkinkan
pengamat untuk melihat objek secara tiga dimensi. Mikroskop ini biasa digunakan
untuk mengamati berbagai permukaan, bedah mikro (microsurgery), pembuatan arloji,
dan pembuatan circuit board.
3. Digital Microscope/Mikroskop Digital
Mikroskop digital adalah jenis mikroskop yang dapat disambungkan pada computer
untuk melihat perbesaran spesimen. Dengan fitur tersebut, perbesaran gambar
spesimen dapat disimpan di computer.
4. Electron Microscope/Mikroskop Elektron
Mikroskop electron adalah suatu jenis mikroskop yang memungkinkan pengamat
untuk melihat objek sampai ukuran nanometer. Mikroskop electron banyak digunakan
dalam studi biologi, kimia, metalurgi, industry, dan masih banyak lagi.
(Lemon & McDole, 2020)
Perbedaan antara mikroskop bright field dan dark field
Mikroskop brightfield digunakan untuk melihat benda-benda kecil dengan
medan terang dan sumber cahaya dari bawah serta memiliki perbesaran hingga 1200
kali. Dengan menggunakan mikroskop brightfield objek dapat diamati dengan diwarnai
terlebih dahulu maupun tidak. Sedangkan mikroskop darkfield menggunakan
penyinaran serong atau oblique yang tidak masuk ke obyektif. Benda-benda yang ada
dalam lapangan penglihatan akan memberi refleksi cahaya ke dalam obyektif sehingga
akan terlihat partikel yang ukurannya jauh dibawah batas mikroskop biasa (Wahyuni
et al., 2019). Mikroskop brightfield biasa digunakan untuk praktikum di laboratorium
sekolah karena mudah digunakan. Sedangkan mikroskop darkfield digunakan untuk
mengamati benda-benda yang hidup dan transparan atau berwarna terang, contohnya
Daphnia magna. Mikroskop darkfield mempunyai prinsip kerja seperti mengamati
bintang di malam hari. Bintang dapat terlihat di keredupan cahaya diantara langit hitam
gelap (Sulitiyawati, 2019).
Penggunaan mikroskop binokuler dengan perbesaran lemah menggunakan
lensa objektif dengan perbesaran 4-10x dan perbesaran sedang menggunakan lensa
objektif dengan perbesaran 40x. Sedangkan untuk lensa okuler yang dimiliki
mikroskop cahaya memiliki perbesaran 10x. Cara penggunaan mikroskop diawali
dengan meletakkan mikroskop di atas meja pengamat, memasang lensa okuler dengan
perbesaran yang lemah ataupun sedang disesuaikan dengan kebutuhan, setelah itu
memutar makrometer ke arah belakang agar badan mikroskop terangkat. Setelah
terangkat, menggeser pemutar lensa agar pada kedudukan segaris dengan arah
datangnya cahaya, lalu menggeser lensa objektif dengan perbesaran lemah atau sedang
disesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian menaikkan kondensor setinggi mungkin dan
membuka diafragma selebar mungkin agar cahaya yang masuk ke kondensor cukup.
Langkah selanjutnya dengan memutar cermin ke arah sumber cahaya dan memasang
preparat persis di atas lubang meja. Setelah itu memutar makrometer sampai diperoleh
bayangan yang jelas, jika sudah mendapat bayangan yang jelas, menghentikan
memutar makrometer dan memfokuskan gambar dengan memutar mikrometer ke
depan atau ke belakang sampai mendapatkan bayangan benda terjelas (Wardhani,
2019).

Baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung.
Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang
mempunyai sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula, lalu
yang menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada
mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti bayangan
sementara, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop elektron
bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti gambar benda nyata, sejajar, dan
diperbesar (Suwarna, 2010).

