Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan

Dilakukannya praktikum lensa positif ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari sifat-sifat pembiasan oleh lensa positif.


2. Mempelajari sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa positif.
3. Menentukan jarak fokus lensa positif dengan beberapa metode.
4. Menentukan jarak fokus lensa gabungan.

I.2 Dasar Teori

Lensa merupakan suatu benda optik berupa benda bening atau transparan yang
salah satu atau kedua sisinya membentuk bidang lengkung. Lensa umumnya
terbuat dari kaca plastik atau fiber. Lensa juga diartikan sebagai objek tembus
pandang yang memiliki dua permukaan pembias dengan sumbu utama
berhimpit. Ketika sebuah lensa dikeliling udara, sinar membias dari udara ke
lensa, menembus lensa, dan kemudian dibiaskan kembali ke udara
(Halliday et al. 2010). Sehingga, jika suatu benda diletakkan di depan lensa, maka
bayangan dari benda tersebut akan terbentuk.

Secara garis besar, lensa terbagi menjadi dua bagian, yaitu lensa cembung dan
lensa cekung. Pada lensa cembung permukaan lensa memiliki bentuk permukaan
yang melengkung ke arah luar. Sedangkan pada lensa cekung permukaan lensa
memiliki bentuk permukaan lensa yang melengkung ke arah dalam (Rachmanto,
2012).

Lensa cembung (konvergen) bersifat mengumpulkan sinar yang menuju lensa.


Jarak fokusnya diberi tanda positif sehingga disebut lensa positif. Lensa cekung
(divergen) bersifat menyebarkan sinar yang menuju lensa. Jarak fokusnya diberi
tanda negatif sehingga disebut lensa negatif. Ciri utama lensa cembung adalah
bagian tengah lensa lebih tebal daripada bagian pinggirnya, sedangkan ciri utama
lensa cekung adalah bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian pinggirnya
(Nirsal, 2012).

Ketika sebuah benda ditempatkan didepan sebuah lensa positif (cembung), maka
sinar-sinar dari benda tersebut akan dibiaskan oleh lensa dengan pola sebagai
berikut :

(lanjutannya di modul)

Pada lensa gabungan, sususnan lensa dilakukan secara sederhana yaitu


dengan menghimpitkan sumbu-sumbu utama. Apabila terdapat dua benda tipis
digunakan untuk membentuk bayangan maka dapat diperlakukan ketentuan
sebagai berikut. Pertama, bayangan pertama yang dibentuk oleh lensa pertama
terletak pada tempat yang sama seolah-olah lensa kedua tidak ada. Sinar untuk
lensa kedua dengan bayangan yang dibentuk oleh lensa pertama bertindak sebagai
benda untuk lensa kedua. Bayangan kedua yang dibentuk adalah bayangan akhir
sistem. Jika bayangan yang dibentuk oleh lensa pertama terletak di sisi belakang
lensa kedua, maka bayangan tersebut diperlakukan sebagai benda maya oleh lensa
kedua yang berarti jarak benda negatif (Serway & Jewett, 2010: 78-79).
I.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan didalam praktikum lensa positif yaitu :

 2 lensa positif (A dan B)


 1 wadah diafragma
 1 layar
 1 track
 1 lampu (menggunakan ponsel)
 1 diafragma
 1 mistar

I.4 Metode Pelaksanaan

Dalam melaksanakan praktikum lensa positif metode pelaksaan yang


dilakukan adalah sebagai berikut:

(liat laprak any). P.s tambahin rumus di poin ke 5 kek punya dini + tambahin
metode pelaksanaan yg lensa gabungan kek punya dini.
BAB II

HASIL & PERHITUNGAN


BAB III

PEMBAHASAN

Pada praktikum lensa positif ini digunakan lensa cembung atau lensa positif
sebanyak 2 buah yaitu lensa positif A dan lensa positif B. Kedua lensa tersebut
akan digunakan dalam percobaan, adapun percobaan tersebut dibedakan menjadi
3 yaitu percobaan pada lensa positf A, percobaan pada lensa positif B serta
percobaan pada lensa gabungan A&B. Dilakukkannya 3 percobaan tersebut
bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat pembiasan serta bayangan yang dibentuk
oleh lensa, tak hanya itu percobaan ini juga bertujuan untuk menentukan jarak
fokus lensa positif.

