Anda di halaman 1dari 24

PERCOBAAN 1

INTERFEROMETER MICHELSON

LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Praktikum Fisika Modern
Yang dibina oleh Bapak Drs. Sutrisno, M.T.

Disusun Oleh :
Kelompok 8 (Offering B)
Rizky Feriyal Maharani (190321624051)
Sella Karlinda Puspa (190321624053)
Siti Muzdalifah (190321624014)
Zulfara Imroatus Tsaniya (190321623013)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FEBRUARI 2021
INTERFEROMETER MICHELSON

A. TUJUAN
Dalam eksperimen Interferometer Michelson, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami cara kerja Interferometer Michelson
2. Mengukur panjang gelombang sinar LASER He-Ne

B. TEORI DASAR
Interferometer Michelson merupakan sebuah alat untuk mengukur suatu panjang
gelombang dengan tingkat ketelitian tinggi menggunakan garis-garis interferensi
(Serway, 2010). Cara kerja interferometer ini adalah cahaya dari sebuah laser dijatuhkan
pada cermin M dan di cermin M, cahaya akan terbagi menjadi dua bagian yaitu sebagian
ditransmisikan menuju cermin M2 dan sebagian lagi dipantulkan menuju cermin M1.
Oleh M1 dan M2, cahaya akan dipantulkan kembali ke arah M kemudian diteruskan atau
dipantulkan ke layar. Karena kedua cahaya tersebut merupakan sinar koheren yang
berasal dari satu sumber, yaitu laser maka kedua cahaya tersebut dapat berinterferensi
dengan membentuk pola-pola cincin gelap terang (frinji). Berikut ini merupakan skema
percobaan interferometer Michelson

Gambar 1. Skema Percobaan Interferometer Michelson

Terjadinya pola interferensi yang berupa gelap-terang ini disebabkan adanya


perbedaan lintasan perjalanan dua berkas cahaya. Dengan mengubah posisi cermin
pantul atau secara teori mengubah perbedaan lintasan cahaya akan tampak pola gelap
terang yang berubah-ubah. Dalam hal ini perubahan lintasan yang ditunjukkan adanya
perubahan frinji (cincin lingkaran gelap terang) adalah :
𝑆 = 𝑛𝜆
Dimana : S = 2|𝑀2 ’ – 𝑀2 | = perubahan panjang lintasan cahaya
n = perubahan jumlah frinji (terang-gelap-terang) di pusat lingkaran
𝜆 = panjang gelombang laser He-Ne
Sehingga diperoleh,
𝑆 2|𝑀2 ’ – 𝑀2 |
𝜆= =
𝑛 𝑛

C. ALAT DAN DESAIN


1. Alat percobaan
a. Set-up interferometer Michelson, merupakan alat yang berfungsi untuk
menghasilkan pola interferensi. Set alat ini terdiri dari :
- Stationary mirror (𝑀1 )
- Stationary mirror adjusting screw
- Half mirror (beam splitter)
- Movable mirror (𝑀2 )
- Vernier
b. Laser He-Ne, digunakan sebagai sumber cahaya yang akan dihitung panjang
gelombangnya.
c. Layar putih/kertas, digunakan untuk menangkap pola interferensi yang dihasilkan
oleh sinar laser He-Ne.

2. Desain percobaan
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur yang dilakukan dalam percobaan Interferometer Michelson ini adalah
sebagai berikut :
1. Meletakkan laser pada posisi yang aman dan mengarahkan cahaya laser pada set-up
percobaan
2. Menyalakan laser, dan mengatur posisi cermin setengah mengikat sampai berkas
laser terbelah menjadi dua bagian yang saling tegak lurus
3. Mengatur cermin M2 sampai terjadi bayangan di layar berbentuk cincin lingkaran
4. Mencatat posisi M2, kemudian menggerakkan perlahan-lahan Vernier dan
menghitung banyaknya perubahan pergeseran terang-gelap-terang (n = 1) pada pusat
frinji. Serta mencatat posisi M2’ (berdasarkan pergeseran pembacaan skala pada
Vernier) Demikian seterusnya hingga mendapatkan beberapa data.

E. DATA PENGAMATAN
1. Data Pengamatan 1
Nst vernier = 0,1 µ
No Posisi 𝑴𝟐 Posisi 𝑴𝟐 ′ n
1. 0 0,5 1
2. 0 1,0 2
3. 0 2,0 3
4. 0 2,1 4
5. 0 2,2 5
6. 0 2,5 6
7. 0 2,8 7
8. 0 3,8 8
9. 0 4,0 9
10. 0 4,7 10

2. Data Pengamatan 2
Nst vernier = 0,1 µ
No Posisi 𝑴𝟐 Posisi 𝑴𝟐 ′ N
1. 0 0,0 1
2. 0 0,5 2
3. 0 1,0 3
4. 0 2,0 4
5. 0 2,1 5
6. 0 2,2 6
7. 0 2,5 7
8. 0 2,8 8
9. 0 3,5 9
10. 0 4,0 10

3. Data Pengamatan 3
Nst vernier = 0,1 µ
No Posisi 𝑴𝟐 Posisi 𝑴𝟐 ′ n
1. 0 0,5 2
2. 0 1,0 3
3. 0 1,5 4
4. 0 2,0 6
5. 0 2,5 8
6. 0 3,5 9
7. 0 4,0 10
8. 0 4,5 11
9. 0 5,5 13
10. 0 6,0 14