Pengamatan dengan mikroskop dapat dilakukan dengan mata berakomodasi


maksimum dan tidak berakomodasi. Pada pengamatan dengan mata berakomodasi
maksimum, hasil bayangan yang dibentuk lensa objektif bersifat nyata, terbalik, dan
diperbesar. Sedangkan pada mikroskop menggunakan mata berakomodasi tidak
maksimum berfungsi sebagai lup dengan sifat bayangan yang terbentuk adalah nyata,
terbalik, dan diperbesar. Bayangan akhir yang dibentuk oleh mikroskop bersifat maya,
terbalik, dan diperbesar. pada mikroskop, agar mata berakomodasi maksimum, maka
bayangan yang dihasilkan lensa okuler terletak di depan lensa okuler yang jaraknya
sama dengan titik dekat pengamat (Madigan and Martinko, 2005).
Perhitungan menggunakan mata berakomodasi maksimum dinyatakan dengan
rumus s'ok = −sn. Pada lensa objektif berlaku persamaan 1/sob + 1/s'ob = 1/fob. Perbesaran
oleh lensa objektif dihitung dengan rumus mob = −s’ob/sob.
Sementara pada lensa okuler berlaku persamaan 1/sok + 1/s'ok = 1/fok. Dengan
mensubtitusikan persamaan s'ok = −sn ke persamaan lensa okuler tersebut, maka kita
dapatkan sok = (fok x sn) / fok + sn. Perbesaran pada lensa okuler dicari dengan persamaan
mok = (sn/fok) + 1. Dari hasil perbesaran oleh lensa objektif dan lensa okuler di atas
maka didapatkan perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum, yaitu M
= mob × mok dan dinyatakan M = −(s'ob/sob) x (sn/fok) +1 dengan keterangan M yaitu
perbesaran total mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum, s'ob adalah jarak
bayangan lensa objektif, sob adalah jarak benda dari lensa objektif, sn adalah titik dekat
mata (25 cm untuk jenis mata normal), fok adalah jarak fokus lensa okuler (Setianingsih,
2017).
Rumus perbesaran mikroskop untuk mata tidak berakomodasi jika benda yang
dilihat berada di jauh tak terhingga. Lensa yang dekat dengan mata adalah lensa okuler
dan benda pada lensa okuler terletak di tak terhingga. Untuk menghasilkan bayangan
di tak terhingga, benda harus diletakkan di titik fokus lensa objektif. Jadi, pada lensa
okuler berlaku persamaan s'ok = ∞. Pada lensa okuler berlaku persamaan 1/sok + 1/s'ok
= 1/fok. Mensubtitusikan persamaan s'ok = ∞ ke persamaan lensa okuler, maka
didapatkan sok = fok. Jadi, perbesaran pada lensa okuler dapat dicari dengan persamaan
mok = sn/fok. Perbesaran mikroskop mata tanpa akomodasi dapat dihitung menggunakan
persamaan M = mob × mok dan dinyatakan M = −((s'ob x sn)/(sob x fok)) dengan
keterangan M adalah perbesaran total mikroskop untuk mata tidak berakomodasi, s'ob
adalah jarak bayangan lensa objektif, sob adalah jarak benda dari lensa objektif, sn
adalah titik dekat mata (25 cm untuk jenis mata normal), fok adalah jarak fokus lensa
okuler (Setianingsih, 2017).
Contoh sebuah mikroskop menggunakan lensa objektif dan lensa okuler yang
masing-masing dengan fokus 1 cm dan 2 cm. Bayangan yang dihasilkan oleh lensa
objektif berada pada jarak 15 cm dari lensa okuler. Contoh yang kedua pada identifikasi
bakteri gram negatif dan gram positif menggunakan sebuah mikroskop dengan lensa
objektif memiliki fokus 2 cm dan lensa okuler memiliki fokus 4 cm sehingga
menghasilkan bayangan oleh lensa objektif dengan jarak 20 cm dari lensa okuler
(Setianingsih, 2017).

Hasil observasi lemari alat dan bahan, untuk mikroskop dan alat optik rata-rata
penempatannya kecil dibandingkan dengan seharusnya. Pada kenyataannya mikroskop
banyak ditempatkan di lemari biasa dan sering dicampur dengan alat-alat ukur yang
lain (Sundari, 2013). Rata-rata laboratorium belum memiliki perabotan yang sesuai
dengan kriteria. Sehingga alat-alat optik seperti mikroskop bisa cepat rusak karena
tidak adanya perawatan dan pemeliharaan yang baik (Hudha, 2011). Cara merawat
mikroskop harus ditempatkan yang rapih pada lemari khusus yang dilengkapi dengan
lampu dan berfungsi untuk menjaga agar ruangan sekitar mikroskop tidak lembab dan
tidka mudah tumbuh jamur yang dapat merusakkan lensa hingga lensa menjadi putih
dan buram (Widayati, 2013). Oleh karena itu, perlu disosialisasikan mengenai
pelatihan penggunaan dan pemeliharaan mikroskop agar memperoleh pengetahuan dan
keterampilan khusus dalam menggunakan dan merawat mikroskop dengan benar
(Supranto, 2018).

Menggunakan mikroskop agar lebih memperjelas bayangan yang akan dilihat.


Objek yang akan dilihat dengan lensa objektif diberi minyak imersi. Minyak imersi ini
berfungsi untuk memperbanyak cahaya yang menuju lensa objektif setelah melewati
objek sehingga objek akan terlihat lebih nyata dan jelas (Entjang, 2003). Sehingga
dapat dinyatakan dalam menggunakan mikroskop cahaya binokuler rata-rata orang bisa
menggunakannya dan beberapa orang berada pada kategori cukup bisa
menggunakannya dengan baik dan benar (Husnulhayati, 2014).