Pada lensa cembung, pembiasan yang terjadi bersifat konvergen. Hal itu
dikarenakan sinar yang datang melewati lensa cembung selalu dibiaskan menuju
pada satu titik sehingga cahaya yang diterima akan dikumpulkan sehingga
membentuk suatu bayangan yang tajam. Lensa cembung memiliki bayangan yang
bersifat nyata apabila posisi bayangan terbalik dengan benda dan memiliki
bayanagan bersifat maya apabila posisi bayangan tegak dengan benda (Ahmad,
2023). Lensa cembung memiliki jarak fokus yang bernilai positif, hal tersebut
dikarenakan jarak berada pada sebelah kiri lensa dan jarak bayangan berada pada
sebelah kanan lensa.

Pada percobaan pertama, dilakukan percobaan lensa positif dengan


menggunakan lensa positif A sebanyak 6 kali percobaan dengan tujuan untuk
mendapatkan 6 variasi s dan s’ yang berbeda. Pada Bab II mengenai hasil dan
perhitungan, diketahui bahwa pada percobaan ini jarak antara benda (s) telah
ditetapkan yaitu sebesar 5 cm, 6 cm, 7 cm, 8 cm, 9 cm dan 10 cm. Setelah jarak
benda dan lensa (s) sesuai dengan nilai s yang telah ditetapkan maka selanjutnya
layar digeser hingga mendapatkan bayangan yang tajam. Setelah mendapatkan
bayangan yang tajam, kemudian dilakukan pengukuran jarak antara lensa dan
bayangan (s’) dan didapatkan nilai sebesar 20,5 cm, 14,5 cm, 13,7 cm, 14 cm, 9
cm serta 9,5 cm. Dari data yang telah didapatkan tersebut akan dioperasikan
kedalam rumus f = s x s’/s+s’ untuk mendapatkan jarak fokus pada tiap-tiap
percobaan. Dari hasil pengoprasian kedalam rumus tersebut didaptakan jarak
fokus pada tiap-tiap percobaan secara berurut yaitu 4,0 cm, 4,2 cm, 4,6 cm, 5,0
cm, 4,5 cm dan 4,8 cm. Keenam data nilai jarak fokus tersebut dapat ditentukan
nilai rata-rata jarak fokus lensa positif a yaitu dengan menjumlahkan keenam data
kemudian dibagi dengan banyaknya percobaan yang dilakukan sehingga
didapatkan nilai rata-rata jarak fokus lensa positif A sebesar 4,5 cm. Selain
didaptakan jarak fokus, pada percobaan lensa positif A didapatkan juga sifat
bayangan yang dihasilkan yaitu pada percobaan ke-1 hingga percobaan ke-4
bayangan bersifat nyata, terbalik dan diperbesar, sedangkan pada percobaan ke-5
dan ke-6 bayangan tidak bersifat diperbesar tetapi diperkecil. Karena keenam
percobaan mayoritas bayangan yang dihasilkan bersifat nyata, terbalik dan
diperbesar maka dapat disimpulkan bahwa lensa positif A memiliki bayangan
yang bersifat nyata, terbalik dan diperbesar.

