Anda di halaman 1dari 5

1

Analisis Optika Geometri untuk Penentuan Jarak Fokus Lensa Positif dan Indeks Bias Suatu Lensa
Wahyu Tri Sutrisno, Hasto Sunarno, Faridawati Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: wahyutri_sutrisno@yahoo.com
Abstrak Telah dilakukan percobaan optika geometri dengan tiga variasi. Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan jarak fokus lensa positif dan menentuka indeks bias lensa. Penentuan jarak fokus lensa positif dilakukan dengan dua persamaan yang berbeda, sedangkan untuk penentuan indeks bias dilakukan dengan spherometer. Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan adalah sumber cahaya, rel optik, objek berupa tanda panah, lensa positif 100 mm dan 200 mm, layar, spherometer dan penggaris. Setelah dilakukan percobaan dapat didapatkan hasil dari percobaan pertama berdasarkan persamaan 1 didapatkan nilai fokus lensa 200 mm yakni 32 cm dan nilai fokus lensa 500 mm yakni 23 cm. Dari percobaan kedua berdasarkan persamaan 3 didapatkan nilai fokus lensa 200 mm yakni 32,44 cm dan nilai fokus lensa 50 mm yakni 23,31 cm. Sedangkan nilai indeks bias, didapatkan untuk kedua lensa adalah 1. Kata Kunci optika geometri, indeks bias, lensa

I. PENDAHULUAN Peranan Ilmu Fisika dalam pemahaman konsep cahaya dan sifatnya dewasa ini memililki andil besar. Ilmu fisika dalam hal ini Optik merupakan salah satu tumpuan dalam studi mengenai studi dan aplikasi mengenai fenomena fenomena optis yang ada, salah satunya ialah mengenai cahaya. Cahaya didefinisikan sebagai partikel yang merambat, yang disebut sinar. Optika geometris menjelaskan tentang sifat cahaya dengan pendekatan paraksial atau hampiran sudut kecil dengan penjabaran matematis yang linear, sehingga komponen optic dan system kerja cahaya seperti ukuran, posisi pembesaran subyek yang dijelaskan menjadi lebih sederhana.[1] Lensa adalah material transparan (umumnya terbuat dari kaca atau plastik) yang memiliki dua permukaan ( salah satu atau keduanya memiliki permukaan melengkung) sehingga dapat membelokkan sinar yang melewatinya. Lensa adalah peralatan sangat penting dalam kehidupan manusia. Mikroskop menggunakan susunan lensa untuk melihat jasadjasad renik yang tak terlihat oleh mata telanjang.[2]. Salah satu lensa yang sederhana adalah lensa bundar tebal yang terbuat dari material yang transfarant, biasanya terbuat dari gelas, bagian lensa yang paling tebal adalah bagian tengahnya dibandingkan bagian pinggirnya.[6] Lensa berupa benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan lengkung dengan salah satu permukaannya merupakan bidang lengkung. Secara umum berdasarkan kelengkungan permukaan, terdapat dua jenis lensa yaitu lensa sferis dan lensa silindris. Lensa sferis memiliki kelengkungan permukaan seperti permukaan silinder yang dapat memusatkan cahaya pada suatu garis tertentu. Lensa sferis