Identifikasi bakteri asam laktat (BAL) dari buah mangga menggunakan


mikroskop. Bakteri asam laktat adalah bakteri yang memiliki kontribusi besar dalam
dunia pangan. Bakteri asam laktat selain biasanya digunakan sebagai pangan
fungsional dan sering digunakan sebagai pengawet alami dari suatu produk pangan
fermentasi (Ibrahim, 2015). Identifikasi bakteriologi kacang belalang afrika (parkia
biglobosa) dengan pengenceran menggunakan mikroskop (Ajayi, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Ajayi, Olajide Adedayo. (2014). Bacteriology and Qualitative Study of African


Locust Bean (Parkia Biglobosa). Open Jurnal of Social Sciences, 2, 73-78.
Chaeri A., Kusbiyanto, dan Priyo S. 2008. Penggunaan Mikroskop, Alat Bantu
Ukur, Jaringan Hewan, dan Morfologi pada Hewan Vertebrata. Universitas Terbuka
Repository. Hal. 7-9.
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan
Ban Sekolah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Gajghate, S. S. (2016). Introduction to Microscopy. November.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.24105.49768
Gremaud, G. (2001). Scanning acoustic microscopy: SAM. Materials Science
Forum, 366–368, 676–683. https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/MSF.366-
368.676
Harris, P. J. F. (2019). Microscopy and literature. Endeavour, 43(3), 100695.
https://doi.org/10.1016/j.endeavour.2019.100695
Hudha, A. M., (2011). Analisis Pengelolaan Praktikum Biologi di Laboratorium
Biologi Universitas Muhammadiyah Malang. Jurnal Penelitian dan Pemikiran
Pendidikan, 1(1).
Husnulhayati. 2014. Analisis Keterampilan Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat dalam Menggunakan Mikroskop.
Jurnal STKIP PGRI.
Ibrahim Arsyik, Aditya Fridayanti, dan Fila Delvia. 2015. Isolasi dan
Identifikasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Buah Mangga (Mangifera indica L.).
Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2), 159-163.
Lemon, W. C., and McDole, K. (2020). Live-cell imaging in the era of too many
microscopes. Current Opinion in Cell Biology, 66, 34–42.
https://doi.org/10.1016/j.ceb.2020.04.008
Madigan, M. T., and Martinko, J. M. (2005). Brock Biology of Microorganism.
Jurnal International Microbiology, 8(May), 149–152.
Richards, O. W., & Mollring, F. K. (1969). Microscopy from the Very
Beginning. Transactions of the American Microscopical Society, 88(2), 316.
https://doi.org/10.2307/3224512
Setianingsih, Tutik. (2017). Mikroskop Elektron Transmisi : Teori dan
Aplikasinya untuk Karakteristik Material. Malang: UB Press.
Sulistiyawati. (2019). Rancang Bangun Upright Darkfield Microscope untuk
Menghasilkan Visual Mikrografi Dhania Magna dalam Praktikum Teknik
Laboratorium. Integrated Lab Journal, 7(1): 90-99.
Sundari, R. (2013). Evaluasi Pemanfaatan Laboratorium dalam Pembelajaran
Biologi di Madrasah Aliyah Negeri Sekabupaten Sleman. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, 12(2).
Suprapto, Purwati Kuswarini, Mufti Ali, dan Egi Nuryadin. (2018). Pelatihan
Penggunaan dan Pemeliharaan Mikroskop Bagi Guru-Guru IPA Madrasah Tsanawiyah
(MTS) di Wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Pengabdian Siliwangi, (4), 1.
Suwarna, IP., 2010. Optik. Duta Grafika. Hal. 101
Wahyuni, Sri, Elly Purwati, Samsun Hadi, dan Diani Fatmawati. 2019. Anatomi
Fisiologi Tumbuhan. Penerbit UMM Press. Malang
Wardhani, Siti Pramitha. 2019. Intisari Biologi Dasar. Penerbit Diandra Kreatif.
Yogyakarta
Widayati, Febri Setiyasih. (2013). Pengelolaan Laboratorium Ilmu Pengetahuan
Alam Sekolah Standar Nasional (Studi Situs di SMP Negeri 1 Nogosari Boyolali).
Jurnal Diss.
Yang, W. (2005). Handbook of Microscopy for Nanotechnology. In Handbook
of Microscopy for Nanotechnology (Issue December). https://doi.org/10.1007/1-4020-
8006-9

Anda mungkin juga menyukai