Pada percobaan kedua, dilakukan percobaan lensa positif dengan menggunakan


lensa positif B sebanyak 6 kali percobaan dengan tujuan untuk mendapatkan 6
variasi s dan s’ yang berbeda. Pada Bab II mengenai hasil dan perhitungan,
diketahui bahwa pada percobaan ini jarak antara benda dengan lensa(s) telah
ditetapkan yaitu sebesar 5 cm, 6 cm, 7 cm, 8 cm, 9 cm dan 10 cm. Setelah jarak
benda dengan lensa (s) sesuai dengan nilai s yang telah ditetapkan maka
selanjutnya layar digeser hingga mendapatkan bayangan yang tajam. Setelah
mendapatkan bayangan yang tajam, kemudian dilakukan pengukuran jarak antara
lensa dan bayangan (s’) dan didapatkan nilai sebesar 4,5 cm, 3,5 cm, 4,5 cm, 3,5
cm, 4,3 cm serta 5,5 cm. Dari data yang telah didapatkan tersebut akan
dioperasikan kedalam rumus f = s x s’/s+s’ untuk mendapatkan jarak fokus pada
tiap-tiap percobaan. Dari hasil pengoprasian kedalam rumus tersebut didaptakan
jarak fokus pada tiap-tiap percobaan secara berurut yaitu 2.3 cm, 2,2 cm, 2.7 cm,
2,4 cm, 2.9 cm dan 3,5 cm. Keenam data nilai jarak fokus tersebut dapat
ditentukan nilai rata-rata jarak fokus lensa positif B yaitu dengan menjumlahkan
keenam data kemudian dibagi dengan banyaknya percobaan yang dilakukan
sehingga didapatkan nilai rata-rata jarak fokus lensa positif B sebesar 2,6 cm.
Selain didapatkan jarak fokus, pada percobaan lensa positif B didapatkan juga
sifat bayangan pada lensa positif B yaitu pada percobaan ke-1 bayangan bersifat
maya, tegak dan diperkecil, sedangkan pada percobaan ke-2 hingga percobaan ke-
6 bayangan tidak bersifat maya tetapi nyata. Karena keenam percobaan mayoritas
bayangan yang dihasilkan bersifat nyata, tergak dan diperkecil maka dapat
disimpulkan bahwa lensa positif B memiliki bayangan yang bersifat nyata, tegak
dan diperkecil.

Pada percobaan ketiga, dilakukan percobaan lensa gabungan dengan


menggabungkan lensa positif A dan lensa positif B sebanyak 6 kali percobaan
dengan tujuan untuk mendapatkan 6 variasi s dan s’ yang berbeda. Pada Bab II
mengenai hasil dan perhitungan, diketahui bahwa pada percobaan ini jarak antara
benda (s) telah ditetapkan yaitu sebesar 5 cm, 6 cm, 7 cm, 8 cm, 9 cm dan 10 cm.
Setelah jarak benda dan lensa (s) sesuai dengan keenam nilai yang telah
ditetapkan maka selanjutnya layar digeser hingga mendapatkan bayangan yang
tajam. Setelah mendapatkan bayangan yang tajam, kemudian dilakukan
pengukuran jarak antara lensa dan bayangan (s’) dan didapatkan nilai sebesar 7,5
cm, 6,5 cm, 8 cm, 6 cm, 8 cm serta 5,5 cm. Dari data yang telah didapatkan
tersebut akan dioperasikan kedalam rumus f = s x s’/s+s’ untuk mendapatkan jarak
fokus pada tiap-tiap percobaan. Dari hasil pengoprasian kedalam rumus tersebut
didaptakan jarak fokus pada tiap-tiap percobaan secara berurut yaitu 3,0 cm, 3,1
cm, 3,7 cm, 3,4 cm, 4,2 cm dan 3,5 cm. Keenam data nilai jarak fokus tersebut
dapat ditentukan nilai rata-rata jarak fokus lensa gabungan A&B yaitu dengan
menjumlahkan keenam data kemudian dibagi dengan banyaknya percobaan yang
dilakukan sehingga didapatkan nilai rata-rata jarak fokus lensa gabungan A&B
sebesar 3,4 cm. Selain didapatkan jarak fokus, pada percobaan lensa gabungan
A&B didapatkan juga sifat bayangan pada lensa gabungan A&B yaitu pada
percobaan ke-1, ke-3, ke-4 dan ke-5 bayangan bersifat nyata, terbalik dan
diperbesar, sedangkan pada percobaan ke-2 dan percobaan ke-6 bayangan tidak
bersifat diperbesar tetapi diperkecil. Karena keenam percobaan mayoritas
bayangan yang dihasilkan bersifat nyata, terbalik dan diperbesar maka dapat
disimpulkan bahwa lensa gabungan A&B memiliki bayangan yang bersifat nyata,
terbalik dan diperbesar.

Dari data yang didapatkan pada praktikum, diketahui bahwa pada ketiga
percobaan tersebut memiliki nilai jarak fokus yang berbeda-beda. Nilai jarak
fokus yang berbeda-beda tersebut dikarenakan adanya perbedaan ketebalan lensa
antara lensa positif A, lensa positif B dan lensa gabungan. Walaupun demikian,
dapat kita ketahui bahwa dari ketiga percobaan tersebut membuktikan bahwa
besar kecilnya jarak benda ke lensa mempengaruhi jarak fokus. Hal tersebut
dikarenakan ketika jarak benda semakin jauh dengan lensa maka jarak bayangan
pada lensa semakin dekat. Perubahan besar atau kecilnya suatu jarak bayanagan
terhadap lensa tersebut akan mempengaruhi nilai jarak fokus yang didapatkan.