merupakan lensa cembung dan lensa silindris merupakan lensa cekung. Lensa cembung sering juga disebut sebagai lensa bikonveks (kedua permukannya cembung) atau lensa positif (lensa konvergen) yang bersifat mengumpulkan sinar.[3] Pada lensa kita mengenal dua titik fokus yaitu titik fokus aktif dan titik fokus pasif. Titik fokus aktif (F1) adalah titik fokus yang merupakan titik pertemuan sinar-sinar bias dari sinar-sinar yang datang sejajar sumbu utama. Titik fokus pasif (F2) adalah titik fokus yang merupakan pertemuan titik asal sinar sehingga sinar-sinar bias sejajar sumbu utama. Jarak titik fokus ke titik pusat optik (O) disebut jarak fokus (f). pada lensa cembung, F1 terletak dibelakang lensa dan F2 terletak di depan lensa.[6] Lensa mempunyai sifat mirip dengan prisma dimana dapat menyimpangkan cahaya yang melewatinya. Perbedaannya dari prisma adalah, pada sudut deviasi dari cahaya tergantung pada cahaya dimana cahaya itu datang.[6] Lensa cembung atau disebut juga lensa positif, bentuk dari lensa ini mengakibatkan semua sinar pararel yang melewati titik menyimpang, ditunjukkan pada gambar 15.4. Garis C yang melalui tengah lensa tegak lurus terhadap bidang lensa dinamakan sumbu optik.Semua sinar tegak lurus dengan sumbu optic disimpangkan sehingga melewati titik F` dari sumbu optic. Titik F` adalah titik fokus dari lensa, dan jarak dari C adalah panjang fokus f lensa. Panjang fokus adalah karakteristik utama dari lensa. jSebagai contoh, cahaya dari matahari hampir pararel karena matahari sangat jauh dari bumi. Kemudian semua sinar dari matahari yang masuk ke lensa terfokus pada titik fokus. Jika selembar kertas ditempatkan pada panjang fokus dari lensa, cahaya terkonsentrasipada titik fokus akan menghasilkan energi yang cukup untuk membakar kertas.[4] Terdapat dua jenis lensa yaitu lensa cembung dan lensa cekung. Cirri-ciri lensa cembung yaitu bagian tengah lensa lebih tebal dibandingkan bagian tepinya, bersifat mengumpulkan sinar dan titik fokusnya bernilai positif. Sedangkan ciri-ciri lensa cekung adalah bagian tengah lensa lebih tipis dibandingkan bagian tepinya, bersifat menyebarkan sinar dan titik fokusnya bernilai negatif.[5] Berikut ini adalah contoh-contoh lensa cembung:

Gambar 1 1). Lensa Cembung-cembung (bi-convex) 2).Lensa cembung-datar (convex-plano) 3). Lensa datar-cembung (PlanoConvex) 4).Lensa cembung-cekung (convex-concaf).

2 Sedangkan utnuk beberapa contoh jenis lensa cekung sepeti gambar 2 berikut : Hubungan antara jarak benda,bayangan dan fokus lensa tipis memenuhi persamaan: (1) dengan : s = Jarak benda terhadap lensa. s= Jarak bayangan terhadap lensa f = jarak lensa. Jarak fokus lensa sederhana dapat dihitung dengan rumus : = (n-1) ( ) . (2)

Gambar 2 5). Lensa cekung-cekung(bi-concave 6). lensa cekungdatar(concave-plano), 7). Lensa datar-cekung (Plano-Concave) 4).Lensa cekung-cembung concave-ceonvex).

Lensa cembung bersifat membiaskan cahaya. Lensa konveks (positif) menghasilkan gambaran nyata dari objek yang jauh didalam bidang fokus, jika layer ditempatkan dalam bidang fokus, gambar dari objek akan diproyeksikan pada layar . Ini karena semua cahaya yang tiba pada lensa dari titik tunggal dari objek dibawa ke fokus pada titik tunggal dalam bidang fokus[4]. Lensa cembung memiliki ciri bagian tengah lebih tebal daripada bagian tepi. Sinar-sinar cahaya yang datang sejajar sumbu lensa dibiaskan menuju titik fokus (Gambar 3). Sinar-sinar itu membentuk bayangan nyata yang dapat diproyeksikan pada layar dan bernilai positif. Lensa cembung bersifat mengumpulkan cahaya (konvergen). Besar pembiasan cahaya pada suatu lensa bergantung pada indeks bias bahan lensa dan lengkung permukaan lensa, sedangkan indeks bias bergantung pada cepat rambat cahaya dalam bahan lensa tersebut. Lensa cembung tebal akan membiaskan cahaya lebih besar daripada lensa cembung tipis. Panjang fokus lensa cembung tebal lebih pendek daripada panjang lensa cembung tipis.[2]

disini R1 dan R2 masing-masing merupakan jari-jari permukaan lensa pertama dan kedua dan n merupakan indeks bias bahan lensa. Untuk mencari nilai jarak fokus menggunakan persamaan di bawah ini: lensa dapat juga

f = D2- d2 ..(3) 4D Dengan D merupakan jarak objek dengan layar, d merupakan jarak lensa sebelum dan setelah digeser dan f merupakan jarak fokus lensa.[5] Dalam penentuan nilai R untuk perhitungna indeks bias digunakan alat spherometer. Spherometer adalah alat untuk mengukur kelengkungan permukaan. Spherometer menggunakan perangkat dalam mengukur radius kelengkungan permukaan bola. Sebagai contoh, dapat digunakan untuk mengukur ketebalan slide mikroskop atau kedalaman depresi pada slide. Bahkan kelengkungan bola dapat diukur dengan menggunakan Spherometer.