4. Data Pengamatan 4
Nst vernier = 0,1 µ
No Posisi 𝑴𝟐 Posisi 𝑴𝟐 ′ n
1. 0 0,5 2
2. 0 1,0 3
3. 0 2,0 4
4. 0 2,5 7
5. 0 3,0 8
6. 0 3,5 9
7. 0 4,0 10
8. 0 4,5 11
9. 0 5,0 12
10. 0 5,5 13

F. ANALISIS DATA
Pada percobaan Interferometer Michelson digunakan metode kuadrat terkecil untuk
menganalisi data, serta digunakan metode grafik untuk menetukan hubungan antara n
dan 𝑀2 ’. Persamaan yang digunakan dalam percobaan Interferometer Michelson ini
adalah
𝑆 = 𝑛
Dimana S = 2|𝑀2 ’ – 𝑀2 | ; 𝑀2 = 0
Sehingga :
2|𝑀2 ’ – 𝑀2 | 2|𝑀2 ’|
𝜆= =
𝑛 𝑛
𝜆
|𝑀2 ’| = 𝑛
2
Dengan menggunakan persamaan garis linier 𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥, maka diperoleh :
𝜆
𝑦 = |𝑀2 ’| ; 𝑥 = 𝑛 ; 𝑎 = 0 ; 𝑏 = 2

1. Data Pengamatan 1
• Metode Kuadrat Terkecil
No. X y x2 y2 xy
1. 1 0,5 1 0,25 0,5
2. 2 1 4 1 2
3. 3 2 9 4 6
4. 4 2,1 16 4,41 8,4
5. 5 2,2 25 4,84 11
6. 6 2,5 36 6,25 15
7. 7 2,8 49 7,84 19,6
8. 8 3,8 64 14,44 30,4
9. 9 4 81 16 36
10 10 4,7 100 22,09 47
∑ 55 25,6 385 81,12 175,9
∑2 3025 655,36 148225 6580,4544 30940,81

Konstanta a dan b dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :


∑ 𝑥 2 𝛴𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦 (385)(25,6) − (55)(175,9)
a= 2 = = 0,22
𝑛 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥) 10(385) − 3025
𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 10(175,9) − (55)(25,6)
𝑏= = = 0,42545
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 10(385) − 3025

Menghitung ketidakpastiannya dengan menggunakan persamaan berikut ini :


• Menghitung ketidakpastian y (Sy)

1 ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑦)2 − 2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 ∑ 𝑥𝑦 + 𝑛 (∑ 𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √ 2
[ ∑𝑦 − ]
𝑛−2 2
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)
1 385(655,36) − 2(55)(25,6)(175,9) + 10(30940,81)
=√ [ 81,12 − ]
10 − 2 10(385) − 3025

1 252313,6 − 495334,4 + 309408,1


= √ [ 81,12 − ]
8 3850 − 3025

1
= √ . 0,65055
8

= 0,28516

• Menghitung ketidakpastian a (Sa)

∑𝑥 2
𝑆𝑎 = 𝑆𝑦 √
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2

385
= 0,28516√
10(385)– 3025

= 0,19480
Ralat Relatif:
𝑆𝑎 0,19480
𝑅𝑎 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 89% (2𝐴𝑃)
𝑎 0,22

• Menghitung ketidakpastian b (Sb)


𝑛
𝑆𝑏 = 𝑆𝑦 √
𝑛 ∑ 𝑥 − (∑ 𝑥)2
2

10
= 0,28516√
10(385)– 3025

= 0,03140
Ralat Relatif:
𝑆𝑏 0,03140
𝑅𝑏 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 7,4% (2 𝐴𝑃)
𝑏 0,42545
Jadi, diperoleh nilai konstanta b sebesar (0,425 ± 0,031)µm dengan ralat relatif
sebesar 7,4% (2AP).

• Menentukan panjang gelombang (λ) dan Laser He-Ne, menggunakan persamaan:


𝜆
𝑏= → 𝜆 = 2𝑏
2
𝜆 = 2𝑏 = 2(0,42545) = 0,850909091
𝜕𝜆 2 −2 2 −2 2
𝑆𝜆 = √| 𝑆𝑏 | = √| 2 𝑆𝑏 | = √| . 0,03140| = 0,34695
𝜕𝑏 𝑏 (0,42545)2

Ralat Relatif:
𝑆𝜆 0,34695
𝑅𝜆 = × 100% = × 100% = 41% (2𝐴𝑃)
𝜆 0,850909091
Jadi, diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar  = (0,85 ±
0,34)µm = (850 ± 346)nm dengan ralat relatif sebesar 41% (2AP).