Dari percobaan kita juga dapat mengetahui bahwa sifat bayangan pada
percobaan lensa positif A memiliki hasil yang sama dengan sifat bayangan pada
percobaan lensa gabungan. Sedangkan pada percobaan lensa positif B memiliki
sifat bayangan yang berbeda. Pada percobaan lensa positif A dan percobaan lensa
gabungan didapatkan bayangan yang bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Hal
tersebut sesuai dengan teori umum yaitu apabila suatu bayangan memiliki sifat
nyata maka bayangan tersebut akan memiliki posisi yang terbalik dengan posisi
asli dari benda

Sedangkan pada lensa positif B didapatkan bayangan yang bersifat nyata, tegak
dan diperkecil. Pada percobaan lensa positif B terdapat perbedaan dari teori
umumnya dimana apabila suatu bayangan memiliki posisi tegak terhadap benda
maka bayangan tersebut bersifat maya. Perbedaan sifat bayangan antara yang
diperoleh saat praktikum dan teori umum tersebut dapat terjadi dikarenakan
adanya kesalahan pada penelitian. Seperti kesalahan dalam pengambilan data
(Human Error) yang dikarenakan kurangnya konsentrasi ataupun kesalahan posisi
dalam mengamati objek.
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan


sebagai berikut:
1. sifat pembiasan pada lensa positif yaitu sifat konvergen dikarenakan sinar
yang datang melewati lensa cembung selalu dibiaskan menuju pada satu
titik sehingga cahaya yang diterima akan dikumpulkan dan membentuk
suatu bayangan yang tajam.
2. Lensa cembung memiliki bayangan yang bersifat nyata apabila posisi
bayangan terbalik dengan benda dan memiliki bayangan bersifat maya
apabila posisi bayangan tegak dengan benda. Pada percobaan didapatkan
bayangan yang bersfat nyata, terbalik dan diperbesar pada percobaan lensa
positif A serta pada percobaan lensa positif gabungan, sedangkan
didapatkan bayangan bersifat nyata, tegak dan diperkecil pada percobaan
lensa positif B.
3. Lensa cembung selalu bersifat positif karena tempat berpotongan atau
tujuan sinar bias selalu terletak di bagian belakang lensa cembung sehingga
fokus lensa cembung adalah fokus sejati, sehingga jarak fokus lensa
cembung selalu positif. Pada percobaan yang telah dilakukan di dapatkan
jarak fokus lensa positid sebesar 4,5 cm untuk lensa positif A dan 2,6 cm
untuk lensa positif B.
4. Pada lensa gabungan A & B didapatkan jarak fokus lensa sebesar 3,4 cm.

IV.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan setelah dilakukannya praktikum lensa
positif ini yaitu sebelum melakukan eksperimen sebaiknya memahami terlebih
dahulu materi yang akan dibahas dan dikaji pada praktikum yang akan dilakukan.
Kemudian sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pengamatan serta perhitungan
yang akan dilakukan, serta mematuhi semua tata tertib yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2023). Lensa Cembung https://www.tuliskan.id/lensa-cembung-pengertian-


rumus-sifat-bayangan/, diakses pada Jumat, 27 Oktober 2023

Halliday D, Resnick R, Walker J. 2010. Fisika Dasar Edisi 7. Jakarta (ID): Erlangga.

Mala, dkk. (2015). Laporan Praktikum GO-9 Jarak Fokus Lensa. : 3-4. Academia.edu.
Diakses 27 Oktober 2023

Nirsal. 2012. Perangkat lunak pembentukan bayangan pada cermin dan lensa. Jurnal
Ilmiah d’Computare. 2(1): 24-33.

Panduan Praktikum Fisika Dasar Semester Gazal Tahun Akademik 2023/2024, Prodi
Teknik Industri, Lab. Fisika Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
Pontianak.

Rachmanto A. 2012. Sistem pengukur panjang focus lensa cekung berbasis


mikrokontroller [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Serway dan Jewwet, 2010. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika

Anda mungkin juga menyukai