Gambar 3 Pembiasan

cahaya pada lensa cembung

Gambar 4 Sphereometer

Gambar 3. Pembentukan bayangan oleh lensa konvergen

Bayangan nyata terletak di belakang lensa dan dapat ditangkap oleh layar (tabir), sementara bayangan maya terletak di depan lensa dan tidak dapat ditangkap oleh layar.

Spherometer ini dapat mengukur kedalaman sebuah lengkungan. Saat spherometer diletakkan pada lensa (permukaannya lengkung) maka pada skrup pusat akan berputar naik atau turun sesuai dengan kelengkungan yang dimiliki lensa tersebut. sedangkan 3 kaki yang sama sisi lainnya memantapkan posisi spherometer pada lensa agar tidak mudah bergeser. Pada saat skup pusat berputar mengikuti lengkungan lensa, maka piringan yang terletak pada kepala skup akan ikut berputar. Sehingga dapat terbaca skala

3 kelengkungan lensa dengan memperhatikan skala yang ada dipinggir piringan dengan skala 0 10,0 m ke atas jika lensa yang diuku lengkung ke atas dan 0 10,0 ke bawah jika lensa yang diukur lengkung ke bawah dan ditambah dengan skala piringan yang bernilai 0,01 m.[3] Untuk mencari nilai jari-jari permukaan lensa menggunakan persamaan di bawah ini: R = r2 + S2 .(4) 2S Dengan R = jari-jari permukaan lensa r = jarak titik tengah spherometer dengan titik tepi sperometer S = skala yang terbaca pada spherometer II. METODE Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan optika geometri adalah sumber cahaya, rel optik, objek berupa tanda panah, lensa positif 200 mm dan 50 mm, layar, spherometer dan penggaris. Untuk percobaan kedua, langkah pertama adalah peralatan disusun seperti pada gambar di modul halaman 2, kemudian diukur nilai D (jarak antara objek dengan layar) yang dibuat tetap, kemudian lensa 200 mm ditempatkan pada rel optik (lensa yang digunakan pada percobaan pertama) dengan posisi lebih dekat kearah objek,kemudian lensa tersebut digesergeser sampai terbentuk bayangan yang paling jelas pada layar, kemudian diukur S01 dan Si1, selanjutnya lensa digeser kekanan (dengan posisi objek dan layar tetap) lalu dikur S02 dan Si2, kemudian dihitung jarak d, langkah terakhir yakni menghitung nilai fokus lensa menggunakan persamaan 3 diatas. Langkah-langkah diatas diulangi untuk lensa 50 mm. Percobaan ketiga yaitu mnentukan indeks bias lensa. Langkah kerjanya yakni alat spherometer diletakkan diatas permukaan lensa 200 mm dan 50 mm, kemudian dicari nilai R (jari-jari permukaan lensa) menggunakan persamaan 4 diatas, selanjutnya dicari nilai indeks bias lensa menggunakan persamaan 3 dengan nilai fokus yang didapat pada percobaan pertama. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan data dan dihitung nilai jarak fokus lensa positif serta indeks bias lensa dengan menggunakan persamaan yang hasilnya adalah sebagai berikut : 3.1 Data percobaan pertama penentuan jarak fokus lensa positif a. Aktivitas pertama

Sumber cahaya

Gambar 4 Rangkaian alat percobaan 1

Sumber cahaya

Tabel 3.1 Data hasil percobaan jarak fokus lensa positif 200 mm
No 1 2
Gambar 5 Rangkaian alat percobaan 2

S0 (cm) 44,3 46,8 49 67 f rata-rata

Si (cm) 82,3 81 82 102,3

f 29 30 31 40 32

3 4

Skema percobaan ini adalah seperti pada gambar 5 dan 6 diatas. Setelah alat diatur seperti gambar 5 dan 6 kemudian pertama dilakukan percobaan perhitungan f. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mneyalakan sumber cahaya. Cahaya tersebut melewati lensa di depannya 200mm. Kemudian bayangna dari sumber cahaya yang dilewatkan pada celah sempit ditangkap oleh layar dengan menggeser geser layar. Setelah ditemukan bayangan yang paling jelas kemudian difoto lalu diukur jarak antara lensa dan sumber cahaya, serta jarak antara layar dan sumber cahaya. Dari nilai ini kemudian dimasukkan pada persamaan untuk mendapatkan fokus. Langkah ini diulang sebanyak empat kali untuk setiap lensa. Langkah ini juga diulang untuk lensa kedua 50mm. Perlu diketahui bahwa semua ini dilakukan pada ruangan yang gelap.