• Grafik hubungan antara n dan 𝑴𝟐 ’

Grafik Hubungan n dengan 𝑀2'


5
4.5 y = 0.4255x + 0.22
4 R² = 0.9583
3.5
3
M2'

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12
Pola Gelap Terang (n)

2. Data Pengamatan 2
• Metode Kuadrat Terkecil
No. x y x2 y2 xy
1. 1 0 1 0 0
2. 2 0,5 4 0,25 1
3. 3 1 9 1 3
4. 4 2 16 4 8
5. 5 2,1 25 4,41 10,5
6. 6 2,2 36 4,84 13,2
7. 7 2,5 49 6,25 17,5
8. 8 2,8 64 7,84 22,4
9. 9 3,5 81 12,25 31,5
10 10 4 100 16 40
∑ 55 20,6 385 56,84 147,1
∑2 3025 424,36 148225 3230,786 21638,41

Konstanta a dan b dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :


∑ 𝑥 2 𝛴𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦 (385)(20,6) − 55(147,1)
a= 2 = = 0,193333
𝑛 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥) 10(385) − 3025
𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 10(147,1) − 55(20,6)
𝑏= = = 0,409697
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 10(385) − 3025

Menghitung ketidakpastiannya dengan menggunakan persamaan berikut ini :


• Menghitung ketidakpastian y (Sy)

1 ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑦)2 − 2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 ∑ 𝑥𝑦 + 𝑛 (∑ 𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √ 2
[ ∑𝑦 − ]
𝑛−2 2
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)

1 385(424,36)– 2(55)(20,6)(147,1) + 10(21638,41)


=√ [ 56,84 − ]
10 − 2 10(385)– 3025

1 163378,6 – 333328,6 + 216384,1


= √ [ 56,84 − ]
8 3850 – 3025

1
= √ . 0,556242 = 0,26369
8

• Menghitung ketidakpastian a (Sa)

∑𝑥 2
𝑆𝑎 = 𝑆𝑦 √
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2

385
= 0,26369√
10(385)– 3025

= 0,180135
Ralat Relatif:
𝑆𝑎 0,180135
𝑅𝑎 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 93% (2𝐴𝑃)
𝑎 0,193333

• Menghitung ketidakpastian b (Sb)

𝑛
𝑆𝑏 = 𝑆𝑦 √
𝑛 ∑ 𝑥 − (∑ 𝑥)2
2
10
= 0,26369√
10(385)– 3025

= 0,029031
Ralat Relatif:
𝑆𝑏 0,029031
𝑅𝑏 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 7,08% (2𝐴𝑃)
𝑏 0,409697
Jadi, diperoleh nilai konstanta b sebesar (0,409 ± 0,029)µm dengan ralat relatif
sebesar 7,08% (2AP).

• Menentukan panjang gelombang (λ) dan Laser He-Ne, menggunakan persamaan:


𝜆
𝑏= → 𝜆 = 2𝑏
2
𝜆 = 2𝑏 = 2(0,409697) = 0,819393939

𝜕𝜆 2 −2 2 −2 2
𝑆𝜆 = √| 𝑆𝑏 | = √| 2 𝑆𝑏 | = √| . 0,029031| = 0,34591116
𝜕𝑏 𝑏 (0,409697)2

Ralat Relatif:
𝑆𝜆 0,34591116
𝑅𝜆 = × 100% = × 100% = 42% (2𝐴𝑃)
𝜆 0,819393939
Jadi, diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar  = (0,82 ±
0,35)µm = (820 ± 345)nm dengan ralat relatif sebesar 42% (2AP).

• Grafik Hubungan antara n dan 𝑴𝟐 ’

Grafik Hubungan n dengan M2'


4.5
4 y = 0.4097x - 0.1933
R² = 0.9614
3.5
3
2.5
M2'

2
1.5
1
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12
Pola Gelap Terang (n)
3. Data Pengamatan 3
• Metode Kuadrat Terkecil.
No. x y x2 y2 xy
1. 2 0,5 4 0,25 1
2. 3 1 9 1 3
3. 4 1,5 16 2,25 6
4. 6 2 36 4 12
5. 8 2,5 64 6,25 20
6. 9 3,5 81 12,25 31,5
7. 10 4 100 16 40
8. 11 4,5 121 20,25 49,5
9. 13 5,5 169 30,25 71,5
10 14 6 196 36 84
∑ 80 31 796 128,5 318,5
∑2 6400 961 633.616 16.512,25 101.442,25

Konstanta a dan b dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini:


∑ 𝑥 2 𝛴𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑥𝑦 (796)(31) − (80)(318,5)
a= 2 = = |−0,515387| = 0,515387
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥) 10(796) − 6400
𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 10(318,5) − (80)(31)
𝑏= = = 0,45192
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 10(796) − 6400

Menghitung ketidakpastiannya dengan menggunakan persamaan berikut ini :


• Menghitung ketidakpastian y (Sy)

1 ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑦)2 − 2 ∑ 𝑥 ∑ 𝑦 ∑ 𝑥𝑦 + 𝑛 (∑ 𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √ [ ∑ 𝑦2 − 2 ]
𝑛−2 𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)

1 796(961) − 2(80)(31)(318,5) + 10(101.442,25)


=√ [128,5 − ]
10 − 2 10(796) − 6400

1 764956 − 1579760 + 1014422,5


= √ [ 128,5 − ]
8 7960 − 6400

1
= √ . 0,539423077
8

= 0,25967
• Menghitung ketidakpastian a (Sa)

∑𝑥 2
𝑆𝑎 = 𝑆𝑦 √
𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2

796
= 0,25967√
10(796)– 6400

= 0,18549
Ralat Relatif:
𝑆𝑎 0,18549
𝑅𝑎 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 36% (2𝐴𝑃)
𝑎 0,5154

• Menghitung ketidakpastian b (Sb)

𝑛
𝑆𝑏 = 𝑆𝑦 √
𝑛 ∑ 𝑥 − (∑ 𝑥)2
2

10
= 0,25967√
10(796)– 6400

= 0,45192
Ralat Relatif:
𝑆𝑏 0,02079
𝑅𝑏 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 4,60% (3𝐴𝑃)
𝑏 0,45192
Jadi, diperoleh nilai konstanta b sebesar (0,45 ± 0,02)µm dengan ralat relatif
sebesar 4,60% (3AP).

• Menentukan panjang gelombang (λ) dan Laser He-Ne, menggunakan persamaan:


𝜆
𝑏= → 𝜆 = 2𝑏
2
𝜆 = 2𝑏 = 2(0,45192) = 0,903846

𝜕𝜆 2 −2 2 −2 2
𝑆𝜆 = √| 𝑆𝑏 | = √| 2 𝑆𝑏 | = √| . 0,45192| = 0,2036
𝜕𝑏 𝑏 (0,45192)2

Ralat Relatif:
𝑆𝜆 0,2036
𝑅𝜆 = × 100% = × 100% = 23% (2𝐴𝑃)
𝜆 0,903846
Jadi, diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar  = (0,903 ±
0,204)µm = (903 ± 204)nm dengan ralat relatif sebesar 23% (2AP).
• Grafik Hubungan antara n dan 𝑴𝟐 ’

Grafik Hubungan n dengan 𝑀2'


7

6 y = 0.4519x - 0.5154
R² = 0.9834
5

4
M2'

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Pola Gelap Terang (n)

4. Data Pengamatan 4
• Metode Kuadrat Terkecil
No X y x2 y2 xy
1 2 0,5 4 0,25 1
2 3 1 9 1 3
3 4 2 16 4 8
4 7 2,5 49 6,25 17,5
5 8 3 64 9 24
6 9 3,5 81 12,25 31,5
7 10 4 100 16 40
8 11 4,5 121 20,25 49,5
9 12 5 144 25 60
10 13 5,5 169 30,25 71,5
∑ 79 31,5 757 124,25 306
∑2 6241 992,25 573049 15438,0625 93636

Konstanta a dan b dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :


(𝛴𝑥 2 )(𝛴𝑦) − (𝛴𝑥)(𝛴𝑥𝑦) (757)(31,5) − (79)(306)
𝐴 = = = 0,24717833
𝑛(𝛴𝑥 2 ) − (𝛴𝑥)2 10(757) − (79)2
𝑛(𝛴𝑥𝑦) − (𝛴𝑥)(𝛴𝑦) 10(306) − (79)(31,5)
𝐵 = = = 0,4300225
𝑛(𝛴𝑥 2 ) − (𝛴𝑥)2 10(757) − (79)2

Menghitung ketidakpastiannya dengan menggunakan persamaan berikut ini :


• Menghitung ketidakpastian y (Sy)

1 (𝛴𝑥 2 )(𝛴𝑦)2 − 2(𝛴𝑥)(𝛴𝑥𝑦)(𝛴𝑦) + 𝑛(𝛴𝑥𝑦)2


𝑆𝑦 = √ [𝛴𝑦 2 − ]
𝑛−2 𝑛(𝛴𝑥 2 ) − (𝛴𝑥)2

1 (757)(992,25) − 2(79)(306)(31,5) + 10(93636)


= √ [124,25 − ]
8 10(757) − 6241

1 751133,25 − 1522962 + 936360


= √ [124,25 − ]
8 10(757) − 6241

1
= √ [0,449209932]
8

= 0,236962532

• Menghitung ketidakpastian a (Sa)

𝛴𝑥 2
𝑆𝐴 = 𝑆𝑦 √
𝑛(𝛴𝑥 2 ) − (𝛴𝑥)2

757
= 0,236962532√
10(757) − 6241

= 0,178840193
Ralat relatif :
𝑆𝐴 0,178840193
𝑅𝑎 = × 100% = × 100% = 72% (2𝐴𝑃)
𝐴 0,24717833

• Menghitung ketidakpastian b (Sb)

𝑛
𝑆𝐵 = 𝑆𝑌 √
𝑛(𝛴𝑥 2 ) − (𝛴𝑥)2

10
= 0,236962532√
10(757) − 6241

= 0,020554986
Ralat relatif :
𝑆𝐵 0,020554986
𝑅𝑏 = × 100% = × 100% = 4,78% (3𝐴𝑃)
𝐵 0,43002257
Jadi, diperoleh nilai konstanta b sebesar (0,430 ± 0,020)µm dengan ralat relatif
sebesar 4,78% (3AP).

• Menentukan panjang gelombang (λ) dan Laser He-Ne, menggunakan persamaan:


𝜆
𝑏= → 𝜆 = 2𝑏
2
𝜆 = 2𝑏 = 2(0,4300225) = 0,860045147

𝜕𝜆 2 −2 2 −2 2
𝑆𝜆 = √| 𝑆𝑏 | = √| 2 𝑆𝑏 | = √| . 0,020554986| = 0,22231
𝜕𝑏 𝑏 (0,4300225)2

Ralat Relatif:
𝑆𝜆 0,22231
𝑅𝜆 = × 100% = × 100% = 26% (2𝐴𝑃)
𝜆 0,860045147
Jadi, diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar  = (0,860 ±
0222)µm = (860 ± 222)nm dengan ralat relatif sebesar 26% (2AP)

• Grafik Hubungan antara n dan 𝑴𝟐 ’

Grafik Hubungan n dengan 𝑀2'


6
y = 0.43x - 0.2472
5 R² = 0.982

4
M2'

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Pola Gelap Terang (n)
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum interferometer michelson ini, dari empat data pengamatan
diperoleh panjang gelombang sinar He-Ne sebagai berikut :
1. Dari data pengamatan 1 diperoleh  = (0,85 ± 0,34)µm = (850 ± 346)nm dengan
ralat relatif sebesar 41% (2AP).
2. Dari data pengamatan 2 diperoleh  = (0,82 ± 0,35)µm = (820 ± 345)nm dengan
ralat relatif sebesar 42% (2AP).
3. Dari data pengamatan 3 diperoleh  = (0,903 ± 0,204)µm = (903 ± 204)nm
dengan ralat relatif sebesar 23% (2AP).
4. Dari data pengamatan 4 diperoleh  = (0,860 ± 0222)µm = (860 ± 222)nm
dengan ralat relatif sebesar 26% (2AP)
Berdasarkan ke-empat data pengamatan tersebut dapat diperoleh rata-rata panjang
gelombang pada sinar laser He-Ne yaitu sebesar  = 858,25 𝑛𝑚.
Grafik hubungan antara n dan M2 ’ pada analisis data diperoleh bahwa grafik
menunjukkan grafik linier, sehingga dapat diketahui bahwa n berbanding lurus dengan
M2 ’, di mana semakin jauh M2 ’ terhadap M2 maka semakin banyak pula jumlah
perubahan cincin terang-gelap-terang atau gelap-terang-gelap di pusat lingkaran,
sedangkan gradien dari grafik tersebut menunjukkan besaran panjang gelombang dari
cahaya laser He-Ne yang dipancarkan pada set alat interferometer Michelson.
Menurut teori, panjang gelombang pada sinar laser He-Ne adalah sebesar 632,8
nm sedangkan pada percobaan yang kami lakukan menghasilkan panjang gelombang
dengan rata-rata 858,25 nm. Hal ini menunjukkan adanya selisih yang cukup besar
jika dibandingkan dengan teori yang ada yang mana hal ini kemungkinan terjadi
karena ketidaktelitian dalam pengambilan data pengamatan. Selain itu, juga bisa
diakibatkan karena adanya paralaks saat pembacaan data.

H. KESIMPULAN
Interferometer michelson adalah alat yang dirancang untuk membuat
pengukuran menggunakan sifat interferensi cahaya. Prinsip kerja dari alat ini adalah
sebuah sumber cahaya yang diarahkan ke beam splitter, kemudian diteruskan pada
cermin gerak atau M2 dan sebagian lagi akan dipantulkan ke cermin tetap atau M1 yang
akan kembali ke beam splitter. Sinar ini akan diteruskan ke layar sehingga terbentuk
suatu pola interferensi berbentuk cincin lingkaran. Interferensi cahaya diakibatkan oleh
adanya perbedaaan lintasan dari dua cahaya yang berasal dari sumber yang sama dan
bertemu pada waktu dan ruang yang sama.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, pada data pertama sampai keempat
diperoleh panjang gelombang sebagai berikut :  = (0,85 ± 0,34)µm = (850 ± 346)nm
dengan ralat relatif sebesar 41% (2AP),  = (0,82 ± 0,35)µm = (820 ± 345)nm dengan
ralat relatif sebesar 42% (2AP),  = (0,903 ± 0,204)µm = (903 ± 204)nm dengan ralat
relatif sebesar 23% (2AP), dan  = (0,860 ± 0222)µm = (860 ± 222)nm dengan ralat
relatif sebesar 26% (2AP) dengan rata-rata sebesar  = 858,25 𝑛𝑚.

I. DAFTAR PUSTAKA
Falah, M. (n.d.). Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk
Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya. 11.
Satoto, D., Sugito, H., & Firdausi, K. S. (2007). STUDI INTERFEROMETER
FABRY-PEROT UNTUK PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG
CAHAYA. 10, 4.
Setyaningsih, A. (n.d.). Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan
Interferometer Michelson. 8.
LAMPIRAN

1. Tugas
Hitung panjang gelombang dari cahaya LASER He-Ne yang digunakan dalam
percobaan interferometer Michelson berdasarkan data yang diperoleh dan ralat
hitungnya.
Jawab :
Data Pengamatan 1
𝜆
𝑏= → 𝜆 = 2𝑏
2
𝜆 = 2𝑏 = 2(0,42545) = 0,850909091

𝜕𝜆 2 −2 2 −2 2
𝑆𝜆 = √| √ √
𝑆 | = | 2 𝑆𝑏 | = | . 0,03140| = 0,34695
𝜕𝑏 𝑏 𝑏 (0,42545)2

Ralat Relatif:
𝑆𝜆 0,34695
𝑅𝜆 = × 100% = × 100% = 41% (2𝐴𝑃)
𝜆 0,850909091

Jadi, diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar  = (0,85 ± 0,34)µm =
(850 ± 346)nm dengan ralat relatif sebesar 41% (2AP).

Data Pengamatan 2
𝜆
𝑏= → 𝜆 = 2𝑏
2
𝜆 = 2𝑏 = 2(0,409697) = 0,819393939

𝜕𝜆 2 −2 2 −2 2
𝑆𝜆 = √| 𝑆𝑏 | = √| 2 𝑆𝑏 | = √| . 0,029031| = 0,34591116
𝜕𝑏 𝑏 (0,409697)2

Ralat Relatif:
𝑆𝜆 0,34591116
𝑅𝜆 = × 100% = × 100% = 42% (2𝐴𝑃)
𝜆 0,819393939

Jadi, diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar  = (0,82 ± 0,35)µm =
(820 ± 345)nm dengan ralat relatif sebesar 42% (2AP).

Data Pengamatan 3
𝜆
𝑏= → 𝜆 = 2𝑏
2
𝜆 = 2𝑏 = 2(0,45192) = 0,903846
𝜕𝜆 2 −2 2 −2 2
𝑆𝜆 = √| 𝑆𝑏 | = √| 2 𝑆𝑏 | = √| . 0,45192| = 0,2036
𝜕𝑏 𝑏 (0,45192)2

Ralat Relatif:
𝑆𝜆 0,2036
𝑅𝜆 = × 100% = × 100% = 23% (2𝐴𝑃)
𝜆 0,903846

Jadi, diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar  = (0,903 ± 0,204)µm =
(903 ± 204)nm dengan ralat relatif sebesar 23% (2AP).

Data Pengamatan 4
𝜆
𝑏= → 𝜆 = 2𝑏
2
𝜆 = 2𝑏 = 2(0,4300225) = 0,860045147

𝜕𝜆 2 −2 2 −2 2
𝑆𝜆 = √| 𝑆𝑏 | = √| 2 𝑆𝑏 | = √| . 0,020554986| = 0,22231
𝜕𝑏 𝑏 (0,4300225)2

Ralat Relatif:
𝑆𝜆 0,22231
𝑅𝜆 = × 100% = × 100% = 26% (2𝐴𝑃)
𝜆 0,860045147

Jadi, diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar  = (0,860 ± 0222)µm =
(860 ± 222)nm dengan ralat relatif sebesar 26% (2AP)

2. Photo Pengambilan Data


n Gambar n Gambar
1 8

2 9
3 10

4 11

5 12

6 13

7 14
3. Cek Plagiasi

Plagiarism Checker X Originality


Report
Similarity Found: 18%

Date: Jumat, Februari 26, 2021


Statistics: 384 words Plagiarized / 2077 Total words
Remarks: High Plagiarism Detected - Your Document needs Critical Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

INTERFEROMETER MICHELSON A. TUJUAN Dalam eksperimen Interferometer


Michelson, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami cara kerja Interferometer
Michelson 2. Mengukur panjang gelombang sinar LASER He-Ne B. TEORI DASAR
Interferometer Michelson merupakan sebuah alat untuk mengukur suatu panjang
gelombang dengan tingkat ketelitian tinggi menggunakan garis-garis interferensi
(Serway, 2010).

Cara kerja interferometer ini adalah cahaya dari sebuah laser dijatuhkan pada
cermin M dan di cermin M, cahaya akan terbagi menjadi dua bagian yaitu
sebagian ditransmisikan menuju cermin M2 dan sebagian lagi dipantulkan menuju
cermin M1. Oleh M1 dan M2, cahaya akan dipantulkan kembali ke arah M
kemudian diteruskan atau dipantulkan ke layar.

Karena kedua cahaya tersebut merupakan sinar koheren yang berasal dari satu
sumber, yaitu laser maka kedua cahaya tersebut dapat berinterferensi dengan
membentuk pola-pola cincin gelap terang (frinji). Berikut ini merupakan skema
percobaan interferometer Michelson Terjadinya pola interferensi yang berupa
gelap-terang ini disebabkan adanya perbedaan lintasan perjalanan dua berkas
cahaya. Dengan mengubah posisi cermin pantul atau secara teori mengubah
perbedaan lintasan cahaya akan tampak pola gelap terang yang berubah-ubah.
Dalam hal ini perubahan lintasan yang ditunjukkan adanya perubahan frinji (cincin
lingkaran gelap terang) adalah : Dimana : S = = perubahan panjang lintasan
cahaya n = perubahan jumlah frinji (terang-gelap-terang) di pusat lingkaran =
panjang gelombang laser He-Ne Sehingga diperoleh, C. ALAT DAN DESAIN 1. Alat
percobaan a.
Set-up interferometer Michelson, merupakan alat yang berfungsi untuk
menghasilkan pola interferensi. Set alat ini terdiri dari : - Stationary mirror ( ) -
Stationary mirror adjusting screw - Half mirror (beam splitter) - Movable mirror ( )
- Vernier
a. Laser He-Ne, digunakan sebagai sumber cahaya yang akan dihitung panjang
gelombangnya. b. Layar putih/kertas, digunakan untuk menangkap pola
interferensi yang dihasilkan oleh sinar laser He-Ne. 1. Desain percobaan C.
PROSEDUR PERCOBAAN Prosedur yang dilakukan dalam percobaan
Interferometer Michelson ini adalah sebagai berikut : 1.

Meletakkan laser pada posisi yang aman dan mengarahkan cahaya laser pada set-
up percobaan 2. Menyalakan laser, dan mengatur posisi cermin setengah
mengikat sampai berkas laser terbelah menjadi dua bagian yang saling tegak lurus
3. Mengatur cermin M2 sampai terjadi bayangan di layar berbentuk cincin
lingkaran 4.

Mencatat posisi M2, kemudian menggerakkan perlahan-lahan Vernier dan


menghitung banyaknya perubahan pergeseran terang-gelap-terang (n = 1) pada
pusat frinji. Serta mencatat posisi M2' (berdasarkan pergeseran pembacaan skala
pada Vernier) Demikian seterusnya hingga mendapatkan beberapa data.
C. DATA PENGAMATAN 1. Data Pengamatan 1 Nst vernier = 0,1 µ No Posisi Posisi
n 1. 0 0,5 1 2. 0 1,0 2 3. 0 2,0 3 4. 0 2,1 4 5. 0 2,2 5 6. 0 2,5 6 7. 0 2,8 7 8. 0 3,8 8 9. 0
4,0 9 10. 0 4,7 10 2. Data Pengamatan 2 Nst vernier = 0,1 µ NoPosisi Posisi N 1. 0
0,0 1 2. 0 0,5 2 3. 0 1,0 3 4. 0 2,0 4 5. 0 2,1 5 6. 0 2,2 6 7. 0 2,5 7 8. 0 2,8 8 9. 0 3,5 9
10. 0 4,0 10 3. Data Pengamatan 3 Nst vernier = 0,1 µ No Posisi Posisi n 1. 0 0,5 2
2. 0 1,0 3 3. 0 1,5 4 4. 0 2,0 6 5. 0 2,5 8 6.

0 3,5 9 7. 0 4,0 10 8. 0 4,5 11 9. 0 5,5 13 10. 0 6,0 14 4. Data Pengamatan 4 Nst


vernier = 0,1 µ NoPosisi Posisi n 1. 0 0,5 2 2. 0 1,0 3 3. 0 2,0 4 4. 0 2,5 7 5. 0 3,0 8 6.
0 3,5 9 7. 0 4,0 10 8. 0 4,5 11 9. 0 5,0 12 10. 0 5,5 13 D. ANALISIS DATA Pada
percobaan Interferometer Michelson digunakan metode kuadrat terkecil untuk
menganalisi data, serta digunakan metode grafik untuk menetukan hubungan
antara n dan Persamaan yang digunakan dalam percobaan Interferometer
Michelson ini adalah

Dimana S = ; Sehingga : Dengan menggunakan persamaan garis linier , maka


diperoleh : ; ; ; 1. Data Pengamatan 1 · Metode Kuadrat Terkecil No. X y x2 y2 xy 1.
1 0,5 1 0,25 0,5 2. 2 1 4 1 2 3. 3 2 9 4 6 4. 4 2,1 16 4,41 8,4 5. 5 2,2 25 4,84 11 6. 6
2,5 36 6,25 15 7. 7 2,8 49 7,84 19,6 8. 8 3,8 64 14,44 30,4 9. 9 4 81 16 36 10 10 4,7
100 22,09 47 ? 55 25,6 385 81,12 175,9 ?2 3025 655,36 148225 6580,4544 30940,81
Konstanta a dan b dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :
Menghitung ketidakpastiannya dengan menggunakan persamaan berikut ini : ·
Menghitung ketidakpastian y (Sy) = 0,28516 · Menghitung ketidakpastian a (Sa)
Ralat Relatif: · Menghitung ketidakpastian b (Sb) = 0,03140 Ralat Relatif: Jadi,
diperoleh nilai konstanta b sebesar dengan ralat relatif sebesar 7,4% (2AP).

· Menentukan panjang gelombang (?) dan Laser He-Ne, menggunakan persamaan:


Ralat Relatif: Jadi, diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar dengan
ralat relatif sebesar 41% (2AP). · Grafik hubungan antara n dan 1. Data Pengamatan
2 · Metode Kuadrat Terkecil No. x y x2 y2 xy 1. 1 0 1 0 0 2. 2 0,5 4 0,25 1 3. 3 1 9 1
3 4. 4 2 16 4 8 5. 5 2,1 25 4,41 10,5 6. 6 2,2 36 4,84 13,2 7. 7 2,5 49 6,25 17,5 8. 8
2,8 64 7,84 22,4 9.

9 3,5 81 12,25 31,5 10 10 4 100 16 40 ? 55 20,6 385 56,84 147,1 ?2 3025 424,36
148225 3230,786 21638,41 Konstanta a dan b dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut ini : Menghitung ketidakpastiannya dengan
menggunakan persamaan berikut ini : · Menghitung ketidakpastian y (Sy) =
0,26369 · Menghitung ketidakpastian a (Sa) Ralat Relatif: · Menghitung
ketidakpastian b (Sb)
= 0,029031 Ralat Relatif: Jadi, diperoleh nilai konstanta b sebesar dengan ralat
relatif sebesar 7,08% (2AP). · Menentukan panjang gelombang (?) dan Laser He-
Ne, menggunakan persamaan: Ralat Relatif: Jadi, diperoleh panjang gelombang
sinar laser He-Ne sebesar dengan ralat relatif sebesar 42% (2AP). · Grafik
Hubungan antara n dan 1. Data Pengamatan 3 · Metode Kuadrat Terkecil. No. x y
x2 y2 xy 1. 2 0,5 4 0,25 1 2. 3 1 9 1 3 3.

4 1,5 16 2,25 6 4. 6 2 36 4 12 5. 8 2,5 64 6,25 20 6. 9 3,5 81 12,25 31,5 7. 10 4 100


16 40 8. 11 4,5 121 20,25 49,5 9. 13 5,5 169 30,25 71,5 10 14 6 196 36 84 ? 80 31
796 128,5 318,5 ?2 6400 961 633.616 16.512,25 101.442,25 Konstanta a dan b
dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini:
Menghitung ketidakpastiannya dengan menggunakan persamaan berikut ini : ·
Menghitung ketidakpastian y (Sy) = 0,25967 · Menghitung ketidakpastian a (Sa)
Ralat Relatif: · Menghitung ketidakpastian b (Sb) = Ralat Relatif: Jadi, diperoleh
nilai konstanta b sebesar dengan ralat relatif sebesar 4,60% (3AP). · Menentukan
panjang gelombang (?) dan Laser He-Ne, menggunakan persamaan: Ralat Relatif:
Jadi, diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar dengan ralat relatif
sebesar 23% (2AP). · Grafik Hubungan antara n dan 1.

Data Pengamatan 4 · Metode Kuadrat Terkecil No X y x2 y2 xy 1 2 0,5 4 0,25 1 2 3


1 9 1 3 3 4 2 16 4 8 4 7 2,5 49 6,25 17,5 5 8 3 64 9 24 6 9 3,5 81 12,25 31,5 7 10 4
100 16 40 8 11 4,5 121 20,25 49,5 9 12 5 144 25 60 10 13 5,5 169 30,25 71,5 ? 79
31,5 757 124,25 306 ?2 6241 992,25 573049 15438,0625 93636 Konstanta a dan b
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini : Menghitung
ketidakpastiannya dengan menggunakan persamaan berikut ini : · Menghitung
ketidakpastian y (Sy) · Menghit
· Menghitung ketidakpastian b (Sb) Ralat relatif : Jadi, diperoleh nilai konstanta b
sebesar dengan ralat relatif sebesar 4,78% (3AP). · Menentukan panjang
gelombang (?) dan Laser He-Ne, menggunakan persamaan: Ralat Relatif: Jadi,
diperoleh panjang gelombang sinar laser He-Ne sebesar dengan ralat relatif
sebesar 26% (2AP) · Grafik Hubungan antara n dan C.

PEMBAHASAN Pada praktikum interferometer michelson ini, dari empat data


pengamatan diperoleh panjang gelombang sinar He-Ne sebagai berikut : 1. Dari
data pengamatan 1 diperoleh dengan ralat relatif sebesar 41% (2AP).
1. Dari data pengamatan 2 diperoleh dengan ralat relatif sebesar 42% (2AP). 2.
Dari data pengamatan 3 diperoleh dengan ralat relatif sebesar 23% (2AP). 3. Dari
data pengamatan 4 diperoleh dengan ralat relatif sebesar 26% (2AP) Berdasarkan
ke-empat data pengamatan tersebut dapat diperoleh rata-rata panjang
gelombang pada sinar laser He-Ne yaitu sebesar .

Grafik hubungan antara n dan pada analisis data diperoleh bahwa grafik
menunjukkan grafik linier, sehingga dapat diketahui bahwa n berbanding lurus
dengan , di mana semakin jauh terhadap maka semakin banyak pula jumlah
perubahan cincin terang-gelap-terang atau gelap-terang-gelap di pusat lingkaran,
sedangkan gradien dari grafik tersebut menunjukkan besaran panjang gelombang
dari cahaya laser He-Ne yang dipancarkan pada set alat interferometer Michelson.

akan kembali ke beam splitter. Sinar ini akan diteruskan ke layar sehingga
terbentuk Menurut teori, panjang gelombang pada sinar laser He-Ne adalah
sebesar 632,8 nm sedangkan pada percobaan yang kami lakukan menghasilkan
panjang gelombang dengan rata-rata 858,25 nm.
Hal ini menunjukkan adanya selisih yang cukup besar jika dibandingkan dengan
teori yang ada yang mana hal ini kemungkinan terjadi karena ketidaktelitian dalam
pengambilan data pengamatan. Selain itu, juga bisa diakibatkan karena adanya
paralaks saat pembacaan data. C. KESIMPULAN Interferometer michelson adalah
alat yang dirancang untuk membuat pengukuran menggunakan sifat interferensi
cahaya.
Prinsip kerja dari alat ini adalah sebuah sumber cahaya yang diarahkan ke beam
splitter, kemudian diteruskan pada cermin gerak atau M2 dan sebagian lagi akan
dipantulkan ke cermin tetap atau M1 yang suatu pola interferensi berbentuk cincin
lingkaran. Interferensi cahaya diakibatkan oleh adanya perbedaaan lintasan dari
dua cahaya yang berasal dari sumber yang sama dan bertemu pada waktu dan
ruang yang sama. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, pada data pertama
sampai keempat diperoleh panjang gelombang sebagai berikut : dengan ralat
relatif sebesar 41% (2AP), dengan ralat relatif sebesar 42% (2AP), dengan ralat
relatif sebesar 23% (2AP), dan dengan ralat relatif sebesar 26% (2AP) dengan rata-
rata sebesar .

Anda mungkin juga menyukai