Tabel 3.2 Data hasil percobaan jarak fokus lensa positif 50 mm


No 1 2 3 4 S0 (cm) 30,3 34,7 40,7 32,3 f rata-rata Si (cm) 102,6 41,7 80,7 73,1 f 23 19 27 22 23

4 b. Aktivitas kedua Tabel 3.3 Data hasil percobaan jarak fokus lensa positif 200 mm
D1 (cm) d1 (cm) D2 (cm) d2 (cm) 132,9 1,05 132,9 17,3 32,22292607 32,6620015 32,44246379
Gambar 8 Bayangan yang terbentuk pada aktivitas kedua di layar untuk lensa positif 200 mm dengan nilai jarak fokus sebesar 32

f f rata-rata

Tabel 3.4 Data hasil percobaan jarak fokus lensa positif 50 mm


D1 (cm) d1 (cm) D2 (cm) d2 (cm) 96,9 3,3 96,9 26,4 24,19690402 22,42685759 23,3118808

f f rata-rata

Gambar 9 Bayangan yang terbentuk pada aktivitas kedua di layar untuk lensa positif 50 mm dengan nilai jarak fokus sebesar 32

Berikut adalah hasil potret bayangan yang tertangkap oleh layar

3.2 Data percobaan kedua untuk menentukan indeks bias lensa menggunakan spherometer. Tabel 3.5 Data hasil percobaan indeks bias lensa positif 200 mm
S1 1,55 r1 1,5 S2 1,36 r2 1,2 R1 2 R2 1 n 1

Tabel 3.6 Data hasil percobaan indeks bias lensa positif 50 mm


S1 1,68 r1 1,5 S2 1,5 r2 1,3 R1 2 R2 1 n 1

Gambar 6 Bayangan yang terbentuk pada layar untuk lensa positif 200 mm dengan nilai jarak fokus sebesar 32

B. Pembahasan Nilai jarak fokus lensa positif 200 mm hasil aktivitas pertama yaitu 32 hampir sama dengan nilai jarak fokus lensa positif 200 mm hasil aktivitas kedua yaitu sebesar 32,44. Dan Nilai jarak fokus lensa positif 50 mm hasil aktivitas pertama yaitu 23 hampir sama dengan nilai jarak fokus lensa positif 50 mm hasil aktivitas kedua yaitu sebesar 23,31. Hal ini membuktikan bahwa nilai yang didapat dari kedua persamaa adalah sama Dari hasil percobaan, terlihat bahwa bayangan yang terbentuk pada layar bersifat nyata, terbalik, diperbesar. Hal ini dikarenakan lensa yang digunakan yakni lensa cembung.

IV. KESIMPULAN
Gambar 7 Bayangan yang terbentuk pada layar untuk lensa positif 50 mm dengan nilai jarak fokus sebesar 23

Setelah dilakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa dari dari percobaan pertama berdasarkan persamaan 1 didapatkan nilai fokus lensa 200 mm yakni 32 cm dan nilai fokus lensa 500 mm yakni 23 cm. Dari percobaan kedua berdasarkan persamaan 3 didapatkan nilai fokus lensa 200 mm yakni 32,44 cm dan nilai fokus lensa 50 mm yakni 23,31 cm. Sedangkan nilai indeks bias, didapatkan untuk kedua lensa adalah 1.

5 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing praktikum optika modern ibu Faridawati, serta untuk semua pihak yang telah membantu dalam praktikum optika modern. Sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA [1]. Bueche, F. J., 1998, Principles of Physics: Fifth Edition, Amerika Serikat. [2]. Giancoli, Douglas, C., 2001, Fisika Jilid 2: Edisi Kelima, Jakarta, Penerbit Erlangga [3]. Jenkins, F. A dan White, H. E., 1976, Fundamental of Optics, Amerika Serikat, Mc Graw-Hill Inc.. [4] Serway. A.R and Faugh, J.S., 1989,College Physics:Second Edition, Amerika Serikat. [5]. Tipler, P. A., 2001, Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 2: Edisi 3, Penerjemah: Dr. B. Soegijono, Jakarta, Penerbit Erlangga. [6]. Wiendartun. 2011. Optic. Direktori Jurusan Pendidikan Fisika file.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai